1 Diperbarui pada 15.12.2014 Tujuan: Smile Train didirikan dengan

advertisement
PANDUAN UNTUK PROGRAM OPERASI BAKTI SOSIAL
Tujuan: Smile Train didirikan dengan prinsip dasar bekerja dengan dokter-dokter setempat sehingga
memungkinkan dan memberdayakan mereka agar dapat memberikan tindakan yang aman dan berkualitas untuk
anak-anak penderita sumbing. Namun, Smile Train juga menyadari bahwa ada beberapa daerah di dunia yang
kekurangan tenaga medis dan sumber daya medis, tapi memiliki kebutuhan yang besar. Smile Train mendukung
program-program operasi bakti sosial baik di negara tempat mereka beroperasi (di daerah terpencil) maupun di
negara-negara yang kekurangan infrastruktur medis untuk menangani sumbing. Walau tujuan dari program
operasi bakti sosial ini adalah untuk memperluas akses untuk mendapatkan operasi, keselamatan dan kualitas
tetap menjadi prioritas utama. Smile Train berkomitmen untuk memastikan bahwa tidak ada anak yang
menerima prosedur yang risikonya mencapai tingkat yang tidak dapat diterima, dan bahwa operasi yang
diberikan berkualitas tinggi.
Panduan berikut ini telah dirancang secara khusus untuk program operasi bakti sosial dan telah ditinjau oleh
para anggota Dewan Penasihat Medis (Medical Advisory Board) Smile Train. Semua program Smile Train
setiap saat harus selalu mengikuti Protokol Keselamatan & Kualitas. Panduan ini dimaksudkan sebagai
penunjang untuk memastikan ditingkatkannya perawatan dan kehati-hatian saat program operasi bakti sosial
dilakukan di luar fasilitas yang dimiliki tim medis.
BAGIAN 1: OPERASI BAKTI SOSIAL - PERSYARATAN UMUM
Syarat 1.1: Perencanaan Program
 Saat merencanakan suatu program operasi bakti sosial Smile Train, mitra harus bekerja secara erat
dengan staf Smile Train.
 Semua dokter bedah dan rumah sakit mitra Smile Train harus telah disetujui oleh staf Smile Train dan
terdaftar di Smail Train Express sebelum melakukan operasi apapun. Harap mengirim email ke
[email protected] jika Anda memiliki pertanyaan tentang proses ini.
 Untuk menerima penggantian pembayaran untuk tindakan operasi, semua operasi yang dilakukan
sebelumnya harus dicatat di Smile Train Express dan, bila sudah jatuh tempo, laporan dana bantuan final
harus sudah diterima.
 Operasi harus terdaftar di rumah sakit tempat operasi tersebut dilaksanakan. Jika lokasi operasi bukan
rumah sakit mitra, maka harus dicatat sebagai afiliasi dari rumah sakit/organisasi mitra yang telah
membina hubungan dengan Smile Train.
Syarat 1.2: Etik
 Prioritas utama adalah memberikan perawatan yang aman, berkualitas dan bagi penderita bibir sumbing.
Ini termasuk kewajiban untuk menyelamatkan nyawa, meringankan penderitaan, dan tidak
membahayakan pasien. Pernyataan bahwa "melakukan sesuatu lebih baik daripada tidak sama sekali"
tidak dapat diterima dan tidak etis.
1
Diperbarui pada 15.12.2014

Diskriminasi berdasarkan ras, agama, jenis kelamin, kelompok etnis, kebangsaan, status keuangan, atau
orientasi seksual pasien tidak boleh terjadi. Semua keputusan tentang apakah seorang pasien merupakan
kandidat yang tepat untuk operasi harus diambil dengan konservatif dan berdasarkan pertimbangan
medis.
Syarat 1.3: Lokasi Program
 Operasi yang disponsori Smile Train tidak boleh dilaksanakan di tempat selain rumah sakit yang
berfungsi baik (misalnya, tidak boleh di sekolah, balai desa, dst.).
