BAB I

advertisement
Proses Fonologis Dan Kaidah-Kaidah Fonologis
Salliyanti
Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Sastra
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
Tulisan ini membicarakan proses fonologis dan kaidah-kaidah fonologis yang
terdapat pada bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, maupun yang terdapat pada bahasa
lain, sesuai dengan pembahasan.
Di dalam pembahasan yang pertama dibicarakan adalah proses fonologis, apa itu
proses fonologis, dan proses fonologis dibagi atas empat kategori yaitu asimilasi, struktur
silabel, pelemahan dan penguatan, dan netralisasi.
Selanjutnya dibicarakan satu persatu tentang proses fonologis tersebut dengan
contoh-contoh, setelah itu dibicarakan kaidah-kaidah fonologis. Dalam pembahasan
proses fonologis dibagi atas sub bagian-bagian yaitu :
1. Asimilasi sub bagian :
- Konsonan berasimilasi dengan ciri-ciri vokal
- Vokal berasimilasi dengan ciri-ciri konsonan
- Konsonan berasimilasi dengan ciri-ciri konsonan
- Vokal berasimilasi dengan ciri-ciri vokal
2. Struktur silabel terdiri atas :
- Pelesapan konsonan
- Pelepasan vokal
Penyisipan konsonan (epentesis)
- Penyisipan vokal (epentesis)
- Perpaduan konsonan
- Perpaduan vokal
- Perpaduan vokal dan konsonan
- Perubahan kelas utama
- Metatesis
3. Pelemahan dan penguatan terdiri atas :
- Sinkope dan apokope
- Kontraksi vokal
- Diftongisasi
4. Netralisasi terdiri atas :
- Netralisasi konsonan
- Netralisasi vokal
Setelah diuraikan satu per satu proses fonologis lalu dimasukkan ke dalam kaidahkaidah fonologis, dan juga di dalamnya ada ciri-ciri pembedaan semua proses fonologis
tersebut.
1
e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara
BAB II
PROSES FONOLOGIS
Ketika morfem-morfem bergabung untuk membentuk kata, segmen-segmen dari
morfem-morfem yang berdekatan, berjejeran dan kadang-kadang mengalami perubahan.
Semua perubahan ini disebut proses fonologis.
Contoh : Bentuk-bentuk yang berhubungan secara morfologis : electic, certical,
fanatism. Bunyi k pada posisi akhir untuk electic dan fanatic berubah
menjadi bunyi s sebelum morfem yang dimulai dengan i. Perubahan juga
terjadi dalam lingkungan yang bukan berupa pertemuan dua morfem
misalnya posisi awal kata dan akhir kata, atau hubungan antara segmen
dengan vokal bertekanan.
Proses fonologis ada empat kategori :
1.
ASIMILASI
Segmen-segmennya menjadi semakin serupa. Dalam proses asimilasi, sebuah
segmen mendapat ciri-ciri dari segmen yang berdekatan. Konsonan mungkin mengambil
ciri-ciri dari vokal, vokal mungkin mengambil ciri-ciri dari konsonan, konsonan yang
satu bisa mempengaruhi konsonan yang lain, atau vokal yang satu bisa mempengaruhi
vokal yang lain.
1.1. Konsonan Berasimilasi Dengan Ciri-ciri Vokal
Ciri-ciri sebuah vokal dapat diberikan kepada konsonan sebagai modifikasi
sekundar palatalisasi dan lalialisasi merupakan proses demikian yang sudah lazim.
Dalam palatalisasi, posisi lidah untuk vokal depan dilapiskan pada konsonan yang
berdampingan ; dalam labialisasi, posisi bibir untuk vokal bundar menyebabkan artikulasi
sekundar pada konsonan.
Dalam Bahasa Inggris alternasi dalam contoh electic, electicity dan analogis,
analogy mencerminkan palatalisasi historis yang diikuti oleh perubahan daerah artikulasi.
Selanjutnya asimilasi itu adalah peristiwa berubahnya sebuah bunyi menjadi
bunyi yang lain sebagai akibat dari bunyi yang ada di lingkungannya, sehingga bunyi itu
menjadi sama atau mempunyai ciri-ciri yang sama dengan bunyi yang mempengaruhinya
(Abdul Chaer, 1994:132).
Contoh : Bahasa Indonesia, kata Sabtu lazim diucapkan Saptu, terlihat bunyi |b|
berubah menjadi |p| sebagai akibat pengaruh bunyi |t|. Bunyi |b| adalah bunyi
palosif berusara sedangkan bunyi |t| adalah bunyi plorif tak bersuara. Oleh
karena itu, bunyi |b| yang bersuara itu karena pengaruh bunyi |t| yang tak
bersuara, berubah menjadi bunyi |p| yang juga tak bersuara.
