Fonologi Nomor Kode : IN 102 Jumlah SKS

advertisement
Nama Mata Kuliah : Fonologi
Nomor Kode
: IN 102
Jumlah SKS
: 3 sks
Pertemuan ke
:1
Pokok Bahasan
: Konsep Dasar Fonologi
PRODUKSI BUNYI-BUNYI BAHASA
PENGERTIAN, KAJIAN DAN PRODUKSI BUNYI BAHASA
a. Pengertian bunyi bahasa
Bunyi bahasa adalah bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bunyi bahasa dapat pula
diartikan sebagai bunyi yang diartikulasikan yang menghasilkan gelombang bunyi sehingga
dapat diterima oleh telinga manusia.
b. Kajian bunyi bahasa
Fonetik merupakan kajian mengenai bunyi bahasa. Berdasarkan proses terjadinya, fonetik
dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu :
a. Fonetik artikulatoris
Fonetik artikulatoris adalah fonetik yang mempelajari bagaimana mekanisme alat-alat
ucap manusia menghasilkan bunyi bahasa serta pengklasifikasian bahasa berdasarkan
artikulasinya.
b. Fonetik akustis
Fonetik akustis mempelajari bunyi bahasa yang berupa getaran udara dan mengkaji
tentang frekuensi getaran bunyi, amplitudo, intensitas dan timbrenya.
c. Fonetik auditoris
Fonetik auditoris mempelajari bagaimana mekanisme telinga menerima bunyi sebagai
hasil dari udara yang bergetar.
Nama Mata Kuliah : Fonologi
Nomor Kode
: IN 102
Jumlah SKS
: 3 sks
Pertemuan ke
:2
Pokok Bahasan
: Produksi Bunyi Bahasa
Produksi bunyi bahasa
Dalam proses pembentukan bunyi bahasa ada tiga faktor yang terlibat, yaitu :
1. Sumber tenaga ( udara yang dihembusjan oleh paru-paru )
2. Alat ucap yang dilewati udara dari paru-paru ( batang tenggorok, kerongkongan, rongga
mulut dan rongga hidung )
3. Artikulator ( penghambat )
Proses pembentukan bahasa melibatkan empat komponen, yaitu proses aliran udara, proses
fonansi, proses artikulasi dan proses orsonal. Produksi bunyi melibatkan alat-alat ucap di sekitar
mulut, hidung dan tenggorokan. Namun, pada dasrnya alt ucap terdiri atas paru-paru,
kerongkongan, langit-langit,gusu dalam, gigi,bibir dan lidah.
Nama Mata Kuliah : Fonologi
Nomor Kode
: IN 102
Jumlah SKS
: 3 sks
Pertemuan ke
:3
Pokok Bahasan
: Klasifikasi Bunyi Bahasa
KLASIFIKASI BUNYI BAHASA
A. Berdasarkan ada tidaknya artikulasi
a. Vokal, yaitu bunyi bahasa yang tidak mengalami hambatan pada saat pembentukannya.
b. Konsonan, yaitu bunyi bahasa yang dibentuk dengan menghambat arus udara pada
sebagian alat ucap.
c. Semi-vokal, yaitu bunyi yang sebenarnya tergolong konsonan tetapi pada saat
diartikulasikan belum membentuk konsonan murni.
B. Berdasarkan jalan keluarnya arus udara.
a. Bunyi nasal, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan menutup arus udara ke luar melalui
rongga mulut dan membuka jalan agar arus udara dapat keluar melalui rongga hidung.
b. Bunyi oral, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan jalan mengangkat ujung anak tekak
mendekati langit-langit lunak untuk menutupi rongga hidung, sehingga arus udara keluar
melalui mulut.
C. Berdasarkan ada tidaknya ketegangan arus udara saat bunyi di artikulasikan.
a. Bunyi keras (fortis), yaitu bunyi bahasa yang pada waktu diartikulasikan disertai
ketegangan kuat arus.
b. Bunyi lunak (lenis), yaitu bunyi yang pada waktu diartikulasikan tidak disertai ketegangan
kuat arus.
D. Berdasarkan lamanya bunyi diucapkan atau diartikulasikan
a. Bunyi panjang
b. Bunyi pendek
E. Berdasarkan derajat kenyaringannya, bunyi dibedakan menjadi bunyi nyaring dan bunyi tak
nyaring. Derajat kenyaringan ditentukan oleh luas atau besarnya ruang resonansi pada waktu bunyi
diucapkan. Makin luas ruang resonansi saluran bicara waktu membentuk bunyi, makin tinggi
derajat kenyaringannya. Begitu pula sebaliknya.
F, Berdasarkan perwujudannya dalam suku kata
a. Bunyi tunggal, yaitu bunyi yang berdiri sendiri dalam satu suku kata (semua bunyi vokal atau
monoftong dan konsonan).
b. Bunyi rangkap, yaitu dua bunyi atau lebih yang terdapat dalam satu suku kata. Bunyi rangkap
terdiri dari
- Diftong (vokal rangkap) : [ai], [au] dan [oi].
