perubahan bunyi kata serapan bahasa arab dalam bahasa indonesia

advertisement
SKRIPSI
PERUBAHAN BUNYI KATA SERAPAN BAHASA ARAB
DALAM BAHASA INDONESIA
(STUDI KASUS: KBBI)
Disusun oleh:
FAJAR ISMAIL
108024000002
JURUSAN TARJAMAH
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015
PRAKATA
Alhamdulillah... Segala puji bagi Allah SWT tuhan semesta alam yang kaya akan cintanya,
dan makin melimpah saat menurunkan moyang Adam bersama Hawa dari surga ke muka bumi.
Sejalan perjuangan mereka merintis kehidupan manusia, lahirlah sosok penyempurna akhlak
manusia dan penggagas revolusi mental yang susungguhnya, Muhammad SAW, solawat teriring
salam sepatutnya diucap.
Karya ini penulis rancangguna menuntaskan beragam syarat perolehan gelar Sarjana Sastra
di Fakultas Adab dan Humaniora, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Lewat lembar ini, penulis menyampaikan rasabangganya kepada civitas akademika: Prof. Prof.
Syukron Kamil, MA selaku Dekan Fakultas Adab, Dr. Moch. Syarif Hidayatullah, M. Hum,
Ketua Jurusan Tarjamah, Rizki Handayani, MA, Sekretaris Jurusan Tarjamah, serta seluruh
dosen beserta alumni jurusan. Semoga ilmu yang kalian kenalkan bisa bermanfaat, kelak.
Kepada pihak yang penuh jasa mengembangkan jurusan, Dr. Akhmad Saehuddin, M. Ag,
yang juga dosen pembimbing penulis, terimakasih rela membagi waktu luangnya untuk
menggores pena merahnya demi perbaikan skripsi. Kepada para penguji, Dr. Darsita Suparno,
M.Hum dan Drs. Ikhwan Azizi, MA terimakasih sudah membimbing bahkan mempersilahkan
saya mengganti judul skripsi.
Tercinta, kedua orang tua di rumah, Hj. Abdul Rasyid dan Hj. Yayah Khairiyyah, tiada
syukur paling indah selain mengucap namamu dalam doaku, terimakasih telah membangun
sekolah yang indah untuk mendidik anak-anakmu di rumah. Juga Firdaus Riantori, Ade
Ferdiawan dan Ahmad Farid, kita berempat adalah pria tangguh yang pernah terlahir dan
dibesarkan oleh perguruan yang rukun dan harmonis.
Selanjutnya, kepada rekan seperjuangan tarjamah, sukses menanti kita di luar sana! Tak
lupa, rekan-rekan sabuk organisasi AMURA Karate Bekasi, Osh! Juga KPA Arkadia, dua tahun
memimpin organisasi ini adalah kesempatan belajar yang tidak pernah saya temukan di bangku
kelas, kemudian LPM Institut dan kawan-kawan penghuni SC lainnya, enam tahun kita bersama
melakukan perubahan lebih baik untuk kampus ini, jangan pernah lupa semua perjuangan yang
sudah kita capai, cukup bangga untuk dikenang.
Semoga skripsi yang masih jauh dari kesempurnaan ini bisa memberikan manfaat bagi
siapa saja terutama yang tertarik dengan dunia penerjemahan. Saran dan kritik membangun,
penulis harapkan untuk perbaikan skripsi ini.
Jakarta, 02 Juli 2015
Fajar Ismail
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ………………………………………………………... i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING …………………………………..... ii
LEMBAR PENGESAHAN ……………………………………………………
iii
PRAKATA ………………………………………………………………………....iv
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………..v
PEDOMAN TRANSLITERASI ……………………………………………
viii
SINGKATAN ……………………………………………………………………. xiii
GLOSARIUM ………………………………………………………………….... xiv
ABSTRAK ……………………………………………………………………
xvi
BAB I Pendahuluan
A.
B.
B.
C.
D.
Latar Belakang Masalah …………………………………………………
Rumusan Masalah ……………………………………………......................
Tujuan Penelitian ………………………………………….….......……
Manfaat Penelitian…………………………………………………………....
Sistematika Penulisan.……………………………………………………......
1
5
5
6
6
BAB II Kerangka Teori
A. Ilmu bunyi..............................................................................................
B. Fonetik dan kajiannya................................................................................
C. Perubahan bunyi......................................................................................
7
9
9
BAB III Metodologi Penelitian
A.
B.
C.
D.
E.
F.
Metodologi Penelitian…………………………………........……………
Fokus Penelitian.....................................................................................
Sumber Data…………………….…………………….................................
Metode Penyediaan Data ........................................................................
Metode Analisis Data…………………….……………………...................
Hasil Analisis Data.......................................................................……
12
12
13
13
14
15
BAB IV Analisis Data Hasil Penelitian
1.
2.
3.
4.
5.
Pelemahan bunyi…………………….………………………….…………
Penguatan bunyi…………………….………………………….………
Pengenduran bunyi …………………….………………………….……
Penambahan bunyi…………………….………………………….………..
Monoftongisasi …………………….………………………….……..........
v
17
19
20
22
24
6. Adaptasi bunyi …………………….………………………….………….... 25
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ………………………………………………………………
30
B. Saran-saran …………………………………………………………………… 31
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………… 32
LAMPIRAN ……………………………………………………………………......36
vi
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Dalam skripsi ini, sebagian data ditransliterasikan ke dalam huruf latin. Transliterasi ini
berdasarkan pedoman transliterasiArab-Latin dalam buku “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah”
CeQDA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
1. Padanan Aksara
Berikut adalah daftar aksara Arab dan padanannya dalam aksara latin:
Huruf Arab
Huruf Latin
‫ا‬
Keterangan
Tidak dilambangkan
‫ب‬
B
Be
‫ت‬
T
Te
‫ث‬
Ts
te dan es
‫ج‬
J
Je
‫ح‬
H
h dengan garis di bawah
‫خ‬
Kh
ka dan ha
‫د‬
D
De
‫ذ‬
Dz
de dan zet
‫ر‬
R
Er
‫ز‬
Z
Zet
‫س‬
S
Es
vii
‫ش‬
Sy
es dan ye
‫ص‬
S
es dengan garis di bawah
‫ض‬
D
de dengan garis di bawah
‫ط‬
T
te dengan garis di bawah
‫ظ‬
Z
zet dengan garis di bawah
‫ع‬
،
koma terbalik di atas
hadap kanan
‫غ‬
Gh
ge dan ha
‫ؼ‬
F
Ef
‫ؽ‬
Q
Ki
‫ؾ‬
K
Ka
‫ؿ‬
L
El
‫ـ‬
M
Em
‫ف‬
N
En
‫و‬
W
We
‫هػ‬
H
Ha
‫ء‬
'
Apostrof
‫ي‬
Y
Ye
viii
2. Vokal
Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari vokal tunggal atau
monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Untuk vokal tunggul, ketentuan alih aksaranya ialah
sebagai berikut:
Tanda Vokal Arab
Tanda Vokal Latin
Keterangan
‫ػ ػ ػَ ػ‬
A
Fathah
‫ػ ػِػ ػ‬
I
Kasrah
‫ػ ػُػ ػ‬
U
Dammah
Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya ialah sebagai berikut:
Tanda Vokal Arab
Tanda Vokal Latin
Keterangan
‫ي‬----
Ai
a dan i
‫و‬----
Au
a dan u
2.1 Vokal Panjang
Ketentuan alih aksara vokal panjang (madd), yang dalam bahasa Arab dilambangkan harakat
dan huruf, yaitu:
Tanda Vokal Arab
Tanda Vokal Latin
Keterangan
‫ػَا‬
Â
a dengan topi di atas
ْ‫ػِ ْى‬
Î
i dengan topi di atas
ْ‫ػُْو‬
Û
u dengan topi di atas
ix
3. Kata Sandang
Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan huruf, yaitu ‫اؿ‬,
dialihaksarakan menjadi huruf /I/, baik diikuti huruf syamsiyah maupun huruf qamariyah.
Contoh: al-rijâl bukan ar-rijâl, al-dîwân bukan ad-dîwân.
4. Syaddah (Tasydîd)
Syaddah atau tasydîd yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah tanda )ّ‫)ـــ‬,
dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan menggandakan huruf yang diberi
tanda syaddah itu. Akan tetapi, hal ini tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu
terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyyah. Misalnya,
kata‫الضْ ُْرْْوَْرة‬tidak ditulis ad-darûrah tetapi al-darûrah, demikian seterusnya.
5. Ta Marbûtah
Berkaitan dengan alih aksara ini, huruf ta marbûtah terdapat pada kata yang berdiri sendiri,
maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /h/ (lihat contoh 1 di bawah). Hal yang sama
juga berlaku jika ta marbûtah tersebut diikuti oleh kata sifat (na’t) (lihat contoh 2 di bawah).