Kaidah fonologisnya adalah : [+ suara] → [- suara]
Konsonan |b| di tengah kata |Sabtu| bersuara berubah menjadi konsonan |p| di tengah kata
|Saptu| tak bersuara.
Contoh yang lain kata lembab berubah menjadi lembap, ciri-ciri pembedanya |b|
bersuara, plosiff |p| tak bersuara plosif kedua bunyi ini adalah bunyi plosif, jadi kaidah
fonologis kata-kata tersebut adalah :
2
e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara
[+ suara] → [- suara] | - #. Kaidah ini menyatakan bahwa bunyi yang terdapat pada akhir
kata tidak bersuara.
Proses disimilasi adalah perubahan itu menyebabkan dua buah fonem yang sama
menjadi berbeda atau berlainan (Abdul Chaer, 1994 : 134).
Contoh : Bahasa Indonesia kata cipta dan cinta yang berasal dari bahasa Sansekerta
citta, bunyi |tt| pada kata citta berubah menjadi bunyi |pt| pada kata cipta
dan menjadi |nt| pada kata cinta.
1.2. Vokal Berasimilasi Dengan Ciri-ciri Konsonan
Vokal cukup lazim dinasalisasi secara fonetis apabila berdampingan dengan
konsonan nasal. Proses ini terdapat dalam bahasa Inggris :
see [s i y], seen [s i yn];
cat [kæt], can’t [k æ nt]
1.3. Konsonan Berasimilasi Dengan Ciri-ciri Konsonan
Salah satu gejala yang paling umum ialah bahwa gugus konsonan bersesuaian
dalam penyuaraan. Proses ini dapat dilihat dalam bahasa Inggris: akhiran untuk bentuk
jamak bentuk persona ketiga tunggal, dan kata lampau bersesuaian dalam penyuaraan
dengan konsonan sebelumnya.
Jadi, orang mendapati s dan t sesudah konsonan tak bersuara, z dan l sesudah
konsonan bersuara.
K^ps
cups
(‘cangkir’)
pæts
pats
(‘menepuk’)
bækt
backed
(‘mendukung’)
raced
(‘berlomba’)
r e yst
k^bz
cubs
(‘anak beruang’)
pædz
pads
(‘bantalan’)
bægd
bagged
(‘menjerat’)
raised
(‘menaikkan’)
r e yzd
Dalam bahasa Inggris, prefiks negatif in- menjadi homorgan dengan konsonan
hambat berikutnya :
Contoh : inadvisable, tetapi impossible, imbalance, intgolerance, indeeisive,
incoherent, yang terakhir dengan η untuk penutur tertentu.
1.4. Vokal Berasimilasi Dengan Ciri-ciri Vokal
Vokal sebuah silabel bisa menjadi lebih serupa dengan vokal silabel lain. Di sini
dibedakan antara harmoni vokal dan pemberian umlaut.
Harmoni vokal ialah keadaan vokal-vokal yang bersesuaian dalam ciri-ciri
tertentu. Ini terdapat dalam bahasa Turki, sedangkan dalam bahasa Indonesia tidak
dijumpai.
Kata umlaut berasal dari bahasa Jerman. Contoh umlaut terdapat dalam bahasa
Jerman. Di dalam bahasa Indonesia tidak dijumpai. Dalam bahasa Inggris bentuk jamak
3
e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara
tak beraturan seperti foot, feet dan mouse, mice, merupakan sisa dari proses
penggunaan umlaut yang luas jangkauannya dalam bahasa Inggris kuno.
2.
PROSES STRUKTUR SILABEL
Proses struktur silabel mempengaruhi distribusi relatif antara konsonan dan vokal
dalam kata. Konsonan dan vokal dapat dilesapkan atau disisipkan. Dua segmen dapat
berpadu menjadi satu segmen. Sebuah segmen dapat mengubah ciri-ciri kelas utama,
seperti bunyi vokal menjadi bunyi luncuran. Dua segmen bisa saling bertukar tempat.
Setiap proses ini dapat menyebabkan alternasi dalam struktur silabel yang asli.
Kita akan menganggap struktur silabel KV silabel yang berisi sebuah konsonan
dan sebuah vokal sebagai struktur dasar setiap proses yang mengambil struktur silabel
yang lebih kompleks dan mengontraksikannya menjadi pola KV akan berakibat struktur
silabel pilihan. Akibat dari proses demikian ialah memisahkan gugus konsonan atau
deretan vokal, misalnya gugus yang terdiri dari dua konsonan dapat disederhanakan
dengan salah satu dari tiga cara berikut : salah satu konsonannya dilesapkan, sebuah
vokal disisipkan di antara kedua konsonan itu, atau kedua konsonan itu berpadu menjadi
satu segmen.
