PENDAHULUAN Latar Belakang Berbagai jenis bakteri yang menguntungkan dari kelompok rizobakteri pemacu tumbuh tanaman banyak diteliti dan dikembangkan, antara lain dari genus Pseudomonas, Enterobacter, Bacillus, Serratia, Acetobacter, Azotobacter, dan Azospirillum. Selain mampu menghasilkan senyawa pemacu tumbuh dan mengendalikan penyakit, beberapa rizobakteri seperti Pseudomonas juga dikenal sebagai bakteri kompetitif dan paling efisien memanfaatkan sumber hara di lingkungan rhizosfer (Kloepper & Schroth 1981). Manfaat rizobakteri ini terhadap pertumbuhan tanaman telah banyak dilaporkan. Beberapa galur mampu mensintesis zat pengatur tumbuh (fitohormon), menghasilkan enzim 1aminocyclopropane-1-carboxylate (ACC) deaminase untuk mengurangi sintesis hormon etilen yang berlebihan pada masa pertumbuhan vegetatif tanaman, memfasilitasi penyerapan unsur hara di dalam tanah (Glick 1995; Cattelan et al. 1999; Tenuta 2006), dan menghasilkan senyawa atau metabolit seperti siderophore, -1,3-glukanase, kitinase, antibiotik, dan sianida untuk menekan aktivitas patogen (Kloepper 1993; Cattelan et al. 1999; Wang et al. 2000). Di antara berbagai peran penting ini, bakteri penghasil enzim ACC deaminase mulai banyak diteliti untuk membantu pertumbuhan tanaman. Rizobakteri penghasil ACC deaminase mampu memacu pertumbuhan dan meningkatkan daya tahan tanaman terhadap cekaman (stress) yang disebabkan berbagai faktor biotik dan abiotik (lingkungan) yang ekstrim, antara lain tingginya hormon IAA (Mayak et al. 1997), genangan (Grichko & Glick 2001), kekeringan (Mayak et al. 2004), adanya polutan organik dan anorganik (Reed & Glick 2005; Belimov et al. 2001), tingginya kadar garam (Saravanakumar & Samiyappan 2007), dan serangan patogen (Wang et al. 2000; Dey et al. 2004; Shaharoona et al. 2006). Enzim ini berperan mendegradasi ACC (prekursor hormon etilen) menjadi amonia dan α-ketobutirat untuk mengurangi pembentukan hormon etilen dalam jaringan akar yang dipicu oleh berbagai faktor biotik dan abiotik ekstrim tersebut (Abeles et al. 1992; Glick 1995). Sebagai hormon senescence yang berperan penting dalam pembungaan dan pematangan buah, peningkatan konsentrasi 2 hormon etilen pada awal masa pertumbuhan tanaman menghambat perkembangan akar (Glick 1995; Mayak et al. 1997) dan pembentukan bintil akar (Ma et al. 2003), dan dalam banyak kasus melemahkan ketahanan tanaman terhadap penyakit (Wang et al. 2000; 2006; Dey et al. 2004). Tanaman yang terinfeksi patogen juga dilaporkan sering mengalami cekaman etilen dengan diproduksinya hormon ini dalam jumlah yang berlebihan, sehingga memperparah serangan penyakit (Lund et al. 1998; Van Loon et al. 2006). Dengan demikian, pemanfaatan rizobakteri penghasil ACC deaminase untuk mengendalikan sintesis etilen, terutama pada masa pertumbuhan vegetatif, merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan pertumbuhan dan ketahanan mereduksi tanaman terhadap penyakit. Di Indonesia, studi penggunaan rizobakteri penghasil enzim ACC deaminase sebelum penelitian ini belum pernah dilaporkan. Pemanfaatannya bagi budidaya tanaman kedelai di Indonesia merupakan salah satu alternatif teknologi yang menjanjikan untuk mengatasi rendahnya kualitas pertumbuhan tanaman yang dapat disebabkan oleh faktor tanah, air maupun penyakit. Selain itu, penggunaan bakteri penghasil ACC deaminase ini dalam sistem budidaya tanaman kedelai akan dapat mengurangi pemakaian senyawa agrokimia sintetik yang berlebihan (pupuk dan fungisida) yang saat ini harganya semakin mahal dan berpotensi mencemari lingkungan. Bakteri dari genus Pseudomonas penghasil IAA yang dipilih sebagai model dalam penelitian ini dikenal kompetitif dan paling efisien dalam memanfaatkan sumber hara di lingkungan rhizosfer (Kloepper & Schroth 1981). Tiga jenis penyakit tular tanah yang juga digunakan sebagai model dalam penelitian ini adalah penyakit busuk