SKRIPSI PERUBAHAN BUNYI KATA SERAPAN BAHASA ARAB DALAM BAHASA INDONESIA (STUDI KASUS: KBBI) Disusun oleh: FAJAR ISMAIL 108024000002 JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015 PRAKATA Alhamdulillah... Segala puji bagi Allah SWT tuhan semesta alam yang kaya akan cintanya, dan makin melimpah saat menurunkan moyang Adam bersama Hawa dari surga ke muka bumi. Sejalan perjuangan mereka merintis kehidupan manusia, lahirlah sosok penyempurna akhlak manusia dan penggagas revolusi mental yang susungguhnya, Muhammad SAW, solawat teriring salam sepatutnya diucap. Karya ini penulis rancangguna menuntaskan beragam syarat perolehan gelar Sarjana Sastra di Fakultas Adab dan Humaniora, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Lewat lembar ini, penulis menyampaikan rasabangganya kepada civitas akademika: Prof. Prof. Syukron Kamil, MA selaku Dekan Fakultas Adab, Dr. Moch. Syarif Hidayatullah, M. Hum, Ketua Jurusan Tarjamah, Rizki Handayani, MA, Sekretaris Jurusan Tarjamah, serta seluruh dosen beserta alumni jurusan. Semoga ilmu yang kalian kenalkan bisa bermanfaat, kelak. Kepada pihak yang penuh jasa mengembangkan jurusan, Dr. Akhmad Saehuddin, M. Ag, yang juga dosen pembimbing penulis, terimakasih rela membagi waktu luangnya untuk menggores pena merahnya demi perbaikan skripsi. Kepada para penguji, Dr. Darsita Suparno, M.Hum dan Drs. Ikhwan Azizi, MA terimakasih sudah membimbing bahkan mempersilahkan saya mengganti judul skripsi. Tercinta, kedua orang tua di rumah, Hj. Abdul Rasyid dan Hj. Yayah Khairiyyah, tiada syukur paling indah selain mengucap namamu dalam doaku, terimakasih telah membangun sekolah yang indah untuk mendidik anak-anakmu di rumah. Juga Firdaus Riantori, Ade Ferdiawan dan Ahmad Farid, kita berempat adalah pria tangguh yang pernah terlahir dan dibesarkan oleh perguruan yang rukun dan harmonis. Selanjutnya, kepada rekan seperjuangan tarjamah, sukses menanti kita di luar sana! Tak lupa, rekan-rekan sabuk organisasi AMURA Karate Bekasi, Osh! Juga KPA Arkadia, dua tahun memimpin organisasi ini adalah kesempatan belajar yang tidak pernah saya temukan di bangku kelas, kemudian LPM Institut dan kawan-kawan penghuni SC lainnya, enam tahun kita bersama melakukan perubahan lebih baik untuk kampus ini, jangan pernah lupa semua perjuangan yang sudah kita capai, cukup bangga untuk dikenang. Semoga skripsi yang masih jauh dari kesempurnaan ini bisa memberikan manfaat bagi siapa saja terutama yang tertarik dengan dunia penerjemahan. Saran dan kritik membangun, penulis harapkan untuk perbaikan skripsi ini. Jakarta, 02 Juli 2015 Fajar Ismail iv DAFTAR ISI LEMBAR PERNYATAAN ………………………………………………………... i LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING …………………………………..... ii LEMBAR PENGESAHAN …………………………………………………… iii PRAKATA ………………………………………………………………………....iv DAFTAR ISI ………………………………………………………………………..v PEDOMAN TRANSLITERASI …………………………………………… viii SINGKATAN ……………………………………………………………………. xiii GLOSARIUM ………………………………………………………………….... xiv ABSTRAK …………………………………………………………………… xvi BAB I Pendahuluan A. B. B. C. D. Latar Belakang Masalah ………………………………………………… Rumusan Masalah ……………………………………………...................... Tujuan Penelitian ………………………………………….….......…… Manfaat Penelitian………………………………………………………….... Sistematika Penulisan.……………………………………………………...... 1 5 5 6 6 BAB II Kerangka Teori A. Ilmu bunyi.............................................................................................. B. Fonetik dan kajiannya................................................................................ C. Perubahan bunyi...................................................................................... 7 9 9 BAB III Metodologi Penelitian A. B. C. D. E. F. Metodologi Penelitian…………………………………........…………… Fokus Penelitian..................................................................................... Sumber Data…………………….……………………................................. Metode Penyediaan Data ........................................................................ Metode Analisis Data…………………….……………………................... Hasil Analisis Data.......................................................................…… 12 12 13 13 14 15 BAB IV Analisis Data Hasil Penelitian 1. 2. 3. 4. 5. Pelemahan bunyi…………………….………………………….………… Penguatan bunyi…………………….………………………….……… Pengenduran bunyi …………………….………………………….…… Penambahan bunyi…………………….………………………….……….. Monoftongisasi …………………….………………………….…….......... v 17 19 20 22 24 6. Adaptasi bunyi …………………….………………………….………….... 25 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ……………………………………………………………… 30 B. Saran-saran …………………………………………………………………… 31 DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………… 32 LAMPIRAN ……………………………………………………………………......36 vi PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN Dalam skripsi ini, sebagian data ditransliterasikan ke dalam huruf latin. Transliterasi ini berdasarkan pedoman transliterasiArab-Latin dalam buku “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah” CeQDA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 1. Padanan Aksara Berikut adalah daftar aksara Arab dan padanannya dalam aksara latin: Huruf Arab Huruf Latin ا Keterangan Tidak dilambangkan ب B Be ت T Te ث Ts te dan es ج J Je ح H h dengan garis di bawah خ Kh ka dan ha د D De ذ Dz de dan zet ر R Er ز Z Zet س S Es vii ش Sy es dan ye ص S es dengan garis di bawah ض D de dengan garis di bawah ط T te dengan garis di bawah ظ Z zet dengan garis di bawah ع ، koma terbalik di atas hadap kanan غ Gh ge dan ha ؼ F Ef ؽ Q Ki ؾ K Ka ؿ L El ـ M Em ف N En و W We هػ H Ha ء ' Apostrof ي Y Ye viii 2. Vokal Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Untuk vokal tunggul, ketentuan alih aksaranya ialah sebagai berikut: Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan ػ ػ ػَ ػ A Fathah ػ ػِػ ػ I Kasrah ػ ػُػ ػ U Dammah Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya ialah sebagai berikut: Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan ي---- Ai a dan i و---- Au a dan u 2.1 Vokal Panjang Ketentuan alih aksara vokal panjang (madd), yang dalam bahasa Arab dilambangkan harakat dan huruf, yaitu: Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan ػَا Â a dengan topi di atas ْػِ ْى Î i dengan topi di atas ْػُْو Û u dengan topi di atas ix 3. Kata Sandang Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan huruf, yaitu اؿ, dialihaksarakan menjadi huruf /I/, baik diikuti huruf syamsiyah maupun huruf qamariyah. Contoh: al-rijâl bukan ar-rijâl, al-dîwân bukan ad-dîwân. 