Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia (JPPI) Vol. 1, No. 1, Januari 2016 ISSN 2477-2240 UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHITUNG PERKALIAN BILANGAN CACAH DENGAN METODE MAKE A MATCH Sutirto SD Negeri Kedunguter 01, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan perkalian bilangan cacah pada siswa melalui penerapan metode Make a Match. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas 3 SD yang berjumlah 23 siswa. Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari dua siklus, setiap siklusnya meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Teknik pengumpulan data berupa teknik tes dan teknik non tes (observasi dan dokumentasi). Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik kuantitatif dan teknik kualitatif. Kesimpulan penelitian adalah: (1) melalui penerapan metode Make a Match dapat meningkatkan kemampuan menghitung perkalian bilangan cacah pada siswa, peningkatan tersebut dapat dilihat dari nilai hasil tes formatif siswa yang meningkat dan telah memenuhi indikator kinerja, dan (2) melalui penerapan metode Make a Match dapat mendorong siswa lebih senang belajar Matematika, keberhasilan tersebut dapat dilihat dari keaktifan siswa dalam pembelajaran yang meningkat dan telah mencapai kategori aktif. ©2016 Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia Kata Kunci: : Kemampuan Menghitung; Metode Make a Match; Perkalian Bilangan Cacah PENDAHULUAN Sekolah merupakan tempat anak didik belajar. Melalui proses belajar siswa diharapkan dapat memperoleh prestasi belajar yang baik. Dalam belajar tersebut prestasi yang dicapai kadang sesuai dengan apa yang diharapkan, tetapi dapat pula tidak. Hal ini karena daya serap masing-masing siswa berbeda dalam menerima pelajaran yang disampaikan oleh guru. Dalam proses belajar mengajar di kelas terdapat keterkaitan yang erat antara pendidik, siswa, kurikulum, sarana dan prasarana. Dalam hal ini pendidik mempunyai tugas untuk memilih metode pembelajaran yang tepat, dan sesuai dengan materi yang disampaikan demi tercapainya tujuan pendidikan. Pendidikan juga tidak boleh menganggap remeh metode yang akan digunakan dalam proses belajar mengajar. Metode pembelajaran sangat beragam, tentunya penggunaan metode ini harus disesuaikan dengan materi pelajaran, tujuan penggunaan metode, situasi dan kondisi, kemampuan pendidik mengaplikasikannya, dan fasilitas yang ada. Adapun salah satu mata pelajaran yang diharapkan mempunyai prestasi yang baik adalah pelajaran Matematika. Mata pelajaran tersebut nantinya sangat diperlukan dalam kehidupan seharihari. Oleh karena itu, pengajarannya diperlukan kejelian atau kesungguhan agar siswa benar-benar menguasai pelajaran Matematika. Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara sistematik dan merupakan pengetahuan tentang fakta-fakta dan masalah ruang dan bentuk (Sudjana, 2000). UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHITUNG PERKALIAN BILANGAN CACAH DENGAN METODE MAKE A MATCH Sutirto 57 Tak dapat dipungkiri bahwa pelajaran Matematika memang sangat diperlukan bagi siswa yang berperan sebagai generasi penerus bangsa, maka prestasi belajar Matematika perlu ditingkatkan. Dengan meningkatnya prestasi belajar tersebut berarti anak didik sebagai generasi penerus bangsa memiliki cara berpikir kritis dan logis, sehingga mereka terlatih untuk menyelesaikan masalah di masa yang akan datang. Bagi siswa mata pelajaran Matematika dianggap pelajaran yang sulit dan kurang disukai, akibatnya hasil pembelajaran Matematika kurang sesuai dengan yang diharapkan. Padahal mata pelajaran tersebut sering dijadikan tolak ukur untuk mengukur tingkat kecerdasan siswa. Salah satu kompetensi dasar yang dianggap sulit dalam Matematika khususnya pada tingkat Sekolah Dasar adalah perkalian. Perkalian merupakan konsep matematika utama yang seharusnya dipelajari oleh anak-anak setelah mereka mempelajari operasi penjumlahan dan pengurangan. Kualitas hasil pembelajaran Matematika yang rendah menunjukkan bahwa tujuan yang ditentukan belum tercapai secara optimal. Kenyataan ini terjadi bahwa masih banyak siswa yang mendapat nilai dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (yaitu 