Penerapan Model Pembelajaran Make A Match Untuk

advertisement
NAMA
NPM
: MUNIYATI
: 2008 14 012
JUDUL
: Penerapan Model
Pembelajaran Make A Match Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada
Konsep Stoikiometri Kelas X Sma
Negeri 2 Telutih
Pembimbing 1: Senimbar, S.Pd, M.Pd.
Pembimbing 2: Ivatul Laily K, M.Pd.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk
menumbuhkan kembangkan potensi Sumber Daya
Manusia, peserta didik dengan cara mendorong dan
memfasilitasi kegiatan belajar mereka, secara detail
dalam Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal I Ayat
1 Pendidikan didefinisikan sebagai usaha sadar dan
terancana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara (Syah, 2009).
Dari masa kemasa, bangsa indonesia tak hentihentinya melakukan berbagai macam usaha
demi
pembangunan
Bangsa
dan
Negara.
Pendidikan dipandang mempunyai peranan yang
besar untuk menciptakan masa depan yang
gemilang yang menjadi idaman kita bersama. Hal
ini dimungkinkan karena usaha terus-menerus
ditingkatkan melalui pembangunan dibidang
pendidkan. Dapat dihasilkan Sumber Daya
Manusia (SDM) yang memiliki potensi dan
kemampuan yang optimal, karena pada dasarnya
pendidikan merupakan usaha yang sengaja
untuk membantu perkembangan potensi dan
kemampuan
anak
agar
bermanfaat
bagi
kepentingan hidupnya (Ahmadi, 1991)
Model pembelajaran merupakan cara yang
digunakan untuk mencapai tujuan pengajaran
yang
ingin
dicapai.
Pemilihan
model
pembelajaran yang tepat akan membuat siswa
tertarik pada pelajaran tersebut dan tugas guru
dalam menyampaikan materi akan lebih mudah
dipahami, sehingga tujuan pembelajaran dapat
dicapai
secara
optimal.
Semakin
baik
penggunaan model
pembelajaran
semakin
berhasilah pencapaian tujuan pembelajaran.
Jadi, jelaslah bahwa model pembelajaran
mempengaruhi
belajar.
Salah satu model pembelajaran yang diterapkan
dalam proses pembelajaran kimia adalah model
pembelajaran make a match (mencari pasangan)
dimana
seorang
guru
harus
mampu
memfasilitasi siswanya dalam membangun
pengetahuannya dengan cara menstimilasi
terjadinya proses pembelajaran dengan cara
guru membagikan siswa kartu yang berisi
pertanyaan dan kartu-kartu lainnya berisi
jawaban,
sehingga
setiap
siswa
mencari
pasangannya dari kartu tersebut sesuai dengan
model
pembelajaran
yang
di
terapkan.
Melalui penelitian tindakan kelas diharapkan ada
peningkatan hasil belajar siswa yang signifikan
pada pembelajaran kimia di SMA Negeri 2
Telutih. Guru kimia sebagai mitra peneliti sangat
mendukung upaya pencapaian kondisi tersebut,
dengan demikian pembelajaran kimia melalui
pembelajaran
make
a
match
dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Sehingga yang
menjadi dasar bagi peneliti untuk melakukan
penelitian dengan judul “Penerapan Model
Pembelajaran
Make
a
Match
Untuk
Meningkatkan Hasil Belajaran Siswa Pada
Konsep Stoikiometri Kelas X SMA Negeri 2
Teluti”
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penilitian ini adalah:
Apakah ada peningkatan hasil belajar siswa
melalui model pembelajaran make a match pada
konsep Stoikiometri Siswa Kelas X SMA Negeri 2
Teluti?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka
tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini
adalah: Untuk mengetahui peningkatan hasil
belajar siswa melalui model pembelajaran make
a match pada konsep Stoikiometri siswa Kelas X
SMA Negeri 2 Teluti.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:
Mendorong siswa agar mampu berinteraksi antara
guru dan siswa dalam kelas dengan baik sehingga
setiap terjadi kesulitan belajar dalam kelas dapat
diatasi.
Sebagai bahan bagi guru kimia dan dapat dijadikan
sebagai suatu pegangan khusus bagi peneliti dalam
menyiapkan diri sebagai calon pendidik dimasa yang
akan datang.