4. Syaddah (Tasydîd) Syaddah atau tasydîd yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah tanda )ّ)ـــ, dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi, hal ini tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyyah. Misalnya, kataالضْ ُْرْْوَْرةtidak ditulis ad-darûrah tetapi al-darûrah, demikian seterusnya. 5. Ta Marbûtah Berkaitan dengan alih aksara ini, huruf ta marbûtah terdapat pada kata yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /h/ (lihat contoh 1 di bawah). Hal yang sama juga berlaku jika ta marbûtah tersebut diikuti oleh kata sifat (na’t) (lihat contoh 2 di bawah). Namun, jika huruf ta marbûtah tersebut diikuti kata benda (ism), maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /t/ (lihat contoh 3). No Kata Arab Alih Aksara 1 طريقة Tarîqah 2 الجامعةْاإلسالميّة al-jâmi‟ah al-islâmiyyah 3 وحدةْالوجود wahdat al-wujûd 6. Huruf Kapital Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, dalam alih aksara ini huruf kapital tersebut juga digunakan, dengan mengikuti ketentuan yang berlaku dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, antara lain untuk menuliskan permulaan kalimat, huruf x awal nama tempat, nama bulan, dan nama diri. Penting diperhatikan, jika nama diri didahului oleh kata sandang, maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal atau kata sandangnya. (Contoh: Abû Hâmid al-Ghazâlî bukan Abû Hâmid AlGhazâlî, al-Kindi bukan Al-Kindi). Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga dapat diterapkan dalam alih akasara ini, misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring (italic) atau cetak tebal (bold). Jika menurut EYD, judul buku itu ditulis dengan cetak miring, maka demikian halnya dalam alih aksaranya. Demikian seterusnya. Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama tokoh yang berasal dari dunia Nusantara sendiri, disarankan tidak dialihaksarakan meskipun akar katanya berasal dari bahasa arab. Misalnya ditulis, Abdussamad al-Palimbani, tidak „Abd al-Samad al-Palimbânî; Nuruddin alRaniri, tidak Nûr al-Dîn al-Rânîrî. 7. Cara Penulisan Kata Setiap kata, baik kata kerja (fi’l), kata benda (ism), maupun huruf (harf) ditulis secara terpisah. Berikut adalah beberapa contoh alih aksara atas kalimat-kalimat dalam bahasa Arab, dengan berpedoman pada ketentuan-ketentuan di atas: Kata Arab Alih Aksara ذهبْاألستاذ dzahaba al-ustâdzu ثبتْاألجر tsabata al-ajru الحركةْالعصريّة al-harakah al-„asriyyah أشهدْأ ْفْالْإلهْإالّْاهلل asyhadu an lâ ilâha illâ Allâh موالناْملكْالصالح Maulânâ Maliku al-Sâlih يؤثّركمْاهلل Yu‟atstsirukumu Allâh xi المظاهرْالعقليّة al-mazâhir al-„aqliyyah اآلياتْالكونيّة al-âyât al-kauniyyah الضرورةْتيبحْالمحظورات al-darûrah tubihu al-mahzûrât xii SINGKATAN BSa : Bahasa Sasaran BSu : Bahasa Sumber TBp : Teks Bahasa Penerima NBSa : Naskah Bahasa Sasaran NBSu : Naskah Bahasa Sumber SL : Source Language TL : Target Language xiii GLOSARIUM Abreviasi: Proses morfologis berupa penanggalan satu atau beberapa bagian leksem atau kombinasi leksem sehingga terjadi bentuk baru yang berstatus kata. Adjektiva: Kata yang menerangkan kata benda. Afiksasi: Proses atau hasil penambahan afiks pada akar, dasar atau alas. Derivasi: Proses pengimbuhan afiks non inflektif pada dasar untuk membentuk kata. Diatesis aktif: Bentuk gramatikal sebuah verba, atau klausa, yang subjek gramatikalnya merupakan pelaku. Diatesis pasif: Diatesis yang menunjukan bahwa subjek adalah tujuan dari perbuatan Frasa: Gabungan antara dua kata atau lebih yang sifatnya tidak predikatif. Infleksi: Perubahan bentuk kata yang menunjukan berbagai hubungan gramatikal. Kala: Perbedaan bentuk verba untuk menyatakan perbedaan waktu atau jangka perbuatan atau keadaan. Kata: Satuan bahasa yang dapat berdiri sendiri, terjadi dari morfem tunggal atau gabungan morfem. Klausa Parantetis: Klausa yang diselipkan ke dalam kalimat dan memberikan modifikasi kepada salah satu bagian kalimat tanpa mengubah struktur dasarnya Linguistik: Ilmu tentang bahasa yang mengkaji dari beberapa aspek, mulai dari fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, leksikografi. Modulasi: Pergeseran makna; modulasi ini biasanya diakibatkan oleh adanya transposisi yang terjadi pada proses penerjemahan. Nomina: Kelas kata yang dapat berfungsi sebagai subjek atau objek dari klausa Objek: Nomina atau kelompok nomina yang melengkapi verba-verba tertentu dalam klausa. xiv Paduan: Hasil penggabungan beberapa morfem menjadi kata yang padat. Predikat: Bagian klausa yang menandai apa yang dikatakan oleh pembicara tentang subjek. Preposisi: Partikel yang biasanya terletak di depan nomina dan menghubungkannya dengan kata lain. Pronomina: Kata yang menggantikan nomina atau frasa nominal. Subjek: Bagian klausa berwujud nomina atau frasa nomina yang menandai apa yang dikatakan pembicara. Transliterasi: Penggantian huruf demi huruf dari abjad yang satu ke abjad yang lain. Transposisi: Proses atau hasil perubahan fungsi atau kelas kata tanpa penambahan apa-apa. Verba: Kelas kata yang biasanya berfungsi sebagai predikat. xv ABSTRAK Fajar Ismail “Perubahan Bunyi Kata Serapan Bahasa Arab dalam Bahasa Indonesia. Studi Kasus: KBBI”. Bahasa Indonesia diperkaya oleh banyak kosakata yang ada dari berbagai dunia, faktor adanya kontak bahasa merupakan pendukung utama kekayaan khazanah bahasa Indonesia, lebih jauh lagi kontak bahasa menyebabkan beberapa gejala bahasa yang terjadi. Perubahan bunyi salah satunya, perubahan bunyi terhadap kosakata bahasa Asing yang diserap ke Indonesia umumnya mengalami perubahan bunyi, baik posisi maupun fungsinya. Sebagaimana terjadi dalam penyerapan bahasa Arab ke Indonesia, proses perubahan bunyi ini dapat diamati begitu jelas melalui bentuk transliterasi. Penelitian ini bertujuan guna mencari tahu perubahan bunyi kata serapan bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia serta mencari tahu perubahan bunyi yang ditinjau beberapa aspek, yaitu pelemahan bunyi, penambahan bunyi, penguatan bunyi dan pengenduran bunyi. Dengan manfaat yang dituju secara praktis dan teroritis. Secara praktis penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berbagai bunyi bahasa yang mengalami perubahan dari bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia. Secara teoritis penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses perubahan bunyi bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia ditinjau dari aspek fonetik. Adapun teori penelitian ditinjau menggunakan studi ilmu bunyi yang dikemukakan oleh Crowly, yakni perubahan fonetis tanpa perubahan fonem, perubahan fonetis dengan perubahan pada fonem, dan terakhir