Peta Komoditi Utama Sektor Primer, dan Pengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia BAB IV KAJIAN PASAR DAN PELUANG INVESTASI KOMODITI IKAN TANGKAP 4.1. Pasar Komoditi Ikan 4.1.1. Kebutuhan, Pemenuhan, dan Peluang Pasar Global FAO memperkirakan total permintaan dunia akan ikan dan produk perikanan akan meningkat hampir 50 juta ton, dari 133 juta ton tahun 1999/2001 ke 183 juta ton tahun 2015. Permintaan makanan laut per kapita per tahun diperkirakan meningkat dari rata-rata 16,1 kilogram pada tahun 1999-2001 menjadi 18,4 kilogram pada tahun 2010 dan 19,1 kilogram pada tahun 2015. Tercatat 70% dari nilai tersebut dikonsumsi untuk pangan. Namun, FAO justru melihat, kebutuhan ikan segar dunia mengalami kenaikan besar hingga 45% setiap tahun. Sayangnya, dari jumlah tersebut di atas, market share Indonesia baru 3,57%. Perkiraan Pertum buhan Konsum si Ikan Perkapita Dunia 18,4 Gambar 4.1. Grafik Perkiraan Pertumbuhan Konsumsi Ikan Perkapita Dunia (Sumber : Kompas, 28 Mei 2005) 18,1 17,56 17,1 16,56 Adapun ekspor hasil perikanan nasional dari tahun 2002 mencapai 16,1 565.739 ton dengan nilai sebesar 1,57 Th. 2000 Th. 2002 Th. 2004 Th. 2006 Th. 2008 Th. 2010 Kebutuhan Perkapita miliar dolar AS. Sedangkan pada tahun 2003 jumlah ekspor mencapai 859.687 ton dengan nilai sebesar 1,63 miliar dolar AS. Dan pada tahun 2004 sampai dengan bulan November, ekspor ikan nasional mencapai 820.433 ton dengan nilai sebesar 1,61 miliar dolar AS. Dengan potensi lestari 6,4 juta ton per tahun dan pemanfaatan sektor perikanan tangkap yang masih 64%, maka ekspor hasil perikanan masih berpeluang besar untuk ditingkatkan. Hal ini terutama bila untuk pasokan kebutuhan ikan dalam negeri dapat ditunjang oleh hasil perikanan budidaya. Komoditi Ikan Tangkap IV-1 Peta Komoditi Utama Sektor Primer, dan Pengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia Ekspor Ikan Indonesia 2002 - 2004 1800 1630 1570 Gambar 4.2. Grafik ekspor hasil perikanan tahun 2002 – Nov 2004 (Sumber : Departemen Kelautan dan Perikanan) 1610 1600 1400 1200 860 1000 800 Untuk ikan hasil tangkapan di perairan dalam, 10 820 566 produsen terbesar menyumbang sekitar 66 persen 600 400 produksi global dari tangkapan perairan dalam. 200 China masih produsen terbesar pada tahun 2002 0 2002 Volume (ribu ton) 2003 2004 dengan produksi 2.248 juta ton (25,7 persen dari Nilai (juta US$) produksi global dari perairan dalam). Urutan berikutnya India, Banglades, Kamboja, Indonesia, Myanmar, Mesir, Tanzania, Uganda, dan Brasil. Produksi negara-negara lain sisanya sebanyak 3.001 juta ton (34,3 persen). Produksi Indonesia mencapai 316 juta ton (3,6 persen dari total dunia). Negara Pengekspor Ikan Gambar 4.3. Market Share Perikanan Dunia (Sumber : Kompas, 28 Mei 2005) 25,7 % 36,4 % 3,6 % 34,3 % China Dari proyeksi permintaan dan penawaran yang dibuat FAO, kecenderungannya permintaan masih melampaui potensi Indonesia suplai, dengan total defisit per tahun untuk Negara lain di Luar 10 Besar semua jenis ikan sekitar 9,4 juta ton pada Negara 8 Besar Pengekspor Ikan 2010 dan 10,9 juta ton pada 2015. Akibatnya, harga cenderung naik, dengan kenaikan harga riil untuk semua jenis ikan diperkirakan sekitar 3 dan 3,2 persen pada tahun 2010 dan 2015. Saat ini, dilihat dari kebutuhan dan produksi ikan dunia, masih terjadi defisit sebesar kurang lebih 5 juta ton. Komoditi Ikan Tangkap IV-2 Peta Komoditi