- Klaster (gugus konsonan) : [pr], [kr], [tr] dan [bl].
G. Berdasarkan arus udara
a. Bunyi egresif, yaiyu bunyi yang dibentuk dengan cara mengeluarkan arus udara dari dalam
paru-paru. Bunyi egresif dibedakan menjadi :
- Bunyi egresif pulmonik : dibentuk dengan mengecilkan ruang paru-paru,otot perut
dan rongga dada.
- Bunyi egresif glotalik : terbentuk dengan cara merapatkan pita suara sehingga glotis
dalam keadaan tertutup.
b. Bunyi ingresif, yaitu bunyi yang dibentuk dengan cara menghisap udara ke dalam paruparu. Bunyi ingresif dibedakan menjadi :
- Ingresif glotalik : pembentukannya sama dengan egresif glotalik tetapi berbeda pada
arus udara.
- Ingresif velarik : dibentuk dengan menaikkan pangkal lidah ditempatkan pada
langit-langit lunak.
Nama Mata Kuliah : Fonologi
Nomor Kode
: IN 102
Jumlah SKS
: 3 sks
Pertemuan ke
:4
Pokok Bahasan
: Pembentukan Vokal
PEMBENTUKAN VOKAL
A. Berdasarkan posisi bibir
a. Vokal bulat, yaitu vokal yang diucapkan dengan bentuk bibir bulat. Misalnya, vokal [u], [o]
dan [a].
b. Vokal tak bulat, yaitu vokal yang diucapkan dengan bentuk bibir tidak bulat atau melebar.
Misalnya, [I], [e] dan [].
B. Berdasarkan tinggi rendahnya lidah
a. Vokal tinggi, yaitu vokal yang dibentuk jika rahang bawah merapat ke rahang atas : [I] dan
[u].
b. Vokal madya , yaitu vokal yang dibentuk jika rahang bawah menjauh sedikit dari rahang
atas : [a] dan [].
c. Vokal rendah, yaitu vokal yang dibentuk jika rahang bawah dimundurkan lagi sejauhjauhnya : [a].
C. Berdasarkan maju mundurnya lidah
a. Vokal depan, yaitu vokal yang dihasilkan oleh gerakan naik turunnya lidah bagian depan :
[i] dan[e].
b. Vokal tengah, yaitu vokal yang dihasilkan oleh gerakan lidah begian tengah : [a] dan [].
c. Vokal belakang, yaitu vokal yang dihasilkan oleh gerakan naik turunnya lidah bagian
belakang : [u] dan [o].
D. Berdasarkan strikturnya
Striktur adalah keadaan hubungan posisional artikulator (aktif) dengan artikulator pasif atau titik
artikulasi. Dilihat dari strikturnya, vokal dibedakan menjadi :
a. Vokal tertutup, yaitu vokal yang dibentuk dengan lidah diangkat setinggi mungkin
mendekati langit-langit dalam batas vokal. [i] dan [u].
b. Vokal semi tertutup, yaitu vokal yang dibentuk dengan lidah diangkat duapertiga di atas
vokal paling rendah : [e] dan[o].
c. Vokal semi terbuka, yaitu vokal yang dibentuk dengan lidah diangkat dalam ketinggian
sepertiga di atas vokal paling rendah :[] dan [o].
d. Vokal terbuka, yaitu vokal yang dibentuk dengan lidah dalam posisi aerendah mingkin : [a]
dan [A].
Nama Mata Kuliah : Fonologi
Nomor Kode
: IN 102
Jumlah SKS
: 3 sks
Pertemuan ke
:5
Pokok Bahasan
: Pembentukan Konsonan Bahasa Indonesia
PEMBENTUKAN KONSONAN
A. Berdasarkan daerah artikulasinya (striktur)
a. Konsonan bilabial, yaitu konsonan yang dihasilkan dengan mempertemukan kedua belah
bibir yang bersama-sama bertindak sebagai artikulator dan titik artikulasi : [p], [b], [m] dan
[w].
b. Konsonan labiodental, yaitu konsonan yang dihasilkan dengan mempertemukan gigi atas
sebagai titik artikulasi dan bibir bawah sebagai artikulator : [f] dan [v].
c. Konsonan apiko-dental, yaitu konsonan yang dihasilkan oleh ujung lidah sebagai
artikulator dan daerah antar gigi (dents) sebagai titik artikulasi : [t], [d] dan [n].
d. Konsonan apiko-alveolar, yaitu konsonan yang dihasilkan oleh ujung lidah sebagai
arikulator dan lengkung kaki gaga (alveolum) sebagai titik artikulasi : [s], [z[, [r] dan [l].
e. Konsonan paltal (lamino-palatal), yaitu konsonan yang dihasilkan oleh bagian tengah lidah
(lamina) sebagai artikulator dan langit-langit keras (plantum) sebagai titik artikulasi : [c], [j],
[S], [n] dan [y].
f. Konsonan velar (dorso-velar), yaiti konsonan yang dihasilkan oleh belakang lidah (dorsum)
sebagai artikulator dan langit-langit lembut sebagai titik artikulasi : [k], [g], [x] dan [].
g. Konsonan glotal atau hamzah, yaitu konsonan yang dibentuk oleh posisi pita suara sama
sekali merapat sehingga menutup glotis : [?]
h. Konsonan laringal, yaitu konsonan yang dibentuk dengan pita suara terbuka lebar sehingga
udara keluar dan digesekan melalui glotis : [h].