perubahan fonem tanpa perubahan fonetis. Perubahan bunyi yang dibahas adalah perubahan bunyi yang tidak menimbulkan perubahan makna. Penelitian ini juga dilengkapi dengan metode penelitian berupa metode catat, bersifat inventarisir dengan langkah identifikasi kata serapan Arab KBBIsecara alfabetis kemudian dihubungbandingkan dengan bentuk transliterasi Arab pada kamus al- Ashri dan al-Munawwir. Hasil analisis data yang menyampaikan proses perubahan bunyi kosakata bahasa Arab ke Indonesia, sesuai data penelitian dijumpai banyak gejala perubahan bunyi kata serapan Arab yang berubah setelah melewati beberapa bentuk jenis, yaitu pelemahan bunyi, penambahan bunyi, penguatan bunyi, pengenduran bunyi hingga monoftongisasi. Beberapa jenis menjelaskan identifikasi gejala pergantian bahkan penghilangan fonem sehingga terbentuk bunyi yang beda dari transliterasi asli. xvi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masuknya pengaruh Islam ke Nusantara jauh sebelum kedatangan Eropa berhasil menyertakan tradisi penulisan huruf Jawi, Pegon, atau yang lebih umum dikenal sebagai huruf Arab – Melayu. Dalam hal ini, meskipun masyarakat di beberapa daerah sudah mengenali dan menggunakan huruf daerahnya, tetapi mereka menerima juga hufuf Arab untuk menulis bahasa daerahnya, itulah sebabnya, ketika orang-orang Eropa memperkenalkan huruf latin, huruf-huruf itu tidak serta merta diterima begitu saja.1 Bagi orang-orang Eropa, khususnya Belanda, penulisan bahasa Melayu dengan huruf Arab menimbulkan masalah tersendiri. Mereka lebih mudah belajar bahasa Melayu dengan huruf latin dibanding menggunakan huruf Arab. Seperti dikatakan Van Ronkel bahwa “berbicara dengan bahasa bahasa Melayu merupakan hal biasa bagi kami… sayangnya, orang Belanda yang dapat “membaca” (mengerti huruf Arab) masih sangat langka”.2 Dengan demikian, saat itu komunikasi tertulis dengan bahasa Melayu yang dilakukan orang-orang Eropa dengan penduduk pribumi terutama golongan bangsawan dan raja-raja, lebih banyak menggunakan huruf Latin. Sebaliknya, 1 Mahayana, S, Maman, Jurnal Pemikiran Alternatif Kependidikan, Vol. 14, 2009 Ibid 2 1 penduduk bumi atau bangsawan yang belum dapat mengenal huruf Latin, masih menggunakan Arab-Melayu. Jauh sebelum Indonesia menggapai kemerdekaannya, bangsa-bangsa asing terutama bangsa Arab sudah masuk ke Indonesia. Bahasa Arab lahir dari kaki tangan para pedagang, musafir, dan mubalig Arab, Persia, dan India, serta menjadikan bahasa Arab sebagai alat komunikasi dengan penduduk lokal (Nusantara) yang menggunakan bahasa berbeda untuk melakukan suatu transaksi (saat itu).3 Dengan demikian, secara tidak langsung terjadi kontak bahasa antara penduduk lokal dengan bahasa yang dibawa oleh para pedagang, musafir, dan mubalig. Kontak bahasa yang terjadi antara satu masyarakat dengan masyarakat lainnya sangat berpengaruh terhadap dinamika berbahasa, berhubungan dalam hal ini, terutama wilayah bahasa yang dipungut atau diserap oleh bangsa kita. Salah satu pengetahuan yang diperlukan untuk memahami suatu bahasa adalah pengetahuan tentang posisi dan fungsi bunyi dalam bahasa, juga bagaimana bahasa itu dirangkai bersama untuk membentuk beberapa unit makna. Oleh karena itu pengetahuan tentang suatu bahasa tidak lengkap hanya memahami morfem, kata, frasa dan kalimat saja, tanpa mengetahui bunyi bahasa. Bahasa merupakan gejala bunyi, dengan kata lain, bahasa mulanya merupakan sistem lambang bunyi yang diucapkan dan dipergunakan untuk 3 Azra, Azumardi,“Jaringan Ulama Timur Tengah Abad XVII Dan XVIII”Bandung: Mizan, 2007. 2 berinteraksi. Manusia sudah berinteraksi menggunakan bahasa selama ribuan tahun sebelum ia bisa menuliskannya. Karenanya, bunyi menjadi dasar bahasa. 4 Objek kajian utama linguistik adalah bunyi lisan, yaitu bahasa dalam bentuk bunyi ujar. Jika dalam praktik berbahasa ditemui ragam bahasa tulis, dianggap sebagai bahasa sekunder, yaitu “rekaman” dari bahasa lisan. Oleh karena itu bahasa tulis bukan menjadi sasaran utama kajian lingiustik.5 Bahasa bersifat dinamis, hal demikian terbukti dengan adanya sejumlah entri baru dalam setiap cetakan baru Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) terbit. KBBI merupakan sumber utama yang dirujuk sebagai alat komunikasi sehari-hari masyarakat Indonesia. Kamus besar yang menjadi judul kamus bahasa Indonesia ini bukan semata menyiratkan ukuran bobot atau fisiknya, melainkan lantaran makna yang bersangkutan dengan banyaknya informasi yang terkandung di dalamnya. Penelitian ini membahas perubahan bunyi kata serapan bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia dengan objek kajian berupa bahasa Arab yang termuat dalam KBBI. Berikut beberapa contoh dipaparkan pada tabel berikut: No Kata Serapan Asal Transliterasi 1 Ijasah/ijazah إخا زج Ijãzah 2 Korban/kurban قر تا ن Qurbãn 3 Nasehat/nasihat وصيحح Nashĩchah 4 Rela رضى Ridha 4 Hidayatullah, Moch, Syarif, Cakrawala Lingkuistik Arab,Pamulang: Alkitabah, 2012, hlm 32 Muslich, Masnur, Fonologi Bahasa Indonesia, Jakarta: Bumi aksara, 2011 5 3 Contoh pada tabel merupakan ragam perubahan bunyi kata serapan bahasa Arab di dalam bahasa Indonesia yang dirujuk pada KBBI. Pada tabel tersebut telah terjadi perubahan bunyi, dimana bunyi yang kuat menjadi lemah, kemudian ada bunyi-bunyi yang relatif lebih kuat dan ada bunyi-bunyi yang relatif lebih lemah dari bunyi lainnya.6 Bunyi-bunyi yang bersuara dipandang sebagai bunyi-bunyi yang lebih kuat daripada bunyi-bunyi tak bersuara. Bunyi-bunyi hambat lebih lebih kuat daripada bunyi kontinuan, konsonan lebih kuat daripada semivokal, bunyi oral lebih kuat daripada bunyi glotal, vokal depan dan belakang lebih kuat daripada vokal pusat. Begitulah contoh pelemahan bunyi yang terjadi pada tabel atas.7 Pada contoh kata إخا زجyang diucap ijasah/ijazah memiliki transliterasi berupa Ijãzah, pelemahan bunyi disini sebenarnya terjadi pada bunyi bersuara /z/ menjadi bunyi tak bersuara /s/ yang terdapat pada kata ijazah justru melemah menjadi ijasah. Perubahan juga terjadi pada vokal tinggi /u/ menjadi vokal sedang /o/ pada contoh قر تا نyang memiliki transiterasi qurbãn menjadi korban atau kurban. Kemudian pelemahan dari vokal tinggi /i/ menjadi vokal sedang /e/, hal demikian terjadi pada contoh وصيححyang memiliki transliterasi nashichah berubah menjadi nasehat atau nasihat. Kemudian contoh lain pada tabel yaitu kata ridha menjadi rela. Adapun perubahan yang terjadi pada kata ridha menjadi rela diproses oleh dua perubahan yakni bunyi /i/ menjadi /e/ dan bunyi /dh/ menjadi /l/ 6 7 Jurnal Humaniora volume 15, edisi Juni: 