Namun, jika huruf ta marbûtah tersebut diikuti kata benda (ism), maka huruf tersebut
dialihaksarakan menjadi huruf /t/ (lihat contoh 3).
No
Kata Arab
Alih Aksara
1
‫طريقة‬
Tarîqah
2
‫الجامعةْاإلسالميّة‬
al-jâmi‟ah al-islâmiyyah
3
‫وحدةْالوجود‬
wahdat al-wujûd
6. Huruf Kapital
Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, dalam alih aksara ini huruf
kapital tersebut juga digunakan, dengan mengikuti ketentuan yang berlaku dalam Ejaan Yang
Disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, antara lain untuk menuliskan permulaan kalimat, huruf
x
awal nama tempat, nama bulan, dan nama diri. Penting diperhatikan, jika nama diri didahului
oleh kata sandang, maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut,
bukan huruf awal atau kata sandangnya. (Contoh: Abû Hâmid al-Ghazâlî bukan Abû Hâmid AlGhazâlî, al-Kindi bukan Al-Kindi).
Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga dapat diterapkan dalam alih akasara ini,
misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring (italic) atau cetak tebal (bold). Jika menurut
EYD, judul buku itu ditulis dengan cetak miring, maka demikian halnya dalam alih aksaranya.
Demikian seterusnya.
Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama tokoh yang berasal dari dunia Nusantara
sendiri, disarankan tidak dialihaksarakan meskipun akar katanya berasal dari bahasa arab.
Misalnya ditulis, Abdussamad al-Palimbani, tidak „Abd al-Samad al-Palimbânî; Nuruddin alRaniri, tidak Nûr al-Dîn al-Rânîrî.
7. Cara Penulisan Kata
Setiap kata, baik kata kerja (fi’l), kata benda (ism), maupun huruf (harf) ditulis secara
terpisah. Berikut adalah beberapa contoh alih aksara atas kalimat-kalimat dalam bahasa Arab,
dengan berpedoman pada ketentuan-ketentuan di atas:
Kata Arab
Alih Aksara
‫ذهبْاألستاذ‬
dzahaba al-ustâdzu
‫ثبتْاألجر‬
tsabata al-ajru
‫الحركةْالعصريّة‬
al-harakah al-„asriyyah
‫أشهدْأ ْفْالْإلهْإالّْاهلل‬
asyhadu an lâ ilâha illâ Allâh
‫موالناْملكْالصالح‬
Maulânâ Maliku al-Sâlih
‫يؤثّركمْاهلل‬
Yu‟atstsirukumu Allâh
xi
‫المظاهرْالعقليّة‬
al-mazâhir al-„aqliyyah
‫اآلياتْالكونيّة‬
al-âyât al-kauniyyah
‫الضرورةْتيبحْالمحظورات‬
al-darûrah tubihu al-mahzûrât
xii
SINGKATAN
BSa
: Bahasa Sasaran
BSu
: Bahasa Sumber
TBp
: Teks Bahasa Penerima
NBSa
: Naskah Bahasa Sasaran
NBSu
: Naskah Bahasa Sumber
SL
: Source Language
TL
: Target Language
xiii
GLOSARIUM
Abreviasi:
Proses morfologis berupa penanggalan satu atau beberapa bagian leksem
atau kombinasi leksem sehingga terjadi bentuk baru yang berstatus kata.
Adjektiva:
Kata yang menerangkan kata benda.
Afiksasi:
Proses atau hasil penambahan afiks pada akar, dasar atau alas.
Derivasi:
Proses pengimbuhan afiks non inflektif pada dasar untuk membentuk
kata.
Diatesis aktif:
Bentuk gramatikal sebuah verba, atau klausa, yang subjek gramatikalnya
merupakan pelaku.
Diatesis pasif:
Diatesis yang menunjukan bahwa subjek adalah tujuan dari perbuatan
Frasa:
Gabungan antara dua kata atau lebih yang sifatnya tidak predikatif.
Infleksi:
Perubahan bentuk kata yang menunjukan berbagai hubungan gramatikal.
Kala:
Perbedaan bentuk verba untuk menyatakan perbedaan waktu atau jangka
perbuatan atau keadaan.
Kata:
Satuan bahasa yang dapat berdiri sendiri, terjadi dari morfem tunggal
atau gabungan morfem.
Klausa Parantetis:
Klausa yang diselipkan ke dalam kalimat dan memberikan modifikasi
kepada salah satu bagian kalimat tanpa mengubah struktur dasarnya
Linguistik:
Ilmu tentang bahasa yang mengkaji dari beberapa aspek, mulai dari
fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, leksikografi.
Modulasi:
Pergeseran makna; modulasi ini biasanya diakibatkan oleh adanya
transposisi yang terjadi pada proses penerjemahan.
Nomina:
Kelas kata yang dapat berfungsi sebagai subjek atau objek dari klausa
Objek:
Nomina atau kelompok nomina yang melengkapi verba-verba tertentu
dalam klausa.
xiv
Paduan:
Hasil penggabungan beberapa morfem menjadi kata yang padat.
Predikat:
Bagian klausa yang menandai apa yang dikatakan oleh pembicara tentang
subjek.
Preposisi:
Partikel yang biasanya terletak di depan nomina dan menghubungkannya
dengan kata lain.
Pronomina:
Kata yang menggantikan nomina atau frasa nominal.
Subjek:
Bagian klausa berwujud nomina atau frasa nomina yang menandai apa
yang dikatakan pembicara.
Transliterasi:
Penggantian huruf demi huruf dari abjad yang satu ke abjad yang lain.
Transposisi:
Proses atau hasil perubahan fungsi atau kelas kata tanpa penambahan
apa-apa.
Verba:
Kelas kata yang biasanya berfungsi sebagai predikat.
xv
ABSTRAK
Fajar Ismail
“Perubahan Bunyi Kata Serapan Bahasa Arab dalam Bahasa Indonesia.
Studi Kasus: KBBI”.
Bahasa Indonesia diperkaya oleh banyak kosakata yang ada dari berbagai dunia, faktor
adanya kontak bahasa merupakan pendukung utama kekayaan khazanah bahasa Indonesia, lebih
jauh lagi kontak bahasa menyebabkan beberapa gejala bahasa yang terjadi. Perubahan bunyi
salah satunya, perubahan bunyi terhadap kosakata bahasa Asing yang diserap ke Indonesia
umumnya mengalami perubahan bunyi, baik posisi maupun fungsinya. Sebagaimana terjadi
dalam penyerapan bahasa Arab ke Indonesia, proses perubahan bunyi ini dapat diamati begitu
jelas melalui bentuk transliterasi.
Penelitian ini bertujuan guna mencari tahu perubahan bunyi kata serapan bahasa Arab ke
dalam bahasa Indonesia serta mencari tahu perubahan bunyi yang ditinjau beberapa aspek, yaitu
pelemahan bunyi, penambahan bunyi, penguatan bunyi dan pengenduran bunyi. Dengan manfaat
yang dituju secara praktis dan teroritis. Secara praktis penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
berbagai bunyi bahasa yang mengalami perubahan dari bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia.
Secara teoritis penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses perubahan bunyi bahasa Arab ke
dalam bahasa Indonesia ditinjau dari aspek fonetik.
Adapun teori penelitian ditinjau menggunakan studi ilmu bunyi yang dikemukakan oleh
Crowly, yakni perubahan fonetis tanpa perubahan fonem, perubahan fonetis dengan perubahan
pada fonem, dan terakhir perubahan fonem tanpa perubahan fonetis. Perubahan bunyi yang
dibahas adalah perubahan bunyi yang tidak menimbulkan perubahan makna. Penelitian ini juga
dilengkapi dengan metode penelitian berupa metode catat, bersifat inventarisir dengan langkah
identifikasi kata serapan Arab KBBIsecara alfabetis kemudian dihubungbandingkan dengan
bentuk transliterasi Arab pada kamus al- Ashri dan al-Munawwir.
Hasil analisis data yang menyampaikan proses perubahan bunyi kosakata bahasa Arab ke
Indonesia, sesuai data penelitian dijumpai banyak gejala perubahan bunyi kata serapan Arab
yang berubah setelah melewati beberapa bentuk jenis, yaitu pelemahan bunyi, penambahan
bunyi, penguatan bunyi, pengenduran bunyi hingga monoftongisasi. Beberapa jenis menjelaskan
identifikasi gejala pergantian bahkan penghilangan fonem sehingga terbentuk bunyi yang beda
dari transliterasi asli.