B. Berdasarkan cara artikulasinya
a. Konsonan hambat (stop), yaitu konsonan yang dihasilkan dengan cara menghalangi sama
sekali udara pada daerah artikulasi : [p], [t], [c],[k], [d], [j], dan [g].
b. Konsonan geser (frikatif), yaitu konsonan yang dibentukmdengan cara menggesekkan
udara yang keluar dari paru-paru : [h], [s], [S], [z] dan [x].
c. Konsonan likuida (lateral), yaitu konsonan yang dihasilkan dengan menaikkan lidah ke
langit-langit sehingga udara terpaksa diaduk dan dikeluarkan melalui kedua sisi lidah : [l].
d. Konsonan getar (trill), yaitu konsonan yang dihasilkan dengan cara menjauhkan dan
mendekatkan lidah ke alveolum dengan cepat dan berulang-ulang : [r].
e. Semi vokal, yaitu konsonan yang pada saat diartikulasikan belum membentuk konsonan
murni : [w] dan [y].
C. Berdasarkan posisi pita suara
a. Konsonan bersuara,yaitu konsonan yang terjadi jika ydara yang keluar dari rongga ujaran
turut menggetarkan pita suara : [b], [m], [v], [d], [r], [n], [j], [], [g] dan [r].
b. Konsonan tak bersuara, yaitu konsonan yang terjadi jika udara yang keluar dari rongga
ujaran tidak menggetarkan pita suara : [p], [t], [c], [k], [?], [f], [S], [x] dan [h].
D. Berdasarkan jalan keluarnya udara
a. Konsonan nasal,yaitu konsonan yang terjadi jika udara keluar melalui rongga hidung : [m],
[n] dan [}.
b. Konsonan oral, yaitu konsonan yang terjadi jika udara keluar melalui rongga mulut,
contohnya adalah semua konsonan selain pada konsonan nasal.
Nama Mata Kuliah : Fonologi
Nomor Kode
: IN 102
Jumlah SKS
: 3 sks
Pertemuan ke
:6
Pokok Bahasan
: Pengaruh Bunyi Bahasa
Pengaruh Bunyi Bahasa
PENGARUH DAN PEMENGARUH BUNYI BAHASA
A. Proses Asimilai
Proses asimilasi adalah pengaruh yang mempengaruhi bunyi tanpa mempengaruhi identitas fonem dan
terbatas pada asimilasi fonetis saja. Berdasarkan arah pengaruh bunyinya, proses asimilasi dibedakan
menjadi :
a. Asimilasi Progresif, yaitu proses asimilasi yang terjadi apabila arah pengaruhnya ke depan
b. Asimilasi Regresif, yaitu proses asimilasi yang terjadi apabila arah pengaruhnya ke
belakang.
B. Artikulasi penyerta
Proses pengaruh bunyi yang disebabkan oleh artikulasi ini dibedakan menjadi :
a. Labialisasi, yaitu pembulatan bibir pada artikulasi primer sehingga terdengar binyi semivokal [w] pada bunyi utama tersebut. Misalnya, bunyi [t] pada kata tujuan terdengar sebagai
bunyi [tw].
b. Retrofleksi, yaitu penarikan ujung lidah ke belakang pada artikulasi primer, sehingga
terdengar bunyi [r] pada bunyi utama. Misalnya, [kr] dari bunyi [k] pada kata kardus.
c. Palatalisasi, yaitu pengangkatan daun lidah ke arah langhit-langit keras pada artikulasi
primer. Misalny bunyi [p] pada kata piara terdengarsebagai [py].
d. Velarisasi, yaitu pengangkatan pangkal lidah ke arah langit-langit lunak pada artikulasi
primer. Misalnya, bunyi [m] pada kata mahluk terdengar sebagai [mx].
e. Glotalisasi, yaitu proses penyerta hambatan pada glottis atau glottis tertutup rapat sewaktu
artikulasi primer diucapkan. Vokal dalam bahasa Indonesia sering diglotalisasi. Misalnya,
bunyi [o] pada kata obat terdengar sebagai [?o].
C. Pengaruh bunyi karena distribusi
Pengaruh bunyi karena distribusi menimbulkan proses-proses sebagai berikut :
a. Aspirasi, yaitu pengucapan suatu bunyi disertai dengan hembusan keluarnya udara dengan
kuat sehingga terdengar bunyi [h]. Misalnya, konsonan letup bersuara [b,d,j,g] terdengar
sebagai [bh,dh,jh,gh].
b. Pelepasan, yaitu pengucapan bunyi hambat letup yang seharusnya dihambat tetapi tidak
dihambat dan dengan serentak bunyi berikutnya diucapkan. Pelepasan dibedakan menjadi
tiga, yaitu :
- lepas tajam atau lepas penuh, yaitu pelepasan alat-alat artikulasi dari titik
artikulasinya yang terjadi secara tajam ataw secara penuh.
