memposisikan peranan bapak

advertisement
MEMPOSISIKAN PERANAN BAPAK
SEBAGAI KEPALA KELUARGA DALAM
MASYARAKAT HUKUM ADAT MINANGKABAU
Oleh : H. Mas’oed Abidin
Mukaddimah
Landasan pokok adat budaya Minangkabau “adat basandi syarak, syarak basandi
Kitabullah”, bermakna ada landasan budaya yang kuat, bersendi kepada agama (syara’).
Maka, dalam diri orang Minang menyatu kedua nilai hakiki, adat dan syarak. Setiap
orang Minang dituntut memahami dan mengamalkan nilai-nilai budaya Minangkabau
tersebut dengan mentaati ajaran-ajaran agama Islam.
Pengamalan secara utuh dari adat, agama dan undang-undang, berpengaruh terhadap
tatanan sosial. Tanpa ketiganya, kekacauan, keserakahan, kekerasan dan kejahatan
dengan mudah akan tumbuh subur di tengah-tengah masyarakat.
Seorang Minangkabau mesti beradat, berbudi dan beragama Islam. Ketika konsep adat
budaya Minangkabau yang religius ini diamalkan dengan sesungguhnya, maka “ranah
Minang” adalah nagari aman, damai, sejahtera lahir dan batin.
Minangkabau masa dahulu bisa dikatakan sangat teratur. Masuknya agama Islam ke
ranah Minangkabau, tatanan adat istiadat disempurnakan dengan ajaran agama melalui
penyesuaian-penyesuaian. Hal-hal yang bertentangan dengan Islam, dihapus dan tidak
berlaku lagi. Dari sini lahir " adaik manurun agamo mandaki " dan "syarak mangato,
adaik mamakaikan".
Secara fisik, ungkapan itu adalah adat berasal dari daerah daratan, kemudian menyebar ke
kawasan pesisir. Sementara agama berasal dari pesisir dan dikembangkan kedaratan dan
pedalaman Minangkabau.
Secara esensial, bahwa masyarakat Minangkabau rela menerima peran adat yang selalu
menurun dan berkurang, sementara agama kian hari semakin dominan. Karena itu,
berlaku kaidah ”adaik dipakai baru, kain dipakai usang”, satu kearifan adanya penjagaan
nilai-nilai disetiap pergantian zaman dan musim.
Dalam masyarakat Indonesia ada struktur kemasyarakatan :
1) Berdasarkan Matrilinial, yaitu melalui garis keturunan Ibu, seperti di
Minangkabau,
2) Berdasarkan Patrilinial, yaitu melalui garis keturunan Ayah, seperti di
Tapanuli, Sumatera Utara, atau Batak,
3) Berdasarkan Parental, yaitu melalui garis keturunan IBU dan AYAH
(kedua-duanya), seperti di Jawa.
Masyarakat Hukum Adat Minangkabau
Masyarakat hukum adat dapat difahami melalui faktor teritorial dan faktor geneologis.
Faktor teritorial terikat dengan suatu daerah tertentu. Faktor genealogis berdasar
pertalian darah keturunan.
Orang Minangkabau, merasa terikat oleh satu keturunan yang ditarik menurut garis Ibu
atau Perempuan.
a) Kesatuan dasar keturunan itu disebut SUKU jang ditarik menurut garis keturunan
perempuan atau Matrilinial.
Hubungan kekerabatan matrilinial bersifat alamiah dan lebih awal munculnya
dalam masyarakat dibanding tali kekerabatan lainnya.
Sejak awal, anak-anak lebih mengenal Ibunya. Ibu melahirkan, mengurus,
mengasuh dan ibu membesarkan anaknya. Ibu menjadi pendidik keluarga. lbu
menentukan perkembangan keturunan. Melalui garis Ibu (perempuan) terjalin
ikatan keluarga matrilinial.
b) Peran ibu di Minangkabau ada dua ; pertama melanjutkan keberadaan suku dalam
garis matrilineal, dan kedua menjadi ibu rumah tangga dari keluarga, suami dan
anak-anaknya. Syara’ berlandaskan Kitabullah menempatkan perempuan pada
posisi azwajan (mitra setara dan sederjat) dengan jenis laki-laki sebagai pasangan
hidup. Karena itu ibu menduduki peran sentral.
Saat ini, tanggungjawab terhadap anak, dipastikan sepenuhnya telah berpindah ke
tangan orang tua. Dominasi mamak beralih ke ayah khususnya, dan orang tua pada
umumnya.
c) Rumah tangga bagian terendah tata ruang masyarakat. Organisasi kekerabatan
matrilinial Minangkabau dimulai dari Rumah Tangga yang dipimpin orang
SUMANDO, artinya kekuasaan ada pada BAPAK.
Anak Minangkabau punya nasab ayah, suku ibu, dan gelar mamak.
”Gala” adalah ”sako” dalam kaum atau suku.
Orang Sumando mempunyai tugas berat,
" mancari kato mufakaik, ma-nukuak mano nan kurang, mam-bilai mano
nan senteng, ma-uleh sado nan singkek, Man-jinaki mano nan lia, marapekkan mano nan ranggang, ma-nyalasai mano nan kusuik, ma-nyisik
mano nan kurang, ma-lantai mano nan lapuak, mam-baharui mano nan
usang".
Idealnya urang sumando Minangkabau adalah urang sumando ninik mamak atau
sumando mamak rumah.
Download