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masuknya pengaruh Islam ke Nusantara jauh sebelum kedatangan Eropa
berhasil menyertakan tradisi penulisan huruf Jawi, Pegon, atau yang lebih umum
dikenal sebagai huruf Arab – Melayu. Dalam hal ini, meskipun masyarakat di
beberapa daerah sudah mengenali dan menggunakan huruf daerahnya, tetapi
mereka menerima juga hufuf Arab untuk menulis bahasa daerahnya, itulah
sebabnya, ketika orang-orang Eropa memperkenalkan huruf latin, huruf-huruf itu
tidak serta merta diterima begitu saja.1
Bagi orang-orang Eropa, khususnya Belanda, penulisan bahasa Melayu
dengan huruf Arab menimbulkan masalah tersendiri. Mereka lebih mudah belajar
bahasa Melayu dengan huruf latin dibanding menggunakan huruf Arab. Seperti
dikatakan Van Ronkel bahwa “berbicara dengan bahasa bahasa Melayu
merupakan hal biasa bagi kami… sayangnya, orang Belanda yang dapat
“membaca” (mengerti huruf Arab) masih sangat langka”.2
Dengan demikian, saat itu komunikasi tertulis dengan bahasa Melayu yang
dilakukan orang-orang Eropa dengan penduduk pribumi terutama golongan
bangsawan dan raja-raja, lebih banyak menggunakan huruf Latin. Sebaliknya,
1
Mahayana, S, Maman, Jurnal Pemikiran Alternatif Kependidikan, Vol. 14, 2009
Ibid
2
1
penduduk bumi atau bangsawan yang belum dapat mengenal huruf Latin, masih
menggunakan Arab-Melayu.
Jauh sebelum Indonesia menggapai kemerdekaannya, bangsa-bangsa asing
terutama bangsa Arab sudah masuk ke Indonesia. Bahasa Arab lahir dari kaki
tangan para pedagang, musafir, dan mubalig Arab, Persia, dan India, serta
menjadikan bahasa Arab sebagai alat komunikasi dengan penduduk lokal
(Nusantara) yang menggunakan bahasa berbeda untuk melakukan suatu transaksi
(saat itu).3
Dengan demikian, secara tidak langsung terjadi kontak bahasa antara
penduduk lokal dengan bahasa yang dibawa oleh para pedagang, musafir, dan
mubalig. Kontak bahasa yang terjadi antara satu masyarakat dengan masyarakat
lainnya sangat berpengaruh terhadap dinamika berbahasa, berhubungan dalam hal
ini, terutama wilayah bahasa yang dipungut atau diserap oleh bangsa kita.
Salah satu pengetahuan yang diperlukan untuk memahami suatu bahasa
adalah pengetahuan tentang posisi dan fungsi bunyi dalam bahasa, juga
bagaimana bahasa itu dirangkai bersama untuk membentuk beberapa unit makna.
Oleh karena itu pengetahuan tentang suatu bahasa tidak lengkap hanya memahami
morfem, kata, frasa dan kalimat saja, tanpa mengetahui bunyi bahasa.
Bahasa merupakan gejala bunyi, dengan kata lain, bahasa mulanya
merupakan sistem lambang bunyi yang diucapkan dan dipergunakan untuk
3
Azra, Azumardi,“Jaringan Ulama Timur Tengah Abad XVII Dan XVIII”Bandung: Mizan, 2007.
2
berinteraksi. Manusia sudah berinteraksi menggunakan bahasa selama ribuan
tahun sebelum ia bisa menuliskannya. Karenanya, bunyi menjadi dasar bahasa. 4
Objek kajian utama linguistik adalah bunyi lisan, yaitu bahasa dalam bentuk bunyi
ujar. Jika dalam praktik berbahasa ditemui ragam bahasa tulis, dianggap sebagai
bahasa sekunder, yaitu “rekaman” dari bahasa lisan. Oleh karena itu bahasa tulis
bukan menjadi sasaran utama kajian lingiustik.5
Bahasa bersifat dinamis, hal demikian terbukti dengan adanya sejumlah entri
baru dalam setiap cetakan baru Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) terbit.
KBBI merupakan sumber utama yang dirujuk sebagai alat komunikasi sehari-hari
masyarakat Indonesia. Kamus besar yang menjadi judul kamus bahasa Indonesia
ini bukan semata menyiratkan ukuran bobot atau fisiknya, melainkan lantaran
makna yang bersangkutan dengan banyaknya informasi yang terkandung di
dalamnya.
Penelitian ini membahas perubahan bunyi kata serapan bahasa Arab ke dalam
bahasa Indonesia dengan objek kajian berupa bahasa Arab yang termuat dalam
KBBI. Berikut beberapa contoh dipaparkan pada tabel berikut:
No
Kata Serapan
Asal
Transliterasi
1
Ijasah/ijazah
‫إخا زج‬
Ijãzah
2
Korban/kurban
‫قر تا ن‬
Qurbãn
3
Nasehat/nasihat
‫وصيحح‬
Nashĩchah
4
Rela
‫رضى‬
Ridha
4
Hidayatullah, Moch, Syarif, Cakrawala Lingkuistik Arab,Pamulang: Alkitabah, 2012, hlm 32
Muslich, Masnur, Fonologi Bahasa Indonesia, Jakarta: Bumi aksara, 2011
5
3
Contoh pada tabel merupakan ragam perubahan bunyi kata serapan bahasa
Arab di dalam bahasa Indonesia yang dirujuk pada KBBI. Pada tabel tersebut
telah terjadi perubahan bunyi, dimana bunyi yang kuat menjadi lemah, kemudian
ada bunyi-bunyi yang relatif lebih kuat dan ada bunyi-bunyi yang relatif lebih
lemah dari bunyi lainnya.6
Bunyi-bunyi yang bersuara dipandang sebagai bunyi-bunyi yang lebih kuat
daripada bunyi-bunyi tak bersuara. Bunyi-bunyi hambat lebih lebih kuat daripada
bunyi kontinuan, konsonan lebih kuat daripada semivokal, bunyi oral lebih kuat
daripada bunyi glotal, vokal depan dan belakang lebih kuat daripada vokal pusat.
Begitulah contoh pelemahan bunyi yang terjadi pada tabel atas.7
Pada contoh kata ‫ إخا زج‬yang diucap ijasah/ijazah memiliki transliterasi berupa
Ijãzah, pelemahan bunyi disini sebenarnya terjadi pada bunyi bersuara /z/ menjadi
bunyi tak bersuara /s/ yang terdapat pada kata ijazah justru melemah menjadi
ijasah. Perubahan juga terjadi pada vokal tinggi /u/ menjadi vokal sedang /o/ pada
contoh ‫ قر تا ن‬yang memiliki transiterasi qurbãn menjadi korban atau kurban.
Kemudian pelemahan dari vokal tinggi /i/ menjadi vokal sedang /e/, hal
demikian terjadi pada contoh ‫ وصيحح‬yang memiliki transliterasi nashichah berubah
menjadi nasehat atau nasihat. Kemudian contoh lain pada tabel yaitu kata ridha
menjadi rela. Adapun perubahan yang terjadi pada kata ridha menjadi rela
diproses oleh dua perubahan yakni bunyi /i/ menjadi /e/ dan bunyi /dh/ menjadi /l/
6
7
Jurnal Humaniora volume 15, edisi Juni: 2003, hlm. 121
Ibid
4
Sesuai uraian di atas, mendukung penelitian ini guna membahas seputar
dinamika berbahasa yang terjadi di lingkungan serta juga bertujuan menuntaskan
jenjang karir akademik dijurusan Tarjamah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dengan menyoal skripsi bertajuk “Perubahan Bunyi Kata Serapan Bahasa
Arabdalam Bahasa Indonesia. Studi Kasus: KBBI”.
B. Rumusan Masalah
Perumusan masalah didasarkan pada pertanyaan-pertanyaan berikut:
1. Bagaimana perubahan bunyi dari kata bahasa Arab ke dalam bahasa
Indonesia
2. Bagimana perubahan bunyi terjadi dilihat dari, pelemahan bunyi,
penambahan bunyi, penguatan bunyi pengenduran bunyi dan adaptasi
bunyi
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah:
1. Mencari tahu perubahan bunyi kata serapan bahasa Arab ke dalam
bahasa Indonesia
2. Mencari tahu perubahan bunyi ditinjau dari aspek pelemahan bunyi,
penambahan bunyi, penguatan bunyi, pengenduran bunyi serta
adaptasi terhadap bunyi
5
D. Manfaat Penelitian
Secara praktis penelitian ini bertujuan mengetahui berbagai bunyi bahasa yang
mengalami perubahan dari bahasa Arab ke Indonesia. Adapun secara teoritis
penelitian ini bertujuan mengetahui proses perubahan bunyi bahasa Arab ke dalam
bahasa Indonesia ditinjau dari aspek fonetik.
E. Sistematika Penulisan
Secara sistematis dan komprehensif peneletian inidisusun berdasarkan:
Bab I. Pendahuluan: terdiri dari lima sub bab yaitu: Pertama: latar belakang
masalah. Kedua; pembatasan dan perumusan masalah. Ketiga; tujuan dan
kegunaan penelitian. Keempat; metode pembahasan. Kelima; manfaat penelitian
dan keenam; sistematika penulisan.
Bab II. Kajian teori penerjemahan membahas tentang teori lmu bunyi. Serta
membaginya pada dua sub yaitu fonetik dan kajiannya serta perubahan bunyi.