1.5. Pembatasan Masalah
materi Stoikiometri memiliki 6 sub pokok bahasan dan
yang diambil hanya terdiri dari dua sub pokok
bahasan yaitu, Rumus kimia dan tata nama senyawa
organik sederhana.
Hasil belajar yang diperhatikan adalah nilai tes di
1.6. Penjelasan Istilah
Adapun istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
Model Pembelajaran Make a Match artinya model
pembelajaran Mencari Pasangan. Hal-hal yang perlu
dipersiapkan jika pembelajaran dikembangkan dengan
Make a Match adalah kartu-kartu. Kartu-kartu tersebut
berisi pertanyaan-pertanyaan dan kartu lainnya berisi
jawaban dari pertanyaan tersebut (Istarani, 2011).
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki
siswa setelah selesai proses pembelajaran yang dapat
diukur langsung dengan menggunakan tes (Sudjana, 1989).
Stoikiometri : istilah stoikiometri adalah berasal dari bahasa
yunani, yaitu dari kata stoicheion yang berarti unsur, dan
neutron yang artinya mengukur. Jadi stoikiometri berarti
perhitungan kimia. Konsep-konsep yang mendasari
perhitungan kimia adalah massa atom relatif, rumus kimia,
persamaan reaksi,dan konsep mol (Purba, 2004).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Belajar
2.2. Hasil Belajar
2.3. Model Pembelajaran Make a Match
2.4. Kelemahan dan Kelebihan Model Pembelajaran
Make a Match
2.5. Penelitian Tindakan Kelas
2.6. Ruang Lingkup Materi
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Tipe Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas
(classroom action research) yaitu penelitian yang
dilakukan secara alami dengan mengamati proses
belajar mengajar yang terjadi di dalam kelas. Guna
melihat perkembangan siswa terhadap proses belajar
mengajar dan juga terhadap hasil belajar siswa dengan
menggunakan model pembelajaran make a match
pada konsep stoikiometri siswa kelas X SMA Negeri 2
Telutih.
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan pada SMA Negeri 2
Telutih Kecamatan Telutih Kabupaten Maluku Tengah.
Waktu penelitian.
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 9 Januari
sampai dengan 8 Februari 2013.
3.3. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas
X SMA Negeri 2 telutih semester II Tahun Ajaran
2012/2013 dengan jumlah siswa sebanyak 34 siswa.
3.4. Instrumen penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Silabus.
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
3. Instrumen tes berupa pembutiran soal tes yaitu tes
awal (pre test) yang terdiri 5 butir soal essay dan soal
tes akhir 4. siklus I yang terdiri dari 5 butir soal, serta
soal tes akhir 5. siklus II (post test) masing-masing
sebanyak 25 butir soal yaitu 20 pilihan ganda dan 5
essay
Lembar observasi untuk mengamati aktivitas siswa
dalam proses pembelajaran.
3.5. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini akan dipersiapkan dalam
perencanaan pembelajaran adalah sebagai berikut:
Perencanaan (planning)
Tindakan (acting)
Pengamatan (Observing)
Refleksi (Reflecting)
3.6. Teknik Analisis Data
Sesuai dengan data yang diperoleh dalam penelitian ini,
maka data yang akan dianalisis menggunakan analisa
deskriptif yaitu berupa presentase hasil belajar siswa.
Untuk mendapatkan nilai akhir maka dapat diperoleh
rumus sebagai berikut :
Nilai akhir = Total skor nilai/total skor umum x 100%
(Arikunto, 2008)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
Data hasil pre-test atau hasil belajar siswa konsep
stoikiometri dengan menggunakan model pembelajaran make
a match (mencari pasangan) untuk meningkatkan hasil
belajar siswa adalah sebagai berikut:
4.1.1. Data Hasil Tes Awal (pre-test)
Menurut Suryasubroto (2002), tes awal adalah tes kepada
siswa mengenai bahan yang akan diajarkan sebelum kegiatan
belajar mengajar di mulai. Data kualifikasi dan presentase
siswa pada tes awal di tunjukan pada tabel 4.1 menunjukkan
bahwa tingkat penguasaan dengan kualifikasi baik berjumlah
7 orang siswa atau 20,59%, tingkat penguasaan dengan
kualifikasi cukup berjumlah 10 orang siswa atau 29,41%,
sedangkan tingkat penguasaan dengan kualifikasi gagal
berjumlah 6 orang siswa atau 17,65%, maka dapat
diasumsikan bahwa sebagian siswa memiliki
pengetahuan awal tidak memuaskan tentang materi
stoikiometri.