2.1. Pelesapan Konsonan
Dalam dialek bahasa Inggris yang kurang melafalkan r, bunyi r pada akhir kata
dilesapkan sebelum konsonan atau pada posisi akhir frase, tetapi tidak sebelum vokal
contoh father come, I saw father, distribusi artikel tak takrif juga sesuai dengan struktur
silabel pilihan : an apple, a banana.
Dalam bahasa Indonesia, pelepasan (s) :
Contoh : Pe + sabung
Peny + sabung → penyabung
Pelepasan (K) contoh : me + kail, meng + kail → mengail
2.2. Pelepasan Vokal
Pelepasan vokal dijumpai dalam bahasa Perancis.
Contoh : l ami ‘teman itu’ (maskulin)
l ami ‘teman itu’ (feminim)
2.3. Penyisipan Konsonan (Epentesis)
Dalam proses epentesis sebuah fonem tertentu, biasanya yang homorgan dengan
lingkungannya, disisipkan ke dalam sebuah kata. Dalam bahasa Indonesia ada kata sampi
di samping sapi, ada kata kampak di samping kapak, dan ada kata jumblah di samping
jumlah.
Pada kata sampi dan sapi atau kampak dan kapak ada bunyi |m| yang
disisipkan di tengah kata, dan pada kata jumblah dari jumlah ada bunyi |b| yang
disisipkan di tengah kata.
2.4. Penyisipan Vokal
Dalam bahasa Indonesia ada kata Sumatera di samping Sumatra, ada kata tentera,
di samping tentra dan kata terampil di samping trampil. Pada kata Sumatera dan
4
e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara
Sumatra atau kata tentera di samping tentra, dan kata terampil di samping trampil, ada
bunyi |e| pepet yang disisipkan di tengah kata.
2.5. Perpaduan Konsonan
Dua konsonan yang bersebelahan digantikan dengan satu konsonan yang
mempunyai ciri yang sama dengan kedua konsonan asal. Jadi, perpaduan mencakup
semacam asimilasi. Contoh lain untuk perpaduan konsonan ialah :
- Konsonan plus bunyi hambat glosal berpadu menjadi konsonan yang diglotalisasi
- Konsonan plus y menjadi konsonan yang dipalanalisasi
- Konsonan plus w menjadi konsonan yang dilabialisasi
- Konsonan plosif plus konsonan frikatif menjadi konsonan afikat.
Dalam bahasa Inggris, t, d, s, dan z pada akhir morfem dan y yang mengikutinya
diganti dengan konsonan frikatif palato alveolar. Kasus ini terutama tampak jelas
sebelum
V
sufiks –ion,
contoh,
relate,
relation
V
[ral e y s ∂n] ;
evade,
evasion
V
[av e y z ∂n] regress, regression [ragre s ∂n] ; confuse, confusion [k∂nfy u wz∂n].
2.6. Perpaduan Vokal
Bunyi ai, au dalam bahasa Indonesia menjadi e, dan o. Vokal yang dihasilkan ini
mempunyai posisi depan, tidak bulat, dan vokal sedang. Oleh karena gugus vokal telah
berkontraksi menjadi satu vokal, bentuk silabel yang baru itu menjadi lebih sederhana.
Contoh : cabai
→ cabai
taubat
→ tobat
pantai
→ pante
2.7. Perpaduan Vokal dan Konsonan belum dijumpai dalam bahasa Indonesia
2.8. Perubahan Kelas Utama juga belum dijumpai dalam bahasa Indonesia
2.9. Metatesis
Metatesis adalah letak dua segmen dapat dipertukarkan, atau mengubah urutan
fonem yang terdapat dalam suatu kata. Lazimnya, bentuk asli dan bentuk metatesisnya
sama-sama terdapat dalam bahasa tersebut sebagai variasi. Dalam bahasa Indonesia kita
temukan bentuk sapu, ada bentuk apus dan usap, selain berantas ada banteras ; selain
jalur ada lajur.
3.
PELEMAHAN DAN PENGUATAN
Tidak semua perubahan dalam struktur silabel selalu berakibat struktur silabel
yang lebih sederhana. Struktur silabel akan menjadi lebih kompleks, misalnya, jika vokal
dalam konfigurasi KVKV yang asli dilesapkan, sehingga dua konsonan itu berjejer.