Bab III. Seputar metodologi penlitian, yaitu: Pertama; definisi metodologi.
Kedua; fokus penelitian. Ketiga; sumber data. Keempat; metode penyediaan data.
Kelima; metode analisis data. Terakhir; hasil analisis data.
Bab IV. Analisis perubahan bunyi kata serapan Arab terhadap kamus KBBI.
Bab ini membahas hasil analisis data penelitian
Bab V. Penutup, terdiri dari dua sub bab; kesimpulan dan saran.
6
BAB II
KERANGKA TEORI
A. ILMU BUNYI
Ilmu bunyi atau ‘ilm al-ashwat ialah ilmu yang mempelajari tentang
pembentukan, perpindahan, dan penerimaan bunyi bahasa.8 Ilmu ini pada mulanya
merupakan ilmu yang luas dan utuh. Di dalamnya terdapat beberapa cabang yang
mempunyai bidang bahasan yang lebih fokus. Dalam perkembangannya cabangcabang tersebut menjadi ilmu yang berdiri sendiri. Oleh sebab itu, terdengar
istilah, seperti ilmu bunyi standar, ilmu fonologi, dan ilmu fonetik.9
Ilmu bunyi yang memfokuskan pada pembahasan ilmiah murni tanpa
membicarakan aplikasinya dalam tataran praktis dengan tujuan mengetahui sifatsifat artikulasi dan fisik suatu bunyi disebut dengan ilmu bunyi atau ilmu bunyi
teoritis.10
Adapun mengenai proses terjadinya bunyi, hal-hal yang mempengaruhi
bunyi, perpindahan bunyi, dan fungsi telinga dalam berbahasa merupakan materi
yang dibahas dalam ilmu ini. Sementara itu, ilmu bunyi yang lebih berkonsentrasi
pada pembuatan kaidah-kaidah bunyi bahasa tertentu dengan tujuan diaplikasikan
secara mudah dan tepat dinamakan ilmu bunyi aplikatif atau ilmu bunyi standar.11
8
Muhammad Ali Al-Khouli, Mu’jam ‘ilm Al-Ashwat, Riyadh:Universitas Riyadh, 1982, hal. 112
Ibid
10
Ibid., hlm. 113
11
Ibid., hlm. 115.
9
7
Ilmu Bunyi
Ilmu Bunyi Teoretis
Ilmu Bunyi Standar
Pemerolehan bunyi bahasa ini bisa dikaji secara ilmiah, bagaimana bunyibunyi itu bisa dihasilkan, bisa dijelaskan secara detail atau lebih rinci dalam ilmu
bunyi atau fonetik.
Fonetik adalah salah satu cabang dari ilmu bunyi. Ilmu ini khusus
membicarakan masalah-masalah bunyi tanpa memperlihatkan fungsi dan makna
yang dikandung oleh bunyi itu. Adapun ilmu bunyi yang membahas tentang bunyi
bahasa tertentu dengan mempertimbangkan fungsi dan makna yang dikandungnya
dinamakan fonologi.12
Ilmu Bunyi
Fonetik
12
Fonologi
Ibid
8
B. FONETIK DAN KAJIANNYA
Fonetik merupakan bidang kajian ilmu pengetahuan yang menelaah
bagaimana manusia menghasilkan bunyi-bunyi bahasa dalam ujaran, menelaah
gelombang-gelombang bunyi bahasa yang dikeluarkan, dan bagaimana alat
pendengaran manusia menerima bunyi-bunyi bahasa untuk dianalisis oleh
manusia. Fonetik merupakan bidang yang berkaitan erat dengan dengan kajian
bagaimana cara manusia berbahasa serta mendengar dan memproses ujaran yang
diterima.
C. PERUBAHAN BUNYI
Seperti di kutip Syamsul Hadi dan kawan-kawan dalam Jurnal Humaniora,
bahwa Crowly menjelaskan, perubahan bunyi meliputi dua pasal utama, yakni
landasan teori dan metode, serta perubahan-perubahan bunyi yang terjadi.13
Crowly juga menyebutkan beberapa tipe perubahan bunyi, yakni (a) lenisi
(lenition) yang terdiri dari penghilangan gugus konsonan (cluster reduction),
apokope (apocope), sinkope (sinkope), haplologi (haplology), dan kompresi
(compression), (b) penambahan bunyi (sound addition) yang terdiri dari anaptiksis
(anaptyxis), espentesis (epenthesis), dan protesis (prothesis), (c) metatesis
(methathesis), (d) fusi (fusion), (e) pemisahan (unpacking), (f) pemecahan vokal
13
Jurnal Humaniora volume 15, edisi Juni: 2003, hlm. 121
9
(vowel breaking), (g) asimilasi (assimilation), (h) disimilasi (dissimilation), (i)
perubahan suara yang tidak biasa (abnormal sound change).14
Teori perubahan bunyi yang dikemukakan oleh Crowly menyangkut tataran
kata, frasa dan kalimat. Perubahan-perubahan yang menyangkut ketiga tataran
tersebut terjadi juga dalam proses penyerapan dari bahasa Arab. 15 Berikut jenisjenis perubahan bunyi sebagaimana dirumuskan pada penelitian di atas:
1) Pelemahan Bunyi
Menurut Kridalaksana pelemahan bunyi merupakan perubahan dari bunyi
yang kuat berubah menjadi bunyi yang lemah. Ada bunyi-bunyi yang relatif lebih
kuat dan ada bunyi-bunyi yang relatif lebih lemah dari bunyi-bunyi yang lainnya.
2) Penguatan Bunyi
Penguatan bunyi adalah perubahan dari bunyi-bunyi yang relatif menjadi
bunyi-bunyi yang secara relatif lebih kuat. Tipe ini adalah kebalikan dari
pelemahan bunyi. Contoh pada kata fahm yang diserap menjadi paham, terjadi
penguatan bunyi /f/ menjadi /p/ disebabkan bahwa bunyi /f/ bukan merupakan
fonem asli bahasa Indonesia, fonem /f/ merupakan fonem pinjaman, sedangkan
fonem /p/ adalah fonem asli bahasa Indonesia.
14
15
Ibid
Ibid
10
3) Pengenduran Bunyi
Pengenduran adalah bunyi bahasa Arab yang semula tunggal, berkembang
menjadi suatu urutan bunyi, masing-masing dengan ciri semula. Contoh pada kata
adzan yang didukung oleh fonem /dz/ terdapat pengenduran ciri-ciri fonetis dari
fonem bahasa Arab /dz/ kemudian berubah menjadi fonem /d/ dan fonem /z/.
fonem bahasa Arab /dz/ mengandung ciri apiko dental geser bersuara.
4) Penambahan Bunyi
Penambahan bunyi memiliki tiga jenis, pertama penyisipan bunyi atau huruf
ke dalam kata yang disebut juga epentesis. Gejala epentesis berupa perubahan
yang disebabkan oleh penambahan konsonan di antara dua konsonan dan di antara
konsonan plus vokal. Contoh kata fahm yang diserap menjadi paham telah terjadi
penyisipan vokal /a/. Kedua, paragog yaitu penambahan bunyi pada akhir kata
untuk kemudahan lafal. Penambahan bunyi ini biasanya terjadi pada akhir sebuah
kata yang berakhir dengan konsonan, oleh penambahan vokal.
5) Monoftongisasi
Adalah Perubahan karena bergabungnya dua bunyi yang berbeda menjadi
bunyi tunggal dan kemudian mengandung sejumlah ciri fonetis dari kedua bunyi
semula yang disebut sebagai monoftongisasi. Jika dicermati pada contoh haibah
yang berubah menjadi hebat dan taubah menjadi tobat telah terjadi proses
monoftongisasi terjadi pada kata-kata serapan yang mengandung diftong /ai/ dan
/au/.
11
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metodologi Penelitian
Metodologi adalah cara teratur dan terpikir baik-baik demi mencapai cara kerja
bersistem yang memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan dalam mencapai tujuan
yang ditentukan. Penelitian ilmiah, seperti yang dinyatakan oleh Kerlinger,
adalah penelitian yang sistematis, terkontrol, empiris dan kritis terhadap
proposisi-proposisi hipotetis tentang hubungan yang diperkirakan terdapat antar
gejala alam.16
Penelitian terhadap objek sasaran yang berupa bahasa (bunyi tutur) itu
dikatakan sistematis, maksudnya bahwa penelitian itu dilakukan secara sistemik
dan terencana. Mulai dari identifikasi masalah yang terkait dengan objek kajian
berupa bunyi tutur itu (termasuk di dalamnya upaya menjelaskan masalah itu
secara cermat dan terinci).