2003, hlm. 121 Ibid 4 Sesuai uraian di atas, mendukung penelitian ini guna membahas seputar dinamika berbahasa yang terjadi di lingkungan serta juga bertujuan menuntaskan jenjang karir akademik dijurusan Tarjamah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan menyoal skripsi bertajuk “Perubahan Bunyi Kata Serapan Bahasa Arabdalam Bahasa Indonesia. Studi Kasus: KBBI”. B. Rumusan Masalah Perumusan masalah didasarkan pada pertanyaan-pertanyaan berikut: 1. Bagaimana perubahan bunyi dari kata bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia 2. Bagimana perubahan bunyi terjadi dilihat dari, pelemahan bunyi, penambahan bunyi, penguatan bunyi pengenduran bunyi dan adaptasi bunyi C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah: 1. Mencari tahu perubahan bunyi kata serapan bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia 2. Mencari tahu perubahan bunyi ditinjau dari aspek pelemahan bunyi, penambahan bunyi, penguatan bunyi, pengenduran bunyi serta adaptasi terhadap bunyi 5 D. Manfaat Penelitian Secara praktis penelitian ini bertujuan mengetahui berbagai bunyi bahasa yang mengalami perubahan dari bahasa Arab ke Indonesia. Adapun secara teoritis penelitian ini bertujuan mengetahui proses perubahan bunyi bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia ditinjau dari aspek fonetik. E. Sistematika Penulisan Secara sistematis dan komprehensif peneletian inidisusun berdasarkan: Bab I. Pendahuluan: terdiri dari lima sub bab yaitu: Pertama: latar belakang masalah. Kedua; pembatasan dan perumusan masalah. Ketiga; tujuan dan kegunaan penelitian. Keempat; metode pembahasan. Kelima; manfaat penelitian dan keenam; sistematika penulisan. Bab II. Kajian teori penerjemahan membahas tentang teori lmu bunyi. Serta membaginya pada dua sub yaitu fonetik dan kajiannya serta perubahan bunyi. Bab III. Seputar metodologi penlitian, yaitu: Pertama; definisi metodologi. Kedua; fokus penelitian. Ketiga; sumber data. Keempat; metode penyediaan data. Kelima; metode analisis data. Terakhir; hasil analisis data. Bab IV. Analisis perubahan bunyi kata serapan Arab terhadap kamus KBBI. Bab ini membahas hasil analisis data penelitian Bab V. Penutup, terdiri dari dua sub bab; kesimpulan dan saran. 6 BAB II KERANGKA TEORI A. ILMU BUNYI Ilmu bunyi atau ‘ilm al-ashwat ialah ilmu yang mempelajari tentang pembentukan, perpindahan, dan penerimaan bunyi bahasa.8 Ilmu ini pada mulanya merupakan ilmu yang luas dan utuh. Di dalamnya terdapat beberapa cabang yang mempunyai bidang bahasan yang lebih fokus. Dalam perkembangannya cabangcabang tersebut menjadi ilmu yang berdiri sendiri. Oleh sebab itu, terdengar istilah, seperti ilmu bunyi standar, ilmu fonologi, dan ilmu fonetik.9 Ilmu bunyi yang memfokuskan pada pembahasan ilmiah murni tanpa membicarakan aplikasinya dalam tataran praktis dengan tujuan mengetahui sifatsifat artikulasi dan fisik suatu bunyi disebut dengan ilmu bunyi atau ilmu bunyi teoritis.10 Adapun mengenai proses terjadinya bunyi, hal-hal yang mempengaruhi bunyi, perpindahan bunyi, dan fungsi telinga dalam berbahasa merupakan materi yang dibahas dalam ilmu ini. Sementara itu, ilmu bunyi yang lebih berkonsentrasi pada pembuatan kaidah-kaidah bunyi bahasa tertentu dengan tujuan diaplikasikan secara mudah dan tepat dinamakan ilmu bunyi aplikatif atau ilmu bunyi standar.11 8 Muhammad Ali Al-Khouli, Mu’jam ‘ilm Al-Ashwat, Riyadh:Universitas Riyadh, 1982, hal. 112 Ibid 10 Ibid., hlm. 113 11 Ibid., hlm. 115. 9 7 Ilmu Bunyi Ilmu Bunyi Teoretis Ilmu Bunyi Standar Pemerolehan bunyi bahasa ini bisa dikaji secara ilmiah, bagaimana bunyibunyi itu bisa dihasilkan, bisa dijelaskan secara detail atau lebih rinci dalam ilmu bunyi atau fonetik. Fonetik adalah salah satu cabang dari ilmu bunyi. Ilmu ini khusus membicarakan masalah-masalah bunyi tanpa memperlihatkan fungsi dan makna yang dikandung oleh bunyi itu. Adapun ilmu bunyi yang membahas tentang bunyi bahasa tertentu dengan mempertimbangkan fungsi dan makna yang dikandungnya dinamakan fonologi.12 Ilmu Bunyi Fonetik 12 Fonologi Ibid 8 B. FONETIK DAN KAJIANNYA Fonetik merupakan bidang kajian ilmu pengetahuan yang menelaah bagaimana manusia menghasilkan bunyi-bunyi bahasa dalam ujaran, menelaah gelombang-gelombang bunyi bahasa yang dikeluarkan, dan bagaimana alat pendengaran manusia menerima bunyi-bunyi bahasa untuk dianalisis oleh manusia. Fonetik merupakan bidang yang berkaitan erat dengan dengan kajian bagaimana cara manusia berbahasa serta mendengar dan memproses ujaran yang diterima. C. PERUBAHAN BUNYI Seperti di kutip Syamsul Hadi dan kawan-kawan dalam Jurnal Humaniora, bahwa Crowly menjelaskan, perubahan bunyi meliputi dua pasal utama, yakni landasan teori dan metode, serta perubahan-perubahan bunyi yang terjadi.13 Crowly juga menyebutkan beberapa tipe perubahan bunyi, yakni (a) lenisi (lenition) yang terdiri dari penghilangan gugus konsonan (cluster reduction), apokope (apocope), sinkope (sinkope), haplologi (haplology), dan kompresi (compression), (b) penambahan bunyi (sound addition) yang terdiri dari anaptiksis (anaptyxis), espentesis (epenthesis), dan protesis (prothesis), (c) metatesis (methathesis), (d) fusi (fusion), (e) pemisahan (unpacking), (f) pemecahan vokal 13 Jurnal Humaniora volume 15, edisi Juni: 2003, hlm. 121 9 (vowel breaking), (g) asimilasi (assimilation), (h) disimilasi (dissimilation), (i) perubahan suara yang tidak biasa (abnormal sound change).14 Teori perubahan bunyi yang dikemukakan oleh Crowly menyangkut tataran kata, frasa dan kalimat. Perubahan-perubahan yang menyangkut ketiga tataran tersebut terjadi juga dalam proses penyerapan dari bahasa Arab. 15 Berikut jenisjenis perubahan bunyi sebagaimana dirumuskan pada penelitian di atas: 1) Pelemahan Bunyi Menurut Kridalaksana pelemahan bunyi merupakan perubahan dari bunyi yang kuat berubah menjadi bunyi yang lemah. Ada bunyi-bunyi yang relatif lebih kuat dan ada bunyi-bunyi yang relatif lebih lemah dari bunyi-bunyi yang lainnya. 2) Penguatan Bunyi Penguatan bunyi adalah perubahan dari bunyi-bunyi yang relatif menjadi bunyi-bunyi yang secara relatif lebih kuat. Tipe ini adalah kebalikan dari pelemahan bunyi. Contoh pada kata fahm yang diserap menjadi paham, terjadi penguatan bunyi /f/ menjadi /p/ disebabkan bahwa bunyi /f/ bukan merupakan fonem asli bahasa Indonesia, fonem /f/ merupakan fonem pinjaman, sedangkan fonem /p/ adalah fonem asli bahasa Indonesia. 