- Lepas nasal, yaitu suatu pelepasan yang terjadi karena adanya bunyi nasal
didepannya.
- Lepas sampingan , yaitu pelepasan yang terjadi karena adanya bunyi sampingan
didepannya.
- Pemgafrikatan , yaitu suatu keadaan yang terjadi jika bunyi letup hambat yang
seharusnya dihambat dan diletupkan tidak dilakukan, melainkan setelah hambatan
dilepaskan secara bergeser dan pelan-pelan.
D. Kehomorganan
Kehomorganan yaitu konsonan yang mempiunyai sifat khusus. Terdapat dua jenis kehomorganan,
yaitu :
a. Kehomorganan penuh
kehomorganan penuh adalah kehomorganan yang muncul akibat perbedaan bunyi.
b. Kehomorganan sebagian
adalah kehomorganan yang muncul apabila perbedaan diantara pasangan fonem tersebut pada cara
artikulasinya, sedangkan daerah artikulasinya sama.
Nama Mata Kuliah : Fonologi
Nomor Kode
: IN 102
Jumlah SKS
: 3 sks
Pertemuan ke
:7
Pokok Bahasan
: Transkripsi Bunyi Bahasa
TRANSKRIPSI BUNYI BAHASA
Transkripsi adalah penulisan tuturan atau perubahan teks dengan tujuan untuk menyarankan lafal
bunyi, fonem, morfem atau tulisan sesuai dengan ejaan yang berlakudalam suatu bahasa yang
menjadi sasarannya. Transkripsi dibedakan menjadi.
a. Transkripsi fonetis, yaitu penulisan pengubahan menurut bunyi. Tanda […]
b. Transkripsi fonemis, yaitu transkripsi bahasa menurut fonem. Tanda /…/
c. Transkripsi fonemis, yaitu penulisan pengubahan menurut morfem. Tanda {…}
d. Transkripsi ortografis, yaitu penulisan pengubahan menurut huruf atau ejaan bahasa yangt
menjadi tujuannya. Tanda <…>
Transliterasi adalah penggantian huruf demi huruf dari abjad yang satu ke abjad yang lain tanpa
menghiraukan lafal bunyi kata yang bersankutan. Misalnya, transliterasi dari aksara jawa dialihkan ke
huruf abjad latin.
Nama Mata Kuliah : Fonologi
Nomor Kode
: IN 102
Jumlah SKS
: 3 sks
Pertemuan ke
:9
Pokok Bahasan
: Bunyi Suprasegmental
BUNYI SUPRASEGMENTAL
Ciri-ciri bumyi suprasegmental antara lain :
a. Jangka, yaitu panjang pendeknya bunyi yang diucapkan. Tanda […]
b. Tekanan, yaitu penonjolan suku kata dengan memperpanjang pengucapan, meninggikan
nada dan memperbesar intensitas tenaga dalam pengucapan suku kata tersebut.
c. Jeda atau sendi, yaitu cirri berhentinya pengucapan bunyi. Sendi dibedakan menjadi:
- Sendi tambah (+), yaitu jeda yang berada di antara dua suku kata. Ukuran
panjangnya kurang dari satu fonem.
- Sendi tunggal (/), yaitu jeda yang berada di antara dua kata dalam frasa dengan
ukuran panjang satu fonem.
- Sendi rangkap (//), yaitu jeda yang berada d iantara dua fungsi unsure klausa atau
kalimat, di antara subjek dan predikat.
- Sendi kepang rangkap (#), yaitu jeda yang berada sebelum dan sesudah tuturan
sebagai tanda diawali dan diakhirinya tuturan.
d. Intonasi dan ritme
Intonasi adalah cirri suprasegmental yang berhubungan dengan naik turunnya nada dalam pelafalan
kalimat
Ritme adalah cirri suprasegmental yang br\erhubungan dengan pola pemberian tekanan pada kata
dalam kalimat.
Nama Mata Kuliah : Fonologi
Nomor Kode
: IN 102
Jumlah SKS
: 3 sks
Pertemuan ke
: 10
Pokok Bahasan
: Fonemik : Kajian Fonem
FONEMIK : KAJIAN FONEM
A. PENGERTIAN FONEM DAN FONEMISASI
Fonem adalah satuan bunyi bahasa terkecil yang bersifat fungsional, artinya satuan memiliki fungsi
untuk membedakan makna.
Fonemisasi adalah usaha untuk menemukan bunyi-bunyi yang berfungsi dalam rangka pembedaan
makna tersebut.