 Rumah sakit tersebut harus memiliki hal-hal berikut ini (lihat Bagian 2 untuk detailnya):
o Ruang operasi tempat tindakan operasi dengan bius total biasa dilakukan
o Tersedianya staf medis dan paramedis yang sesuai
o Tempat tidur dalam jumlah cukup untuk mengantisipasi jumlah pasien yang akan dirawat
o Standar kesehatan dan sterilisasi yang dapat diterima secara medis
Syarat 1.4: Populasi/Kebutuhan Pasien
 Kebutuhan akan program operasi bakti sosial di daerah tujuan harus dijelaskan. Untuk melakukan
validasi atas asumsi kebutuhan tersebut, analisa atas pertanyaan-pertanyaan berikut ini dapat membantu
proses pengambilan keputusan:
o Siapa yang meminta dilaksanakannya program?
o Apa dasar dari permintaan tersebut?
o Apakah program ini merupakan pilihan medis yang dapat diterima di wilayah itu?
o Apakah wilayah tersebut telah mendapat cukup bantuan dari Smile Train atau organisasi atau
individu pemerhati bibir sumbing lainnya?
o Berapa jumlah pasien yang diperkirakan untuk program ini?
o Apakah biaya untuk mengirim tim yang akan melakukan operasi sumbing serta biaya terkait
sebanding dengan jumlah pasien yang akan ditangani?
Pertimbangan & Rekomendasi Tambahan
 Program dan tim penyuluhan operasi harus diundang oleh komunitas tempat operasi bakti sosial akan
dilaksanakan.
 Kunjungan pra-penyuluhan dengan menggunakan Protokol Keselamatan & Kualitas, Pendataan
(Checklist) Mitra Baru, dan Panduan untuk Operasi Bakti Sosial ini harus dilaksanakan sebelum
menjadwalkan program operasi bakti sosial:
o Kunjungan ke lokasi sangat direkomendasikan agar dilakukan oleh setidaknya satu staff mitra
Smile Train atau staf Smile Train dan didampingi oleh ahli anestesi yang berpengalaman di
program operasi bakti sosial di negara-negara berkembang.
o Kunjungan ke lokasi ini akan mengevaluasi kelayakan rumah sakit secara menyeluruh untuk
melakukan operasi celah bibir dan langit-langit dengan bius total, sama seperti evaluasi yang
dilakukan terhadap semua calon mitra Smile Train.
 Selain mengevaluasi kebutuhan para pasien, kunjungan ke lokasi sebelum program bakti sosial juga
harus mempertimbangkan hal-hal berikut:
o Koordinasi: Mengidentifikasi cakupan tugas dan tanggung jawab, dan mendapatkan informasi
kontak (alamat, nomor yang bisa dihubungi, email, dlsb) dari semua personel lokal yang
berkoordinasi dengan Smile Train.
o Fasilitas: Apakah fasilitas tersebut memiliki ruangan, layanan, staf, dan perlengkapan yang
diperlukan untuk penyaringan pasien pra-operasi dan menyediakan perawatan selama operasi
sumbing, sebagaimana disebutkan dalam Protokol Keselamatan & Kualitas Smile Train.
Apakah akan tersedia penerjemah yang kompeten, dalam jumlah cukup jika daerah yang dipilih
memiliki kendala bahasa?
2
Diperbarui pada 15.12.2014
o Dukungan Logistik: Apakah tersedia makanan, penginapan dan transportasi yang cukup bagi tim,
pasien, dan juga keluarga mereka?
o Dukungan Profesional: Apakah para anggota dari komunitas profesional lokal berkomitmen
untuk membantu perawatan pasien dan memberikan perawatan lanjutan yang diperlukan setelah
tim pergi?
o Dukungan Komunitas: Dukungan seperti apa yang dapat diharapkan dari pemerintah lokal,
organisasi relawan, dan komunitas lokal?
O Keselamatan Tim: Apakah lokasinya aman untuk dikunjungi?
BAGIAN 2: OPERASI BAKTI SOSIAL - PERSYARATAN BAGI RUMAH SAKIT
Syarat 2.1: Pendirian Fasilitas
 Daya listrik harus konsisten, atau dapat diandalkan dan sistem cadangan harus cepat tersedia sebagai
persiapan jika terjadi gangguan.
