I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bakteri pembintil akar (Legume Nodulating Bacteria) atau dikenal sebagai rhizobia merupakan salah satu kelompok bakteri yang hidup di tanah atau di dalam bintil akar sebagai hasil simbiosis mutualismenya dengan tanaman legum (Kumar, 2012). Bakteri yang termasuk dalam bakteri pembintil akar mampu menginfeksi tanaman legum. Hal ini terlihat dari adanya tonjolan pada akar tanaman legum yang disebut bintil akar. Organ baru tersebut mampu mereduksi N2 menjadi NH4+ yang diasimilasi oleh tanaman inang (Masson-Boivin et al., 2009). Simbiosis rhizobia-tanaman legum adalah proses kompleks yang melibatkan tanaman dan gen bakteri yang mengarah ke pembentukan dan perkembangan nodul pada akar tanaman legum (Naveed et al., 2015). Satu spesies bakteri pembintil akar legum tidak mampu melakukan pembintilan di setiap tanaman legum, oleh karena itu bakteri pembintil akar legum kemudian dikategorikan ke dalam cross inoculation group, setiap grup terdiri dari spesies legum yang mampu membentuk bintil dengan spesies bakteri pembintil akar legum yang berasal dari grup yang sama (Kumar, 2012). Sebagai contohnya tanaman kedelai mampu berasosiasi dengan Bradyrhizobia japonicum, B. elkanii, Sinorhizobium fredii, S. meliloti, R. tianshanenses, dan B. liaonigeneses (Neves dan Rumjanek, 1997), tanaman kembang telang berasosiasi dengan Rhizobia grahamii (LopezLopez et al., 2012), dan tanaman siratro mampu berasosiasi dengan bakteri genus Burkholderia, Cupriavidus, Rhizobia, Sinorhizobia, Mesorhizobia, dan Bradyrhizobia (Rasolomampianina et al., 2005). Rhizobia merupakan bakteri gram negatif, berbentuk batang, aerobik, motil, dan tidak membentuk spora. Koloninya berwarna putih atau krem dengan bentuk circulair, convex, semi-transculent atau gelap dan low convex. Karakterisasi fenotipik dan genotipik bakteri dapat dilakukan untuk menganalisis keragaman rhizobia. Klasifikasi rhizobia telah mengalami beberapa kali perubahan. Bakteri pembintil akar terbagi menjadi tiga bagian besar yaitu alpha-proteobacteria, beta-proteobacteria dan gamma-proteobacteria. 11 genera Rhizobia yang tergolong dalam α-Proteobacteria berada dalam ordo Rhizobiales, 2 genera β-Proteobacteria berada dalam ordo Burkholderiales, dan satu genus γ- proteobacteria masuk ke dalam ordo Pseudomonales. Hingga saat ini diketahui terdapat 115 spesies yang termasuk ke dalam 14 genera (Berrada & Fikri-Benbrahim, 2014). Keberadaan dan keragaman bakteri pembintil akar di dalam tanah umumnya dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti sifat genetik, curah hujan, dan kondisi tanah seperti suhu dan sifat kimia tanah. Daerah perakaran (rhizosfer) tanaman legum merupakan habitat rhizobia di mana rhizobia dapat membentuk hubungan simbiotik dengan inang khusus. Rhizosfer adalah lingkungan heterogen yang kondisinya dapat mempengaruhi pertumbuhan dan keragaman mikrobia di dalamnya. Rhizobia merupakan simbion fakultatif yang dapat hidup sebagai komponen normal dari mikroflora tanah dalam keadaan tidak ada tanaman inang. 80% siklus N di alam bergantung pada fiksasi nitrogen secara biologis oleh bakteri diazotropik yang bersimbiosis dengan legum sehingga memiliki tingkat keragaman tinggi dan tersebar luas (Orr et al., 2011). Salah satu jenis legum yang dapat bersimbiosis dengan rhizobia adalah kedelai. Kedelai adalah salah satu tanaman polong-polongan yang menjadi bahan dasar banyak makanan dari Asia Timur. Kedelai merupakan sumber utama protein nabati dan minyak nabati dunia (Van Toai et al., 2012). Tanaman kedelai diketahui dapat bersimbiosis dengan galur bakteri pembintil akar legum fast-growing dari genus Shinorhizobia dan galur bakteri pembintil akar legum slow-growing dari genus Bradyrhizobia (Margaret et al., 2011). Selain kedelai, beberapa spesies tanaman legum diketahui dapat menjadi inang bagi rhizobia. Tanaman legum merupakan tanaman yang berperan dalam kesuburan tanah. Rhizobia telah diketahui mampu menginfeksi tanaman legum membentuk bintil akar. 90% tanaman legum mampu membentuk bintil akar, tetapi tidak semua tanaman legum mampu berasosiasi dengan rhizobia yang sama. Tanaman siratro (Macroptilium artropurpureum) banyak digunakan sebagai tanaman perangkap karena memiliki biji yang kecil dan mudah untuk dimanipulasi di bawah kondisi tertentu (Parret et al., 2000). Selain itu siratro dipilih karena hampir semua spesies inokulum Rhizobia mampu membentuk bintil jika diinokulasikan ke tanaman tersebut (Moreira et al., 2012). Tanaman perangkap lainnya yang direkomendasikan adalah cowpea (Vigna unguiculata) karena memiliki spektrum cukup luas, mampu bersimbiosis dengan sejumlah spesies bakteri pembintil akar, dan relevan sebagai tanaman pangan di banyak negara. Kacang tunggak adalah tanaman legum yang dapat meningkatkan penyerapan nitrogen dengan cara membentuk simbiosis efektif dengan bakteri pemfiksasi nitrogen (Jaramillo et al., 2013). Kembang telang (Clitoria ternatea) adalah tumbuhan merambat yang biasa digunakan sebagai obat, tanaman hias, dan penutup tanah. Kembang telang mampu beradaptasi pada lingkungan dengan rentang suhu, curah hujan, dan ketinggian yang luas (Gomez & Kalamani, 2003). Tanaman ini ditemukan mampu berasosiasi dengan Rhizobia grahamii (Lopez-lopez et al., 2012). Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi bakteri pembintil akar dari rhizosfer tanaman kedelai dan mengetahui karakteristiknya berdasarkan sifat fenotipik, serta mengetahui keragaman bakteri tersebut. 1.2. Permasalahan 1. Apakah pada rhizosfer kedelai terdapat bakteri pembintil akar? 2. Berapa jumlah bakteri pembintil yang ada di rhizosfer kedelai? 3. Apakah isolat bakteri pembintil akar tersebut beragam? 1.3 Tujuan Penelitian 1. Memperoleh dan mengetahui karakter bakteri pembintil akar dari rhizosfer tanaman kedelai yang diisolasi dengan menggunakan tiga tanaman legum yaitu siratro (Macroptilium artropurpureum), kembang telang (Clitoria ternatea), dan kacang tunggak (Vigna unguiculata) sebagai tanaman perangkap. 1.4 2. Mengetahui jumlah bakteri yang terdapat dalam rhizosfer tanaman kedelai 3. Mengetahui keragaman isolat bakteri pembintil akar yang diperoleh Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi mengenai bakteri pembintil akar dari rhizosfer tanaman kedelai dan mengetahui tingkat keragaman bakteri pembintil akar tersebut.