4.1.2. Hasil Tes Akhir Atau Tes Formatif Pada Siklus I
Hasil tes akhir atau tes formatif pada siklus 1 (pertama)
yang mengambarkan tingkat penguasaan siswa
terhadap materi stoikiometri yang diajarkan dengan
menggunakan model pembelajaran make a match dapat
dilihat hasilnya yang menunjukan bahwa tingkat
penguasaan dengan kualifikasi sangat baik berjumlah 5
orang siswa atau 14,70%, tingkat penguasaan dengan
kualifikasi baik berjumlah 11 orang siswa atau 32,35%,
tingkat penguasaan dengan kualifikasi cukup
berjumlah 6 orang siswa atau 17,65%,
tingkat penguasaan dengan kualifikasi cukup
berjumlah 6 orang siswa atau 17,65%, sedangkan
tingkat penguasaan dengan kualifikasi kurang
berjumlah 12 orang siswa atau 35,29%, hal ini di
sebabkan karena siswa masih marasa bingung
dengan materi stoikiometri dan cara mencari
pasangan
kartu
yang
cocok.
Dari hasil tes akhir siklus I, maka peneliti harus
melanjutkan pada tahap siklus II dimana pada siklus
I hasil yang dicapai masih kurang olehnya itu
dengan membenahai kekurangan-kekurangan yang
ada pada siklus I ini, maka akan dilanjutkan pada
siklus II.
4.2. Penilaian Siswa Selama Proses Belajar Mengajar
Pada Siklus I
a. Hasil Penilaian Afektif
pada proses penilaian afektif dengan menggunakan
lembar observasi penilaian afektif selama proses
pembelajaran berlangsung dapat dilihat pada tabel
4.3 menunjukan bahwa tingkat penguasaan dengan
kualifikasi sangat baik berjumlah 2 orang siswa atau
5,88%, tingkat penguasaan dengan kualifikasi baik
berjumlah 5 orang siswa atau 14,70%, tingkat
penguasaan dengan kualifikasi cukup berjumlah 7
orang siswa atau 20,52%, tingkat penguasaan
dengan kualifikasi kurang berjumlah 15 orang siswa
atau 44,70%, sedangkan tingkat penguasaan dengan
kualifikasi gagal berjumlah 4 orang siswa atau
11,76%.
b.
Hasil
Penilaian
Psikomotor
Hasil penilaian psikomotor selama proses belajar
mengajar berlangsung dapat dilihat berdasarkan data
penilaian yang diperoleh dengan menggunakan lembaran
observasi
penilaian
psikomotor,
dimana
tingkat
penguasaan dengan kualifikasi sangat baik berjumlah 5
orang siswa atau 14,70%, tingkat penguasaan dengan
kualifikasi baik berjumlah 4 orang siswa atau 11,76%,
tingkat penguasaan dengan kualifikasi cukup berjumlah
9 orang siswa atau 26,47%, tingkat penguasaan dengan
kualifikasi kurang berjumlah 12 orang siswa atau
35,29%,
sedangkan
tingkat
penguasaan
dengan
kualifikasi gagal berjumlah 4 orang siswa atau 11,76%,
hal ini dsebabkan karena siswa belum terbiasa dalam
pembelajaran yang menuntun mereka bekerja sama
dalam mencari pasangan kartu yang cocok sesuai dengan
model pembelajaran make a match
4.3. Data Hasil Tes Akhir Siklus II
Dari tabel 4.5 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata
siswa sudah cukup baik yaitu 76,91%. Dimana
seluruh siswa sudah mencukupi nilai KKM dengan
jumlah keseluruhannya 34 orang siswa, sehingga
peneliti melihat data yang dihasilkan pada sikus II
ini sudah cukup baik dengan peningkatan hasil
belajar yang sudah cukup tinggi dari data hasil
siklus sebelumnnya.
4.3.1. Penilaian Siswa Selama Proses Belajar
Mengajar Pada Siklus II
a. Hasil Penilaian Afektif
Pada tabel 4.6 menunjukan bahwa tingkat
penguasaan dengan kualifikasi sangat baik
berjumlah 8 orang siswa atau 23,53%, tingkat
penguasaan dengan kualifikasi baik berjumlah 8
orang siswa atau 23,53%, sedangkan tingkat
penguasaan dengan kualifikasi cukup berjumlah 18
orang siswa atau 52,94%, hal ini dikarenakan semua
siswa pada siklus II sudah mengalami peningkatan
hasil belajar sesui dengan yang diinginkan.