 Pasokan oksigen dan dinitrogen oksida (nitrous oxide) atau anestesi lainnya untuk semua area perawatan
selama berlangsungnya program termasuk cadangan yang cukup jika sumber utamanya gagal (mis.
oksigen cadangan yang cukup untuk perawatan dalam kasus yang diperkirakan paling panjang, termasuk
pemulihan).
o Jika pasokan gas terpusat tidak tersedia, gas tabung silinder dengan cadangannya harus dimiliki.
 Terkait dengan Ruang Operasi (ruang OK), harus tersedia:
o Sekurangnya satu ruang OK dengan satu atau dua meja yang hanya digunakan untuk dan selama
program operasi bakti sosial
o Jumlah lampu di ruang OK yang mencukupi (sebaiknya minimal terdapat satu lampu yang
dipasang di langit-langit)
o Kulkas di area ruang operasi
 Akses ke bank/unit penyimpanan darah dengan:
o Kemampuan untuk menyediakan darah lengkap atau paket sel darah merah segar dengan
kecocokan silang, bertipe spesifik, atau O negatif yang telah diuji untuk hepatitis B dan C serta
HIV.
o Kemampuan untuk mendapatkan darah dari bank pada jam berapa pun setiap hari jika terjadi
pendarahan yang signifikan.
Pertimbangan & Rekomendasi Tambahan
 Direkomendasikan untuk memiliki pasokan oksigen darurat untuk 6 jam.
 Jika tersedia, sterilisasi autoklaf juga direkomendasikan untuk perlengkapan yang harus digunakan
kembali. Desinfektan semacam Cidex juga dapat digunakan jika autoklaf tidak tersedia.
 Pertimbangan lainnya bagi bank darah:
o Direkomendasikan untuk melakukan operasi di fasilitas yang bank darah tersedia di lokasi.
o Jika bank darah tidak tersedia di lokasi, waktu yang diperlukan untuk mendapatkan sejumlah
darah yang diperlukan dan lokasi bank harus diketahui secara tepat sebelum pasien pertama
berada di meja operasi.
o Sebelum memulai operasi, sangat direkomendasikan untuk mengonfirmasi bahwa sedikitnya 2
unit darah telah tersedia jika diperlukan.
 Ketersediaan layanan laboratorium dan radiologi, karena dibutuhkan untuk penyelidikan pra-operasi
untuk melakukan HB/CBC/BT/CT/WBC, analisa urea darah, dan gula/urin rutin/HIV/hepatitis/HCV.
Rontgen dada harus tersedia.
3
Diperbarui pada 15.12.2014
Syarat 2.2: Perlengkapan
 Tim anestesi harus selalu mengetahui dan izin sudah didapat sebelum melanjutkan pengaturan apa pun
yang terkait dengan perlengkapan.
 Pengisap yang berfungsi tersedia di setiap meja OK dan di area pemulihan. Penghisap harus selalu
tersedia dengan segera di semua area perawatan lainnya. Minimal dua mesin penghisap yang berfungsi
dengan kanula penghisap sekali pakai harus tersedia.
 Alat penguap (vaporizer) untuk bius total, satu di setiap meja
 Mesin elektrokauter - satu buah per meja, dengan lead sekali pakai
 Tim harus memiliki akses cepat dan mudah ke perlengkapan darurat seperti:
o Perangkat Krikotirotomi
o Jarum Intraoseus
o Defribilator dengan pedal pediatrik
Pertimbangan & Rekomendasi Tambahan
 Pertimbangan berikut ini harus diambil sehubungan dengan sistem pemberian anestesi dan alat
pemonitor pasien:
o Alat tersebut harus secara tepat memberikan anestesi volatile yang dikenali oleh semua penyedia
perawatan anestesi.
o Jika mesinnya menggunakan listrik, maka akan bermanfaat jika memiliki baterai cadangan
seandainya terjadi gangguan tenaga listrik.
o Bahwa alat penguap yang akan digunakan sesuai dengan mesin anestesi di lokasi harus
dikonfirmasikan sebelum program berlangsung (jika tim membawa alat penguap yang akan
disambungkan ke mesin anestesi yang tersedia). Jika ahli anestesi tidak termasuk bagian dari tim
kunjungan ke lokasi pra-operasi bakti sosial, foto dari mesin anestesi harus diambil saat
kunjungan dan dikirimkan ke ahli anestesi tersebut sehingga alat penguap yang tepat dan cocok
dapat disiapkan.
