panduan bagi penulis - Digital Repository

advertisement
1
HUBUNGAN LAMANYA MENGIKUTI REHABILITASI DENGAN
DEPRESI PADA KLIEN PANTI SOSIAL KARYA WANITA
SIDOARUM SLEMAN D.I YOGYAKARTA
Ega Yuda Priyambada1* Sutejo 2
1. Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran dan ILmu Kesehatan, Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta, Jalan Lingkar Barat, Tamantirto, Kasihan Bantul 55183, Indonesia
2. Jurusan Ilmu Keperawatan Poltekes (Kemenkes) Yogyakarta, Jalan Titi Bumi No 3 Godean, Gamping
,Sleman, Yogyakarta, 55183, Indonesia
E-mail: [email protected]
Abstrak
Prevalensi gangguan mental emosional penduduk Indonesia yang berusia > 15 tahun sebesar 11,6%. Gangguan
mental emosional merupakan suatu keadaan yang mengindikasikan individu mengalami suatu perubahan emosional
yang dapat berkembang menjadi keadaan patologis apabila terus berlanjut, sehingga perlu dilakukan antisipasi agar
kesehatan jiwa masyarakat tetap terjaga. Di Indonesia pada tahun 2000 diperoleh data gangguan mental sebesar
12%, tahun 2001 meningkat menjadi 13% dan diprediksi pada tahun 2020 menjadi 15%. Angka kejadian depresi
dapat diturunkan melalui rehabiliasi yang ada di panti sosial. Jenis penelitian ini adalah non-eksperimental bersifat
korelasi dengan pendekatan cross-sectional. Sampel penelitian ini berjumlah 35 responden dengan menggunakan
teknik total sampling. Data tersebut dianalisa dengan uji spearman rank.. Berdasarkan hasil uji analisis antar
lamanya mengikuti rehabilitasi dengan depresi diperoleh nilai p = 0,52 (p value > 0,05). Tidak terdapat hubungan
antara lamanya mengikuti rehabilitasi dengan depresi pada klien panti sosial karya wanita sidoarum kabupaten
sleman D.I Yogyakarta. Disarankan kepada peneliti selnjutnya untuk mengendalikan faktor perancu agar hasil yang
didapatkan lebih signifikan.
Kata kunci: Deprsi, Klien Panti Sosial, Rehabilitasi
Abstract
Prevalence of mental disorders emotional Indonesian population aged > 15 years was 11,6%. Mental emotional
disorders is a condition that indicates an individual experiencing an emotional changes that may develop into a
pathological state ifit continues left, so is necessary to anticipate that the mental health ommunity is maintained. In
Indonesia in 2020 is predicted to be 15%. The incidence of depression can be reduced throught social institutions
rehabilitation. This type of research is using of non-experimental design of correlation with cross-sectional
approach. Sample size was 35 rspondents using total sampling technique. The data were analyzed with the
spearman rank test. Based on the results of analytic test between duration following rehabilitation with depression
obtained value of p = 0,52 (p value> 0,05). There was no relationship between the duration of rehabilitation
followed with depression in Panti Sosial Karya Wanita Sidoarum Sleman District of D.I Yogyakarta Province
.
Keywords: Client Panti Social, Depression, Rehabilitation
Pendahuluan
Rehabilitasi dilihat dari makna berasal dari
bahasa inggris yaitu rehabilitation, artinya
mengembalikan
seperti
semula,
mengembalikan yang dimaksud adalah
mengembalikan kemampuan yang pernah
dimilikinya, karena suatu hal musibah ia harus
kehilangan kemampuanya, kemampuan yang
hilang inilah yang dikembalikan seperti semula
yaitu seperti kondisi sebelum terjadi musibah
dialaminya. Jadi rehabilitasi adalah pemulihan
(perbaikan/pembetulan)
seperti
sediakala,
2
pengembalian nama baik secara hukum,
pembaharuan kembali (Depsos RI, 2010).
