9 Tabel 7. Pengaruh pemberian limbah cair PKS terhadap rata-rata bobot kering akar dan tajuk tanaman. Perlakuan K0 K1 K2 K3 Bobot kering akar (gram) 13.33±2.48a 7.97±2.29b 7.38±2.24b 15.5±2.35a Bobot kering tajuk (gram) 41.33±0.95b 26.83±0.78c 28.00 ± 0.64c 51.83±0.88a Keterangan : Angka – angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada selang kepercayaan 95% Tabel 8. Analisis keragaman pengaruh perlakuan terhadap bobot kering akar tanaman kelapa sawit Sumber keragaman Perlakuan Galat Total Tabel Derajat bebas 3 20 23 Jumlah kuadrat 28.780.45 78.975.00 36.677.95 Kuadrat tengah 9.593.48 3.948.75 F hitung F tabel 24.29 3.09 9. Analisis keragaman pengaruh perlakuan terhadap bobot kering tajuk tanaman Sumber keragaman Perlakuan Galat Total Derajat bebas 3 20 23 Jumlah kuadrat 2.539.00 653.00 3.192.00 Kuadrat tengah 846.33 326.50 Menurut Taufiq (2000) bobot kering tanaman (akar dan tajuk) menunjukkan tingkat efesiensi metabolisme dari tanaman tersebut. Berat kering total hasil panen tanaman merupakan penimbunan hasil bersih asimilasi CO2 selama pertumbuhan (Gardner et al1991). Semakin tinggi bobot kering maka reaksi metabolisme semakin baik karena tanaman memiliki daun yang kokoh sehingga proses fotosintesis berjalan lancar. Phosfor akan mempengaruhi berat kering akar Sementara bobot kering akar tanaman kering tanaman secara keseluruhan pada perlakuan tersebut juga meningkat Bailey (1986) menyebutkan bahwa unsur N dibutuhkan oleh tanaman sepanjang pertumbuhannya sehingga jumlah yang diambil berhubungan langsung dengan produksi berat keringnya. Unsur P dapat meningkatkan pemanjangan akar, kehalusan akar serta kerapatannya (Gardner et al. 2001). Phosfor akan mempengaruhi berat kering akar tanaman. Sementara unsur K, Ca dan Mg tersedia dapat meningkatkan proses fotosintesis yang berlangsung pada tanaman sehingga dapat tumbuh dengan normal serta diikuti oleh peningkatan berat kering tanaman. Bobot kerong akar tanaman menggambarkan bahwa akar tanaman memiliki luasan yang besar sehingga diharapkan penyerapan unsur hara akan berjalan lebih baik. Peningkatan tinggi, diameter batang dan jumlah daun tanaman pada perlakuan K3 menyebabkan F hitung 25.92 F tabel 3.09 berat kering tanaman juga meningkat. Gambar-gambar hasil penelitian disajikan pada lampiran 7. Kadar logam pada media tanam seperti Pb diserap tanaman melalui akar. Pada tanaman yang toleran logam berat Pb akan diakumulasi di dalam akar (Purves 1977). Selanjutnya jika kadar Pb dalam tanah tinggi maka Pb akan ditranslokasikan kedaun. Sementara unsur Cu di dalam tanaman dimanfaatkan sebagai unsur mikro. Sehingga Cu dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit. Unsur Cu berfungsi sebagai stimulan untuk meningkatkan aktifitas enzim dan berperan dalam beberapa proses metabolisme tanaman seperti klorofil. Kadar Pb dan Cu yang tinggi dapat mengganggu peoses pertumbuhan tanaman jika disertai kondisi kekurangan unsur hara (Lambers & Pons 1997). SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Hasil penelitian menunjukkan bahwa air kolam aerob memperlihatkan limbah pengaruh yang lebih baik bagi pertambahan tinggi, diameter batang dan jumlah daun bibit kelapa sawit. Penyiraman air limbah kolam aerob (K3) menghasilkan pertambahan terbesar pada semua parameter yang diamati dibandingkan kontrol (K0) serta air limbah kolam anaerob primer (K1) dan sekunder 10 (K2). Sementara pemberian air limbah kolam anaerob primer dan sekunder menghasilkan rata-rata pertambahan tinggi, diameter batang dan jumlah daun tanaman lebih rendah dari kontrol. Penyiraman air limbah kolam aerob (K3) menghasilkan