 Ketersediaan akan beberapa perlengkapan penanganan jalur udara pernapasan berikut ini:
o Terdapat pasokan masker penutup wajah, sirkuit anestesi, bilah laringoskopi, dan tabung
endotrakea yang tersedia dalam berbagai ukuran.
o Masker katup kantung yang dapat mengembang dengan sendirinya
o Bronkoskopi serat optik, jika memungkinkan
o Jalan Udara Masker Laring dalam berbagai ukuran yang lengkap
o Laboratorium Stat (alat penguji titik perawatan seperti i-STAT)
 Disarankan juga untuk selalu siap dengan senter dan baterai
Syarat 2.3: Pasokan
 Saat memperkirakan kebutuhan bahan steril, hukum/standar/prosedur lokal harus ditinjau ulang dan
dipertimbangkan terlebih dahulu untuk memastikan bahwa jumlah pasokan yang cukup dapat terpenuhi
selama berlangsungnya program, khususnya untuk:
o Benang jahit operasi (suture)
o Pakaian dokter bedah
o Kain operasi
o Lembaran kain kasa steril
o Sarung tangan steril sekali pakai
o Sarung tangan bersih (tidak harus steril) yang digunakan selama pengisapan, memulai infus, dll.
 Panduan untuk perakitan dan penggunaan paket tenggorokan termasuk:
o Paket tenggorokan biasanya terbuat dari kain kasa steril 4X4 atau spons operasi 4X8 dan benang
operasi sutra 2-0. Benang harus dijahit di ujung beberapa spons/kain kasa dan diikat dengan
simpul mati.
4
Diperbarui pada 15.12.2014
o Setiap paket tenggorokan yang dimasukkan harus memiliki "tanda" benang yang tergantung di
sebelah luar bagian yang dioperasi dan mudah dilihat, sebagai penanda visual bahwa paket
tenggorokan tengah digunakan. Jika lebih dari satu paket tenggorokan digunakan pada satu
pasien, jumlah total paket harus ditunjukkan dengan jumlah "tanda" benang secara visual. Selain
"tanda" benang, beberapa jenis tanda visual tambahan lainnya (penanda, pita perekat di dahi,
catatan anestesi, jenis tanda lainnya yang disepakati tim) harus digunakan untuk menunjukkan
penempatan paket tenggorokan secara jelas.
o SEMUA anggota tim yang terkait dengan operasi pasien bertanggung jawab sama besarnya
untuk memastikan dikeluarkannya paket sebelum pasien dipindahkan ke ruang pemulihan.
Pertimbangan & Rekomendasi Tambahan
 Direkomendasikan untuk memiliki rutinitas dan pasokan akses vaskular darurat berikut ini:
o Kateter IV dengan beragam ukuran dan semua bahan yang diperlukan untuk melakukan akses IV
o Pita perekat atau balut oklusif
o Larutan IV isotonik
o Perangkat buret IV untuk pasien lebih kecil
o Perangkat IV reguler
o Perangkat jalur vena pusat, cukup satu atau dua
o Perangkat jalur vena arteri, cukup satu atau dua
o Perangkat IV pemberian darah
Syarat 2.4: Pengobatan
 Saat ini tidak diperlukan pengobatan, namun rekomendasi berikut harus dipertimbangkan.