.
4.3.1. Penilaian Siswa Selama Proses Belajar
Mengajar Pada Siklus II
a. Hasil Penilaian Afektif
Pada tabel 4.6 menunjukan bahwa tingkat
penguasaan dengan kualifikasi sangat baik
berjumlah 8 orang siswa atau 23,53%, tingkat
penguasaan dengan kualifikasi baik berjumlah 8
orang siswa atau 23,53%, sedangkan tingkat
penguasaan dengan kualifikasi cukup berjumlah 18
orang siswa atau 52,94%, hal ini dikarenakan semua
siswa pada siklus II sudah mengalami peningkatan
hasil belajar sesui dengan yang diinginkan.
.
b. Hasil Penilaian Psikomotor
Dari tabel 4.7 dapat dilihat bahwa nilai psikomotor
siswa pada siklus II mengalami peningkatan yang
cukup baik. Dimana seluruh siswa sudah
mencukupi nilai KKM dengan jumlah
keseluruhannya 34 orang siswa, sehingga peneliti
melihat data yang dihasilkan pada sikus II ini sudah
cukup tinggi dari data hasil siklus sebelumnnya.
Dari data yang dihasilkan pada siklus II, maka
peneliti mengakhiri penelitian sampai siklus ke II ini
sebab data hasil belajar siswa yang ada telah
mengalami peningkatan sesuai dengan yang
diharapkan.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan beberapa
siklus pembelajaran dapat disimpulkan bahwa terdapat
peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan
model pembelajaran make a match pada siswa kelas X
SMA Negeri 2 Telutih dimana pada hasil tes awal nilai
rata-rata (53,23%). Pada tes akhir siklus I setelah
diterapkan model pembelajaran make a match nilai
siswa mengalami peningkatan yaitu terdapat (68,61%).
Dimana tingkat penguasaan dengan kualifikasi sangat
baik berjumlah 5 orang siswa atau 14,70%, tingkat
penguasaan dengan kualifikasi baik berjumlah 11 orang
siswa atau 32,35%, tingkat penguasaan dengan
kualifikasi cukup berjumlah 6 orang siswa atau 17,65%,
dari hasil ini belum terdapat pengaruh yang signifikan
terhadap peningkatan hasil belajar siswa karena masih
ada 12 siswa atau 35,29%,
yang belum tuntas atau nilainya belum mencukupi
KKM, hal ini disebabkan karena kurang aktif dalam
proses pembelajaran, serta mereka masih bingung
untuk mengerjakan latihan dengan cara mencari
pasangan atas kartu-kartu yang telah disediakan,
olehnya itu akan dilanjutkan pada siklus II, dan
hasil yang diperoleh pada siklus ini mengalami
peningkatan yang cukup baik yaitu terdapat
(76,91%). Sehingga model pembelajaran ini perlu
digunakan dalam proses pembelajaran disekolah
umumnya dan di kelas khususnya, karena seluruh
siswa telah mampu mencapai kriteria ketuntasan
minimum (KKM).
Saran
Adapun saran yang disampaikan dari hasil penelitian ini
adalah sebagai berikut:
Bagi guru disarankan agar dapat menggunakan model
pembelajaran make a match, untuk dapat meningkatkan
kulitas pembelajaran, serta lebih kreatif untuk
mengembangkan penggunaan model pembelajaran dalam
penyajian materi di kelas.
Bagi siswa disarankan sebaiknya tidak merasa takut maupun
segan terhadap guru, jika ada kesulitan mengenai materi yang
di ajarakan maupun soal-soal yang diberikan diharapkan
jangan takut mengeluarkan pendapat kepada guru
bersangkutan, agar dapat di selesaikan soal tersebut dan dapat
dipahami dengan baik.
Bagi instusi sekolah diharapkan selalu menyediakan sarana
pembelajaran, perpustakaan, buku-buku paket yang dapat
menunjang proses pembelajaran sehingga tercapainya hasil
belajar siswa yang maksimal.
Bagi mahasiswa atau peneliti berikutnya hasil penelitian ini
dapat dijadikan referensi bagi penelitian lanjutan untuk
mengembangkan model pembelajaran ini lebih jauh.
Download