B. Fokus Penelitian
Fokus penelitian ini diantaranya:
1. Inventarisasi kata serapan bahasa Arab yang termuat dalam KBBI
2. Identifikasi proses transliterasi kosakata bahasa Arab
3. Identifikasi perubahan bunyi kata serapan Arab dalam bahasa Indonesia
4. Pembentukan transliterasi bagi kosakata asing bahasa Arab
16
M, S, Mahsun, Metodologi Penelitian Bahasa, RajaGrafindo Pustaka: Jakarta, 2007, hlm. 2
12
C. Sumber Data
Sumber data diperoleh dari:
1. Kamus Besar Bahasa Indonesia
2. Kamus al- Ashri
3. Kamus al- Munawwir
4. Jurnal
D. Metode Penyediaan Data
Selain upaya inventarisir kata serapan bahasa Arab dalam entri kata KBBI
data juga diperoleh melewati prosedur metode catat, kegunaan metode catat kali
ini selain bersifat inventarisir juga merupakan identifikasi kata serapan Arab,
KBBI guna memudahkan para pembaca dengan disiplin kodifikasi yang teratur,
salah satunya memberi label pada kata asing, untuk bahasa Arab diberi label Ar.
Adapun praktik teknisnya, dengan melakukan identifikasi kata serapan Arab
secara alfabetis dari abjad a hingga z. Disiplin demikian berguna memudahkan
penulis dalam membatasi jangkauan objek temuan. Setiap abjad dibatasi,
minimum tiga maksimum sepuluh (jika banyak), bahkan ada beberapa abjad
dalam KBBI yang tidak memuat kata serapan bahasa Arab termuat dalam
lampiran. Berikut deskripsi metode penelitian dalam bentuk tampilan informal:
13
Tabel. 1. Metode Penyediaan Data
Metode Penyediaan Data
Metode Simak
Metode Catat
Metode Sadap
Teknik Catat Secara
Alfabetis
E. Metode Analisis Data
Tahapan analisis data merupakan tahapan yang sangat menentukan, karena
pada tahapan ini, kaidah-kaidah yang mengatur keberadaan objek penelitian harus
sudah diperoleh. Penemuan kaidah-kaidah tersebut merupakan inti dari sebuah
aktivitas ilmiah yang disebut penelitian. Ada dua metode yang dapat digunakan
dalam penelitian, yaitu metode padan intralingual dan metode padan ekstralingual.
Keduanya digunakan sesuai dengan jenis data dan tujuan penelitian.
Penelitian terbatas dengan menggunakan metode analisis data hanya terkait
pada analisis padan intralingual. Padan merupakan kata yang bersinonim dengan
kata banding dan sesuatu yang dibandingkan mengandung makna adanya
keterhubungan
sehingga
padan
disini
menghubungbandingkan.17
17
Ibid., hlm. 117
14
diartikan
sebagai
hal
Sedangkan intralingual, mengacu pada makna unsur-unsur yang berada dalam
bahasa (bersifat lingual), yang dibedakan dengan unsur yang berada di luar bahasa
(ekstra lingual), seperti hal-hal yang menyangkut makna, informasi, konteks,
tuturan dan lain-lain. Jadi, metode padan intralingual adalah metode analisis
dengan cara menghubungbandingkan unsur-unsur yang bersifat lingual, baik yang
terdapat dalam satu bahasa maupun dalam beberapa bahasa yang berbeda.18
Dalam metode padan intralingual ini penulis melakukan praktik hubung
banding demi menyamakan hal pokok yang berupa transliterasi bunyi bahasa
Arab pada KBBI, kemudian dihubungbandingkan bersama kamus Al-ashri, teknik
ini bertujuan guna mencari kesamaan hal pokok dari pembedaan dan penyamaan
antara kedua kamus tersebut, KBBI dan al-Ashri. Karena tujuan akhir dari
banding adalah menyamakan atau justru membedakan kesamaan pokok antar
kedua data perbandingan tersebut.
F. Hasil Analisis Data
Hasil analisis dapat disajikan melalui dua cara, yaitu pertama perumusan
dengan menggunakan kata-kata biasa, termasuk penggunaan terminologi yang
bersifat teknis dan kedua perumusan dengan menggunakan tanda-tanda atau
lambang-lambang. Kedua cara diatas masing-masing disebut metode informal dan
metode formal. Berikut tampilan hasil analisis data yang penulis sajikan dalam
bentuk aplikasi metode informal pada tabel 2:
18
Ibid., hlm. 118
15
Tabel 2. Metode dan Teknik Analisis Data
Paradigma
Penelitian
Fonetik
Penelit
ian
Kata
Dasar
Penelit
ian
Metode
Penelitian
Metode
Kualitatif
Perubahan Bunyi
Penelitian
1.
2.
3.
4.
Penambahan bunyi
Pengurangan Bunyi
Asimilasi
Metatesis
MetodePenelitan
Padan
Penelitian
Intra Lingual
Teknik
Penelitian
16
Teknik dasar
hubung
banding
bersifat
lingual
BAB IV
ANALISIS DATA HASIL PENELITIAN
Bab ini membahas analisis data hasil penelitian secara acak, tidak lagi
mengurut setiap kata sesuaialafabet, namun mengelompokkannya dalam jenis
perubahan bunyinya masing-masing.
1. Pelemahan bunyi
Ada bunyi-bunyi yang relatif lebih kuat dan ada bunyi-bunyi yang relatif lebih
lemah dari bunyi-bunyi yang lainnya. Berikut hasil analisa:
1) Dalal - Dalil ‫ه‬
‫دال‬
Pelemahan bunyi yang terjadi pada kata dalal diproses saat berubahnya bunyi
fonem /a/ menjadi fonem /i/ berbunyi dalil, fonem vokal /a/ jauh lebih tinggi
dibanding fonem vokal /i/ sehingga kata dalal mengalami pelemahan bunyi atau
lenisi.
2) Hakam – Hakim
‫حنم‬
Pelemahan bunyi yang terjadi pada kata hakam diproses saat berubahnya
bunyi fonem /a/ menjadi fonem /i/ berbunyi hakim, fonem vokal /a/ jauh lebih
tinggi dibanding fonem vokal /i/ sehingga kata hakam mengalami pelemahan
bunyi atau lenisi.
3) Jahal – Jahil
‫خهو‬
Pelemahan bunyi yang terjadi pada kata jahal diproses saat berubahnya bunyi
fonem /a/ menjadi fonem /i/ berbunyi jahil, fonem vokal /a/ jauh lebih tinggi
dibanding fonem vokal /i/ sehingga kata jahal mengalami pelemahan bunyi atau
lenisi.
17
4) Jarab – Kurap
‫خرب‬
Pelemahan bunyi yang terjadi pada kata jarab diproses saat berubahnya bunyi
fonem /a/ menjadi fonem /i/ berbunyi kurap, fonem vokal /a/ jauh lebih tinggi
dibanding fonem vokal /i/ sehingga kata jarab mengalami pelemahan bunyi atau
lenisi.
5) Kafar – Kafir
‫مفر‬
Pelemahan bunyi yang terjadi pada kata kafar diproses saat berubahnya bunyi
fonem /a/ menjadi fonem /i/ berbunyi kafir, fonem vokal /a/ jauh lebih tinggi
dibanding fonem vokal /i/ sehingga kata kafar mengalami pelemahan bunyi atau
lenisi.
6) Masjad – Masjid
‫مسدد‬
Pelemahan bunyi yang terjadi pada kata masjad diproses saat berubahnya
bunyi fonem /a/ menjadi fonem /i/ berbunyi mesjid, fonem vokal /a/ jauh lebih
tinggi dibanding fonem vokal /i/ sehingga kata masjad mengalami pelemahan
bunyi atau lenisi.
7) Qurban – Korban ‫ن‬
‫قر تا‬
Pelemahan bunyi yang terjadi pada kata qurban diproses saat berubahnya
bunyi fonem /a/ menjadi fonem /i/ berbunyi korban, fonem vokal /a/ jauh lebih
tinggi dibanding fonem vokal /i/ sehingga kata qurban mengalami pelemahan
bunyi atau lenisi.
8) Ridho – Rela
‫رضى‬
Pelemahan bunyi yang terjadi pada kata ridho diproses saat berubahnya bunyi
fonem /i/ menjadi bunyi /e/ dan bunyi /dh/ menjadi /l/ sehingga berbunyi rela,
fonem vokal /i/ jauh lebih tinggi dibanding fonem vokal /e/ sehingga kata ridho
mengalami pelemahan bunyi atau lenisi. Berikut tabelnya :
18
Tabel. 1
No. Transliterasi
Asli
‫دال ه‬
Kata
Serapan
1.
Dalal
2.
Hakam
‫حنم‬
Hakim
3.
Jahal
‫خهو‬
Jahil
4.
Jarab
‫خرب‬
5.
Kafar
‫مفر‬
6.
Masjid
‫مسدد‬
7.
Qurban
‫ ن تا قر‬Korban
Ridha
‫رضى‬
8.