Pertimbangan & Rekomendasi Tambahan
 Anestesi standar/pengobatan analgesik berikut ini lebih diutamakan:
o Obat reversal untuk relaksan otot non-depolarisasi, seperti neostigmin ditambah glikopirolat atau
atropin
o Anestesi lokal seperti bupivakain 0.25% dan 0.5% atau ropivakain 0.2% dan 0.5%, baik
dicampur sebelumnya dengan epiferin atau dengan epiferin 1mg/mL yang tersedia untuk
campuran
o Analgesik seperti asetaminofen, ketorolac, ibuprofen, dan obat-obat lainnya untuk mengatasi
rasa sakit termasuk supositoria rektum
o Antibiotik profilaktik
 Kami sangat merekomendasikan agar pengobatan berikut ini selalu tersedia:
o Pengobatan yang diperlukan untuk Pendukung Pacu Jantung Lanjutan (ACLS: Advanced
Cardiac Life Support) atau Pendukung Hidup Lanjutan untuk Anak-Anak (PALS: Pediatric
Advanced Life Support) seperti epineferin, vasopresin, atropin, sodium bikarbonat, kalsium
glukonat, magnesium sulfat, amiodaron, lidokain, and dopamin
o Bronkodilator yang sesuai
o Penekan (pressor) termasuk fenilefrin dan efedrin
o Obat-obatan antidisritmik jantung/pengontrol ritme termasuk lidokain, esmolol, adenosin,
verapamil, digoksin, dan amiodaron
o Nalokson jika merencanakan penggunaan narkotik
o Furosemid untuk mengatasi edema paru
o Pengobatan untuk mengatasi anafilaksis seperti epineferin, deksametason, difenhaidramin, dan
antihistamin lainnya
o Antibiotik berspektrum luas sebagaimana dipilih oleh ahli bedah
o Perangkat profilaksis pasca terpapar Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan alat uji cepat
terhadap antibodi HIV
5
Diperbarui pada 15.12.2014
O Dantralon sodium (Dantrium) untuk mengatasi hipertermia yang parah
BAGIAN 3: OPERASI BAKTI SOSIAL - PERSYARATAN PENERIMAAN STAF
Persyaratan 3.1: Dokumentasi
 Seluruh staf medis yang berpartisipasi dalam program operasi bakti sosial ini harus telah terdaftar di
kantor pemerintahan yang sesuai di negara tempat program dilaksanakan dan memiliki dokumen/bebas
kerja seperti surat izin praktik dan/atau visa.
Persyaratan 3.2: Koordinator Program Operasi Bakti Sosial
 Koordinator Program Operasi Bakti Sosial, yang ditentukan dan diberi kewenangan oleh mitra yang
merencanakan program bakti sosial, bertanggung jawab untuk menghimpun pasien, memfasilitasi
pengaturan lokal dengan berfungsi sebagai penghubung utama dengan anggota masyarakat yang
bersangkutan, dan untuk memastikan keamanan tim. Secara spesifik:
o Pasien: Koordinator harus diberikan pengarahan yang baik tentang penerimaan pasien - 'lebih
makin banyak pasien' tidak selalu berarti lebih baik. Sangat penting untuk memperkirakan
sebelumnya jumlah pasien yang dapat ditangani dengan aman selama program bakti sosial (tidak
lebih dari 12 pembedahan per dokter bedah, per hari). Kapasitas perawatan harus menjadi bahan
pertimbangan saat mengembangkan strategi media, sehingga pemberitaan awal tidak
menyebabkan kedatangan lebih banyak pasien dari kemampuan menangani, yang pada akhirnya
berujung pada penolakan penerimaan pasien. Hal ini dapat menyebabkan publisitas yang negatif
serta citra yang tidak baik.
o Notifikasi:
Organisasi
lokal
yang
berkepentingan/pemerintah
lokal/departemen
kesehatan/asosiasi medis harus diberitahu sebelumnya tentang program operasi bakti sosial ini,
tujuan-tujuannya, dan manfaat program ini bagi masyarakat. Sangat penting untuk mendapatkan
dukungan dan kerja sama dari mereka.
o Keamanan: Seluruh anggota tim harus menerima informasi perkenalan tentang wilayah/negara
tempat rencana program bantuan bedah akan dilaksanakan. Ketentuan dari penyedia telepon
selular untuk program di luar negeri, dan dukungan dari polisi lokal, organisasi sukarelawan, dan
juga tokoh masyarakat sangat penting untuk memastikan keamanan tim.
Pertimbangan & Rekomendasi Tambahan
 Jika ini adalah pertama kalinya sebuah tim bekerja sama, maka sangat direkomendasikan agar anggota
tim menerima sebuah dokumen yang berisi foto, nama, dan peran masing-masing dalam tim, dan juga
tujuan dari program operasi bakti sosial.