70). Berdasarkan data yang diperoleh peneliti diketahui dari jumlah 23 siswa, hanya 14 siswa atau 61% yang mendapatkan nilai tuntas, dan nilai rata-rata kelas hanya mencapai 64. Oleh karena itu, guru memiliki kewajiban untuk menanamkan minat dan rasa senang pada siswa terhadap materi pelajaran Matematika dengan memberi rangsangan atau dorongan kepada siswa. Heruman (2007) berpendapat bahwa “Setiap konsep yang abstrak atau yang baru dipahami siswa, guru perlu memberi penguatan agar pembelajarannya mengendap dan tersimpan di memori siswa”. Maka diperlukan adanya pembelajaran melalui perbuatan dan pengertian, tidak hanya sekedar hafalan saja atau melihat fakta saja, hal ini akan mudah dilupakan oleh siswa. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan model pembelajaran yang kreatif dan sesuai materi pelajaran. Penggunaan model pembelajaran yang kurang tepat dapat menimbulkan kebosanan dan materi yang diajarkan kurang dapat dipahami oleh siswa, sehingga siswa menjadi kurang termotivasi. Syaiful dan Aswan (2006) menyatakan “Penggunaan metode yang tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran akan menjadi kendala dalam mencapai tujuan yang telah dirumuskan”. Oleh karena itu variasi model pembelajaran sangat dibutuhkan. Salah satunya adalah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Make a match. Metode Make a match dipilih sebagai salah satu bentuk variasi metode pembelajaran yang akan diterapkan di kelas karena metode pembelajaran tersebut memiliki kelebihan yaitu siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Metode Make a Match dikembangkan oleh Lorna Curran (dalam Huda, 2011), penerapan metode tersebut dimulai dari teknik yaitu siswa disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/ soal sebelum batas waktunya, siswa yang dapat mencocokkan kartunya akan diberi poin. Hal-hal yang perlu dipersiapkan dalam pembelajaran make a match adalah kartu-kartu. Kartu-kartu tersebut terdiri dari kartu berisi pertanyaan dan kartu-kartu lainnya berisi jawaban dari pertanyaan tersebut. Model Make a Match dikembangkan secara khusus meningkatkan proses pembelajaran siswa karena mempunyai beberapa kelebihan: (1) dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, baik secara kognitif maupun fisik; (2) karena ada unsur permainan, metode ini menyenangkan; (3) meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari; (4) dapat meningkatkan motivasi belajar siswa; (5) efektif sebagai sarana melatih keberanian siswa untuk tampil presentasi; (6) efektif melatih kedisiplinan siswa menghargai waktu untuk belajar. Bertolak dari latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah yang akan dikaji adalah: (1) Apakah penerapan metode Make a Match dapat meningkatkan kemampuan menghitung perkalian bilangan cacah pada siswa? (2) Apakah melalui penerapan metode Make a Match dapat mendorong siswa lebih senang belajar Matematika? Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk: (1) 58 Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia (JPPI) Vol. 1. No. 1 (2016) Mengetahui apakah melalui penerapan metode Make a Match dapat meningkatkan kemampuan menghitung perkalian bilangan cacah pada siswa, (2) Mengetahui apakah melalui penerapan metode Make a Match dapat mendorong siswa lebih senang belajar Matematika. METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di SD N Kedunguter 01 Kabupaten Brebes. Subjek penelitian adalah siswa kelas 3 SD Tahun Pelajaran 2015/ 2016 yang terdiri dari 23 siswa dengan rincian 9 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan. Metode pengumpulan data yang digunakan meliputi: metode tes, observasi, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik deskriptif kuantitatif dan deskriptif kualitatif. Teknik deskriptif kuantitatif digunakan untuk menghitung nilai rata-rata dan ketuntasan klasikal dari hasil tes siswa, sedangkan teknik deskriptif kualitatif digunakan untuk menghitung data hasil observasi aktivitas belajar siswa pada setiap siklusnya HASIL DAN PEMBAHASAN Siklus I 1. Perencanaan Kegiatan yang dilakukan pada perencanaan siklus I adalah menyusun instrumen penelitian, seperti menyusun RPP, pedoman observasi, instrumen tes, dan mempersiapkan materi. Tindakan siklus I dilaksanakan dalam satu kali pertemuan yaitu pada tanggal 21 Agustus 2015. 