PENGARUH PENAMBAHAN STREPTOMYCIN - E

advertisement
Setyono,
Jurnal PROTEIN
Pengaruh Penambahan Streptomycin dalam Skim Kuning Telur Sebagai
Pengencer terhadap Kualitas Semen Ikan Mas (Cyprinus Carpio L.)
Budi Setyono, SPi dan Suswahyuningtyas
Balai Benih Ikan Punten Batu
email: [email protected]
Abstrak
Pengencer skim kuning telur yang di dalamnya mengandung susu skim dan kuning telur mudah sekali
terkontaminasi bakteri, untuk mendapatkan pengencer skim kuning telur yang steril atau bebas bakteri
diperlukan streptomycin sebagai antibiotik. Dengan penambahan streptomycin diharapkan dapat meningkatkan
motilitas dan liviabilitas semen ikan mas (Cyprinus carpio L.)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan streptomycin dalam skim kuning telur
dan pada dosis berapakah streptomycin sangat efisien terhadap kualitas semen ikan mas (Cyprinus carpio L.)
Penelitian ini dilaksanakan di balai Benih Ikan (BBI) Punten Kota Batu, jenis penelitian adalah trueexperiment dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) satu faktor yang terdiri dari 7 perlakuan dan 4 ulangan.
Populasi dalam penelitian ini adalah semen ikan mas jantan produktif (matang gonad) sebagai penghasil
spermatozoa yang ada di Balai Benih Ikan Punten. Sampel yang digunakan adalah semen ikan mas jantan
berumur antara 2 tahun, berat 1,5 – 1,7 kg dan panjang badan 36 – 39 cm. Variabel bebas dalam penelitian ini
adalah penambahan dosis streptomycin (0 gr, 0,2 gr, 0,4 gr, 0,6 gr, 0,8 gr, 1 gr, dan 1,2 gr). Variabel terikat
adalah kualitas semen ikan mas (Cyprinus carpio L.) (motilitas dan liviabilitas).
Data diolah dengan Anava satu faktor dan dilanjutkan Uji Duncan’s. berdasarkan hasil penelitian
terdapat perbedaan pengaruh berbagai dosis penambahan streptomycin pada pengencer skim kuning telur
terhadap kualitas semen ikan mas. Dosis 1,2 gr merupakan dosis terbaik untuk menghasilkan motilitas dan
liviabilitas yang tinggi pada semen ikan mas.
Kata kunci: Streptomycin, pengencer skim kuning telur, kualitas semen ikan mas (Cyprinus carpio L.)
148
Vol. 15 No. 2 Tahun 2007
Pengaruh Penambahan Streptomycin dalam Skim Kuning Telur
PENDAHULUAN
Ikan mas (Cyprinus carpio L.) adalah
salah satu jenis ikan budidaya air tawar yang
paling banyak dibudidayakan, baik untuk
pembenihan, pembesaran di kolam pekarangan
ataupun air deras. Ikan mas disukai para petani
ikan karena sudah lama dikenal masayarakat
sehingga mudah pemasarannya dan secara
teknis juga mempunyai beberapa keunggulan
sebagai ikan budidaya. Sejalan dengan
kemajuan teknologi, usaha-usaha untuk
meningkatkan
produksi
sudah
banyak
dilakukan oleh para petani ikan. Diantaranya
adalah peningkatan penggunaan induk-induk
ikan unggul, mempercepat dan mempermudah
pemijahan dengan hypofisasi, peingkatan
derajat pembuahan telur dengan teknik
pembuahan buatan, penetasan telur secara
terkontrol, pengendalian kualitas dan kuantitas
air, pengembangan teknik kultur masal
makanan hidup dan pemurnian varietas induk
ikan.