Persyaratan 3.3: Tim Medis
 Tim program bakti sosial harus terdiri dari profesional medis yang mampu dan yang familiar serta fasih
dengan tindakan-tindakan medis terkini di bidangnya. Kendala bahasa di antara anggota tim dan/atau
staf rumah sakit harus diperhatikan dan dicarikan solusinya. Profesional medis berikut merupakan
komponen utama dari tim ini, dan ketersediaan ahli bedah, ahli anestesi, dan perawat tidak tetap harus
dipertimbangkan saat membentuk sebuah roster kerja tim (biasanya satu personel tambahan per meja di
ruang operasi):
o Dokter Bedah:
 Sesuai dengan Protokol Keselamatan & Kualitas Smile Train, seluruh pembedahan celah
bibir dan langit-langit harus dilaksanakan oleh dokter bedah berkualifikasi dengan
sertifikasi yang valid dan masih berlaku di negara tempat tinggalnya, memiliki
pengalaman pembedahan sumbing, dan telah diregistrasi di Smile Train Express.
o Dokter Anestesi:
6
Diperbarui pada 15.12.2014

Saat dokter anestesi tidak tersedia, layanan dari teknisi atau perawat anestesi yang telah
terlatih dapat digunakan. Dokter bedah harus mengkaji latar belakang dan pengalaman
klinis ahli anestesi. Ahli anestesi yang kurang berpengalaman harus dibatasi dari
berpartisipasi di dalam pembedahan tertentu seperti palatoplasti.
o Dokter Anak:
 Harus dilakukan usaha untuk memastikan kehadiran dokter anak lokal untuk perawatan
selama bedah.
o Perawat:
 Perawat setidaknya telah bekerja di institusi kesehatan selama dua tahun terakhir.
 Perawat ruang OK dan pasca-bedah local serta teknisi yang berpengalaman dengan
pasien anak-anak lebih diutamakan. Tim yang menggunakan perawat pasca-bedah lokal
harus memastikan bahwa mereka familiar dengan pengobatan penawar sakit,
pertimbangan pasca-bedah, dan rutinitas klinis untuk perawatan pasien bedah sumbing.
Tim program dapat menggunakan kesempatan ini untuk melatih perawat dalam bidang
perawatan pasca-bedah.
 Minimal dua perawat OK, satu asisten OK dan satu pembersih dibutuhkan, dan setiap
usaha harus dilakukan untuk memastikan perawat yang cukup untuk setiap ruang bedah.
 Jika tim program operasi bakti sosial tidak berencana untuk menugaskan perawat yang
berada dalam pengawasan mereka sendiri selama shift malam, mereka harus memberikan
orientasi penuh kepada perawat jaga malam yang akan merawat pasien. Ini termasuk
menyediakan sebuah daftar nomor-nomor telepon yang bisa dihubungi dan indikasi jelas
kapan mereka harus dipanggil.
Pertimbangan & Rekomendasi Tambahan
 Meski profesional medis di atas merupakan staf utama yang dibutuhkan untuk tim program operasi bakti
sosial, Smile Train menghargai pendekatan multidisiplin dan penambahan personel lain dan yang dapat
dipertimbangkan adalah seperti terapis bicara, ortodontis, dokter gigi, atau spesialis psikososial.
 Direkomendasikan bagi staf perawat yang jaga malam untuk memiliki lembar kode PICU untuk setiap
pasien seandainya terjadi keadaan darurat.
 Sangat disarankan untuk melakukan pelatihan protokol darurat (emergency mock code) sebelum
dimulainya program bedah agar anggota tim familiar dan merasa nyaman dengan satu sama lain (jika
dapat dilakukan), dan dengan fasilitas, medikasi, dan penataan peralatan.
 Pengaturan harus dilakukan agar tempat tinggal tim medis berada sangat dekat dengan rumah sakit dan
dapat segera datang jika mereka harus segera merespons keadaan darurat di malam hari.
