BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Konsep Perancangan Creative

advertisement
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Konsep Perancangan
Creative Process
107
108
Gambar 4.1 Minangkabau
(Source : Nesia Dyma Putri, 2013)
Eksotisme daerah dan gaya hidup elegan merupakan cerminan dari falsafah
hidup orang Minangkabau yang sering mengingatkan akan harga diri, malu yang
tidak dapat dibagi dengan terus mempertahankan kehidupan yang bermartabat.
Karena etnis Minangkabau adalah etnis yang lebih mengutamakan martabat daripada
harta.
Hal ini dapat diambil menjadi salah satu unsur konsep. Orang Minangkabau
terkenal elegan dan selalu terkesan mewah dengan warna – warnanya yang
mencolok. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan adalah dengan menggunakan
gaya art deco yang memiliki unsur elegan dengan sentuhan eksotisme daerah. Warna
– warna cerah art deco yang kemudian dipadukan dengan warna hitam, emas,
maupun silver untuk memberikan kesan elegan, sangat sesuai dengan image orang
Minangkabau.
Orang Minangkabau percaya akan keharmonisan pada setiap hal yang ada di
muka bumi ini. Seperti ada api maka ada air, ada pagi dan ada malam, ada bintang
dan ada bulan. Hal ini dipercaya oleh orang Minangkabau adalah hal – hal yang
keberadaannya penting bagi masing – masing pihak. Keharmonisan ini dapat
diterapkan pada interior dengan memadukan hal satu dengan lainnya sehingga
terlihat harmonis dan tetap memiliki satu kesatuan benang merah.
Benang merah ini adalah desain dengan bentuk – bentuk seni dasar
Minangkabau. Seperti bentuk – bentuk bunga, jalar, binatang, serta hal – hal lainnya
yang berhubungan dengan alam, karena orang Minangkabau sangat menjunjung
109
tinggi alam. Selain itu lengkungan – lengkungan dan bentuk geometris segitiga yang
banyak dijumpai pada Rumah Gadang juga dapat dijadikan benang merah dalam
perencanaan Pusat Kebudayaan Minangkabau ini.
Gambar 4.2 Mind Perspective
(Source : Nesia Dyma Putri, 2013)
Wilayah Minangkabau sangat rawan akan gempa. Gempa terbagi menjadi
dua. Gempa tektonik adalah gempa yang menyebabkan guncangan secara horizontal,
serta gempa vulkanik yang guncangannya terjadi secara vertikal. Gempa yang sering
terjadi di daerah Padang adalah gempa tektonik. Sehingga pada saat gempa terjadi
guncangannya akan mengarah ke kiri dan kanan.
Gempa adalah salah satu kejadian alam yang tidak dapat dihindari. Tetapi hal
ini dapat diminimalisir. Keseimbangan sangat diperlukan dalam perancangan interior
ini. Rumah Gadang sering disebut sebagai salah satu rumah tradisional yang tahan
gempa. Kerubuhan akan terjadi apabila Rumah Gadang telah dimakan usia. Hal ini
dapat terjadi karena Rumah Gadang tidak memiliki pondasi. Rumah jenis ini
cenderung bertumpu pada suatu beban yang memiliki coak yang bertugas sebagai
110
penjaga keseimbangan dari rumah itu sendiri. Pada saat guncangan terjadi, rumah
tidak akan langsung jatuh karena pasak kayu yang menopangnya akan bergerak
disekitar coakan sehingga pasak hanya akan bergerak disekitar coakan.
Berangkat dari teori Vitruvian milik Leonardo da Vinci keseimbangan dan
keharmonisan dapat diaplikasikan pada interior perancangan Pusat Kebudayaan
Minangkabau ini. Pemajangan dengan kabel dapat dijadikan alternatif dibandingkan
dengan pemajangan pada lemari yang dipasak di dinding. Pada saat gempa terjadi
kabel akan melakukan gerakan ayun dan tidak akan langsung jatuh. Furnitur –
furnitur yang bersifat display dan berat dapat dieratkan dengan menggunakan baut.
Hal ini sama dengan konsep pasak rumah gadang. Pada saat terjadi guncangan, maka
baut yang akan bergerak terlebih dahulu sehingga display tidak akan langsung roboh.