Pelepasan demikian sering disebabkan oleh segmen yang menduduki posisi lemah dalam
silabel itu. Dalam proses-proses berikut, faktor yang penting ialah pelemahan, dan setiap
perubahan dalam struktur silabel adalah insidental (tidak penting).
5
e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara
3.1. Sinkope dan Apokope
Sinkope adalah vokal yang dekat dengan vokal bertekanan dilesapkan (Sanford A.
Schane, 1992 : 59).
Dalam percakapan sehari-hari bahasa Inggris apabila silabel bertekanan diikuti
oleh dua silabel tak bertekanan, vokal sesudah silabel bertekanan sering dilesapkan,
terutama jika vokal itu diikuti oleh sebuah konsonan sonoran, contoh chocolate,
choe’late ; happening, happ’ning ; every, ev’ry ; nursery, nurs’ry.
Sinkope adalah penghilangan fonem di tengah kata (J.S. Badudu, 1979:64).
Contoh : dalam bahasa Indonesia
kata sahaya menjadi saya
kata kelemarin menjadi kemarin
Jadi kata sahaya menjadi saya, terjadi penghilangan fonem di tengah kata. Begitu juga
kata kelemarin menjadi kemarin terjadi penghilangan (pelemahan) fonem di tengah
kata.
Apokope adalah penghilangan fonem di akhir kata, (J.S. Badudu, 1979:64).
Contoh : kata tidak menjadi tida (dialek)
kata import menjadi impor
kata eksport menjadi ekspor
Jadi fonem |k| dan |t| dihilangkan di akhir kata.
Menurut Sanford A. Schane (1992 : 59) apokope adalah pemenggalan vokal tak
bertekanan pada posisi akhir.
Contoh : dalam bahasa Perancis
eglize → egliz ‘gereja’
V
ru z e →
V
ru z ‘merah’
3.2. Kontraksi Vokal
Kontraksi vokal meliputi pelemahan vokal tak bertekanan menjadi bunyi pepet
(Sanford A. Schane, 1992 : 60).
Bahasa Inggris memperlihatkan alternasi morfologis antara vokal penuh yang
bertekanan dan vokal yang dilemahkan (bunyi pepet) tak bertekanan.
‘mampu’
Contoh : e yb∂l
‘kemampuan’
eb i l∂t i y
V
s u wp∂r
‘super’
V
‘superior’
s∂p i yr i y∂r
3.3. Diftongisasi
Diftongisasi adalah proses perubahan satu
fonem
Contoh : dalam bahasa Indonesia
Bunyi e → ai
o → au
Dalam kata cabe → cabai
tobat → taubat
fonem di akhir kata menjadi dua
6
e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara
topan → taupan
4.
NETRALISASI
Netralisasi adalah proses yang pembedaan fonologisnya dihilangkan dalam
lingkungan tertentu. Jadi, segmen-segmen yang lebih kontras dalam satu lingkungan
mempunyai representasi yang sama dalam lingkungan netralisasi (Sanford A. Schane,
1992 : 61).
4.1. Netralisasi Konsonan
Contoh dalam bahasa Belanda yang terdapat pada akhir kata yaitu kata hard |hart|
‘keras’ dan hart |hart| ‘jantung’ pelafalannya sama, karena dalam bahasa ini konsonan
letupan bersuara |d| pada akhir kata tidak mungkin, jadi terpaksa berubah menjadi
konsonan homorgan tak bersuara yaitu |t|. Oposisi antara |d| dan |t| adalah perbedaan tak
bersuara dan bersuara. Pada akhir kata untuk konsonan letupan dan sebenarnya juga
untuk konsonan frikasif, oposisi itu dinetralisasikan menjadi tak bersuara. Jadi adanya |t|
pada akhir kata hard ‘keras’ adalah hasil ‘netralisasi’.
4.2. Netralisasi Vokal
Dalam bahasa Perancis, semua vokal nasal adalah vokal rendah. Vokal-vokal oral
yang berbeda bisa mempunyai pasangan vokal nasal yang sama. Jadi, untuk vokal nasal,
ada netralisasi ketinggian lidah.
Contoh : finεs
‘kebaikan’
fε
‘baik’ (maskulin)
s∂rεn∂
‘tenang’ (feminim)
‘tenang’ (maskulin)
s∂r ε
BAB III
KAIDAH-KAIDAH FONOLOGIS
Kaidah fonologis dalam kata lembab berubah menjadi lembap
[+ suara] → [- suara] / - #
Kata Sabtu berubah menjadi Saptu
[+ suara] → [- suara]
Konsonan|b| di tengah kata [Sabtu] bersuara berubah menjadi konsonan |p| di
tengah kata |Saptu| tak bersuara.