kecambah dan busuk akar yang disebabkan oleh cendawan patogen Rhizoctonia solani dan Fusarium oxysporum, dan penyakit hawar batang yang disebabkan oleh cendawan patogen Sclerotium rolfsii. Ketiga jenis patogen ini termasuk penyakit penting pada tanaman kedelai di Indonesia. Kehilangan panen kedelai yang diakibatkan oleh penyakit ini di Indonesia cukup besar yaitu sekitar 12,5 ribu ton dari total 147,5 ribu ton kehilangan panen kedelai pada tahun 1998 (Wrather et al. 2001). Hasil penelitian Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian (2005) juga memperlihatkan bahwa intensitas serangan cendawan tular tanah R. solani 3 mencapai 15,5% dari total serangan penyakit. Tantangan dalam pemanfaatan bakteri penghasil ACC deaminase ini pada tanaman kedelai terletak pada kemampuan menapis dan memilih bakteri penghasil ACC deaminase yang unggul, kompetitif, dan dapat bekerja secara sinergis dengan bakteri bintil akar (rhizobia). Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan mendapatkan isolat-isolat Pseudomonas penghasil enzim 1-aminocyclopropane-1-carboxylate (ACC) deaminase yang mampu meningkatkan pertumbuhan dan ketahanan tanaman kedelai terhadap penyakit melalui serangkaian penelitian di laboratorium, ruang penumbuh (growth chamber), dan rumah kaca. Secara rinci, tujuan penelitian ini dicapai melalui 3 tahapan utama, sebagai berikut: 1. Penapisan (screening) isolat-isolat Pseudomonas pemacu pertumbuhan kedelai secara in planta di ruang penumbuh (growth chamber) dan pengukuran aktivitas ACC deaminase secara in vitro di laboratorium. 2. Seleksi isolat-isolat Pseudomonas penghasil ACC deaminase yang unggul dan tidak antagonis terhadap bakteri bintil akar melalui uji kompatibilitas. 3. Pengujian kemampuan isolat-isolat Pseudomonas penghasil ACC deaminase dalam meningkatkan pertumbuhan dan ketahanan tanaman kedelai terhadap penyakit yang disebabkan oleh cendawan patogen Fusarium oxysporum, Sclerotium rolfsii, dan Rhizoctonia solani melalui percobaan di rumah kaca pada media tanah steril dan non-steril. Hipotesis Diperoleh bakteri Pseudomonas penghasil ACC deaminase yang unggul, mempunyai karakter tidak antagonis terhadap bakteri bintil akar (rhizobia), dan mampu meningkatkan pertumbuhan dan daya tahan tanaman kedelai terhadap serangan penyakit. 4 Manfaat Penelitian Pemanfaatan Pseudomonas penghasil ACC deaminase sebagai agen hayati dalam sistem budidaya tanaman kedelai di Indonesia akan mendukung upaya peningkatan produksi yang selama ini lebih banyak bertumpu pada penggunaan bahan kimia sintetik (pupuk dan fungisida). Pemanfaatan bakteri ini secara tepat akan mengurangi penggunaan pupuk dan fungisida kimia sintetik yang harganya terus semakin mahal dan pemakaiannya yang berlebihan berpotensi mencemari lingkungan. Sifat bakteri ini yang tidak antagonis terhadap rhizobia dapat bekerja secara sinergis dengan bakteri bintil akar penambat N yang alami (native) maupun yang diaplikasikan secara bersamaan. Fungsi ganda karakter ACC deaminase yang dimiliki bakteri ini selain mampu melindungi tanaman dari berbagai cekaman biotik (serangan penyakit) juga diharapkan dapat melindungi tanaman dari berbagai cekaman abiotik (lingkungan ekstrim). Sebagai agen hayati, Pseudomonas penghasil ACC deaminase dapat diperbanyak dan diperbaharui, sehingga dapat digunakan secara berkelanjutan. Temuan Baru (Novelty) Studi bakteri penghasil enzim ACC deaminase dan pemanfaatannya bagi sistem budidaya tanaman kedelai di Indonesia belum pernah dilaporkan. Ditemukannya isolat lokal (indigenous) Pseudomonas penghasil ACC deaminase dari rizosfer tanaman kedelai yang mampu meningkatkan pertumbuhan dan daya tahan tanaman kedelai terhadap serangan cendawan patogen akan memotivasi kegiatan eksplorasi, isolasi, dan seleksi berbagai jenis bakteri dengan karakter dan fungsi yang sama untuk dikembangkan sebagai pupuk dan fungisida hayati.