Momen jatuh sebuah benda dapat dijadikan pertimbangan. Ketika benda
jatuh, ada kemungkinan posisi jatuh akan bersifat vertikal terlebih dahulu dan
kemudian baru telentang. Maka harus diberikan jarak aman pada pemajangan. Hal
ini berhubungan dengan sirkulasi. Sirkulasi harus bersifat lebar dan memiliki jarak
aman antara hubungan manusia dengan elemen interior.
Gambar 4.3 Zoning
(Source : Nesia Dyma Putri, 2013)
Dalam program aktifitas dan fasilitas manusia di dalam sebuah pusat
kebudayaan, didapatkan empat jenis zona. Yaitu zona publik dimana setiap orang
dapat masuk dan beraktifitas secara bebas, zona semi publik adalah zona yang dapat
dimasuki oleh setiap orang yang biasanya memiliki tujuan tertentu, zona semi private
adalah zona dimana orang – orang yang memiliki kepentingan diiringi dengan
111
pendaftaran saja yang dapat melaluinya, serta zona service yang berfungsi sebagai
tempat penyimpanan dan konservasi.
Dari zoning yang telah dilakukan didapatkan perancangan area – area dari
fasilitas yang dibutuhkan. Area lantai satu adalah area yang bersifat lebih publik dan
membutuhkan kemudahan dalam pencapaiannya. Dan area lantai dua adalah area
yang bersifat lebih sedikit privat.
Gambar 4.4 1st Storey Grouping
(Source : Nesia Dyma Putri, 2013)
Gambar 4.5 2nd Storey Grouping
(Source : Nesia Dyma Putri, 2013)
112
4.2
Citra Ruang
Kota Padang memilki suhu rata – rata 300 - 320 Celcius. Suhu terakhir pada
pertengahan bulan Maret 2013 pada siang hari bisa mencapai 350 Celcius. Rasa penat
dan panas akan langsung dirasakan ketika berada di luar ruangan. Oleh karena itulah
citra ruang yang ingin dicapai adalah rasa sejuk dan dingin.
Gambar 4.6 Citra Ruang Dingin
(Source : www.archdaily.com)
Kebudayaan adalah hal yang memiliki nilai sangat tinggi. Hal ini dikarenakan
budaya merupakan hasil dari manusia yang akhirnya menjadi identitas dari etnis atau
kelompok manusia itu sendiri. Oleh karena itulah budaya harus ditampilkan dalam
sebuah kemewahan yang akan mengangkat kemewahan dari budaya itu sendiri.
Dengan konsep kemewahan dalam kemewahan, maka citra glamour dapat dijadikan
sebagai sebuah pendekatan desain.
Budaya Minangkabau sangat terkenal dengan kemewahan warna dan
materialnya. Hal ini sesuai dengan konsep glamour yang ingin dicapai dalam
perancangan interior Pusat Kebudayaan Minangkabau ini.
113
Gambar 4.7 Citra Ruang Glamour
(Source : www.archdaily.com)
4.3
Konsep Material Lantai, Dinding, dan Ceiling
Pengaplikasian dan pemilihan material pada lantai, dinding dan ceiling dapat
dijadikan sebagai metode untuk mencapai citra ruang dingin dan glamor seperti yang
telah dibahas pada sub-bab 4.2.
Untuk menciptakan kesan sejuk maka pada lantai dapat diberikan warna
gelap dengan efek mengkilap.
Gambar 4.8 Material Lantai Mengkilap
(Source : Nesia Dyma Putri, 2013)
114
Area publik biasanya akan banyak menimbulkan gesekan karena besarnya
intensitas orang – orang berlalu – lalang. Selain itu pada area publik jarang ada
peraturan – peraturan khusus seperti dilarang membawa makanan dan minuman,
karena itu resiko timbulnya noda akan lebih besar. Berdasarkan tabel karakteristik
finishing lantai pada bab 3, finishing tile dan konkrit adalah salah satu pilihan yang
menonjol. Tingkat ketahanan akan kelembapan, noda, dan tekanan dari dua jenis
finishing ini masuk kedalam golongan terbaik. Masing – masing memiliki nilai yang
sama. Pada finishing tile kemudahan dalam pembersihan lebih unggul dibandingkan
dengan konkrit. Sedangkan finishing konkrit unggul dalam hal ketahanan akan
tekanan. Tetapi untuk mencapai kesan ruang glamour finishing tile seperti marmer
atau granit memiliki nilai lebih. Oleh karena itu finishing tile dipilih untuk area –
area publik.