Utama Sektor Primer, dan Pengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia Dalam menghadapi pasar global, berbagai faktor eksternal menjadi permasalahan dalam perdagangan komoditi ini yang di antaranya adalah: 1. Kepentingan politik luar negeri yang mendorong terjadinya distorsi ekonomi global 2. Terjadinya perang dagang dengan dalih kesehatan dan lingkungan 3. Sindikasi perdagangan 4.1.2. Kebutuhan, Pemenuhan, dan Peluang Pasar Nasional Kebutuhan ikan Nasional pada tahun 2006 diperkirakan mencapai minimal 9,5 juta ton. Peningkatan volume tersebut disebabkan konsumsi ikan masyarakat Indonesia terus meningkat, dari 24 kg menjadi 32 kg per kapita per tahun. Selain itu, target nilai ekspor kelautan dan perikanan pun meningkat dari 2 miliar dolar AS (2003) menjadi 5 miliar dolas AS di tahun 2006. Kebutuhan ini meningkat sangat pesat dibandingkan dengan tingkat konsumsi ikan pada tahuhn 2001 yang mencapai 4,6 juta ton atau ekuivalen dengan 22,4 kg / kapita / tahun. Tingkat Konsumsi Ikan Nasional Tahun 2001 - 2006 Juta ton 10 Gambar 4.4. Tingkat Konsumsi Ikan Nasional 2001 - 2006 (Sumber : Kompas, 14 Mei 2004) 8 6 4 Tingkat Konsumsi Th. 2006 Th.2005 Th. 2004 sekali apabila dilihat dari potensi lestari Th. 2003 0 Th. 2002 Kebutuhan tersebut terlihat sangat besar Th. 2001 2 penangkapan ikan di perairan Indonesia yang diperkirakan 6,4 juta ton per tahun, di mana yang boleh dieksploitasi hanya sekitar 5,5 juta ton per tahun. Sedangkan tingkat pemanfaatan saat ini masih sekitar 64 persen. Dengan tingkat pemanfaatan tersebut, sektor perikanan tangkap ini memiliki potensi yang besar untuk lebih dioptimalkan dalam rangka memenuhi konsumsi ikan dalam negeri dan memenuhi target ekspor hasil perikanan tangkap. Sementara itu, produksi ikan tangkap nasional pada tahun 2000 adalah sebesar 4,11 juta ton dan mengalami kenaikan rata-rata 5,11 % di pada tahun 2003 produksi ikan tangkap nasional adalah sebesar 4,73 juta ton. Dan grafik dari produksi ikan tangkap nasional dapat dilihat pada gambar 4.5 berikut ini : Komoditi Ikan Tangkap IV-3 Peta Komoditi Utama Sektor Primer, dan Pengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia Produksi Perikanan Tangkap Nasional 2000-2004 5 4 3 2 1 0 Th. Th. 2000 2001 Th. 2002 Produksi (jt ton) Th. 2003 Th. 2004 Gambar 4.5. Grafik Produksi Perikanan Tangkap Nasional 2000 – 2004 (Sumber : Pikiran Rakyat, 15 April 2004) Namun sebagaimana halnya dengan pembangunan sektor pertanian, pembangunan sektor perikanan masih bersifat dispersal. Pembangunan yang Produksi (jt ton) bersifat dispersal dicirikan oleh tidak adanya hubungan fungsional di antara tingkatan dan jaringan perikanan hanya diikat dan dikoordinasi oleh mekanisme pasar. Pelaku usaha cenderung mementingkan diri sendiri dan eksploitatif. Pelaku sektor hilir cenderung dominant dan mengeksploitasi pelaku usaha sektor hulu. 4.1.3. Struktur Pasar Komoditi Ikan Global dan Nasional Sekitar 70 persen kebutuhan ikan untuk konsumsi manusia dewasa ini dipasok oleh negara-negara berkembang. Sektor perikanan memainkan peran penting di 44 negara (15 negara pulau kecil, 12 negara di Afrika, 12 negara di Asia, 3 negara yang perekonomiannya dalam transisi, dan 2 negara di Amerika Latin). Di 44 negara tersebut sumbangan produk perikanan terhadap total ekspor sektor perikanan dan total konsumsi protein hewani harian penduduknya di atas 10 persen. Total volume