Dalil
Kurap
Kafir
Mesjid
Rela
Pelemahan bunyi
Pelemahan pada bunyi vokal
tinggi /a/ menjadi vokal sedang
/i/
Pelemahan pada bunyi vokal
tinggi /a/ menjadi vokal sedang
/i/
Pelemahan pada bunyi vokal
tinggi /a/ menjadi vokal sedang
/i/
Pelemahan pada bunyi vokal
tinggi /a/ menjadi vokal sedang
/u/
Pelemahan pada bunyi vokal
tinggi /a/ menjadi vokal sedang
/i/
Pelemahan pada bunyi vokal
tinggi /a/ menjadi vokal sedang
/e/
Pelemahan pada bunyi vokal
tinggi /u/ menjadi vokal sedang
/o/
Pelemahan pada bunyi vokal
tinggi /i/ menjadi vokal sedang
/e/ dan bunyi /dh/ menjadi /l/
Menurut Kridalaksana pelemahan bunyi merupakan perubahan dari bunyi
yang kuat berubah menjadi bunyi yang lemah. Ada bunyi-bunyi yang relatif lebih
kuat dan ada bunyi-bunyi yang relatif lebih lemah dari bunyi-bunyi yang lainnya.
2. Penguatan bunyi
1) Fahm –Paham ‫فهم‬
Bunyi /p/ dipandang sebagai bunyi yang lebih kuat dari pada bunyi /f/, pada
kata fahm yang diserap menjadi paham terjadi penguatan karena disebabkan bunyi
19
Adalah kebalikan dari pelemahan, bunyi /f/ bukan merupakan fonem asli
Indonesia, tapi merupakan pinjaman, sedangkan fonem /p/ adalah fonem asli
bahasa Indonesia. Penguatan bunyi adalah perubahan dari bunyi-bunyi yang
relatif menjadi bunyi-bunyi yang secara relatif lebih kuat.
2) Habl –Kabel ‫حثو‬
Bunyi /k/ dipandang sebagai bunyi yang lebih kuat dari pada bunyi /h/, pada
kata habl yang diserap menjadi kabel terjadi penguatan karena disebabkan bunyi
/h/ bukan merupakan fonem asli Indonesia, tapi merupakan pinjaman, sedangkan
fonem /k/ adalah fonem asli bahasa Indonesia.
Tabel. 2
No. Transliterasi
Asli
1.
Fahm
‫فهم‬
2.
Habl
‫حثو‬
Kata
Serapan
Paham
Kabel
Pelemahan bunyi
Pelemahan bunyi pada fonem
/f/ menjadi /p/
Pelemahan bunyi pada fonem
/f/ menjadi /k/
Bunyi-bunyi bersuara dipandang sebagai bunyi-bunyi yang lebih kuat dari
bunyi-bunyi tak bersuara. Bunyi-bunyi hambat lebih kuat daripada bunyi
kontinuan, konsonan lebih kuat dari pada semivokal, bunyi oral lebih kuat dari
pada bunyi glotal, vokal depan dan belakang lebih kuat daripada vokal pusat.
3. Pengenduran bunyi
1) Dzikr - Zikir‫ذمر‬
20
Fonem /dz/ mengalami proses pengenduran bunyi dengan ciri fonetis yang
berubah menjadi /z/, fonem bahasa Arab /dz/ dihasilkan dengan ujung lidah yang
menyentuh atau mendekati atas gigi, atau mengalami proses apiko dental geser
bersuara. Sedangkan fonem /z/ merupakan ciri fonem geser bersuara milik bahasa
Indonesia.
Ciri perubahan di atas mengandung bunyi apiko dental geser bersuara yaitu
pada fonem fonem bahasa Indonesia /d/, sedangkan ciri fonem geser terdapat
dalam fonem bahasa Indonesia /z/. kedua fonem tersebut /d/ dan /z/ merupakan
fonem bahasa Indonesia bersuara.
2) Tsalju –Salju ‫ثيح‬
Fonem /ts/ mengalami proses pengenduran bunyi dengan ciri fonetis yang
berubah menjadi /s/, fonem bahasa Arab /ts/ dihasilkan dengan ujung lidah yang
menyentuh atau mendekati atas gigi, atau mengalami proses apiko dental geser
bersuara. Sedangkan fonem /s/ merupakan ciri fonem geser bersuara milik bahasa
Indonesia.
Tabel. 3
No. Transliterasi
1.
Dzikr
2.
Tsalj
Kata
Serapan
Asli
‫ذمر‬
Zikir
‫ ثيح‬Salju
-
21
Pelemahan bunyi
Fonem bahasa Arab /dz/
berubah menjadi /z/
Fonem bahasa Arab /ts/
berubah menjadi /s/
4. Penambahan bunyi
(a) Epentesis
1) Fahm – Paham ‫( فهم‬Penyisipan vokal /a/ dalam gugus konsonan)
Penyisipan vokal /a/ antara konsonan hm sehingga menjadi bunyi paham
merupakan ciri-ciri penambahan bunyi jenis apentesis sisip vokal /a/ dalam gugus
konsonan. Kemudian, penyisipan vokal /i/ dalam gugus konsonan. Berikut
contohnya:
2) Fiqh – fikih ‫( فقه‬Penyisipan vokal /i/ dalam gugus konsonan)
Penyisipan vokal /i/ antara konsonan kh sehingga menjadi bunyi fikih
merupakan ciri-ciri penambahan bunyi jenis apentesis sisip vokal /i/ dalam gugus
konsonan. Begitu juga yang terjadi pada beberapa kata serapan dibawah ini yang
mengalami penyisipan vokal /i/ dalam gugus konsonan:
Tabel. 4
No. Transliterasi
Asli
Kata
Serapan
1.
Fahm
‫فهم‬
Paham
2.
Fiqh
Fikih
3.
Idzn
‫فقه‬
‫إذن‬
4.
Ism
5.
Milk
‫ميل‬
Milik
6.
Jild
‫خيد‬
Jilid
‫اسم‬
Penambahan bunyi
Penyisipan fonem /a/
antara konsonan hm
Penyisipan fonem /i/
antara konsonan qh
Izin
Penyisipan fonem /i/
antara konsonan zn
Isim
Penyisipanfonem /i/
antara konsonan sm
22
Penyisipan fonem /i/
antara konsonan lk
Penyisipanfonem /i/
antara konsonan ld
7.
Fikr
8.
Syirk
9.
10.
‫فنر‬
Sihr
‫شرك‬
‫سحر‬
Jism
‫خسم‬
Pikir
Syirik
Sihir
Jisim
Penyisipan fonem /i/
antara konsonan kr
Penyisipanfonem /i/
antara konsonan rk
Penyisipanfonem /i/
antara konsonan hr
Penyisipanfonem /i/
antara konsonan sm
Gejala epentesis berupa perubahan yang disebabkan oleh penambahan
konsonan di antara dua konsonan dan di antara konsonan dan vokal serta.
(b) Paragog
1) Ahl –ahli ‫أهو‬
Penambahan bunyi yang terjadi pada contoh ahl menjadi ahli merupakan jenis
paragog, atau bertambahnya bunyi vokal /i/ setelah sebuah kata berakhir
konsonan. Begitu juga yang terjadi pada beberapa kata serapan Arab dibawah ini
yang mengalami penambahan bunyi vokal /i/ dan /u/ setelah akhiran dengan
konsonan.
Tabel. 5
No. Transliterasi
Asli
Kata
Serapan
1.
Ahl
‫أهو‬
Ahli
2.
Fitr
‫فتر‬
Fitri
3.
Fardh
‫فرض‬
Perlu
4.
Waqt
‫وقت‬
Waktu
23
Penambahan bunyi
Fonem vokal /i/ setelah
konsonan /l/
Fonem vokal /i/ setelah
konsonan /r/
Fonem vokal /u/ setelah
konsonan /dh/ yang juga
mengalami lenisi
menjadi fonem /l/
Fonem vokal /u/ setelah
5.
Nafs
‫وفس‬
Nafsu
6.
Qalb
‫قية‬
Kalbu
7.
Sabt
‫سثت‬
Sabtu
8.
Tsalj
‫ثيح‬
Salju
konsonan /t/
Fonem vokal /u/ setelah
konsonan /s/
Fonem vokal /u/ setelah
konsonan /b/
Fonem vokal /u/ setelah
konsonan /t/
Fonem vokal /u/ setelah
konsonan /j/
Perubahan bunyi pada paragog disebabkan karena penambahan bunyi di akhir
kata, contoh pada kata serapan ‘ilm berubah menjadi ilmu dalam bahasa
Indonesia, proses paragog terlihat jelas pada kata tersebut, karena terjadi
penambahan fonem /u/ di akhir kata. Bentuk terakhir yang jarang ditemukan
adalah protesis, yaitu penambahan vokal atau konsonan pada awal kata.
5. Monoftongisasi
1) Haibah – Hebat ‫هيثح‬
Gejala monoftongisasi lebih banyak ditemukan pada diftong /ai/ dan /au/,
seperti pada contoh haibah yang mengandung diftong /ai/, kedua diftong tersebut
berubah menjadi sebuah bunyi sehingga terjadilah kata hebat.