Pada area – area khusus yang membutuhkan tingkat akustik menengah hingga
tinggi, maka karpet dapat diinstalasi untuk meredam suara – suara yang tidak
diinginkan. Pada area konservasi, workshop, serta beberapa area yang memiliki
banyak aktifitas yang akan menimbulkan banyak gesekan tile, konkrit dan terazzo
dapat dijadikan sebagai pilihan.
Gambar 4.9 Lantai Gelap Glossy
(Source : www.archdaily.com)
115
Sebagai pencegahan bencana seperti gempa, maka ceiling harus bersifat kuat
dan tahan guncang. Dewasa ini terdapat alat seperti bracket yang berfungsi sebagai
pencengkram gypsum agar lebih kuat dan tahan guncangan. Selain itu penggunaan
kabel – kabel pada penggantungan ceiling juga dapat dipilih sebagai sistem instalasi
ceiling.
Finishing kayu cukup tahan akan tekanan tetapi kurang tahan dengan
kelembapan. Sedangkan finishing metal tahan akan tekanan, mudah untuk
dibersihkan, serta tahan lembap. Metal dapat dijadikan alternatif untuk finishing pada
ceiling. Selain itu kain – kain minangkabau juga dapat dijadikan alternatif finishing
pada ceiling seperti yang sering digunakan pada beberapa rumah Minangkabau.
Ceiling dapat diberikan permainan bentuk untuk memberikan kesan mewah.
Hal ini juga dapat digunakan sebagai wadah untuk meletakkan ukiran – ukiran
Minangkabau.
Gambar 4.10 Contoh Permainan Ceiling
(Source : www.theluxhome.com)
116
Dinding berfungsi sebagai pemisah antar ruang, pemisahan antara ruang
pribadi dan umum, sebagai penahan kebisingan pada ruang – ruang tertentu, penahan
radiasi matahari serta sebagai fungsi artistik. Pada sebuah pusat kebudayaan dinding
sebaiknya diberikan finishing yang simple. Hal ini merupakan salah satu metode
yang dapat digunakan untuk memperlihatkan kekayaan warna dan ukiran dari
kebudayaan Minangkabau dengan memberikan suasana yang kontras.
Jenis finishing tiles memang merupakan jenis finishing yang paling unggul
dibandingkan dengan yang lain mulai dari sisi ketahanan akan noda, kelembapan,
dan kemudahan dalam pembersihan. Tetapi jenis dinding ini sangat sulit untuk
diberikan sebuah sistem didalamnya seperti penggantungan karya. Cat dapat
membantu untuk memberikan dinding wajah yang baru tetapi tetap mempertahankan
kesederhanaannya.
Screening dapat digunakan untuk memberikan kesan artistik. Screening dapat
memisahkan ruang tetapi tetap dapat menembuskan cahaya. Selain itu finishing
akrilik juga dapat diaplikasikan sebagai pengganti kaca yang sulit untuk dijadikan
elemen interior pada daerah rawan gempa
4.4
Konsep Warna
Pada sub-bab citra ruang telah dilakukan pembahasan mengenai kesan sejuk
yang ingin dicapai pada interior terkait dengan suhu pada kota Padang. Oleh karena
itu warna sangat berpengaruh besar dalam penciptaan ambiance ini.
Warna memiliki impuls. Warna dengan impuls tinggi biasanya hanya cocok
untuk permukaan yang sempit. Warna – warna kuat seperti orange dan kuning dapat
memberikan efek menggelisahkan. Sedangkan warna dengan impuls rendah seperti
biru dapat memberikan efek dingin dan menenangkan.
Gambar 4.11 Colour Impuls
(Source : Nesia Dyma Putri, 2013)
117
Warna yang memiliki impuls tinggi dan bersifat terlalu cerah akan membuat
ruangan terasa lebih panas. Hal ini harus dihindari mengingat suhu tinggi yang ada di
kota Padang. Karena itulah sebaiknya digunakan warna – warna yang lebih netral.
Warna netral juga sangat dianjurkan karena warna ini tidak akan bertabrakan dengan
warna – warna cerah dari hasil – hasil kesenian kebudayaan Minang.
Dalam perencanaannya disarankan untuk menjadikan warna sebagai kanvas
dan background dari ramainya corak kebudayaan Minang. Pemilihan warna yang
bertabrakan akan mendistraksi perhatian pengunjung dari keragaman corak budaya
yang ingin ditonjolkan. Tetapi ada baiknya warna yang menjadi fokal poin muncul
untuk menarik perhatian atau sebagai arah dan pemisahan ruang. Warna emas dapat
digunakan yang sesuai dengan kebudayaan Minangkabau dan kesan glamour yang
ingin dicapai.