BAGIAN 4: OPERASI BAKTI SOSIAL - PERSYARATAN TERKAIT PASIEN
Persyaratan 4.1: Prosedur Bedah Yang Disetujui
 Prosedur bedah berikut ini adalah prosedur yang telah disetujui dapat dilakukan selama program operasi
bakti sosial yang didukung Smile Train:
o Primary Lip/Nose Unilateral Repair
o Primary Lip/Nose Bilateral Repair
o Lip/Nose Revision
o Fistula Revision
o Pharyngoplasty Revision
o Primary Cleft Palate Repair (hanya jika pimpinan tim bedah puas dan yakin dengan kemampuan
anestesi, ketersediaan akses terhadap pasokan darah darurat dan dengan kondisi pasien)
7
Diperbarui pada 15.12.2014
Pertimbangan & Rekomendasi Tambahan
 Pelaksanaan bedah kombo (primary lip plus primary palate) sangat tidak disarankan untuk program
operasi bakti sosial.
Persyaratan 4.2: Evaluasi dan Faktor Risiko Pasien
 Pimpinan tim bedah harus mempertimbangkan faktor-faktor risiko pasien bersama dengan kompleksitas
prosedur bedah yang diusulkan. Sebagai contoh, suatu prosedur seperti cleft palate repair diasosiasikan
dengan risiko hilangnya darah secara signifikan, dan hal tersebut akan berkontradiksi dengan pasien
yang memiliki hemoglobin <10 g/dL.
 Pasien dianggap berisiko tinggi jika mereka memiliki satu atau lebih karakteristik berikut ini:
o Usia < 6 bulan untuk celah bibir dan 15 bulan untuk celah langit-langit.
o Tanda-tanda fisik malnutrisi, tinggi, berat, dan pengukuran lingkar kepala di bawah persentil
ketiga bagi usianya pada kurva pertumbuhan WHO.
o Hemoglobin kurang dari 8 g/dL untuk celah bibir dan 10 g/dL untuk celah langit-langit.
o Kelainan saluran pernapasan yang signifikan termasuk: saluran napas sulit dan terselubung
dan/atau intubasi yang diantisipasi dari pemeriksaan fisik. Kesulitan saluran napas harus
diantisipasi pada pasien yang telah menjalani perbaikan celah langit-langit dan kembali ke OK
untuk mendapatkan operasi tambahan dikarenakan pendarahan.
o Kebutuhan akan pembedahan darurat, seperti re-eksplorasi yang disebabkan pendarahan setelah
perbaikan celah langit-langit.
o Penyakit lain seperti tuberkulosis dan cacingan yang dapat disembuhkan jika didiagnosa dan
dideteksi lebih awal.
o Menunjukkan ketidaknormalan kardio-pulmonari. Masalah ini harus diselesaikan sebelum
pembedahan.


Anak-anak tidak boleh menerima anestesi selama menderita penyakit pernapasan akut:
o Terdapat bukti kuat bahwa hipoksia intra-bedah meningkat pada anak-anak yang menderita
infeksi saluran napas bagian atas (URTI).
o Terdapat peningkatan timbulnya bronkospasme dengan adanya URTI pada anak-anak yang
diintubasi.
o Anak-anak > 1 tahun dengan infeksi saluran napas bagian atas tidak boleh menjalani
pembedahan jika terdapat 2 gejala mana pun dari berikut ini:
 Radang tenggorokan
 Bersin
 Pilek (Rhinorrhea)
 Hidung tersumbat (Congestion)
 Rasa tidak enak badan (Malaise)
 Batuk kering
 Demam tingkat rendah (temperatur > 101 °F atau 38 °C)
Bagi anak yang menderita demam, batuk, dan ditemukan ketidaknormalan dari pemeriksaan auskultasi,
lengkapi evaluasi radiografik dan pediatrik atau konsultasi pulmonari, dan:
o Tunda pembedahan jika terdapat penyakit saluran napas bawah akut
o Influenza adalah Infeksi Saluran Napas Bawah (LRTI) yang disebabkan virus dan
mengembangkan hiperaktivitas saluran napas yang serupa dengan asma bronkial dan dapat
berlangsung selama 6-7 minggu.
o Pembedahan harus ditunda hingga 7 minggu sejak awal gejala LRTI.
o Jika kesehatan pasien diragukan, pembedahan harus ditangguhkan untuk menghindari transfusi
darah. Level hemoglobin > 8 g/dL untuk celah bibir dan 10 g/dL untuk celah langit-langit dan
dibutuhkan WBC tidak lebih dari 10.000.