14 15 Ibid Ibid 10 3) Pengenduran Bunyi Pengenduran adalah bunyi bahasa Arab yang semula tunggal, berkembang menjadi suatu urutan bunyi, masing-masing dengan ciri semula. Contoh pada kata adzan yang didukung oleh fonem /dz/ terdapat pengenduran ciri-ciri fonetis dari fonem bahasa Arab /dz/ kemudian berubah menjadi fonem /d/ dan fonem /z/. fonem bahasa Arab /dz/ mengandung ciri apiko dental geser bersuara. 4) Penambahan Bunyi Penambahan bunyi memiliki tiga jenis, pertama penyisipan bunyi atau huruf ke dalam kata yang disebut juga epentesis. Gejala epentesis berupa perubahan yang disebabkan oleh penambahan konsonan di antara dua konsonan dan di antara konsonan plus vokal. Contoh kata fahm yang diserap menjadi paham telah terjadi penyisipan vokal /a/. Kedua, paragog yaitu penambahan bunyi pada akhir kata untuk kemudahan lafal. Penambahan bunyi ini biasanya terjadi pada akhir sebuah kata yang berakhir dengan konsonan, oleh penambahan vokal. 5) Monoftongisasi Adalah Perubahan karena bergabungnya dua bunyi yang berbeda menjadi bunyi tunggal dan kemudian mengandung sejumlah ciri fonetis dari kedua bunyi semula yang disebut sebagai monoftongisasi. Jika dicermati pada contoh haibah yang berubah menjadi hebat dan taubah menjadi tobat telah terjadi proses monoftongisasi terjadi pada kata-kata serapan yang mengandung diftong /ai/ dan /au/. 11 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metodologi Penelitian Metodologi adalah cara teratur dan terpikir baik-baik demi mencapai cara kerja bersistem yang memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan dalam mencapai tujuan yang ditentukan. Penelitian ilmiah, seperti yang dinyatakan oleh Kerlinger, adalah penelitian yang sistematis, terkontrol, empiris dan kritis terhadap proposisi-proposisi hipotetis tentang hubungan yang diperkirakan terdapat antar gejala alam.16 Penelitian terhadap objek sasaran yang berupa bahasa (bunyi tutur) itu dikatakan sistematis, maksudnya bahwa penelitian itu dilakukan secara sistemik dan terencana. Mulai dari identifikasi masalah yang terkait dengan objek kajian berupa bunyi tutur itu (termasuk di dalamnya upaya menjelaskan masalah itu secara cermat dan terinci). B. Fokus Penelitian Fokus penelitian ini diantaranya: 1. Inventarisasi kata serapan bahasa Arab yang termuat dalam KBBI 2. Identifikasi proses transliterasi kosakata bahasa Arab 3. Identifikasi perubahan bunyi kata serapan Arab dalam bahasa Indonesia 4. Pembentukan transliterasi bagi kosakata asing bahasa Arab 16 M, S, Mahsun, Metodologi Penelitian Bahasa, RajaGrafindo Pustaka: Jakarta, 2007, hlm. 2 12 C. Sumber Data Sumber data diperoleh dari: 1. Kamus Besar Bahasa Indonesia 2. Kamus al- Ashri 3. Kamus al- Munawwir 4. Jurnal D. Metode Penyediaan Data Selain upaya inventarisir kata serapan bahasa Arab dalam entri kata KBBI data juga diperoleh melewati prosedur metode catat, kegunaan metode catat kali ini selain bersifat inventarisir juga merupakan identifikasi kata serapan Arab, KBBI guna memudahkan para pembaca dengan disiplin kodifikasi yang teratur, salah satunya memberi label pada kata asing, untuk bahasa Arab diberi label Ar. Adapun praktik teknisnya, dengan melakukan identifikasi kata serapan Arab secara alfabetis dari abjad a hingga z. Disiplin demikian berguna memudahkan penulis dalam membatasi jangkauan objek temuan. Setiap abjad dibatasi, minimum tiga maksimum sepuluh (jika banyak), bahkan ada beberapa abjad dalam KBBI yang tidak memuat kata serapan bahasa Arab termuat dalam lampiran. Berikut deskripsi metode penelitian dalam bentuk tampilan informal: 13 Tabel. 1. Metode Penyediaan Data Metode Penyediaan Data Metode Simak Metode Catat Metode Sadap Teknik Catat Secara Alfabetis E. Metode Analisis Data Tahapan analisis data merupakan tahapan yang sangat menentukan, karena pada tahapan ini, kaidah-kaidah yang mengatur keberadaan objek penelitian harus sudah diperoleh. Penemuan kaidah-kaidah tersebut merupakan inti dari sebuah aktivitas ilmiah yang disebut penelitian. Ada dua metode yang dapat digunakan dalam penelitian, yaitu metode padan intralingual dan metode padan ekstralingual. Keduanya digunakan sesuai dengan jenis data dan tujuan penelitian. Penelitian terbatas dengan menggunakan metode analisis data hanya terkait pada analisis padan intralingual. Padan merupakan kata yang bersinonim dengan kata banding dan sesuatu yang dibandingkan mengandung makna adanya keterhubungan sehingga padan disini menghubungbandingkan.17 17 Ibid., hlm. 117 14 diartikan sebagai hal Sedangkan intralingual, mengacu pada makna unsur-unsur yang berada dalam bahasa (bersifat lingual), yang dibedakan dengan unsur yang berada di luar bahasa (ekstra lingual), seperti hal-hal yang menyangkut makna, informasi, konteks, tuturan dan lain-lain. Jadi, metode padan intralingual adalah metode analisis dengan cara menghubungbandingkan unsur-unsur yang bersifat lingual, baik yang terdapat dalam satu bahasa maupun dalam beberapa bahasa yang berbeda.18 Dalam metode padan intralingual ini penulis melakukan praktik hubung banding demi menyamakan hal pokok yang berupa transliterasi bunyi bahasa Arab pada KBBI, kemudian dihubungbandingkan bersama kamus Al-ashri, teknik ini bertujuan guna mencari kesamaan hal pokok dari pembedaan dan penyamaan antara kedua kamus tersebut, KBBI dan al-Ashri. Karena tujuan akhir dari banding adalah menyamakan atau justru membedakan kesamaan pokok antar kedua data perbandingan tersebut. F. Hasil Analisis Data Hasil analisis dapat disajikan melalui dua cara, yaitu pertama perumusan dengan menggunakan kata-kata biasa, termasuk penggunaan terminologi yang bersifat teknis dan kedua perumusan dengan menggunakan tanda-tanda atau lambang-lambang. Kedua cara diatas masing-masing disebut metode informal dan metode formal. Berikut tampilan hasil analisis data yang penulis sajikan dalam bentuk aplikasi metode informal pada tabel 2: 18 Ibid., hlm. 118 15 Tabel 2. Metode dan Teknik Analisis Data Paradigma Penelitian Fonetik Penelit ian Kata Dasar Penelit ian Metode Penelitian Metode Kualitatif Perubahan Bunyi Penelitian 1. 2. 3. 4. Penambahan bunyi Pengurangan Bunyi Asimilasi Metatesis MetodePenelitan Padan Penelitian Intra Lingual Teknik Penelitian 16 Teknik dasar hubung banding bersifat lingual BAB IV ANALISIS DATA HASIL PENELITIAN Bab ini membahas analisis data hasil penelitian secara acak, tidak lagi mengurut setiap kata sesuaialafabet, namun mengelompokkannya dalam jenis perubahan bunyinya masing-masing. 1. Pelemahan bunyi Ada bunyi-bunyi yang relatif lebih kuat dan ada bunyi-bunyi yang relatif lebih lemah dari bunyi-bunyi yang lainnya. Berikut hasil analisa: 1) Dalal - Dalil ه دال Pelemahan bunyi yang terjadi pada kata dalal diproses saat berubahnya bunyi fonem /a/ menjadi fonem /i/ berbunyi dalil, fonem vokal /a/ jauh lebih tinggi dibanding fonem vokal /i/ sehingga kata dalal mengalami pelemahan bunyi atau lenisi. 