B. PENGENALAN FONEM
Dalam mengenalui fonem terdapat beberapa pokok pikiran umum yang disebut premis-premis
fonologis. Berdasarka nsifat umumnya premis-premis bahasa tersebut adalah sebagai berikut :
a. Bunyi bahasa mempunyai kencenderungan untuk dipengaruhi oleh lingkungannya.
b. Sistem bunyi mempunyai kecenderungan bersifat simetris.
c. Bunyi-bunyi bahasa yangsecara fonetis mirip harus digolongkan ke dalam kelas-kelas
bunyi (fonem) yang berbeda, apabila terdapat pertentangan di dalam lingkungan yang sama.
d. Bunyi-bunyi yang secara fonetis mirip dan terdapat di dalam distribusi yang komplementer,
harus dimasukkan ke dalam kelas-kelas bunyi (fonem) yang sama.
Untuk mengenal dan menentukan bunyi-bunyi bahasa yang bersifat fungsional (fonem
),biasanya ditentukan melalui kontras pasangan minimal. Pasangan minimal ini adalah
pasangan bentuk-bentuk bahasa yang terkecil dan bermakna pada sebuah bahasa atau kata
tunggal yang secara ideal sama, kecuali satu bunyi berbeda. Contohnya : dara dan tara  /d/
dan /t/
kalah dan galah  /k/ dan /g/
C. BEBAN FUNGSIONAL FONEM
Dalam kajian fonologi sering dipaparkan beban fungsional dari oposisi fonemis tertentu. Beban
oposisi rendah terdapat pada bunyi /p/ dan /f/ pada katakapan dan kafan, sedangkan beban oposisi
tinggi terdapat pada bunyi /k/ dan /g/ pada kata gita dan kita.
Nama Mata Kuliah : Fonologi
Nomor Kode
: IN 102
Jumlah SKS
: 3 sks
Pertemuan ke
: 11
Pokok Bahasan
: Realisasi dan Variasi Fonem
REALISASI DAN VARIASI FONEM
A. REALISASI FONEM
Realisasi fonem adalah pengungkapan sebenarnya dari ciri atau satuan fonologis, yaitu fonem menjadi
bunyi bahasa
1. realisasi vokal
berdasarkan pembentukannya, realisasi fonem vokal dibedakan sebagai berikut :
a. Fonem /i/ adalah vokal tinggi-depan-tak bulat.
b. Fonem /u/ adalah vokal atas-belakang-bulat.
c. Fonem /e/ adalah vokal sedang-depan-bulat.
d. Fonem // adalah vokal sedang-tangah-bulat.
e. Fonem /o/ adalah vokal sedang-belakang-bulat
f. Fonem /a/ adalah vokal rendah-tengah-bulat.
2. Realisasi konsonan
berdasarkan cara pembentukannya, realisasi fonem konsonan dibedakan sebagai berikut :
a. Konsonan hambat, dibedakan sebagai berikut :
- konsonan hambat-bilabial, yaitu fonem /p/ dan /b/
- konsonan hambat-dental, yaitu fonem /t/ dan /d/
- konsonan hambat-palatal, yaitu /c/ dan /j/
- konsonan hambat-velar, yaitu /k/ dan /g/
b. Konsonan Frikatif, dibedakan sebagai berikut :
- Konsonan frikatif-labio-dental, yaitu /f/ dan /v/
- Konsonan ferikatif-alveolar, yaitu /s/ dan /z/
- Konsonan frikatif-palatal tak bersuara, yaitu /š/
- Konsonan frikatif-velar tak bersuara, yaitu /x/ dan /kh/
- Konsonan frikatif-glotal tak bersuara, yaitu /h/
c. konsonan getar-alveolar, yaitu /r/
d. konsonan lateral-alveolar, yaitu /l/
e. konsonan nasal, dibedakan dalam daerah artikulasinya sebagai berikut :
- konsonan nasal-bilabial, yaitu /m/
- konsonan nasal-dental, yaitu /n/
- konsonan nasal-palatal, yaitu /ň/
- konsonan nasal-velar, yaitu //
f. semi-vokal , yaitu semivokal bilabial (/w/) dan semivokal palatal( /y/).
Nama Mata Kuliah : Fonologi
Nomor Kode
: IN 102
Jumlah SKS
: 3 sks
Pertemuan ke
: 12
Pokok Bahasan
: Variasi Fonem
VARIASI FONEM
Variasi fonem ditentukan oleh lingkungan dalam distribusi yang komplementer disebut variasi
alofonis. Variasi fonem yang tidak membedakan bentuk dan arti kata disebut alofon.
a. Alofon vokal
- Alofon fonem /i/, yaitu
[i] jika terdapat pada suku kata terbuka. Misalnya, [bibi] /bibi/
[I] jika terdapat pada suku kata tertutup. Misalnya, [karIb] /karib/
[Iy] palatalisasi jika diikuti oleh vokal [aou]. [kiyos] /kios/
[ϊ] nasalisasi jika diikuti oleh nasal. [ϊndah] /indah/
- Alofon fonem /ε/, yaitu
[e] jika terdapat pada suku kata terbuka dan tidak diikuti oleh suku kata yang
mengandung alofon [ε]. Misalnya, [sore] /sore/
[ε] jika terdapat pada tempat-tempat lain. Misalnya, [pεsta]/pesta/
[] jika terdapat pada posisi suku kata terbuka. [pta]/peta/
[] jika terdapat pada posisi suku kata tertutup. [sentr]/senter/
- Alofon fonem /o/, yaitu
[o] jika terdapat pada suku kata akhir terbuka. [soto]/soto/
[] jika terdapat pada posisi lain. [jebls]/jeblos/
- Alofon fonem /a/, yaitu
[a] jika terdapat pada semua posisi suku kata.