Kaidah fonologis pelepasan konsonan (apokope) di akhir kata atau penghilangan
fonem di akhir kata.
Contoh : kata tidak menjadi tida (dialek)
import menjadi impor
eksport menjadi ekspor
K→φ/-#
Kaidah fonologis dalam bahasa Indonesia pada kata dia [diya] adalah vokal
tinggi menjadi bunyi luncuran apabila diikuti oleh vokal.
7
e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara
⎡V
⎤
⎢+ tinggi ⎥ → [- silabis] / - v
⎣
⎦
Kaidah fonologis diftongisasi dalam bahasa Indonesia
Contoh : kata cabai [cabayi]
⎡V
⎤
⎢+ rendah ⎥ → [- silabis] / - v
⎣
⎦
Kaidah fonologis dalam penyisipan vokal dalam bahasa Indonesia.
Contoh : kata trampil → terampil
φ → ∂ / kk – k
Kaidah fonologis dalam bahasa Perancis
Contoh : kata eglize → egliz ‘gereja’
V
V
Kata ‘ru z e → ru z ’ ‘merah’
yaitu pemenggalan vokal di akhir kata
∂→φ/-#
Kaidah fonologis metatesis dalam bahasa Indonesia
Contoh : kata sapu → apus
→ usap
kvkv
→ vkvk → vkvk
1234
→ 2341 → 4123
Jadi berubah struktur silabel akibat pertukaran tempat. Selanjutnya kaidah
fonologis ini adalah :
⎡K
⎤
⎣
⎦
V → [+ nasal] / ⎢+ nasal ⎥
Arti kaidah di atas adalah bahwa vokal dinasalisasi apabila vokal itu bersebelahan
dengan konsonan nasal. Artinya, letak garis lingkungan (mendahului ataupun mengikuti
konsonan nasal).
BAB IV
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian-uraian tersebut maka penulis menyimpulkan proses fonologis
itu adalah perubahan segmen-segmen yang terjadi pada morfem-morfem yang berdekatan
atau berjejeran, dan bergabung untuk membentuk kata.
Proses fonologis dibagi atas empat kategori yaitu :
1. Asimilasi
2. Proses struktur silabel
3. Pelemahan dan penguatan
4. Netralisasi
Dalam menguraikan proses fonologis ini terjadi persamaan istilah yaitu
pelepasan, pemenggalan dan penghilangan. Begitu juga kata penyisipan hampir sama
dengan penambahan.
Asimilasi dibagi atas 4 bagian :
- Konsonan berasimilasi dengan ciri-ciri vokal
8
e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara
- Vokal berasimilasi dengan ciri-ciri konsonan
- Konsonan berasimilasi dengan ciri-ciri konsonan
- Vokal berasimilasi dengan ciri-ciri vokal
Struktur silabel dibagi atas 9 bagian :
- Pelepasan konsonan
- Pelepasan vokal
- Penyisipan konsonan (epentesis)
- Penyisipan vokal (epentesis)
- Perpaduan konsonan
- Perpaduan vokal
- Perpaduan vokal dan konsonan
- Perubahan kelas utama
- Metatesis
Pelemahan dan penguatan dibagi atas 3 bagian :
- Sinkope dan apokope
- Kontraksi vokal
- Diftongisasi
Netralisasi dibagi atas 2 bagian :
- Netralisasi konsonan
- Netralisasi vokal
Perpaduan vokal dan konsonan belum dijumpai dalam bahasa Indonesia begitu juga
perubahan kelas kata belum dijumpai dalam bahasa Indonesia. Mengenai kaidah-kaidah
fonologis masih sedikit yang diuraikan akibat masih kurangnya pengetahuan penulis
dalam bidang fonologi generatif. Untuk itu penulis memohon maaf kepada Bapak.
DAFTAR PUSTAKA
Badudu J.S., 1979. Pelik-pelik Bahasa Indonesia, Bandung : Pustaka Prima.
Chaer Abdul, 1994. Linguistik Umum, Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Krida Laksana H., 1993. Kamus Linguistik, Jakarta : PT. Gramedia
Schane A. Sanford, 1992. Fonologi Generatif, Jakarta : 12040 P.O. Box 4019 JKTM,
Summer Institute of Linguistics.
_________________, 1992. Latihan Fonologi Generatif, Jakarta : 12040 P.O. Box 4019
JKTM, Summer Institute of Linguistics.
Verhaar J.W.M. 1977. Pengantar Linguistik, Gajah Mada : University Press.
_____________, 1999. Asas-asas Linguistik Umum, Gajah Mada : University Press.
9
e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara
Download