IMPLEMENTASI KEGIATAN PRIORITAS DIREKTORAT BINA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI KEFARMASIAN TAHUN 2012 Disampaikan oleh : Direktur Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian Pada : Rapat Konsultasi Nasional Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan Bandung, 14 – 16 Maret 2012 TUGAS DIREKTORAT BERDASARKAN PERMENKES NOMOR 1144/MENKES/PER/VIII/2010 Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian mempunyai tugas melaksanakan penyiapan, perumusan, dan pelaksanaan kebijakan dan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta bimbingan teknis, dan evaluasi di bidang produksi dan distribusi kefarmasian. PP 17 TAHUN 1986 Tentang kewenangan pangaturan, pembinaan dan pengembangan Industri Pasal 2 (1) Pelaksanaan kewenangan pembinaan dan pengembangan industri tertentu diserahkan kepada menteri tertentu (c). Industri bahan obat dan obat jadi termasuk obat asli Indonesia diserahkan kepada Menteri Kesehatan TUJUAN DIREKTORAT INDUSTRI Produksi dan distribusi OBAT/OT KOSMETIKA MAKANAN Industri yang mampu memenuhi standar dan persyaratan, mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri serta mampu bersaing baik nasional maupun internasional 1. Mendorong industri agar mampu berdaya saing 2. Mendorong pengembangan bahan baku obat dan OT 3. Pemberdayaan masyarakat di bidang farmasi dan makanan Lingkungan Strategi Pembinaan Memenuhi kebutuhan domestik Aman dan bermutu Memiliki daya saing Upaya Pencapaian Tujuan CAPACITY BUILDING INDIKATOR DIREKTORAT No Indikator Target 2010 2011 2012 2013 2014 1 Jumlah bahan baku obat dan obat tradisional produksi dalam negeri - 10 15 20 25 2 Jumlah standar produk kefarmasian yang disusun dalam rangka pembinaan produksi dan distribusi - 4 6 8 10 TARGET 2012 OBAT : Kemampuan industri Pemenuhan standar Pemenuhan kebutuhan dalam negeri Harga terjangkau OT : Kemampuan industri Pemenuhan standar Mampu menunjang program pemerintah KOSMETIKA : Kemampuan IKOS Pemenuhan standar BBO dan BBOT : Kemampuan IF BBO dan BBOT Ketahanan nasional bidang obat NAPSOR : Tersusunnya kebutuhan tahunan NPP Menjamin ekspor/impor NPP Kelancaran SAS MAKANAN : Penyusunan standard dlm rangka Kemampuan industri makanan PENUNJANG : Kemampuan SDM Kerjasama lintas sektor KEGIATAN PRIORITAS 2012 Pelayanan Prima Pusat Ekstrak Nasional dan Provinsi E-Licensing Mendorong pengembangan industri / BBO Pemberdayaan masyarakat - Suplemen FI - Suplemen FHI - KKI Pendirian Pusat Penanganan Pasca Panen ISO 9001:2008 1. PENDIRIAN PUSAT EKSTRAK Pusat Ekstrak - Tempat industri kecil melakukan ekstraksi - Center of excellent - Center of laboratory - Tempat Pelatihan - Peningkatan mutu produk - Kemampuan SDM meningkat - Ekstrak yang memiliki CoA Mutu terjamin dan mampu bersaing 2. PENDIRIAN PUSAT PENGOLAHAN PASCA PANEN Pusat Pengolahan Pasca Panen - Center penanganan pasca panen - Tempat pelatihan - Peningkatan mutu simplisia - Kemampuan SDM meningkat - Harga jual simplisia meningkat - Mutu OT meningkat 3. E-LICENSING E-Licensing - Pelayanan prima - Dana dan upaya perizinan dapat ditekan - Efisiensi pengurusan perizinan Iklim usaha yang kondusif Harga terjangkau 4. ISO 9001 : 2008 ISO 9001:2008 - Tertib administrasi - Pelayanan yang akuntabel - Quality focus Kepuasan pelanggan Iklim yang kondusif 5. PENYUSUNAN STANDARD -Suplemen FI -Suplemen FHI -KKI - Standar pemilihan bahan baku - Standar pengawasan Produk yang : - bermutu, - aman , dan - bermanfaat Peningkatan data saing LAPORAN DI DIREKTORAT BINA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI KEFARMASIAN Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika (SIPNAP) Sistem Pelaporan Dinamika Obat PBF LATAR BELAKANG SIPNAP SISTEM PELAPORAN NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA Mulai tahun 2008 Belum adanya sistem pelaporan terpusat, yang mudah dikelola, diakses dan didistribusikan Perlunya pendataan penggunaan sediaan jadi narkotika & psikotropika nasional TUJUAN 1 PEMBANGUNAN SISTEM PELAPORAN PENGGUNAAN SEDIAAN JADI NARKOTIKA & PSIKOTROPIKA NASIONAL YANG TERINTEGRASI, MULAI DARI UNIT PELAYANAN DINKES KAB/KOTA, DINKES PROPINSI DAN PUSAT 2 TERSEDIANYA PELAPORAN NARKOTIKA NASIONAL SESUAI TARGET 3 PEMANFAATAN HASIL PELAPORAN YG MUDAH DIAKSES DAN DIDISTRIBUSIKAN SIPNAP : HAMBATAN DAN UPAYA MENGATASINYA Hambatan : 1. SDM (mutasi, knowledge) 2. Koneksi internet 3. Sarana dan prasarana 4. Aplikasi (kurang user friendly, perkembangan teknologi) Upaya untuk mengatasi hambatan : 1. Pelatihan 2. Pembentukan Tim Pengelola 3. Forum Konsultasi 4. Pengembangan Software DINAMIKA OBAT PBF Merupakan sistem pelaporan transaksi obat secara berjenjang dari PBF – Propinsi – Pusat Keuntungan : 1. Menjadi dasar pengambilan kebijakan 2. Mengetahui peredaran jenis dan jumlah obat secara nasional Dinamika Obat PBF e-Report PBF Alasan : 1. Rendahnya kepatuhan melapor dari PBF 2. Kesalahan entry data dari PBF sehingga menyulitkan Dinkes Provinsi dalam melakukan rekapitulasi data laporan yang akan di kirim ke Pusat. 3. Tidak semua obat dapat dilaporkan sehingga validitas laporan rendah. HARAPAN TERHADAP DINKES PROPINSI TERKAIT DINAMIKA OBAT PBF 1. Melakukan supervisi terhadap PBF agar dapat melakukan pelaporan dengan baik 2. Menjamin kepatuhan melapor dari PBF di propinsi 3. Membantu pelaksanaan kewenangan Dinkes Provinsi terkait PBF We Are Prodis FM We Are Proud To Be Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian Ditjen Binfar dan Alkes Kementerian Kesehatan RI 2012