[aku]/aku, [sabtu]/sabtu/
- Alofon fonem /u/, yaitu
[u] jika terdapat pada posisi suku kata terbuka.
[aku]/aku/, [buka]/buka/
[U] jika terdapat pada suku kata tertutup.
[ampUn]/ampun/, [kumpul]/kumpul/
[uw] labialisasi jika diikuti oleh[I,,a].
[buwih]/buih/, [kuwe]/kue/
b. Alofon konsonan
- fonem /p/
[p] bunyi lepas jika diikuti vokal.
[pipi]/pipi/, [sapi]/sapi/
[p>] bunyi tak lepas jika terdapat pada suku kata tertutup.
[atap>]/atap/, [balap>]/balap/
[b] bunyi lepas jika diikuti oleh vocal.
[babi]/babi/, [babu]/babu/
[p>] bunyi taklepas jika terdapat pada suku kata tertutup, namun berubah lagi menjadi
[b] jika diikuti lagi vokal.
[adap>]/adab/, [jawap>]/jawab/
- Fonem /t/
[t] bunyi lepas jika diikutu oleh vokal.
[tanam]/tanam/, [tusuk]/tusuk/
[t>] bunyi tak lepas jika terdapat pada suku kata tertutup.
[lompat>]/lompat/,[sakit>]/sakit/
[d] bunyi lepas jika diikuti vocal.
[duta]/duta/, [dadu]/dadu/
[t>] bunyi hambat-dental-tak bersuara dan tak lepas jika terdapat pada suku kata
tertutup atau pada akhir kata.
[abat>]/abad/,[murtat>]/murtad/
- Fonem /k/
[k] bunyi lepas jika terdapat pada awal suku kata.
[kala]/kala/, [kelam]/kelam/
[k>] bunyi tak lepas jika tedapat pada tengah kata dan diikuti konsonan lain.
[pak>sa]/paksa/, [sik>sa]/siksa/
[?] bunyi hambat glottal jika terdapat pada akhir kata.
[tida?]/tidak/, [ana?]/anak/
- Fonem /g/
[g] bunyi lepas jika diikuti glottal.
[gagah]/gagah/, [gula]/gula/
[k>] bunyi hambat-velar-tak bersuara dan lepas jika terdapat di akhir kata.
[beduk>]/bedug/,[gudek>]/gudeg/
- Fonem /c/
[c] bunyi lepas jika diikuti vocal.
[cari]/cari/, [cacing]/cacing/
- Fonem /j/
[j] bunyi lepas jika diikuti vocal.
[juga]/juga/, [jadi]/jadi/
- Fonem /f/
[j] jika terdapat pada posisi sebelum dan sesudah vocal.
[fakir]/fakir/, [fitri]/fitri/
- Fonem /p/
[p] bunyi konsonan hambat-bilabial-tak bersuara
[piker]/piker/, [hapal]/hapal/
- Fonem /z/
[z] [zat]/zat/, [izin]-/izin/
- Fonem /š/
[š] umumnya terdapat di awal dan akhir kata
[šarat]/syarat/, [araš]/arasy/
- Fonem /x/
[x] berada di awal dan akhir suku kata.
[xas]/khas/, [xusus]/khusus/
- Fonem /h/
[h] bunyi tak bersuara jika terdapat di awal dan akhir suku kata.
[hasil]/hasil, [hujan]/hujan/
[H] jika berada di tengah kata
[taHu]/tahu/, [laHan]/lahan/
- Fonem /m/
[m] berada di awal dan akhir suku kata
[masuk]/masuk/, [makan]/makan/
- Fonem /n/
[n] berada di awal dan akhir suku kata.
[nakal]/nakal/, [nasib]/nasib/
- Fonem /ň/
[ň] berada di awal suku kata
[baňak]/banyak/, [buňi]/bunyi/
- Fonem /Ƞ/
[Ƞ] berada di awal dan akhir suku kata.
[Ƞarai]/ngarai/, [paȠkal]/pangkal/
- Fonem /r/
[r] berada di awal dan akhir suku kata, kadang-kadang bervariasi dengan bunyi getar
uvular [R].
[raja] atau [Raja]/raja/, [karya] atau [kaRya]/karya/
- Fonem /l/
[l] berada di awal dan akhir suku kata.
[lama]/lama/, [palsu]/palsu/
- Fonem /w/
[w] merupakan konsonan jika terdapat di awal suku kata dan semi vocal pada
akhir suku kata.
[waktu]/waktu/, [wujud]/wujud/
- Fonem /y/
[y] merupakan konsonan jika terdapat di awal suku kata dan semi vocal pada
akhir suku kata.