Rehabilitasi adalah proses yang meningkatkan
individu untuk kembali ke tingkat fungsi
setinggi
mungkin.
Rehabilitasi
jiwa
berkembang dari kebutuhan untuk menciptakan
kesempatan bagi individu yang didiagnosis
mengalami gangguan jiwa berat agar dapat
hidup, belajar dan bekerja dilingkungan
masyaraat yang mereka pilih (Stuart, 2007).
Rehabilitasi adalah pemulihan (perbaikan atau
pembetulan) seperti sediakala, pengembalian
nama baik secara hukum, pembaharuan
kembali. Rehabilitasi sosial adalah segala
upaya layanan yang bertujuan untuk membantu
seseorang atau kelompok orang dalam
memulihkan untuk kepercayaan dirinya,
mandiri serta bertanggung jawab pada diri,
keluarga, masyarakat atau lingkungan sosial
dan meningkatkan kemampuan fisik dan
keterampilan kearah kemandirian di dalam
kehidupan bermasyarakat, upaya tersebut
dilakukan secara terus menerus, baik terkait
dengan persoalan sosial maupun finansial
(Parto &Barry, 2001).
Berdasarkan
Riset
Kesehatan
Dasar
(Riskesdas) 2007, prevalensi gangguan mental
emosional penduduk Indonesia yang berusia >
15 tahun sebesar 11,6%. Gangguan mental
emosional merupakan suatu keadaan yang
mengindikasikan individu mengalami suatu
perubahan emosional yang dapat berkembang
menjadi keadaan patologis apabila terus
berlanjut, sehingga perlu dilakukan antisipasi
agar kesehatan jiwa masyarakat tetap terjaga.
Di Indonesia pada tahun 2000 diperoleh data
gangguan mental sebesar12%, tahun 2001
meningkat menjadi 13% dan diprediksi pada
tahun 2020 menjadi 15%.
Depresi adalah gangguan alam perasaan
(mood) yang ditandai dengan kemurungan dan
kesedihan yang mendalam dan berkelanjutan
sehingga hilangnya gairah hidup, tidak
mengalami ganguan dalam menilai realitas
(Realty Testing Ability/RTA masih baik),
kepribadian tetap utuh (tidak mengalami
keretakan kepribadian/splitting of personality)
perilaku dapat terganggu tetapi dalam batas
normal (Hawari, 2004).
Metode
Maka dari itu untuk mengetahui apakah
rehabilitasi yang dijalankan di panti
mengakibatkan depresi maka perlu diketahui
apakah depresi itu, Depresi merupakan
gangguan perasaan (afek) yang ditandai dengan
afek disforik (kehilangan kegembiraan/gairah)
disertai dengan gejala-gejala lain seperti
gangguan tidur dan menurunnya selera makan
(Lubis, 2009).
Depresi merupakan sebuah gangguan mood
adalah suasana perasaan yang meresap dan
menetap yang dialami secara internal dan yang
mempengaruhi
perilaku
seseorang dan
persepsinya terhadap dunia, suasana perasaan
tertekan (depreesed mood) yang dapat
merupakan suatu diagnosis penyakit atau
sebagai sebuah gejala atau respon dari kondisi
penyakit dan stress terhadap lingkungan
(Kaplan & Sadock, 2010).
Penelitian ini menggunakan desain penelitian
non-eksperimental bersifat korelasi dengan
pendekatan cross-sectional. Populasi dalam
penelitian ini adalah Klien Panti Sosial yang
berjumlah 35 klien. Teknik pengambilan
sampel
dalam
penelitian
ini
adalah
menggunakan teknik total sampling.
Dalam penelitian ini terdapat kriteria inklusi
dan kriteria eksklusi, kriteria inklusi dalam
penelitian ini adalah klien yang bersedia
menjadi responden sedangkan kriteria eksklusi
dalam penelitian ini adalah klien yang tidak
hadir saat pengisian kuesioner.