Gambar 4.12 Contoh Dinding Natural
(Source : www.archdaily.com)
4.5
Konsep Pencahayaan
Dalam sebuah pusat kebudayaan peranan pencahayaan cukup penting
terutama di area – area seperti teater dan galeri. Pencahayaan dapat memberikan efek
bayangan dan memperjelas bentuk dari sebuah modular atau benda.
118
Untuk memberikan keseimbangan atas elemen interior yang memberikan
ambiance dingin, warna dari sebuah lampu dapat memberikan sedikit kehangatan
yang akhirnya akan membuat interior terlihat sejuk. Bukan dingin. Kesan glamour
dan mewah yang ingin dicapai dapat pula dicapai dengan menggunakan warna –
warna lampu yang hangat.
Dalam sebuah interior sebaiknya terdapat benang merah antara ruang yang
satu dengan lainnya. Apabila warna ataupun material tidak dapat menjadi ebnang
merah, pencahayaan dapat menjadi alat untuk memenuhi hal ini.
Tabel 4.1 Tabel Kuat Cahaya Lampu dan Warnanya
(Source : www.wikipedia.com)
Adanya kriteria dalam hal pemeliharaan beberapa barang kebudayaan seperti
kain, buku, lukisan dan yang lainnya tentu akan menjadi salah satu pertimbangan
dalam menentukan jenis pencahayaan yang akan digunakan. Beberapa benda tidak
dapat terkena cahaya lampu secara terus – menerus dengan adanya resiko seperti
keretakan hingga warna material. Biasanya lampu – lampu jenis spot sering
digunakan karena lampu ini bersifat menyorot secara terarah terhadap benda yang
ingin dipamerkan. Tetapi hal ini bisa menjadi keuntungan dan kerugian. Panas yang
dikeluarkan oleh lampu ini dapat merusak material dan benda – benda lainnya. Oleh
karena itu dibutuhkan bentuk pencahayaan yang sesuai dengan pemeliharaan barang.
119
Gambar 4.13 Jenis Pencahayaan Dalam Ruang
(Source : Data Arsitek)
4.6
Konsep Penghawaan
Udara yang panas di kota Padang membutuhkan sistem penghawaan yang
baik. Bukaan jendela sulit untuk dilakukan dikarenakan udara yang masuk akan
membawa debu yang akhirnya membuat ruang terlihat kotor dan tidak higienis. Cara
lain untuk mengatasinya adalah dengan menggunakan AC. Dengan bantuan jenis
material serta warna yang tepat untuk memberikan ambiance sejuk, diharapkan
penggunaan AC tidak akan terlalu besar.
Sistem penghawaan dengan kelembapan 40-50% dengan temperatur 180200C, dengan sistem AC Central dipadukan denagan AC kaset dengan pertimbangan
penyebaran dingin yang lebih merata dan tidak adanya suara bising.
4.7
Konsep Akustik Ruang
Sistem akustik akan sangat diperhatikan pada perancangan area teater, mini
teater dan ruangan multi-function. Sistem akustik berupa pantulan – pantulan suara
120
dapat dirancang pada plafon, lantai dan juga dinding. Tingkat kebisingan akan
diredam pada beberapa area.
Material – material penyerap bising dapat digunakan. Selain itu bentuk plafon
yang cembung dapat memantulkan bunyi dengan merata. Permukaan – permukaan
sebaiknya tidak bersifat rata.
4.8
Konsep Keamanan dan Signage
Untuk memberikan keamanan maka akan dipasang kamera CCTV. Selain itu
akan diinstalasi alarm kebakaran, asap, sprinkler dan yang lainnya.
Selain itu beberapa signage juga harus digunakan untuk memberikan
informasi seperti direktori atau arah, signage yang bersifat pointikal atau menunjuk
ke sebuah fasilitas, menunjukkan nama dari sebuah fasilitas seperti nama ruang,
nomor lantai, serta signage untuk petunjuk keamanan. Signage ini sendiri akan
menggunakan sorot lampu led di dalamnya.
Gambar 4.14 Tipe Signage dan Material
(Source : Time-Saver Standards for Interior Design and Space Planning)
Download