Reproduksi sangat tergantung pada
kemampuan spermatozoa masuk ke dalam
saluran reproduksi betina. Fertilitas yang tinggi
akan mudah didapatkan jika menggunakan
spermatozoa yang mempunyai motilitas tinggi,
abnormalitas dan mortalitas yang rendah. Agar
memperoleh motilitas yang tinggi dengan
abnormalitas dan mortalitas yang rendah maka
diperlukan pemeriksaan dan evaluasi semen
yang meliputi keadaan umum semen, misalnya
volume, konsentrasi, motilitas dan liviabilitas
spermatozoa. Observasi ini diperlukan untuk
menentukan kualitas semen dan daya
reproduksi jantan serta kadar pengenceran
semen.
Penambahan bahan pengencer dalam
semen akan meningkatkan volume semen
sehingga memungkinkan cukup banyak telur
ikan betina yang dapat dibuahi. Bahan
pengencer yang digunakan harus isotonik,
mengandung nutrisi sebagai sumber energi,
adanya pelarut pelindung terhadap cold shock,
menjamin bebas kuman, bersifat buffer dan
tidak
beracun
bagi
spermatozoa
(Harjdoprandjoto, 1981). Lebih lanjut Toelihere
(1993) menjelaskan bahwa syarat bahan
pengencer adalah murah, sederhana, praktis
dibuat tetapi memiliki daya preservasi yang
tinggi. Salah satu bahan pengencer yang sering
digunakan adalah skim kuning telur. Skim
kuning telur adalah campuran antara susu skim
dan kuning telur.
Bahan pengencer kuning telur yang di
dalamnya mengandung kuning telur dan susu
skim hampir tidak mungkin dibuat steril karena
terjadi kontaminasi bakteri dari luar. Selain itu
di dalam semen diduga terdapat organisme
pathogen sehingga dikhawatirkan akan
menyebabkan
penurunan
daya
hidup
spermatozoa yang disimpan. Penambahan
antibiotik di dalam pengencer skim kuning telur
bertujuan untuk menekan dan membunuh
bakteri yang ada dalam semen. Antibiotik yang
digunakan umumnya adalah streptomycin,
penicilin atau kombinasi keduanya (Salisbury
dan Vandemark, 1985).
MATERI DAN METODE PENLITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di Balai
Benih Ikan (BBI) Punten Kota Batu mulai
bulan Desember 2005 sampai dengan Januari
2006.
Materi penelitian yang digunakan
adalah semen ikan mas (Cyprinus carpio L.)
yang diambil dari induk jantan berumur 1,5–2
tahun sebanyak 3 ml. Bahan yang digunakan
antara lain susu skim, kuning telur, glukosa,
gliserol, aquadest, streptomycin dan larutan
eosin negrosin.
Rancangan penelitian yang digunakan
adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL),
karena media yang digunakan bersifat homogen
dan berada di ruangan yang telah dikondisikan
sehingga yang mempengaruhi hasil penelitian
hanyalah faktor kebetulan dan faktor perlakuan.
Penelitian ini menggunakan 7 macam
perlakuan dengan pengulangan masing-masing
perlakuan sebanyak 4 kali. Masing-masing
perlakuan tersebut adalah :
A
= pengencer skim kuning telur tanpa
penambahan streptpmycin 0 gr
B
= pengencer skim kuning telur dengan
penambahan streptpmycin 0,2 gr
149
Setyono,
C
= pengencer skim kuning
penambahan streptpmycin 0,4 gr
D
= pengencer skim kuning
penambahan streptpmycin 0,6 gr
E
= pengencer skim kuning
penambahan streptpmycin 0,8 gr
F
= pengencer skim kuning
penambahan streptpmycin 1 gr
G
= pengencer skim kuning
penambahan streptpmycin 1,2 gr
Jurnal PROTEIN
telur dengan
telur dengan
tersebut dianalisa dengan uji Anava satu arah.