Penelitian ini dilaksanakan di sebuah panti
sosial yang berada di D.I Yogyakarta, yang
dilaksanakan pengambilan data pada 20 Mei
2014.
3
Penelitian ini menggunakan instrument
penelitian berupa kuesioner. Kuesioner yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
kuesioner depresi yang diadopsi dari Beck
Depression Inventori (BDI). Kuesioner ini
berupa kuesioner tertutup, kuesioner ini ada 20
item pernyataan dengan alternatif pilihan
jawaban yang sama dan memiliki alternatif
jawaban yaitu:1 sampai 3. Tiap alternatif
jawaban mempunyai skor yang berbeda-beda.
Pelaksanaan penelitian ini tidak dilakukan oleh
peneliti sendiri karena kuesioner yang akan
disebarkan oleh dua pekerja sosial ke klien
panti. Sebelum penelitian dilakukan peneliti
melakukan
persamaan
persepsi
dan
menjelaskan terlebih dahulu kepada pekerja
sosial mengenai tujuan dari penelitian ini,
selain itu juga menjelaskan siapa saja yang
menjadi responden dalam penelitian ini serta
menjelaskan cara mengisi kuesioner bahwa
sebelum mengisi kuesioner responden diminta
untuk menandatangani surat pernyataan
bersedia menjadi responden (inform consent)
setelah itu baru mengisi kuesioner sesuai
keadaan dirinya yang sebenarnya. Cara
pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan
untuk semua penghuni klien Panti.
Hasil
Karakteristik
yang
digunakan
untuk
menggambarkan subyek penelitian sebanyak 35
responden, yaitu semua klien yang tinggal di
Panti Sosial, dilihat berdasarkan usia,
pendidikan dan status perkawinan adalah
sebagai berikut:
Berdasarkan data yang diperoleh dalam
penelitian ini dapat diketahui dari 35
responden, mayoritas responden dalam
penelitian ini berusia antara 15-21 tahun
sebanyak 30 orang (85,71%). Dari karakteristik
pendidikan responden, mayoritas adalah SMP
sebanyak 18 orang (51,43%). Sedangkan dari
karakteristik status perkawinan mayoritas
belum minikah sebanyak 34 orang (97,14%).
Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
karakteristik responden yang baru menjalani
rehabilitasi sosial terdapat 18 orang responden
(51,4%).
Hasil penelitian menunjukkan depresi pada
klien panti sosial yang menjalani rehabilitasi
yang masuk dalam kategori depresi berat
sebanyak 8 orang (22,9%).
Tabel 4 Tabel Hubungan Rehabilitasi dan Depresi Pada Klien
Panti Sosial
Jumlah
(n)
Depresi
Tota
l
Normal
4
22,2%
Ringan
9
50,0%
Sedang
5
35,5%
1
7,7%
1
7,7%
6
46,2%
Lama
3
75,0%
1
25,0%
0
0%
0
0%
Total
12
34,3%
11
31,4%
4
11,4%
8
22,9%
Baru
Sedang Berat
3
2
16,7% 11,1%
18
100
%
13
100
%
4
100
%
35
100
%
Hasil tabulasi silang sebagaimana tercantum
dalam tabel 5 tersebut dapat diketahui bahwa
responden yang baru tinggal di panti memiliki
depresi ringan dengan 11 orang rsponden. Dari
hasil tabulasi frekuensi antara variabel
independen dan variabel dependen didapat hasil
p value sebesar 0,52 sehingga dinyatakan
bahwa kedua vaiabel tersebut tidak memiliki
hubungan atau H1 ditolak.
Pembahasan
Berdasarkan hasil dari analisis pnelitian bahwa
frekuensi mengikuti rehabilitasi pada klien
panti sosial karya wanita sidoarum adalah baru.