produksi ikan secara global, baik dari hasil tangkapan di laut dan perairan dalam maupun dari hasil budidaya, mencapai sekitar 133 juta ton pada tahun 2002. Sebagian besar dari jumlah ini adalah hasil penangkapan, kendati untuk budidaya porsinya semakin meningkat. Setelah naik dari sekitar 79 juta ton (1998) menjadi 87 juta ton (2000), produksi ikan hasil tangkapan di laut menurun menjadi masing-masing sekitar 84 juta ton pada tahun 2001 dan 2002. Penurunan 2,5 persen itu akibat penurunan produksi di Pasifik tenggara (12 persen) dan Pasifik barat laut (7 persen), kendati dua wilayah ini masih merupakan wilayah tangkapan paling produktif di dunia dengan kontribusi terhadap total produksi dunia masing-masing 21,4 persen dan 13,8 Komoditi Ikan Tangkap IV-4 Peta Komoditi Utama Sektor Primer, dan Pengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia persen tahun 2002. Untuk hasil tangkapan di perairan dalam (danau, sungai, dan sebagainya), angkanya berfluktuasi sekitar 8,7 juta ton selama kurun waktu tahun 2000-2002 dengan 90 persen disumbangkan Asia dan Afrika. Sekitar 76 persen (100,7 juta ton) dari total angka perkiraan produksi ikan dunia tahun 2002 dipakai untuk memenuhi konsumsi langsung manusia. Sebanyak 24 persen sisanya (32 juta ton) untuk produk nonmakanan, terutama untuk pembuatan makanan ikan dan minyak ikan. Untuk ekspor, Thailand tercatat sebagai eksportir terbesar, kecuali tahun 2002 saat posisinya tergeser oleh China. Ekspor ikan dan produk ikan Thailand pada tahun 2002 tercatat mencapai 3,7 miliar dollar AS, turun 9 persen dari kondisi tahun 2001 dan 16 persen dari nilai ekspor tahun 2000. Sementara ekspor China mencapai 4,5 miliar dollar AS. Untuk impor, total nilai impor produk perikanan dunia mencatat angka rekor baru, 61 miliar dollar AS, tahun 2002. Sekitar 82 persen impor ini dilakukan oleh negara-negara maju, dengan Jepang sebagai importir terbesar (13,6 miliar dollar AS atau 22 persen dari total impor dunia). Urutan berikutnya adalah AS (10 miliar dollar AS), Spanyol (3,9 miliar dollar AS), Perancis (3,2 miliar dollar AS), Italia (2,9 miliar dollar AS), Jerman (2,4 miliar dollar AS), dan Inggris (2,3 miliar dollar AS). Negara Pengim por Ikan Tahun 2002 22,30 % 22,7 % 3,77 % 3,93 % 4,75 % 5,25 % 6,39 % Gambar 4.6. Negara Pengimpor Ikan Tahun 2002 (Sumber : Kompas, 28 Mei 2005) 16,39 % Jepang AS Spanyol Perancis Italia Jerman Inggris Negara Lain Komoditi Ikan Tangkap IV-5 Peta Komoditi Utama Sektor Primer, dan Pengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia 4.1.4. Perusahaan-perusahaan Pengembang Komoditi (dengan Fasilitas Maupun Non-Fasilitas) Pada sub sektor penangkapan ikan, ada banyak perusahaan yang pengembang komoditi yang tersebar di seluruh provinsi di Indonesia. Perusahaan-perusahaan ini terdiri dari perusahaan yang bergerak di penangkapan ikan maupun yang bergerak di pengolahannya. Berdasarkan Buku Direktori Industri Pengolahan, BPS, 2004, industri pengolahan ikan setidaknya terbagi atas industri : - pengalengan ikan dan biota perairan lainnya - pengasapan ikan dan biota perairan lainnya - pembekuan ikan dan biota perairan lainnya - pemindangan ikan dan biota perairan lainnya - penggaraman / pengeringan ikan dan biota perairan lainnya - pengolahan dan pengawetan lainnya Dari provinsi yang memiliki perusahaan industri pengolahan ikan, jumlah terbanyak terdapat di Provinsi Jawa Timur