[santay]/santai/, [ramai]/ramai/
Nama Mata Kuliah : Fonologi
Nomor Kode
: IN 102
Jumlah SKS
: 3 sks
Pertemuan ke
: 13
Pokok Bahasan
: Gejala Fonologis
GEJALA FONOLOGIS
A. NETRALISASI DAN ARKIFONEM
Netralisasi adalah alternasi fonem akibat pengaruh lingkungan atau pembatalan perbedaan minimal
fonem pada posisi tertentu. Alternasi fonem adalah perubahan fonem menjadi fonem lain tanpa
membedakan makna. Adanya bunyi /t/ pada akhir lafal kata [babat] untuk /babad/ adalah hasil
netralisasi.
Arkifonem adalah golongan fonem yang kehilangan kontraspada posisi tertentu dan biasa
dilambangkan dengan huruf besar seperti/D/ yang memiliki alternasi atau varian fonem /t/ dan fonem
/d/ pada kata [babat] untuk /babad/ .
B. PELEPASAN FONEM DAN KONTRAKSI
Pelepasan bunyi adalah hilangnaya bunyi atau fonem pada awal, tangah dan akhir sebuah kata tanpa
mengubah makna. Pelepasan dapat pula berupa kontraksi atau pemendekan kata. Contoh : /tetapi/
menjadi /tapi/.
Pelepasan dibagi menjadi tiga, yaitu
a. Aferesis, yaitu pelepasan fonem pada awal kata.
/tetapi/ menjadi /tapi/, /baharu/ menjadi /baru/
b. Sinkope, yaitu pelepasan fonem pada tengah kata.
/silahkan/ menjadi /silakan/, /dahulu/ menjadi /dulu/
c. Apokope, yaitu pelepasan fonem pada akhir kata.
/president/ menjadi /president/, /standard/ menjadi /standar/
Jenis pelepasan bunyi yang lain adalah haplologi ,yaitu pemendekan pada sebuah kata karena
penghilangan suatu bunyi atau suku kata pada pengucapannya. Misalnya : tidak ada menjadi tiada,
bagaimana menjadi gimana.
C. DISIMILASI
Disimilasi adalah perubahan bentuk kata karena salah satu dari dua buah fonem yang sama diganti
dengan fonem yang lain. Contoh disimilasi :
a. Disimilasi sinkronis
Contohnya : ber + ajar belajar. Fonem /r/ pada awalan ber- diubah menjadi /l/.
b. Disimilasi diakronis
Contohnya : kata cipta berasal dari bahasa Sansekerta yaitu citta. Jadi terdapat perubahan
dari fonem /tt/ menjadi /pt/.
D. METATESIS
Dalam proses metatesis yang diubah adalah urutan fonem-fonem tertentu yang biasanya terdapat
bersama dengan bentuk asli, sehingga ada variasi bebas. Misalnya, jalur menjadi lajur, almari menjadi
lemari.
E. PENAMBAHAN FONEM
Berdasarkan letaknya, penambahan fonem dibedakan menjadi :
a. Protesis, yaitu penambahan fonem di awal kata.
/mas/ menjadi /emas, /tik/ menjadi /ketik/.
b. Epentesis, yaitu penambahan fonem di tengah kata.
/upat/ menjadi /umpat/, /kapak/ menjadi /kampak/.
c. Paragoge, yaitu penambahan fonem di akhir kata.
/ina/ menjadi /inang/, /lamp/ menjadi /lampu/.
Nama Mata Kuliah : Fonologi
Nomor Kode
: IN 102
Jumlah SKS
: 3 sks
Pertemuan ke
: 14
Pokok Bahasan
: Fonotaktik Bahasa Indonesia
FONOTAKTIK BAHASA INDONESIA
FONOTAKTIK DAN DISTRIBUSI FONEM
A. Fonotaktik
Fonotaktik adalah bidang fonologi atau fonemik yang mengatur tentang penjejeran fonem dalam kata.
Contohnya, kata pertandingan memiliki 12 fonem. Jejeran fonem dari kata tersebut adalah
/p,e,r,t,a,n,d,i,n,g,a,n/.
B. Distribusi Fonem
Distribusi fonem adalah bagian yang membahas posisi fonem apakah fonem tersebut terletak pada
bagian awal,tengah atau akhir dalam sebuah kata.
1. Distribusi Vokal
Distribusi vokal lebih lanjut dijelaskan melalui tabel di bawah ini.
Tabel Posisi Vokal Dalam Fonem
Posisi
Fonem
Awal
Tengah
Akhir
/i/
/ikan/ ikan
/pintu/ pintu
/api/ api
/e/
/ekor/ ekor
/nenek/ nenek
/sore/ sore
/∂/
/∂mas/ emas
/ruw∂t/ ruwet
/tipe∂/ tipe
/a
/anak/ anak
/darma/ darma
/kota/ kota
/u/
/ukir/ ukir
/masuk/ masuk
/bau/ bau
/o/
/obat/ obat
/balon/ balon
/baso/ baso
2. Distribusi Konsonan
Distribusi konsonan lebih lanjut dijelaskan melalui tabel di bawah ini.