2. Pelaksanaan Pelaksanaan tindakan siklus I berupa pelaksanaan skenario pembelajaran yang telah direncanakan, yaitu dengan menerapkan langkah pelaksanaan metode Make a Match. Secara garis besar kegiatan belajar mengajar dilakukan dengan dibagi menjadi tiga tahap, yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Kegiatan yang dilakukan dapat diuraikan sebagai berikut: a. Kegiatan Awal Guru menyiapkan kartu soal dan kartu jawaban. Guru membuka pelajaran, mengkondisikan siswa untuk siap mengikuti pelajaran. Melakukan apersepsi dan memberi motivasi. Menyampaikan tujuan pembelajaran. Menjelaskan langkah-langkah pembelajaran dengan penerapan metode Make a Match b. Kegiatan Inti Pertama, guru membagi kelas menjadi 3 kelompok. Kelompok pertama merupakan kelompok pembawa kartu berisi pertanyaan, kelompok kedua merupakan kelompok pembawa kartu berisi jawaban, dan kelompok ketiga merupakan kelompok penilai. Kedua, mengatur posisi kelompok-kelompok membentuk huruf U, upayakan kelompok pertama dan kedua saling berhadapan. Ketiga, jika masing-masing kelompok sudah berada di posisi yang telah ditentukan, maka guru membunyikan peluit sebagai tanda agar kelompok pertama maupun kelompok kedua saling bergerak bertemu, mencari pasangan pertanyaan-jawaban yang cocok. Keempat, berikan kesempatan mereka untuk berdiskusi, ketika berdiskusi alangkah baiknya jika ada musik instrumental yang lembut mengiringi aktifitas belajar. Hasil diskusi ditandai oleh pasangan-pasangan antara anggota kelompok pembawa kartu pertanyaan dan anggota kelompok pembawa kartu jawaban. Kelima, pasangan-pasangan yang sudah terbentuk wajib menunjukkan pertanyaan-jawaban kepada kelompok penilai. Kelompok penilai kemudian membacakan di depan kelas apakah pasangan pertanyaan-jawaban itu cocok atau tidak. UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHITUNG PERKALIAN BILANGAN CACAH DENGAN METODE MAKE A MATCH Sutirto 59 c. Kegiatan Penutup Guru memberikan tes formatif kepada siswa yang dikerjakan secara individu. Guru membimbing siswa menarik kesimpulan terhadap materi yang telah dipelajari. Siswa diberikan kesempatan untuk bertanya tentang hal-hal yang belum dimengerti. Guru dan siswa melakukan evaluasi terhadap pembelajaran yang telah dilakukan. 3. Observasi Observasi dilakukan oleh rekan peneliti untuk mengambil data mengenai aktivitas siswa selama proses pembelajaran, mulai dari kegiatan awal, kegiatan inti sampai kegiatan penutup. Observasi dilakukan dengan menggunakan pedoman observasi yang berisi aspek-aspek aktivitas siswa dalam pembelajaran melalui metode Make a Match. 4. Refleksi Refleksi dilakukan untuk mengetahui kekurangan pada kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan, kegiatan yang dilakukan adalah menganalisis proses dan hasil pembelajaran. Kemudian hasil refleksi digunakan sebagai acuan untuk merencanakan perbaikan pada tindakan selanjutnya. Siklus II 1. Perencanaan Kegiatan yang dilakukan pada perencanaan siklus II adalah menyusun instrumen penelitian, seperti menyusun RPP, pedoman observasi, instrumen tes, dan mempersiapkan materi. Tindakan siklus II dilaksanakan dalam satu kali pertemuan yaitu pada tanggal 4 September 2015. Tindakan siklus II merupakan upaya perbaikan dan penyempurnaan terhadap siklus sebelumnya. Semua tahapan yang dilakukan sama, hanya saja pada pembelajaran siklus II ada beberapa hal yang perlu ditekankan dan ditambahkan sesuai dengan perbaikan pada hasil refleksi siklus I. 2. Pelaksanaan Melaksanakan tindakan dari rencana pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya. Kegiatan yang dilakukan dapat diuraikan sebagai berikut: a. Kegiatan Awal Guru menyiapkan kartu soal dan kartu jawaban. Guru membuka pelajaran, mengkondisikan siswa untuk siap mengikuti pelajaran. Melakukan apersepsi dan memberi motivasi. Menyampaikan tujuan pembelajaran. Menjelaskan langkah-langkah pembelajaran dengan penerapan metode Make a Match b. Kegiatan Inti Pertama, guru membagi kelas menjadi 3 kelompok baru. Kelompok pertama merupakan kelompok pembawa kartu berisi pertanyaan, kelompok