Jika data menunjukkan rata-rata populasi
berbeda nyata maka data dianalisa dengan Uji
Duncan’s.
telur dengan
telur dengan
telur dengan
Data yang diperoleh diuji terlebih
dahulu dengan uji normalitas dan homogenitas
untuk mengetahui apakah varian populasinya
normal atau tidak dan varian populasinya
homogen atau tidak. Jika data berdistribusi
normal dan varian data homogen maka data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Semen Segar
Semen ikan mas (Cyprinus carpio L.)
yang telah ditampung setelah dilakukan proses
striping dilakukan evaluasi tahap awal agar
semen tersebut diketahui layak atau tidak untuk
digunakan lebih lanjut dalam proses
pengenceran. Evaluasi semen tersebut meliputi
evaluasi semen secara makroskopis dan
mikroskopis. Data evaluasi semen segar secara
makroskopis dan mikroskopis terlihat pada
Tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1. Data evaluasi semen segar secara makroskopis dan mikroskopis
MAKROSKOPIS
MIKROSKOPIS
Volume Semen
Warna
pH
Gerakan Massa
3 ml
Putih susu
6,6
+++
Dari Tabel 1 menunjukkan bahwa kualitas
semen segar ikan mas (Cyprinus carpio L.)
yang digunakan masih memenuhi syarat untuk
diproses lebih lanjut. Hal ini sesuai dengan
pendapat Ginzburg (1972) yang menyatakan
bahwa volume semen ikan mas sebesar 2,9 ml
dan menurut Khairuman (2002) pH semen ikan
mas berkisar antara 6,8 – 7,8.
Dari hasil pengamatan diketahui warna
semen ikan adalah putih susu. Warna tersebut
menunjukkan bahwa semen ikan mas bisa
dikatakan normal. Partodihardjo (1992)
menyatakan warna semen yang normal adalah
abu-abu keputihan sampai krem kepucatan. Bila
semen berwarna kuning hal ini disebabkan
adanya riboflavin (vitamin B2) yang berfungsi
sebagai bagian dari berbagai susunan enzim
yaitu flavoprotein dan itu merupakan keadaan
normal. Warna semen yang abnormal menurut
Lindsay, dkk (1982) meliputi warna merah
muda dan ungu (tercampur darah segar karena
luka atau radang alat kelamin luar), warna
coklat tua (tercampur darah karena luka pada
alat kelamin bagian atas), warna hijau
kekuningan pada suhu kamar (terkontaminasi
kuman Pseudomonas aerogenasa), dan warna
kehijauan (semen tercampur feces).
150
Gerakan Individu
70 %
Gerakan massa spermatozoa didapatkan
nilai 3+ (+++) ini artinya gerakan spermatozoa
sangat baik. Partodihardjo (1987) menyatakan
gerakan spermatozoa positif tiga (+++)
dinyatakan sebagai gerkan yang sangat baik
karena terlihat adanya gelombang yang besar,
banyak, gelap tebal dan aktif seperti gumpalan
awan hitam seperti waktu akan hujan. Gerakan
individu 70 % masih sesuai dengan pendapat
Toelihere (1985), bahwa kualitas semen
berdasarkan motilitas individu spermatozoa
mempunyai gerakan antara 50
– 80 %
menandakan dapat mencapai ovum dengan
waktu
yang
relatif
singkat
sehingga
memungkinkan terjadinya pembuahan yang
sempurna.
Motilitas Spermatozoa
Motilitas spermatozoa merupakan salah
satu faktor yang menentukan kualitas
spermatozoa. Dalam penelitian ini motilitas
yang dinilai adalah spermatozoa yang bergerak
maju lurus kedepan (progresif) setelah
penambahan antibiotik streptomycin dalam
pengencer skim kuning telur setelah disimpan
pada suhu 5 0 C selama 7 hari. Data motilitas
spermatozoa ikan mas (Cyprinus carpio L.)
hasil pengamatan disajikan pada Tabel 2 berikut
ini.