2) Hakam – Hakim حنم Pelemahan bunyi yang terjadi pada kata hakam diproses saat berubahnya bunyi fonem /a/ menjadi fonem /i/ berbunyi hakim, fonem vokal /a/ jauh lebih tinggi dibanding fonem vokal /i/ sehingga kata hakam mengalami pelemahan bunyi atau lenisi. 3) Jahal – Jahil خهو Pelemahan bunyi yang terjadi pada kata jahal diproses saat berubahnya bunyi fonem /a/ menjadi fonem /i/ berbunyi jahil, fonem vokal /a/ jauh lebih tinggi dibanding fonem vokal /i/ sehingga kata jahal mengalami pelemahan bunyi atau lenisi. 17 4) Jarab – Kurap خرب Pelemahan bunyi yang terjadi pada kata jarab diproses saat berubahnya bunyi fonem /a/ menjadi fonem /i/ berbunyi kurap, fonem vokal /a/ jauh lebih tinggi dibanding fonem vokal /i/ sehingga kata jarab mengalami pelemahan bunyi atau lenisi. 5) Kafar – Kafir مفر Pelemahan bunyi yang terjadi pada kata kafar diproses saat berubahnya bunyi fonem /a/ menjadi fonem /i/ berbunyi kafir, fonem vokal /a/ jauh lebih tinggi dibanding fonem vokal /i/ sehingga kata kafar mengalami pelemahan bunyi atau lenisi. 6) Masjad – Masjid مسدد Pelemahan bunyi yang terjadi pada kata masjad diproses saat berubahnya bunyi fonem /a/ menjadi fonem /i/ berbunyi mesjid, fonem vokal /a/ jauh lebih tinggi dibanding fonem vokal /i/ sehingga kata masjad mengalami pelemahan bunyi atau lenisi. 7) Qurban – Korban ن قر تا Pelemahan bunyi yang terjadi pada kata qurban diproses saat berubahnya bunyi fonem /a/ menjadi fonem /i/ berbunyi korban, fonem vokal /a/ jauh lebih tinggi dibanding fonem vokal /i/ sehingga kata qurban mengalami pelemahan bunyi atau lenisi. 8) Ridho – Rela رضى Pelemahan bunyi yang terjadi pada kata ridho diproses saat berubahnya bunyi fonem /i/ menjadi bunyi /e/ dan bunyi /dh/ menjadi /l/ sehingga berbunyi rela, fonem vokal /i/ jauh lebih tinggi dibanding fonem vokal /e/ sehingga kata ridho mengalami pelemahan bunyi atau lenisi. Berikut tabelnya : 18 Tabel. 1 No. Transliterasi Asli دال ه Kata Serapan 1. Dalal 2. Hakam حنم Hakim 3. Jahal خهو Jahil 4. Jarab خرب 5. Kafar مفر 6. Masjid مسدد 7. Qurban ن تا قرKorban Ridha رضى 8. Dalil Kurap Kafir Mesjid Rela Pelemahan bunyi Pelemahan pada bunyi vokal tinggi /a/ menjadi vokal sedang /i/ Pelemahan pada bunyi vokal tinggi /a/ menjadi vokal sedang /i/ Pelemahan pada bunyi vokal tinggi /a/ menjadi vokal sedang /i/ Pelemahan pada bunyi vokal tinggi /a/ menjadi vokal sedang /u/ Pelemahan pada bunyi vokal tinggi /a/ menjadi vokal sedang /i/ Pelemahan pada bunyi vokal tinggi /a/ menjadi vokal sedang /e/ Pelemahan pada bunyi vokal tinggi /u/ menjadi vokal sedang /o/ Pelemahan pada bunyi vokal tinggi /i/ menjadi vokal sedang /e/ dan bunyi /dh/ menjadi /l/ Menurut Kridalaksana pelemahan bunyi merupakan perubahan dari bunyi yang kuat berubah menjadi bunyi yang lemah. Ada bunyi-bunyi yang relatif lebih kuat dan ada bunyi-bunyi yang relatif lebih lemah dari bunyi-bunyi yang lainnya. 2. Penguatan bunyi 1) Fahm –Paham فهم Bunyi /p/ dipandang sebagai bunyi yang lebih kuat dari pada bunyi /f/, pada kata fahm yang diserap menjadi paham terjadi penguatan karena disebabkan bunyi 19 Adalah kebalikan dari pelemahan, bunyi /f/ bukan merupakan fonem asli Indonesia, tapi merupakan pinjaman, sedangkan fonem /p/ adalah fonem asli bahasa Indonesia. Penguatan bunyi adalah perubahan dari bunyi-bunyi yang relatif menjadi bunyi-bunyi yang secara relatif lebih kuat. 2) Habl –Kabel حثو Bunyi /k/ dipandang sebagai bunyi yang lebih kuat dari pada bunyi /h/, pada kata habl yang diserap menjadi kabel terjadi penguatan karena disebabkan bunyi /h/ bukan merupakan fonem asli Indonesia, tapi merupakan pinjaman, sedangkan fonem /k/ adalah fonem asli bahasa Indonesia. Tabel. 2 No. Transliterasi Asli 1. Fahm فهم 2. Habl حثو Kata Serapan Paham Kabel Pelemahan bunyi Pelemahan bunyi pada fonem /f/ menjadi /p/ Pelemahan bunyi pada fonem /f/ menjadi /k/ Bunyi-bunyi bersuara dipandang sebagai bunyi-bunyi yang lebih kuat dari bunyi-bunyi tak bersuara. Bunyi-bunyi hambat lebih kuat daripada bunyi kontinuan, konsonan lebih kuat dari pada semivokal, bunyi oral lebih kuat dari pada bunyi glotal, vokal depan dan belakang lebih kuat daripada vokal pusat. 3. Pengenduran bunyi 1) Dzikr - Zikirذمر 20 Fonem /dz/ mengalami proses pengenduran bunyi dengan ciri fonetis yang berubah menjadi /z/, fonem bahasa Arab /dz/ dihasilkan dengan ujung lidah yang menyentuh atau mendekati atas gigi, atau mengalami proses apiko dental geser bersuara. Sedangkan fonem /z/ merupakan ciri fonem geser bersuara milik bahasa Indonesia. Ciri perubahan di atas mengandung bunyi apiko dental geser bersuara yaitu pada fonem fonem bahasa Indonesia /d/, sedangkan ciri fonem geser terdapat dalam fonem bahasa Indonesia /z/. kedua fonem tersebut /d/ dan /z/ merupakan fonem bahasa Indonesia bersuara. 2) Tsalju –Salju ثيح Fonem /ts/ mengalami proses pengenduran bunyi dengan ciri fonetis yang berubah menjadi /s/, fonem bahasa Arab /ts/ dihasilkan dengan ujung lidah yang menyentuh atau mendekati atas gigi, atau mengalami proses apiko dental geser bersuara. Sedangkan fonem /s/ merupakan ciri fonem geser bersuara milik bahasa Indonesia. Tabel. 3 No. Transliterasi 1. Dzikr 2. Tsalj Kata Serapan Asli ذمر Zikir ثيحSalju - 21 Pelemahan bunyi Fonem bahasa Arab /dz/ berubah menjadi /z/ Fonem bahasa Arab /ts/ berubah menjadi /s/ 4. Penambahan bunyi (a) Epentesis 1) Fahm – Paham ( فهمPenyisipan vokal /a/ dalam gugus konsonan) Penyisipan vokal /a/ antara konsonan hm sehingga menjadi bunyi paham merupakan ciri-ciri penambahan bunyi jenis apentesis sisip vokal /a/ dalam gugus konsonan. Kemudian, penyisipan vokal /i/ dalam gugus konsonan. Berikut contohnya: 2) Fiqh – fikih ( فقهPenyisipan vokal /i/ dalam gugus konsonan) Penyisipan vokal /i/ antara konsonan kh sehingga menjadi bunyi fikih merupakan ciri-ciri penambahan bunyi jenis apentesis sisip vokal /i/ dalam gugus konsonan. Begitu juga yang terjadi pada beberapa kata serapan dibawah ini yang mengalami penyisipan vokal /i/ dalam gugus konsonan: Tabel. 4 No. Transliterasi Asli Kata Serapan 1. Fahm فهم Paham 2. Fiqh Fikih 3. Idzn فقه إذن 4. Ism 5. Milk ميل Milik 6. Jild خيد Jilid اسم Penambahan bunyi Penyisipan fonem /a/ antara konsonan hm Penyisipan fonem /i/ antara konsonan qh Izin Penyisipan fonem /i/ antara konsonan zn Isim Penyisipanfonem /i/ antara konsonan sm 22 Penyisipan fonem /i/ antara konsonan lk Penyisipanfonem /i/ antara konsonan ld 7. Fikr 8. Syirk 9. 