dengan jumlah 188 perusahaan. Berikutnya adalah Provinsi Jateng dengan 101 perusahaan dan DKI dengan 43 perusahaan. Untuk lebih detilnya, jumlah perusahaan pengolahan di tiap provinsi dapat dilihat di tabel 4.1. di bawah ini : Komoditi Ikan Tangkap IV-6 Peta Komoditi Utama Sektor Primer, dan Pengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia Tabel 4.1. Jumlah Perusahaan Pengembang Komoditi Ikan di Tiap Provinsi Indonesia No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 Provinsi Bangka Belitung Bali Banten DI Yogyakarta DKI Jakarta Gorontalo Irian Jaya Barat Irian Jaya Selatan Irian Jaya Timur Jawa Barat Jawa Tengah Jawa Timur Kalimantan Barat Kalimantan Selatan Kalimantan Tengah Kalimantan Timur Lampung Maluku Nusa Tenggara Timur Riau Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Sulawesi Utara Sumatera Selatan Sumatera Utara Kepulauan Riau TOTAL Jumlah 8 8 1 1 43 8 9 2 1 17 101 187 4 6 1 14 3 7 4 9 22 22 13 2 31 1 524 Adapun dari perusahaan-perusahaan yang bergerak di industri pengolahan ikan ataupun penangkapannya, 3 perusahaan terbesar berdasarkan tenaga kerja yang dilibatkan (menurut Buku Direktori Industri Pengolahan, BPS, 2004) terdapat di Provinsi Lampung yang bergerak di industri udang beku dan bekicot olahan. Daftar 10 besar perusahaan pengembang komoditi ikan dapat dilihat di tabel 4.2, sedangkan daftar lengkap perusahaan skala menengah hingga besar di Indonesia berdasarkan jumlah tenaga kerja yang terlibat dapat dilihat di lampiran. Komoditi Ikan Tangkap IV-7 Peta Komoditi Utama Sektor Primer, dan Pengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia Tabel 4.2. Sepuluh Perusahaan Terbesar dalam Industri Pengembangan Komoditi Ikan No Jenis Industri Nama Perusahaan Alamat 1 Udang Beku Dipasena Citra Darmaja, PT 2 Udang Beku Central Pertiwi Bahari, PT 3 Bekicot Olahan Keong Nusantara Abadi, PT 4 Pengeringan Ikan Tuna Aneka Tuna Indonesia, PT 5 Cold Storage Central Windu Sejati, PT 6 Ikan Kaleng Sinar Pure Foods International, PT 7 Udang/Ikan Beku Bumi Menara Internusa, PT 8 Ikan Beku Dharma Samudra Fishing Industries, PT Affi, PT Desa Bumi Dipasena Rawajitu Selatan Tulang Bawang 34596 Lampung Telp. 0721480334 Tulang Bawang Lampung Desa Bumi Sari Rk.II Natar, Lampung Selatan 35362 Lampung. Telp 072486664 Jl. Raya Sby Malang Km 38 Gempol, Pasuruan 67155 Jatim Telp. 851361 Jl. Yos Sudarso Kawasan Kim Medan Deli, Medan 20242 Sumut Telp. 0616851229 Jl. Raya Mandidir Bitung Tengah, Bitung 95517 Sulut Telp. 21475 Jl. Margomulyo 4E Semampir Surabaya 60187 Jawa Timur Telp. 7491000 Jl. Yos Sudarso No.39 Kendari 93126 Sultra Desa Kanci Kulon Astanajapura, Cirebon 45181 Jabar Telp. 0231-510058 Jl. Teluk Nibung Km 2 T- Balai Sumut Telp. 0263-92954 9 Udang Beku 10 Udang Segar Timur Jaya Coldstorage, PT Provinsi Lampung Jumlah Tenaga Kerja 10211 Lampung 2648 Lampung 2230 Jatim 1948 Sumut 1854 Sulut 1839 Jatim 1557 Sultra 1109 Jabar 1107 Sumut 1059 Komoditi Ikan Tangkap IV-8 Peta Komoditi Utama Sektor Primer, dan Pengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia 4.1.5. Perusahaan Pengekspor Komoditi Ikan Setidaknya terdapat lebih dari 300 (tiga ratus) perusahaan yang bergerak pada ekspor komoditi ikan di Indonesia. Perusahaan-perusahaan ini tersebar di berbagai provinsi di Indonesia, di mana yang terbanyak adalah Provinsi Jawa Timur dengan 77 buah perusahaan pengekspor, disusul dengan Bali dengan 41 