Vol. 15 No. 2 Tahun 2007
Pengaruh Penambahan Streptomycin dalam Skim Kuning Telur
Tabel 2. Data motilitas spermatozoa (%) ikan mas (Cyprinus carpio L.) dengan menggunakan dosis
streptomycin yang berbeda dalam pengencer skim kuning telur
Ulangan
Perlakuan
Total
Rata-rata
1
2
3
4
A (0 gr)
43,33
33,33
31,67
40
144,33
37,08
B (0,2 gr)
38,33
48,33
43,33
38,33
168,32
42,08
C (0,4 gr)
46,67
50
40
41,67
178,34
44,58
D (0,6 gr)
50
46,67
40
41,67
178,34
44,58
E(0,8 gr)
55
50
53,33
48,33
2006,66
51,67
F(1 gr)
53,33
60
48,33
46,67
208,33
52,08
G(1,2 gr)
60
51,67
51,67
58,33
221,66
55,42
Dari tabel 2 di atas diketahui bahwa
terjadi perubahan motilitas pada setiap taraf
penggunaan streptomycin yang berbeda. Dari
rata-rata motilitas seluruh perlakuan berkisar
46,78 % yang berarti bahwa motilitas
spermatozoa masih cukup baik untuk
difertilisasikan karena motilitas untuk semua
tingkat penggunaan streptomycin masih diatas
40 %. Hal ini sesuai dengan pendapat
Arifiantini et al. (1990) yang menyatakan
bahwa motilitas semen cair
setelah
penyimpanan pada suhu 5 0C sebesar 40 %
masih layak untuk difertilisasikan.
Dari analisis Anava didapatkan
pengaruh yang sangat nyata dari perlakuan yang
diberikan. Dari perlakuan G (1,2 gr
streptomycin) memberikan nilai motolitas yang
tertinggi. Hal ini menunjukkan bahwa pada
dosis tersebut streptomycin mampu menekan
pertumbuhan atau membunuh bakteri yang ada
sehingga kontaminasi bakteri dalam pengencer
skim kuning telur sangat rendah. Streptomycin
sebagai zat antimikroba hanya berperan dalam
pengendalian bakteri agar tidak mengganggu
aktifitas metabolisme dari spermatozoa dan
mencegah kontaminasi protozoa, bakteri atau
penularan lain yang berbahaya.
Liviabilitas Spermatozoa
Prosentase
spermatozoa
hidup
merupakan
penilaian
semen
dengan
memperhitungkan jumlah spermatozoa yang
hidup dengan jumlah spermatozoa yang diamati
pada luas pandang yang sama. Sel spermatozoa
yang hidup sedikit dapat menyerap zat pewarna
dikarenakan permaebilitas sel meningkat
dibandingkan setelah spermatozoa mati. Data
liviabilitas spermatozoa (%) ikan mas
(Cyprinus carpio L.) dengan menggunakan
dosis streptomycin yang berbeda dalam
pengencer skim kuning telur seperti tersaju
pada Tabel 3 berikut ini .
Tabel 3. Data liviabilitas spermatozoa (%) ikan mas (Cyprinus carpio L.) dengan menggunakan dosis
streptomycin yang berbeda dalam pengencer skim kuning telur
Perlakuan
Ulangan
Total
Rata-rata
1
2
3
4
A (0 gr)
43,33
48,33
51,67
45
188,33
47,08
B (0,2 gr)
45
50
46,67
51,67
193,34
48,08
C (0,4 gr)
46,67
43,33
51,67
53,33
195
48,75
D (0,6 gr)
53,33
43,33
60
58,33
214,00
53,75
E (0,8 gr)
50
53,33
56,67
58,33
218,33
54,58
F (1 gr)
61,67
51,67
60
61,67
235,01
58,75
G (1,2 gr)
58,67
66,67
68,33
60
251,67
62,92
Dari uji Anava diketahui bahwa perlakuan
memberikan pengaruh yang sangat nyata
terhadap liviabilitas spermatozoa ikan mas
(Cyprinus carpio L.). Perlakuan G (1,2 gr
streptomycin) memberikan nilai liviabiltas
tertinggi yakni sekitar 62,92 %. Hal ini
menunjukkan bahwa pada perlakuan tersebut
streptomycin mampu menekan pertumbuhan
bakteri sehingga banyak spermatozoa yang
hidup. Hedah (1992) menyatakan bahwa
151
Setyono,
penambahan streptomycin dalam pengencer
berfungsi
mencegah
pertumbuhan
mikroorganisme atau mematikan kuman Vibrio
fetus dan meningkatkan daya tahan hidup
spermatozoa.