Kemudian adapun penelitian lain yang
dilakukan Pratiwi (2008), dengan hasil yang
mengemukakan bahwa pola pemberdayaan
wanita tuna susila di panti karya wanita sudah
berjalan sesuai dengan tujuan yng diharapkan.
P
Val
ue
0,5
2
4
Tujuan dari pemberdayaan wanita tuna susila di
panti karya wanita wanodyatama Kendal adalah
untuk memberikan berbagai pembinaan kepada
wanita tuna susila, sehingga dapat hidup
mandiri serta dapat memulihkan harga diri
dalam melaksanakan fungsi sosialnya secara
wajar di masyarakat dengan kecakapan
vokasional tertentu serta memberikan dampak
positif bagi wanita tuna susila baik dari segi
kognitif, afektif maupun psikomotor.
Pratiwi (2010), yang mengkaji tentang
pengelolaan pelatihan kecakapan hidup (life
skill) keterampilan salon meliputi unsure-unsur
perencanaan pelatihan, pelaksanaan pelatihan
dan evaluasi. Dalam perencanaan pelatihan
meliputi, identifikasi kebutuhan pelatihan.
Dalam pelatihan keterampilan salon di
lokalisasi tegal panas kabupaten semarang
mengidentifikasi kebutuhan belajar pelatihan
menentukan jalannya proses pembelajaran yang
baik dan lancar, sehingga tidak terjadi hal-hal
yang merugikan bagi peserta pelatihan maupun
tutor pelatihan keterampilan salon
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di
panti sosial sebanyak sebelas orang responden
memiliki tingkat depresi ringan. Pada
penelitian lain disebutkan sekitar lima belas
sampai dua puluh persen remaja mengalami
satu atau lebih episode depresi major
depressive, diantaranya dua sampai delapan
persen mengalami depresi kronis seperti
murung dan kritik diri untuk beberapa bulan
sampai beberapa tahun.
Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan
klen yang mengalami depresi sedang sebanyak
empat orang, sedangkan unttuk depresi berat
sebanyak delapan orang di karenakan faktor
confounding yang tidak dikendalikan oleh
peneliti seperti faktor biologi yaitu Jenis
neurotransmitter yang bertanggung jawab
mengendalikan patofisiologi gangguan alam
perasaan pada manusia, faktor genetika yaitu
faktor dari gen kedua orang tua yang lasung
diturunkan kepada anaknya dan tidak bisa
dirubah, faktor psikososial yaitu peristiwa
traumatik kehidupan dan lingkungan sosial
dengan suasana yang menegangkan dapat
menjadi kausa gangguan neurosa depresi dan
faktor psikodinamik yaitu perasaan kehilangan
orang disekitar yang dicintai yang tidak dapat
dikendalikan oleh perasaan seseorang sehingga
menjadi faktor pemicu depresi.
Depresi adalah gangguan alam perasaan
(mood) yang ditandai dengan kemurungan dan
kesedihan yang mendalam dan berkelanjutan
sehingga hilangnya gairah hidup, tidak
mengalami ganguan dalam menilai realitas
(Realty Testing Ability/RTA masih baik),
kepribadian tetap utuh (tidak mengalami
keretakan kepribadian/splitting of personality)
perilaku dapat terganggu tetapi dalam batas
normal (Hawari, 2004).
Sehingga menurut analisis peneliti depresi yang
terjadi pada klien PSKW adalah depresi ringan,
namun yang perlu diperhatikan adalah depresi
sedang dan berat yang terjadi pada klien panti.
Maka dari itu harus segera ditindak lanjuti oleh
panti supaya dapat mengurangi tingkat depresi
yang dialami klien.
Rehabilitasi yang ada di panti sosial terdapat
beberapa kegiatan diantaranya : Tata boga,
menjahit dan salon. Sehingga menurut analisis
peneliti rehabilitasi dapat dilakukan kepada
klien panti untuk meningkatkan status sosial
klien agar dapat kembali ke masyarakat sesuai
dengan norma atau aturan yang berlaku di
masyarakat dan diharapkan dengan rehabilitasi
ini klien dapat hidup secara mandiri di
masyaakat.
Hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa
remaja yang mendapatkan rehabilitasi dan
mengalami depresi sebanyak delapan orang.
Lahay (2007), hasil penelitian bahwa terdapat
perbedaan tingkat depresi antara remaja dengan
orangtua bercerai dengan remaja orangtua tidak
bercerai. Persamaan penelitian ini dengan
penelitian yang saya ambil adalah tingkat
depresi yang dialami oleh remaja dan tingkat
5
depresi yaitu menggunakan normal, ringan,
sedang dan berat.
Adapun perbedaanya adalah metode penelitian
yang digunakan pada penelitian ini adalah
korelasional, sampel yang digunakan pada
penelitian ini dalah remaja yang orangtua nya
bercerai dan tinggal dirumah, penelitian yang
saya ambil adalah tingkat depresi remaja yang
berada di Panti Sosial. Variabel yang
digunakan juga berbeda, jika dalam penelitian
ini variabel bebasnya yaiu tingkat depresi dan
variabel terikatnya adalah perceraian orangtua,
sedangkan penelitian yang saya ambil variabel
bebasnya yaitu rehabilitasi dan variabel
terikatnya yaitu depresi.
Berdasarkan analisis peneliti hasil yang
didapatkan dalam penelitian ini klien yang
berada di panti memiliki tingkat depresi yang
berbeda, dengan sebagian besar mengalami
depresi ringan. Adapun hal yang menyebabkan
hasil penelitian ini dikarenakan klien memiliki
beberapa
faktor
pengganggu
yang
menyebabkan terjadinya depresi. Faktor
pengganggu yang dimaksud adalah faktor
biologis, faktor genetik, faktor psikososial dan
faktor psikodinamik.
Kelemahan dalam penelitian ini adalah tidak di
kendalikanya faktor pengganggu yang ada
dalampenelitian ini, yaitu faktor biologis,
faktor genetik, faktor psikososial dan faktor
psikodinamik.
Kesimpulan
Rehabilitasi pada Klien Panti Sosial adalah dua
puluh kali dalam satu bulan, Depresi pada
Klien Panti Sosial adalah ringan, Berdasarkan
hasil pengujian, dapat diketahui bahwa tidak
ada hubungan yang signifikan antara Lamanya
Mengikuti Rehabilitasiasi dengan Depresi pada
Klien Panti Sosial. Bagi peneliti selanjutnya
diharapkan lebih mengembangkan pembahasan
penelitian tentang faktor penyebab depresi
supaya memperjelas hasil yang akan diteliti
selanjutnya, dan juga agar memperhatikan
faktor pengganggu untuk dikendalikan
sehingga hasil yang dicapai akan lebih
signifikan.
Referensi
Jurnal
Lahay, ( 2007 ), dengan judul “ Tingkat
Depresi Remaja Pelajar Di SLTAN-1
Ampana Kota Desa Ampana Kota,
Kabupaten Tojo Una-una Pasca Perceraian
Orang Tua.
Http:lib.unnes.ac.id/18760/1/3501408052.Prati
wi.pdf. Diakses 12 Juli 2014.
Buku
Departemen Sosial RI. (2010). Panduan
orientasi dan mobilitas, panti sosial
penyandang cacat netra. Direktorat Bina
Pelayanan
dan
Rehabilitasi
Sosial
Penyandang Cacat, Direktorat Jenderal
Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial : Jakarta
Hawari D .(2004). Manajemen stres, cemas dan
deprsi. Jakarta. Gaya Baru
Kaplan S., & Sadock B. (2010). Buku ajar
psikiatri klinis. Jakarta : EGC
Lumongga Lubis Namora (2009). Depresi
tinjauan psikologis. Jakarta : Prenada
Media Group
Parto dan Barry.(2001). Kamus ilmiah popular.
Surabaya
:
Arbola.
Download