Tabel Posisi Konsonan Dalam Fonem
Posisi
Fonem
Awal
Tengah
Akhir
/p/
/pasang/
/apa/
/siap/
/b/
/bahasa/
/sebut/
/adab/
/t/
/tali/
/mata/
/rapat/
/d/
/dua/
/ada/
/abad/
/c/
/cakap/
/beca/
-
/j/
/jalan/
/manja/
/mi’raj/
/k/
/kami/
/paksa/
/politik/
/g/
/galag/
/tiga/
/jajag/
/f/
/fakir/
/kafan/
/maaf/
/v/
/varia/
/lava/
-
/s/
/suku/
/asli/
/lemas/
/z/
/zeni/
/lazim/
-
/š/
/syarat/
/isyarat/
/arasy/
/h/
/hari/
/lihat
/tanah/
/m/
/maka/
/kami/
/diam/
/n/
/nama/
/anak/
/daun/
/ň/
/nyata/
/hanya/
-
/ƞ/
/ngilu/
/angin/
/pening/
/r/
/raih/
/juara/
/putar/
/l/
/lekas/
/alas/
/kesal/
/w/
/wanita/
/hawa/
-
/y/
/yakin/
/payung/
-
Nama Mata Kuliah : Fonologi
Nomor Kode
: IN 102
Jumlah SKS
: 3 sks
Pertemuan ke
: 15
Pokok Bahasan
: Deretan Fonem, Diftong, dan Gugus
DERETAN FONEM ,DIFTONG DAN GUGUS
A. Deretan Fonem
1. Deretan vokal
Deretan vokal lebih lanjut dijelaskan melalui tabel di bawah ini.
Indeks vertikal menunjukan komponen pertama dan indeks horisontal menunjukkan komponen kedua.
Tabel Deretan Vokal Dalam Bahasa Indonesia
Vokal
/i/
//
//
/o/
/a/
/u/
/i/
—
—
—
—
ia
iu
//
—
—
—
o
—
—
//
—
—

—
—
—
/a/
ai
—
—
ao
aa
au
/o/
—
—
—
—
oa
—
/u/
ui
u
—
—
ua
—
2. Deretan konsonan
Deretan konsonan lebih lanjut dijelaskan melalui tabel di bawah ini.
Indeks vertikal menunjukan komponen pertama dan indeks horisontal menunjukkan komponen kedua.
Tabel Deretan Konsonan Dalam Bahasa Indonesia
Fone
p
t
c
k
b
d
j
g
s
h
w
y
M
n
ň
ƞ
l
r
pl
pr
m
p
Pt
ps
p
y
t
Tp
tt
tb
tw
ty
T
tr
m
c
k
kt
K
c
b
bt
kb
k
ks
d
b
d
k
km
w
bs
b
y
bl
Br
d
dh
d
dm
dl
Dr
ji
Jr
hl
Hr
y
j
g
g
y
s
sp
h
st
sc
ht
h
hs
k
h
h
w
y
hm
w
y
m
n
m
m
m
m
m
m
m
m
M
p
t
c
b
j
s
h
l
r
np
nt
nc
ƞl
Ƞr
n
n
k
d
nj
ň
ƞ
l
lp
lt
r
rp
rt
rc
ƞ
ƞ
k
g
lk
lb
ld
rk
rb
rd
lj
ƞs
ls
lh
lw
rs
rh
rw
lm
ry
rm
r
rl
n
3. Diftong
Diftong adalah dua buah vokal yang berdiri bersama dan pada saat diucapkan berubah kualitasnya.
Perbedaan vokal dengan diftong adalah terletak pada car hembusan nafasnya. Diftong dalam bahasa
indonesia adalah sebagai berikut
1. Diftong /au/, pengucapannya [aw]. Contohnya :
[harimaw] /harimau/
[kerbaw] /kerbau/
2. Diftong /ai/, pengucapannya [ay]. Contohnya :
[santay] /santai/
[sungay] /sungai/
3.Diftong /oi/, pengucapannya [oy]. Contohnya :
[amboy] /amboi/
[asoy] /asoi/
4. Gugus atau klaster
Gugus adalah deretan konsonan yang terdapat bersama pada satu suku kata.
Gugus konsonan pertama : /p/,/b/,/t/,/k/,/g/,/s/ dan /d/.
Gugus konsonan kedua : /l/,/r/ dan /w/.
Gugus konsonan ketiga : /s/,/m/,/n/ dan /k/.
Gugus konsonan keduanya adalah konsonan lateral /l/, misalnya :
- /pl/ [pleno] /pleno/
- /bl/ [blaƞko] /blangko/
- dan begitu seterusnya hingga konsonan kedua /r/ dan /w/.
Jika tiga konsonan berderet, maka konsonan pertama selalu /s/, yang kedua /t/,/p/ dan /k/ dan yang
ketiga adalah /r/ atau /l/. Contohnya :
- /spr/ [sprey] /sprei
- /skr/ [skripsi] /skripsi/
- /skl/ [sklerosis] /sklerosis/
Download