8
Diperbarui pada 15.12.2014
Persyaratan 4.3: Usia Pasien dan Penjadwalan
 Perbaikan celah bibir harus dilakukan pada pasien yang setidaknya berusia 6 bulan
o Anak-anak berusia < 6 bulan berisiko tinggi mengalami hambatan saluran napas dan komplikasi
pasca intubasi. Oleh karena itu, anak-anak berusia < 6 bulan tidak diperbolehkan untuk
menjalani pembedahan yang disponsori Smile Train selama program bantuan ini.
 Perbaikan celah langit-langit harus dilakukan pada pasien yang setidaknya berusia 15 bulan untuk
pembedahan yang disponsori Smile Train selama program bantuan ini.
 Anak-anak berusia > 6 bulan dan <5 tahun dengan infeksi saluran napas bawah akut, seperti influenza,
tidak boleh menjalani pembedahan hingga 7 minggu dari awal gejala. (Anak-anak > 5 tahun memiliki
risiko yang lebih rendah terhadap komplikasi pernapasan daripada mereka yang berusia < 5 tahun).
 Pembedahan untuk bayi berisiko tinggi, termasuk yang lahir prematur, harus ditunda hingga 60 minggu
usia pasca-konsepsi (usia gestasi + usia sejak lahir) untuk meminimalkan apnea pasca-bedah.
 Tim bedah program bakti sosial harus membuat rencana dan mengurutkan pembedahan: pasien sumbing
berisiko tinggi, pasien di bawah usia 2 tahun, dan pasien yang menjalani pembedahan langit-langit pada
awal program bakti sosial. Pembedahan untuk pasien-pasien ini harus dijadwalkan lebih awal atau lebih
pagi.
 Akomodasi harus dipersiapkan untuk pasien sumbing agar dapat menginap untuk observasi (setidaknya
1 malam untuk bibir dan 2 malam untuk langit-langit). Oleh karena itu, pembedahan langit-langit tidak
boleh dijadwalkan sebagai pembedahan terakhir pada hari kerja dari program bantuan kecuali jika
persiapan pasca-bedah yang layak telah dilakukan.
 Smile Train mengharapkan ahli bedah yang mengoperasi untuk sangat waspada, berhati-hati dan sangat
terkendali saat merencanakan beban pembedahan per hari. Mengelola beban kerja harian yang wajar dan
dapat dilaksanakan adalah pertimbangan etik yang penting dan Smile Train memiliki hak untuk
menerima maksimal 12 pembedahan per ahli bedah yang terdaftar di Smile Train setiap hari.
 Perintah pra-bedah termasuk instruksi NPO harus diikuti dengan baik dan yang paling penting, diceksilang.
Pertimbangan & Rekomendasi Tambahan
 Akan sangat bermanfaat bagi tim dan pasien jika pembedahan terakhir pada hari kerja dilaksanakan
sebelum pukul 18:00 pada saat program operasi bakti sosial.
 Sangat direkomendasikan untuk menjadwalkan prosedur pembedahan bibir dewasa yang dapat
dilakukan dengan anestesi lokal pada akhir/sore hari.
Persyaratan 4.4: Pasca-Bedah/Perawatan Lanjutan
 Saat merencanakan program bantuan bedah, harus dipertimbangkan kebutuhan untuk penindak-lanjutan
pasien pasca-bedah agar dapat mengatasi komplikasi bedah dan melacak seluruh komplikasi peri-bedah.
o Jika tim bantuan bedah tidak lagi berada di tempat, sebuah perjanjian harus dibuat sebelumnya
dengan rumah sakit untuk memastikan hal tersebut dilaksanakan.
 Satu tim pasca-bedah idealnya terdiri dari seorang dokter bedah dan setidaknya satu profesional medis
lain yang memahami manajemen pasca-bedah.
Rekomendasi & Pertimbangan Tambahan
 Sangat direkomendasikan untuk merencanakan penindak-lanjutan pasien antara 4-7 hari pasca-bedah
agar dapat mengatasi komplikasi yang mungkin terjadi.
 Jauh lebih baik untuk membuat rencana penindak-lanjutan di kemudian hari supaya mudah
dikomunikasikan dengan pasien saat mereka datang untuk mendapatkan perawatan.
9
Diperbarui pada 15.12.2014
Download