2) Taubah – Taubat
‫تىتح‬
Gejala monoftongisasi ditemukan pada diftong /au/, seperti pada contoh
taubah yang mengandung diftong /au/, diftong tersebut berubah menjadi sebuah
bunyi sehingga terjadilah kata taubat.
3) Syaithan – Setan
‫شيطان‬
24
Gejala monoftongisasi lebih banyak ditemukan pada diftong /ai/, seperti pada
contoh Syaithan yang mengandung diftong /ai/, kemudian diftong tersebut
berubah menjadi sebuah bunyi sehingga terjadilah kata setan.
4) Syaikh – Syekh ‫شيد‬
Gejala monoftongisasi lebih banyak ditemukan pada diftong /ai/, seperti pada
contoh syaikh yang mengandung diftong /ai/, kemudian diftong tersebut berubah
menjadi sebuah bunyi sehingga terjadilah kata syekh.
Tabel. 6
No. Transliterasi
Asli
Kata
Serapan
1.
Haibah
‫هيثح‬
Hebat
2.
Taubah
‫تىتح‬
Tobat
3.
Syaithan
‫شيطان‬
Setan
4.
Syaikh
‫شيد‬
Syekh
Perubahan bunyi
Diftong /ai/ menjadi
bunyi /e/
Diftong /au/ menjadi
bunyi /o/
Diftong /ai/ menjadi
bunyi /e/
Fonem vokal /ai/
menjadi bunyi /e/
6. Adaptasi bunyi
Vokal /a/, /i/ dan /u/ dalam daftar kata bahasa Indonesia yang bersumber dari
bahasa Arab jika diteliti lebih sempurna, akan tampak bahwa ketiga vokal tersebut
dalam kenyataannya ada yang diganti, justru dengan vokal yang tidak terdaftar
dalam bahasa Arab. Sebagai contoh, vokal /a/, /i/ dan /u/, diftong /ai/ dan /au/
25
bahasa Arab masing-masing dengan vokal /e/ (pepet), /e/ (teleng), /o/ bahasa
Indonesia, /e/ (pepet) seperti pada contoh berikut
Tabel. 7
No. Transliterasi
Asli
1.
Tartib
‫تر تية‬
2.
Dairoh
‫تىتح‬
Kata
Serapan
Tertib
Daerah
Contoh
kalimat
Budaya
tertib perlu
dikenal
oleh anakanak sejak
usia dini
Daerah
Ciputat
sedang
dibangun
monorel
perut bumi
Pergantian vokal semacam itu tidak akan dibincangkan pada pergantian fonem
kali ini, karena pergantian di atas merupakan akibat dari adaptasi terhadap
ketentuan rangkaian suku kata dalam membentuk kata.
Gejala yang sama terjadi juga dalam bidang konsonan. Sebagai contoh
konsonan /b/ dan /d/ yang dimiliki bahasa Arab, dalam tulisan Arabnya
disimbolkan dengan lambang fathah, dengan vokal /o/ bahasa Indonesia yang
justru tidak terdaftar dalam bahasa Arab. Pergantian itu misalnya terdapat contoh
kata ‫ حسىد‬dengan transliterasi hasud dan dibaca hasut.
Diketahui, vokal /a/ yang disimbolkan dalam bahasa Arab dengan fathah, bila
berangkaian dengan konsonan, kh /‫خ‬/, r /‫ر‬/,s /‫ص‬/,d /‫ض‬/,t /‫ط‬/,z /‫ظ‬/, gh /‫غ‬/ dan q /‫ق‬/
26
bahasa Arab yang disebut huruf mufakham19 diganti dengan vokal /o/ pada bahasa
Indonesia.
Persoalan pergantian dan penerimaan fonem merupakan murnibentuk adaptasi
terhadap pelonggaran kaidah bahasa Indonesia. Pergantian dan pelonggaran itu
berlaku untuk fonem Arab yang tidak terdapat dalam bahasa Indonesia, yaitu
fonem konsonan ‫ ث‬,‫ ذ‬,‫ خ‬,‫ ز‬,‫ س‬,‫ ش‬,‫ ص‬,‫ د‬,‫ ط‬,‫ ظ‬,‫ ء‬,‫ غ‬,‫ ف‬,‫ق‬
.
1) Konsonan /‫ ث‬/ts/
Bunyi bahasa Arab ini setelah masuk ke dalam bahasa Indonesia diganti
dengan konsonan /s/ bahasa Indonesia, baik di awal atau akhir suku kata.
Tabel. 8
Kata
Serapan
No. Transliterasi
Asli
1.
Tsulatsa
‫ثال ثا ء‬
Selasa
2.
Mitsal
‫مثا ه‬
Misal
Contoh
kalimat
Setiap
selasa
petang Ibu
mengajak
bercocok
tanam
Perhatikan
misal
(contoh)
berikutlalu
kerjakan
soalnya
2) Konsonan / ‫ ذ‬/h/
19
Budi Rahayu Tamsyah, Galuring Basa Sunda, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2010), cet. Ke-4,
hal.64
27
Bunyi bahasa Arab ini setelah masuk ke dalam bahasa Indonesia bisadiganti
dengan konsonan /h/ bahasa Indonesia, baik ia terletak di awal maupun di akhir
suku kata. Misal pada kata ‫ محنمح‬mahkamah.
3) Konsonan / ‫ خ‬/kh/
Bunyi bahasa Arab ini setelah masuk ke dalam bahasa Indonesia biasanya
diganti dengan konsonan bunyi / kh /, bila ia terletak di awal suku kata, misalnya
seperti dalam kata ‫ذثر‬khabr yang diserap menjadi kabar.
4) Konsonan / ‫ ذ‬/dz/
Bunyi bahasa Arab ini setelah masuk ke dalam bahasa Indonesia umumnya
diganti dengan konsonan bahasa Indonesia yaitu / z /. Misalnya :
28
Tabel. 9
No. Transliterasi
Asli
Kata
Serapan
1.
Idzn
‫إذن‬
Azan
2.
Dzikr
‫ذمر‬
Zikir
Contoh
kalimat
Ayahku
pandai
azan
dengan
suara
merdunya
Seorang
muslim
diajurkan
melakukan
zikir
seusai
solat
5) Konsonan /‫ ز‬/z/
Bunyi bahasa Arab ini setelah masuk dalam bahasa Indonesia umumnya biasa
diganti konsonan bahasa Indonesia yaitu / j /. Seperti kata
‫زيا رج‬
dengan bentuk
tranliterasi ziaroh yang kemudian diserap menjadi ziarah atau jiarah di Indonesia.
Contoh dalam kalimat: Budi sedang jiarah ke makam almarhum Ayahnya.
29
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perubahan bunyi adalah kondisi yang lumrah terjadi dalam larut derasnya
penggunaan bahasa suatu bangsa. Terlebih perubahan bunyi yang bersumber
pada kata-kata serapan asing di Indonesia.
Kemunculan kata serapan asing di Indonesia bukan lantaran tidak adanya
padanan kosakata, tapi justru karena faktor sejarah panjang di Indonesia.
Kehadiran para penjajah salah satunya, tentu bangsa Belanda, Jepang maupun
Portugis juga mengenalkan bahasa mereka terhadap kakek nenek kita. Maka,
wajar andai beberapa kosakata asing juga memperkaya bahasa Indoensia,
bahkan dibukukan oleh kamus induk Indonesia, KBBI.
Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI merupakan kamus induk yang
diterbitkan oleh Departemen Pendidikan Nasional dan di rujuk oleh seluruh
lapisan masyarakat Indonesia, pelajar utamanya. Skripsi penulis yang
memulai fokus pada permasalahan seputar kata serapan Arab yang
mengalami perubahan bunyi menganilisis bentuk perubahan bunyi beserta
transliterasi kata serapan bahasa Arab di Indonesia.
Sejatinya kamus induk yang dirujuk, tentu tak luput keliru, baik dalam
penulisan kata, penjabaran pola baca maupun transliterasi. Andai satu leksem
menyimpang dan diyakini penggunaannya betapa kelirunya informasi yang
dikandung KBBI. Kemudian disebarluas oleh para pembaca, baik di bangku30
bangku sekolah, di meja-meja guru atau bisa jadi teman kopi santai saat
diskusi.
Perubahan bunyi suatu bahasa dilatari faktor cara baca yang disesuaikan
oleh masyarakat Indonesia, terutama dalam penggunaan fonem-fonem arab
yang tidak dtemui di Indonesia, hingga kemudian dipadankan dengan gaya
baca masyarakat Indonesia
B. Saran
Kritik tanpa solusi tiada guna, sebab hanya akan menambah rumit sebuah
masalah. Solusi kongkrit juga dibutuhkan dalam menyempurnakan analisa
penulis terhadap bahan perbincangan.