kedua merupakan kelompok pembawa kartu berisi jawaban, dan kelompok ketiga merupakan kelompok penilai. Kedua, mengatur posisi kelompok-kelompok membentuk huruf U, upayakan kelompok pertama dan kedua saling berhadapan. Ketiga, jika masing-masing kelompok sudah berada di posisi yang telah ditentukan, maka guru membunyikan peluit sebagai tanda agar kelompok pertama maupun kelompok kedua saling bergerak bertemu, mencari pasangan pertanyaan-jawaban yang cocok. Keempat, berikan kesempatan mereka untuk berdiskusi, ketika berdiskusi alangkah baiknya jika ada musik instrumental yang lembut mengiringi aktifitas belajar. Hasil diskusi ditandai oleh pasangan-pasangan antara anggota kelompok pembawa kartu pertanyaan dan anggota kelompok pembawa kartu jawaban. Kelima, pasangan-pasangan yang sudah terbentuk wajib menunjukkan pertanyaan-jawaban kepada kelompok penilai. Kelompok penilai kemudian membacakan di depan kelas apakah pasangan pertanyaan-jawaban itu cocok atau tidak. c. Kegiatan Penutup 60 Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia (JPPI) Vol. 1. No. 1 (2016) Guru memberikan tes formatif kepada siswa yang dikerjakan secara individu. Guru membimbing siswa menarik kesimpulan terhadap materi yang telah dipelajari. Siswa diberikan kesempatan untuk bertanya tentang hal-hal yang belum dimengerti. Guru dan siswa melakukan evaluasi terhadap pembelajaran yang telah dilakukan. 3. Observasi Observasi dilakukan oleh rekan peneliti menggunakan pedoman observasi yang berisi aspek-aspek aktivitas siswa dalam pembelajaran melalui metode Make a Match. 4. Refleksi Kegiatan yang dilakukan adalah menganalisis proses dan hasil pembelajaran yang telah dilakukan. Yaitu menganalisis hasil pengamatan aktivitas siswa dan hasil tes formatif. Peningkatan Keaktifan siswa melalui penerapan metode Make a Match siklus I dan siklus II dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa Frekuensi siswa Kategori Siklus I (%) Siklus II (%) Aktif 5 25% 16 72% Cukup Aktif 9 41% 6 24% Kurang Aktif 7 27% 1 3% Tidak Aktif 2 7% 0 0% Jumlah 23 100% 23 100% Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1. Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa 24 20 16 12 8 4 0 16 9 5 6 7 1 Aktif Cukup Aktif Siklus I Kurang Aktif 2 0 Tidak Aktif Siklus II Gambar 1. Grafik Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa Peningkatan hasil tes formatif siswa dapat dilihat pada Tabel 2 dan Gambar 2: Tabel 2. Peningkatan Hasil Tes Formatif Keterangan Pra Siklus Siklus I Siklus II Nilai Tertinggi 80 90 100 Nilai Terendah 40 50 60 Rata-rata 64 72 79 Tuntas (%) 61 70 83 UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHITUNG PERKALIAN BILANGAN CACAH DENGAN METODE MAKE A MATCH Sutirto 61 Peningkatan Nilai Tes Formatif 100 80 80 90 100 60 40 40 50 64 60 72 83 79 61 70 20 0 Nilai Tertinggi Nilai Terendah Pra Siklus Siklus I Rata-rata Tuntas (%) Siklus II Gambar 2. Grafik Peningkatan Hasil Tes Formattif SIMPULAN Melalui penerapan metode Make a Match dapat meningkatkan kemampuan menghitung perkalian bilangan cacah. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari nilai hasil tes formatif siswa yang meningkat dan telah memenuhi indikator kinerja. Melalui penerapan metode Make a Match dapat mendorong siswa lebih senang belajar Matematika. Keberhasilan tersebut dapat dilihat dari keaktifan siswa dalam pembelajaran yang meningkat dan telah mencapai kategori aktif. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terimakasih, peneliti tujukan kepada tim pembimbing Penelitian Tindakan Kelas, Bapak Dr. Eko Supraptono, M.Pd, serta Kepala Sekolah, Kolaborator, Guru, serta siswa kelas 3 SD N Kedunguter 01, Kabupaten Brebes atas kerjasamanya. DAFTAR PUSTAKA Heruman. 2007. Model Pembelajaran Matematikadi Sekolah Dasar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Huda, Miftahul. 2011. Cooperative Learning Metode, Teknik, Struktur dan Model Penerapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sudjana, Nana. 2000. Metode Statistika. Bandung: PT. Gramedia Pustaka Utama. Syaiful BD., Aswan. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. 62 Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia (JPPI) Vol. 1. No. 1 (2016)