Penambahan
streptomycin
dalam
pengencer akan memberikan perlindungan
spermatozoa dari serangan bakteri yang
mengganggu sistem metabolisme spermatozoa
yang berasal dari semen itu sendiri ataupun
pengencer skim kuning telur. Seperti
dikemukakan Salisbury dan Vandemark (1985)
bahwa dalam semen dan dalam pengencer telah
ditemukan banyak mengandung berjuta-juta
bakteri dan pemberian antibiotik dalam kadar
tertentu dalam larutan tidak bersifat racun dan
memperpanjang umur spermatozoa. Vincent
(1981) menyatakan bahwa streptomycin
merupakan antibiotik aminoglikosid yaitu
merupakan senyawa yang mengandung gula
amino dalam ikatan glikosidik. Mudah larut
dalam air dan bersifat basa kuat. Aktifitas
aminoglikosid tergantung pada kadarnya. Kadar
rendah bersifat bakteriostatik dan kadar tinggi
bersifat bakterisid terhadap mikroba yang
sensitif. Penggunaan streptomycin yang
maksimal akan menekan jumlah prosentase dari
spermatozoa yang mati.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Ada pengaruh yang sangat nyata
pemberian dosis streptomycin yang
berbeda dalam pengencer skim kuning
telur terhadap motilitas dan liviabilitas
spermatozoa ikan mas (Cyprinus carpio
L.)
2. Penambahan streptomycin sebanyak 1,2 gr
dalam pengencer skim kuning telur dapat
meningkatkan motolitas dan liviabiltas
spermatozoa ikan mas (Cyprinus carpio
L.)
152
Jurnal PROTEIN
Saran
1. Untuk meningkatkan motilitas dan
liviabilitas
spermatozoa
ikan
mas
(Cyprinus carpio L.) perlu adanya
penambahan streptomycin sebanyak 1,2 gr
ke dalam pengencer skim kuning telur.
2. Penelitian ini hanya mengamati kualitas
semen ikan mas selama 1 minggu sehingga
perlu adanya penelitian lanjutan kualitas
semen ikan mas dalam pengencer skim
kuning telur setelah penyimpanan 1
minggu.
DAFTAR PUSTAKA
Harjdoprandjoto, 1981. Ilmu Inseminasi
Buatan. Airlangga University Press.
Surabaya
Toelihere, 1993. Inseminasi Buatan Pada
Ternak. Penerbit Angkasa. Bandung.
Salisbury dan Vandemark, 1985. Fisiologi
Reproduksi dan Inseminasi Buatan
Pada Sapi. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.
Lindsay D.R., K.W. Enswitle dan A. Winantea.
1982.
Reproduksi
Ternak
di
Indonesia. Terjemahan Australian
Univerity
Melbourne.
Fakultas
Peternakan Universitas Brawijaya
Malang. Malang.
Partodihardjo, S. 1992. Ilmu Reproduksi
Hewan. Fakultas Kedokteran Veteriner.
Jurusan Reproduksi Institut Pertanian
Bogor. Mutiara Sumber Widya. Jakarta
Pusat
Partodihardjo, S. 1987. Ilmu Reproduksi
Hewan. Mutiara Sumber Widya.
Jakarta Pusat
Toelihere, M.R.,1985. Fisiologi Reproduksi
pada Ternak. Penerbit Angkasa.
Bandung.
Download