1. Menyertakan tranliterasi kata-kata serapan bahasa Arab yang sesuai
dengan gaya bahasa dan baca masyarakat Indonesia
2. Terhadap kosakata serapan Arab yang nihil informasi terkait sumber
ambilan, agar tim penyusun KBBI bersikap konsisten sesuai
kodifikasi penyusunan KBBI yang berlaku. Bahwa, seluruh kata
serapan, baik dari daerah maupun luar Indonesia agar dilampiri
sumber daerah maupun Negara ambilannya.
31
DAFTAR PUSTAKA
Azra, Azumardi,“Jaringan Ulama Timur Tengah Abad XVII Dan XVIII”
Bandung: Mizan, 2007.
Ali, Atabik, Muhdhar, Ahmad Zuhdi, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia
Yogyakarta: Yayasan Alim Maksum Pondok Pesantren Krapyak, 1996
Al-Azraqi, Ahmad, Akbar Makkah Juz I,
Makkah: Dar as-Saqafah, 1403 H./1983 M.
Budi Rahayu Tamsyah, Galuring Basa Sunda,
Bandung: CV. Pustaka Setia, 2010
Hidayatullah, Moch, Syarif, Diktat Teori dan Prmasalahan Penerjemahan,
Jakarta:Tarjamah FAH, 2007
Harimurti Kridalaksana, Kamus Lingustik,
Jakarta: PT. Gramedia, 1983
KBBI edisi ketiga Departemen Pendidikan Nasional: Balai Pustaka
Kurshartanti, Pesona Bahasa, Jakarta:
PT. Gramedia, 2005
32
Kamus Resmi Arab Languange Academy: Mesir
Koran Harian Sindo, sampul, 03 November 2013
Kabbani, Muhammad Hisyam, Energi Zikir dan Salawat,
Serambi: Jakarta, 2007
Kamus Dewan: Percetakan Dewan Bahasa Pustaka Kementrian Pendidikan
Malaysia, cet. Ke-2
Mukri, Ahmad, Rasionalitas Ijtihad Ibn Rusyd,
Bogor: Pustaka Pena Ilahi, 2010, cet. Ke-1
Ma‟luf, Louwis, Al-Munjid fi Al-Lughah wa Al-A’lam
Darul Masyriq: Bairut, 1986
Nasution, Harun, Ijtihad dalam Sorotan,
Bandung: Mizan, 1996, cet. Ke-IV
Nuryaman, Abdurrahman, Kumpulan Doa dan Zikir sepanjang masa,
Darul Haq: Jakarta, 2013
33
Ngabenan, Muhammad, Kamus Etimologi Bahasa Indonesia,
Semarang: Dahara Prize, 1986), cet. Ke-II
Putuhena, M. Shaleh, Historiografi Haji Indonesia,
Lkis: Yogyakarta, 2007, cet. Ke-1
QS. Al-Anfaal (2): 2-3
Samsuri, Analisa Bahasa, (Jakarta: Erlangga, 1994), cet. Ke-9
Sayuti, Ahmad, Fonetik dan Fonologi Alquran, Amzah
Jakarta, 2012 cet ke-1
Simorangkir, Kesusastraan Indonesia,
Jakarta: Pembangunan, 1959
Superno,Ep, Logat(Catatan Kata Serapan Bahasa Indonesia dari Bahasa Arab),
Semarang: Surya angkasa, 1994
Sudaryat, Yayat, Ulikan Semantik Sunda,Geger Sunten:
Bandung, 2003, cet. Ke-3
Sudarno, Kata Serapan dari Bahasa Arab, Arikha Media Cipta:
34
Jakarta, 1990
Shihab, M. Quraish, Wawasan al-Quran tentang Zikir dan Doa,
Lentera Hati: Jakarta, 2006
Syathori, Ahmad, Ijtihad dalam Masyarakat,
Jakarta: Bulan Bintang, 1987
Taufiqurrachman, Leksikologi Bahasa Arab,
UIN- Malang Press: Malang, 2008
35
LAMPIRAN
Identifikasi Perubahan Bunyi Kata Serapan Arab dalam KBBI
Proses identifikasi kata serapan Arab terhadap KBBI dilakukan secara
alfabetis, penulis memulai pencarian secara urut dari abjad a hingga z, adapun
jumlah kata serapan Arab di tiap alfabetnya penulis batasi, minimal dua,
maksimal sepuluh, andai banyak. Metode ini juga diterapkan dalam mencari
perbandingan makna terhadap kamus induk Arab. Berikut kata serapan Arab
dalam KBBI:
No
1.
Transliterasi
Aba.di.ah
Asal
Kata Serapan
‫أتديح‬
Abadi
2.
Aha.di.at
‫أحد يح‬
Ahad
3.
Ahl
‫أهو‬
Ahli
4.
Ah.lul.ki.tab
‫أهو اىنتاب‬
Ahli kitab
5.
„Amaliyyah
‫عاىم‬
Amaliah
6.
Bat.hin
‫تاطه‬
Batin
7.
Ba.ra.kat
‫ترمح‬
Berkah
8.
Ba.qa
‫تقاء‬
Baka
9.
Bur.kak
‫ترقى ع‬
Bergo
Tidak terdapat kata serapan Arab pada alfabet C
36
10.
Da.i.roh
‫دائرج‬
Daerah
11.
Da.la.lah
‫دال ىح‬
Dalil
12.
Dzikir
‫ذمر‬
Zikir
Tidak terdapat kata serapan Arab pada alfabet E
13.
Farj
‫فرج‬
Virgin
14.
Fardh
‫فرض‬
Perlu
15.
Fikr
‫فنر‬
Pikir
16.
Fitr
‫فتر‬
Fitri
17.
Fiqh
‫فقه‬
Fikih
18.
Habl
‫حثو‬
Kabel
19.
Hai.bah
‫هيثح‬
Hebat
20.
Ha.dats
‫حد ث‬
Hadas
21.
Ha.dhir
‫حاضر‬
Hadir
22.
Ha.kam
‫حنم‬
Hakim
23.
„il.miyyah
‫عيميح‬
Ilmiah
24.
Ib.ti.da.i.ah
‫ا تتدا ئيح‬
Ibtidaiyah
25.
Idzn
‫إذن‬
Izin
37
26.
Ism
‫اسم‬
Isim
27.
Ja.hal
‫خهو‬
Jahil
28.
Ja.rab
‫خرب‬
Kurap
29.
Jild
‫خيد‬
Jilid
30.
Ka.far
‫مفر‬
Kafir
31.
Khai.mah
‫ذيمح‬
Kemah
32.
Lu.ghah
‫ىغح‬
Logat
33.
Lo.ga.wi.ah
‫ىغىي‬
Lugowi
34.
Min.bar
‫مىثر‬
Mimbar
35.
Mum.kin
‫ممنه‬
Mungkin
36.
Maj.lis
‫مديس‬
Majelis
37.
Mus.halla
‫مصيى‬
Musala
38.
Mai.dan
‫ميدان‬
Medan
39.
Maq.bul
‫مقثىه‬
Makbul
40.
Na.ja.sah
‫ودا سح‬
Najis
41.
Na.shi.hah
‫وصيحح‬
Nasehat
42.
Nafs
‫وفس‬
Nafsu
38
Tidak terdapat kata serapan Arab pada alfabet P
43.
Qalb
‫قية‬
Kalbu
44.
Qa.mus
‫قامىس‬
Kamus
45.
Rusy.wah
‫رشىج‬
Rasywah
46.
Ri.dha
‫رضى‬
Rela
47.
Rukn
‫رمه‬
Rukun
48.
Syai.than
‫شيطان‬
Setan
49.
Sabt
‫سثت‬
Sabtu
50.
So.da.qoh
‫صدقح‬
Sedekah
51.
Ta‟rif
‫تعر يف‬
Taaruf
52.
Tsalj
‫ثيح‬
Salju
53.
Tho.bib
‫طثية‬
Tabib
54.
Tammat
‫تمت‬
Tamat
55.
Tashawwuf
‫تصىف‬
Tasawuf
56.
Tau.bah
‫تىتح‬
To.bat
57.
Ukhu.wah
‫أذىج‬
Ukhwah
39
58.
Umr
‫عمر‬
Umur
Tidak terdapat kata serapan Arab pada alfabet V
59.
Waqt
‫وقت‬
Waktu
60.
Wa.shi.lah
‫وصيح‬
Wasilah
61.
Wa.shi.yat
‫وصيح‬
Wasiat
Tidak terdapat kata serapan Arab pada alfabet X
62.
Za.lim
‫ظاىم‬
Zolim
63.
Zhahir
‫ظاهر‬
Lahir
64.
Za.man
‫زمان‬
Jaman
Total kata serapan Arab yang penulis catat secara acak berjumlah 65 kata, pada
alfabet a, b, d, f, g, h, i, j, k, l, m, n, o, q, r, s, t, u, w, y, z. Dan penemuan 0, pada
alfabet, c, e, p, v, x.
40
Download