rata-rata pertambahan terbesar terhadap tinggi, diameter batang dan jumlah daun tanaman kelapa sawit selama 12 MST dengan rata-rata 18.87 cm, 0.77 cm dan 5.33 helai. Sehingga nilai bobot kering akar dan tajuk tanaman juga mengalami peningkatan dengan rata-rata sebesar 15.50 dan 51.83 gram. Perlakuan kolam anaerob primer dan sekunder menghasilkan rata-rata pertumbuhan dan biomassa tanaman yang lebih rendah dari kontrol. Respon pertumbuhan tanaman kelapa sawit yang diberi perlakuan dengan tanpa perlakuan tidak menunjukkan perbedaan yang yang signifikan. Hal ini disebabkan nutrisi organik yang berasal dari limbah mempunyai daya penyediaan hara yang rendah atau mempunyai peranan dalam jangka panjang. Saran Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh pemanfaatan limbah cair PKS terhadap pertumbuhan bibit kelapa sawit sampai berumur 12 bulan (siap tanam) dan dibandingkan dengan aplikasi pupuk anorganik, diperlukan juga pengukuran laju dekomposisi air limbah yang digunakan serta pengamatan kemungkinan adanya serangan hama dan penyakit yang disebabkan oleh aplikasi limbah. DAFTAR PUSTAKA Agustina L. 2004. Dasar-Dasar Nutrisi Tanaman. Jakarta : Rineka Cipta. Bailey H. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Palembang: Kentrucky Team UNSRI. Brady N. C. 1990. The Nature and Properties of Soils. Tenth edition. New York: Macmillan Publishing Company. Budianta D. 2004. Evaluasi Pemanfaatan Limbah Cair Kelapa Sawit Terhadap Ketersediaan Hara dan Produksi Tandan Buah Segar Kelapa Sawit. J tanah Trop 10(1) : 27 – 32. Fauzi et al. 2006. Kelapa Sawit. Jakarta : Penebar Swadaya. Freeman A. M. 1984. Air and Water Polution Control. New York : MC. Graw-Hil. Gardner et al. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Herawati Susilo, penerjemah. Jakarta : Universitas Indonesia Press. Terjemahan dari Physiology of Crop Plants. Ginting P. 2007. Sistem Pengelolahan Lingkungan dan Limbah Industri. Bandung : Yrama widya. Jeni B. S. L dan Rahayu W. D. 1993. Penanganan Limbah Industri Pangan. Yogyakarta : Kanisius. Khaswarina S. 2001. Keragaan Bibit Kelapa Sawit Terhadap Pemberian berbagai Kombinasi Pupuk Di Pembibitan Utama. J Natur Indonesia III (2). Lakitan B. 2001. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Yogyakarta : Gajah Mada Press. Lambers H, Pons T. L. 1997. Plant Physiologycal Ecology. New York: Springer. Loebis B dan Tobing P. T. 1989. Potensi Pemanfaatan Limbah Kelapa Sawit. Bul Perkebunan 20(1) : 49-56. Manik. K. E. S. 2000. Pemanfaatan Limbah Pabrik pengolahan Kelapa Sawit Pada Areal Tanaman Kelapa Sawit. J Tanah Tropika 10 : 147-152. Marbun et al. 2004. Pengaruh Pemberian Limbah Cair Sawit dan Efective Microorganism 4 (EM-4) Terhadap Perubahan Sifat Fisik Ultisol dan Pertumbuhan Tanaman Jagung. J Kultura. 39 (1) : 46 -54. Mc Kinney. 1965. Waste Water Treatment. New York: Mc Graw Hill Book. Novizan. 2005. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Jakarta : Gramedia Pustaka. PPLH. 2004. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan PT Tania Selatan. Palembang. Pahan I. 2007. Panduan Lengkap Kelapa Sawit.Jakarta : Penebar Swadaya. Peter R. G dan Fisher N. M. 1992. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik. Yogyakarta : UGM Press. Purves D. 1997. Trace-Element Contamination of The Environment. Wakeman RJ, editor Netherlands : Elsevier Scientific Publishing Company. Soepartini M. 1979. Kimia dan Kesuburan Tanah. Jakarta : Lembaga Penelitian Tanah. Taufiq I. S. 2000. Tingkat Pemberian Fosfor dalam Media Tanaman Campuran Ampas KECAP bagi Pertumbuhan Tanaman Jagung [skripsi]. Bogor.