10. فنر Sihr شرك سحر Jism خسم Pikir Syirik Sihir Jisim Penyisipan fonem /i/ antara konsonan kr Penyisipanfonem /i/ antara konsonan rk Penyisipanfonem /i/ antara konsonan hr Penyisipanfonem /i/ antara konsonan sm Gejala epentesis berupa perubahan yang disebabkan oleh penambahan konsonan di antara dua konsonan dan di antara konsonan dan vokal serta. (b) Paragog 1) Ahl –ahli أهو Penambahan bunyi yang terjadi pada contoh ahl menjadi ahli merupakan jenis paragog, atau bertambahnya bunyi vokal /i/ setelah sebuah kata berakhir konsonan. Begitu juga yang terjadi pada beberapa kata serapan Arab dibawah ini yang mengalami penambahan bunyi vokal /i/ dan /u/ setelah akhiran dengan konsonan. Tabel. 5 No. Transliterasi Asli Kata Serapan 1. Ahl أهو Ahli 2. Fitr فتر Fitri 3. Fardh فرض Perlu 4. Waqt وقت Waktu 23 Penambahan bunyi Fonem vokal /i/ setelah konsonan /l/ Fonem vokal /i/ setelah konsonan /r/ Fonem vokal /u/ setelah konsonan /dh/ yang juga mengalami lenisi menjadi fonem /l/ Fonem vokal /u/ setelah 5. Nafs وفس Nafsu 6. Qalb قية Kalbu 7. Sabt سثت Sabtu 8. Tsalj ثيح Salju konsonan /t/ Fonem vokal /u/ setelah konsonan /s/ Fonem vokal /u/ setelah konsonan /b/ Fonem vokal /u/ setelah konsonan /t/ Fonem vokal /u/ setelah konsonan /j/ Perubahan bunyi pada paragog disebabkan karena penambahan bunyi di akhir kata, contoh pada kata serapan ‘ilm berubah menjadi ilmu dalam bahasa Indonesia, proses paragog terlihat jelas pada kata tersebut, karena terjadi penambahan fonem /u/ di akhir kata. Bentuk terakhir yang jarang ditemukan adalah protesis, yaitu penambahan vokal atau konsonan pada awal kata. 5. Monoftongisasi 1) Haibah – Hebat هيثح Gejala monoftongisasi lebih banyak ditemukan pada diftong /ai/ dan /au/, seperti pada contoh haibah yang mengandung diftong /ai/, kedua diftong tersebut berubah menjadi sebuah bunyi sehingga terjadilah kata hebat. 2) Taubah – Taubat تىتح Gejala monoftongisasi ditemukan pada diftong /au/, seperti pada contoh taubah yang mengandung diftong /au/, diftong tersebut berubah menjadi sebuah bunyi sehingga terjadilah kata taubat. 3) Syaithan – Setan شيطان 24 Gejala monoftongisasi lebih banyak ditemukan pada diftong /ai/, seperti pada contoh Syaithan yang mengandung diftong /ai/, kemudian diftong tersebut berubah menjadi sebuah bunyi sehingga terjadilah kata setan. 4) Syaikh – Syekh شيد Gejala monoftongisasi lebih banyak ditemukan pada diftong /ai/, seperti pada contoh syaikh yang mengandung diftong /ai/, kemudian diftong tersebut berubah menjadi sebuah bunyi sehingga terjadilah kata syekh. Tabel. 6 No. Transliterasi Asli Kata Serapan 1. Haibah هيثح Hebat 2. Taubah تىتح Tobat 3. Syaithan شيطان Setan 4. Syaikh شيد Syekh Perubahan bunyi Diftong /ai/ menjadi bunyi /e/ Diftong /au/ menjadi bunyi /o/ Diftong /ai/ menjadi bunyi /e/ Fonem vokal /ai/ menjadi bunyi /e/ 6. Adaptasi bunyi Vokal /a/, /i/ dan /u/ dalam daftar kata bahasa Indonesia yang bersumber dari bahasa Arab jika diteliti lebih sempurna, akan tampak bahwa ketiga vokal tersebut dalam kenyataannya ada yang diganti, justru dengan vokal yang tidak terdaftar dalam bahasa Arab. Sebagai contoh, vokal /a/, /i/ dan /u/, diftong /ai/ dan /au/ 25 bahasa Arab masing-masing dengan vokal /e/ (pepet), /e/ (teleng), /o/ bahasa Indonesia, /e/ (pepet) seperti pada contoh berikut Tabel. 7 No. Transliterasi Asli 1. Tartib تر تية 2. Dairoh تىتح Kata Serapan Tertib Daerah Contoh kalimat Budaya tertib perlu dikenal oleh anakanak sejak usia dini Daerah Ciputat sedang dibangun monorel perut bumi Pergantian vokal semacam itu tidak akan dibincangkan pada pergantian fonem kali ini, karena pergantian di atas merupakan akibat dari adaptasi terhadap ketentuan rangkaian suku kata dalam membentuk kata. Gejala yang sama terjadi juga dalam bidang konsonan. Sebagai contoh konsonan /b/ dan /d/ yang dimiliki bahasa Arab, dalam tulisan Arabnya disimbolkan dengan lambang fathah, dengan vokal /o/ bahasa Indonesia yang justru tidak terdaftar dalam bahasa Arab. Pergantian itu misalnya terdapat contoh kata حسىدdengan transliterasi hasud dan dibaca hasut. Diketahui, vokal /a/ yang disimbolkan dalam bahasa Arab dengan fathah, bila berangkaian dengan konsonan, kh /خ/, r /ر/,s /ص/,d /ض/,t /ط/,z /ظ/, gh /غ/ dan q /ق/ 26 bahasa Arab yang disebut huruf mufakham19 diganti dengan vokal /o/ pada bahasa Indonesia. Persoalan pergantian dan penerimaan fonem merupakan murnibentuk adaptasi terhadap pelonggaran kaidah bahasa Indonesia. Pergantian dan pelonggaran itu berlaku untuk fonem Arab yang tidak terdapat dalam bahasa Indonesia, yaitu fonem konsonan ث, ذ, خ, ز, س, ش, ص, د, ط, ظ, ء, غ, ف,ق . 1) Konsonan / ث/ts/ Bunyi bahasa Arab ini setelah masuk ke dalam bahasa Indonesia diganti dengan konsonan /s/ bahasa Indonesia, baik di awal atau akhir suku kata. Tabel. 8 Kata Serapan No. Transliterasi Asli 1. Tsulatsa ثال ثا ء Selasa 2. Mitsal مثا ه Misal Contoh kalimat Setiap selasa petang Ibu mengajak bercocok tanam Perhatikan misal (contoh) berikutlalu kerjakan soalnya 2) Konsonan / ذ/h/ 19 Budi Rahayu Tamsyah, Galuring Basa Sunda, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2010), cet. Ke-4, hal.64 27 Bunyi bahasa Arab ini setelah masuk ke dalam bahasa Indonesia bisadiganti dengan konsonan /h/ bahasa Indonesia, baik ia terletak di awal maupun di akhir suku kata. Misal pada kata محنمحmahkamah. 3) Konsonan / خ/kh/ Bunyi bahasa Arab ini setelah masuk ke dalam bahasa Indonesia biasanya diganti dengan konsonan bunyi / kh /, bila ia terletak di awal suku kata, misalnya seperti dalam kata ذثرkhabr yang diserap menjadi kabar. 4) Konsonan / ذ/dz/ Bunyi bahasa Arab ini setelah masuk ke dalam bahasa Indonesia umumnya diganti dengan konsonan bahasa Indonesia yaitu / z /. Misalnya : 28 Tabel. 9 No. Transliterasi Asli Kata Serapan 1. Idzn إذن Azan 2. Dzikr ذمر Zikir Contoh kalimat Ayahku pandai azan dengan suara merdunya Seorang muslim diajurkan melakukan zikir seusai solat 5) Konsonan / ز/z/ Bunyi bahasa Arab ini setelah masuk dalam bahasa Indonesia umumnya biasa diganti konsonan bahasa Indonesia yaitu / j /. Seperti kata زيا رج dengan bentuk tranliterasi ziaroh yang kemudian diserap menjadi ziarah atau jiarah di Indonesia. Contoh dalam kalimat: Budi sedang jiarah ke makam almarhum Ayahnya. 29 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Perubahan bunyi adalah kondisi yang lumrah terjadi dalam larut derasnya penggunaan bahasa suatu bangsa. Terlebih perubahan bunyi yang bersumber pada kata-kata serapan asing di Indonesia. Kemunculan kata serapan asing di Indonesia bukan lantaran tidak adanya padanan kosakata, tapi justru karena faktor sejarah panjang di Indonesia. Kehadiran para penjajah salah satunya, tentu bangsa Belanda, Jepang maupun Portugis juga mengenalkan bahasa mereka terhadap kakek nenek kita. Maka, wajar andai beberapa kosakata asing juga memperkaya bahasa Indoensia, bahkan dibukukan oleh kamus induk Indonesia, KBBI. Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI merupakan kamus induk yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan Nasional dan di rujuk oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia, pelajar utamanya. Skripsi penulis yang memulai fokus pada permasalahan seputar kata serapan Arab yang mengalami perubahan bunyi menganilisis bentuk perubahan bunyi beserta transliterasi kata serapan bahasa Arab di Indonesia. Sejatinya kamus induk yang dirujuk, tentu tak luput keliru, baik dalam penulisan kata, penjabaran pola baca maupun transliterasi. Andai satu leksem menyimpang dan diyakini penggunaannya betapa kelirunya informasi yang dikandung KBBI. Kemudian disebarluas oleh para pembaca, baik di bangku30 bangku sekolah, di meja-meja guru atau bisa jadi teman kopi santai saat diskusi. Perubahan bunyi suatu bahasa dilatari faktor cara baca yang disesuaikan oleh masyarakat Indonesia, terutama dalam penggunaan fonem-fonem arab yang tidak dtemui di Indonesia, hingga kemudian dipadankan dengan gaya baca masyarakat Indonesia B. Saran Kritik tanpa solusi tiada guna, sebab hanya akan menambah rumit sebuah masalah. Solusi kongkrit juga dibutuhkan dalam menyempurnakan analisa penulis terhadap bahan perbincangan. 1. Menyertakan tranliterasi kata-kata serapan bahasa Arab yang sesuai dengan gaya bahasa dan baca masyarakat Indonesia 2. Terhadap kosakata serapan Arab yang nihil informasi terkait sumber ambilan, agar tim penyusun KBBI bersikap konsisten sesuai kodifikasi penyusunan KBBI yang berlaku. Bahwa, seluruh kata serapan, baik dari daerah maupun luar Indonesia agar dilampiri sumber daerah maupun Negara ambilannya. 31 DAFTAR PUSTAKA Azra, Azumardi,“Jaringan Ulama Timur Tengah Abad XVII Dan XVIII” Bandung: Mizan, 2007. Ali, Atabik, Muhdhar, Ahmad Zuhdi, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia Yogyakarta: Yayasan Alim Maksum Pondok Pesantren Krapyak, 1996 Al-Azraqi, Ahmad, Akbar Makkah Juz I, Makkah: Dar as-Saqafah, 1403 H./1983 M. Budi Rahayu Tamsyah, Galuring Basa Sunda, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2010 Hidayatullah, Moch, Syarif, Diktat Teori dan Prmasalahan Penerjemahan, Jakarta:Tarjamah FAH, 2007 Harimurti Kridalaksana, Kamus Lingustik, Jakarta: PT. Gramedia, 1983 KBBI edisi ketiga Departemen Pendidikan Nasional: Balai Pustaka Kurshartanti, Pesona Bahasa, Jakarta: PT. Gramedia, 2005 32 Kamus Resmi Arab Languange Academy: Mesir Koran Harian Sindo, sampul, 03 November 2013 Kabbani, Muhammad Hisyam, Energi Zikir dan Salawat, Serambi: Jakarta, 2007 Kamus Dewan: Percetakan Dewan Bahasa Pustaka Kementrian Pendidikan Malaysia, cet. Ke-2 Mukri, Ahmad, Rasionalitas Ijtihad Ibn Rusyd, Bogor: Pustaka Pena Ilahi, 2010, cet. Ke-1 Ma‟luf, Louwis, Al-Munjid fi Al-Lughah wa Al-A’lam Darul Masyriq: Bairut, 1986 Nasution, Harun, Ijtihad dalam Sorotan, Bandung: Mizan, 1996, cet. Ke-IV Nuryaman, Abdurrahman, Kumpulan Doa dan Zikir sepanjang masa, Darul Haq: Jakarta, 2013 33 Ngabenan, Muhammad, Kamus Etimologi Bahasa Indonesia, Semarang: Dahara Prize, 1986), cet. Ke-II Putuhena, M. Shaleh, Historiografi Haji Indonesia, Lkis: Yogyakarta, 2007, cet. Ke-1 QS. Al-Anfaal (2): 2-3 Samsuri, Analisa Bahasa, (Jakarta: Erlangga, 1994), cet. Ke-9 Sayuti, Ahmad, Fonetik dan Fonologi Alquran, Amzah Jakarta, 2012 cet ke-1 Simorangkir, Kesusastraan Indonesia, Jakarta: Pembangunan, 1959 Superno,Ep, Logat(Catatan Kata Serapan Bahasa Indonesia dari Bahasa Arab), Semarang: Surya angkasa, 1994 Sudaryat, Yayat, Ulikan Semantik Sunda,Geger Sunten: Bandung, 2003, cet. Ke-3 Sudarno, Kata Serapan dari Bahasa Arab, Arikha Media Cipta: 34 Jakarta, 1990 Shihab, M. Quraish, Wawasan al-Quran tentang Zikir dan Doa, Lentera Hati: Jakarta, 2006 Syathori, Ahmad, Ijtihad dalam Masyarakat, Jakarta: Bulan Bintang, 1987 Taufiqurrachman, Leksikologi Bahasa Arab, UIN- Malang Press: Malang, 2008 35 LAMPIRAN Identifikasi Perubahan Bunyi Kata Serapan Arab dalam KBBI Proses identifikasi kata serapan Arab terhadap KBBI dilakukan secara alfabetis, penulis memulai pencarian secara urut dari abjad a hingga z, adapun jumlah kata serapan Arab di tiap alfabetnya penulis batasi, minimal dua, maksimal sepuluh, andai banyak. Metode ini juga diterapkan dalam mencari perbandingan makna terhadap kamus induk Arab. Berikut kata serapan Arab dalam KBBI: No 1. Transliterasi Aba.di.ah Asal Kata Serapan أتديح Abadi 2. Aha.di.at أحد يح Ahad 3. Ahl أهو Ahli 4. Ah.lul.ki.tab أهو اىنتاب Ahli kitab 5. „Amaliyyah عاىم Amaliah 6. Bat.hin تاطه Batin 7. Ba.ra.kat ترمح Berkah 8. Ba.qa تقاء Baka 9. Bur.kak ترقى ع Bergo Tidak terdapat kata serapan Arab pada alfabet C 36 10. Da.i.roh دائرج Daerah 11. Da.la.lah دال ىح Dalil 12. Dzikir ذمر Zikir Tidak terdapat kata serapan Arab pada alfabet E 13. Farj فرج Virgin 14. Fardh فرض Perlu 15. Fikr فنر Pikir 16. Fitr فتر Fitri 17. Fiqh فقه Fikih 18. Habl حثو Kabel 19. Hai.bah هيثح Hebat 20. Ha.dats حد ث Hadas 21. Ha.dhir حاضر Hadir 22. Ha.kam حنم Hakim 23. „il.miyyah عيميح Ilmiah 24. Ib.ti.da.i.ah ا تتدا ئيح Ibtidaiyah 25. Idzn إذن Izin 37 26. Ism اسم Isim 27. Ja.hal خهو Jahil 28. Ja.rab خرب Kurap 29. Jild خيد Jilid 30. Ka.far مفر Kafir 31. Khai.mah ذيمح Kemah 32. Lu.ghah ىغح Logat 33. Lo.ga.wi.ah ىغىي Lugowi 34. Min.bar مىثر Mimbar 35. Mum.kin ممنه Mungkin 36. Maj.lis مديس Majelis 37. Mus.halla مصيى Musala 38. Mai.dan ميدان Medan 39. Maq.bul مقثىه Makbul 40. Na.ja.sah ودا سح Najis 41. Na.shi.hah وصيحح Nasehat 42. Nafs وفس Nafsu 38 Tidak terdapat kata serapan Arab pada alfabet P 43. Qalb قية Kalbu 44. Qa.mus قامىس Kamus 45. Rusy.wah رشىج Rasywah 46. Ri.dha رضى Rela 47. Rukn رمه Rukun 48. Syai.than شيطان Setan 49. Sabt سثت Sabtu 50. So.da.qoh صدقح Sedekah 51. Ta‟rif تعر يف Taaruf 52. Tsalj ثيح Salju 53. Tho.bib طثية Tabib 54. Tammat تمت Tamat 55. Tashawwuf تصىف Tasawuf 56. Tau.bah تىتح To.bat 57. Ukhu.wah أذىج Ukhwah 39 58. Umr عمر Umur Tidak terdapat kata serapan Arab pada alfabet V 59. Waqt وقت Waktu 60. Wa.shi.lah وصيح Wasilah 61. Wa.shi.yat وصيح Wasiat Tidak terdapat kata serapan Arab pada alfabet X 62. Za.lim ظاىم Zolim 63. Zhahir ظاهر Lahir 64. Za.man زمان Jaman Total kata serapan Arab yang penulis catat secara acak berjumlah 65 kata, pada alfabet a, b, d, f, g, h, i, j, k, l, m, n, o, q, r, s, t, u, w, y, z. Dan penemuan 0, pada alfabet, c, e, p, v, x. 40