buah perusahaan pengekspor, lalu Sulawesi Selatan dengan 36 buah perusahaan pengekspor. Adapun lebih detailnya tentang jumlah perusahaan pengekspor komoditi pada tiaptiap provinsi di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut ini. Tabel 4.3. Jumlah Perusahaan Pengekspor Ikan di Tiap Provinsi Indonesia No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 Provinsi Jumlah Bali Bangka Belitung Bengkulu DI Yogyakarta DKI Jakarta Gorontalo Irian Jaya Barat Jambi Jawa Barat Jawa Tengah Jawa Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Timur Kepulauan Riau Nusa Tenggara Timur Papua Riau Sulawesi Selatan Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Sulawesi Utara Sumatera Selatan Sumatera Utara Jumlah 41 9 8 1 33 1 11 3 7 17 77 9 3 9 14 33 7 19 36 7 16 23 9 4 397 (Sumber : Data Bank Indonesia) Dari keseluruhan perusahaan pengekspor di atas, perusahaan dengan jenis komoditi ekspor yang terbanyak terdapat di Provinsi Bangka Belitung di mana satu perusahaan mengekspor setidaknya 19 jenis komoditi hasil dari tangkap ikan segar maupun pengolahannya. Lebih detailnya terkait dengan urutan 10 besar dilihat dari sisi jumlah jenis komoditi hasil pengolahan sektor perikanan Komoditi Ikan Tangkap IV-9 Peta Komoditi Utama Sektor Primer, dan Pengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut. Sedangkan daftar lengkap perusahaan pengekspor dapat dilihat di lampiran. Tabel 4.4. Sepuluh Perusahaan Pengekspor Jenis Komoditi Olahan Ikan Terbanyak No Provinsi 1 Bangka Belitung 2 Bangka Belitung 3 Bangka Belitung 4 Bangka Belitung 5 Bangka Belitung 6 DKI Nama Perusahaan BANGKA TROPINDO ADIMITRA PT FIRDAYASA INDAH PT PANGKALPURA MANDIRI PT SURYA HASIL LAUT PD SURYA SEPAKAT PULAU BANGKA IKA MUDA SEAFOODS INT'L PT 7 Bali BALI NUSA WINDUMAS, PT 8 Bali INTI MAS SURYA PT 9 Bali KHRISNA BASAMA, PT 10 Gorontalo MIYUMI LOBSTER PRODUCT INDONESIA PT Alamat Perusahaan Kab/Kota JL. PASIR KETAPANG JL. PILANG DESA DUKONG TJ. PANDAN JL. TREM Kota Pangkal Pinang Belitung JL PASIR KATAPANG JL. PASIR KETAPANG GEDUNG ANEKA TAMBANG LT. 3 JL T.B. SIMATUPANG, TANJUNG BARAT JAKARTA 12530 JL. COKROAMINOTO NO 65 DENPASAR BALI JL. FROEN TUNA BARAT, PELABUHAN, BENOA DENPASAR JL. BLAMBANGAN NO 10 X KUTA BADUNG BALI JL. BANTENG KELURAHAN TENDA KODYA GORONTALO Kota Pangkal Pinang Kota Pangkal Pinang Kota Pangkal Pinang Kodya Denpasar Kodya Denpasar Kodya Denpasar Kota Gorontalo (Sumber : Bank Indonesia) Komoditi Ikan Tangkap IV-10 Peta Komoditi Utama Sektor Primer, dan Pengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia 4.1.6. Harga Komoditi Ikan Perkembangan komoditi perikanan secara global mengalami pasang surut baik dalam volume ekspor maupun harga. Harga ikan tuna di pasaran domestik rata-rata mencapai Rp. 21.000,- dan sekitar Rp. 35.000,- di pasar global. Sedangkan jenis ikan lain seperti ikan kerapu, di pasaran domestik yang harganya berkisar antara Rp. 14.000,- sampai Rp. 17.000,- di pasar global harganya mencapai Rp. 17.500,-. Hal ini menggambarkan bahwa komoditi ikan merupakan investasi yang menguntungkan apabila dikelola secara optimal. Perbandingan antara harga domestik dengan harga global beberapa jenis komoditi ikan dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut. Tabel 4.5. Harga Hasil Komoditi Perikanan Tahun 2002 Harga Global Kisaran Harga Domestik Harga Domestik rata-rata/kg (Rp) Udang Windu 89,000 - 95,000 92,000 - - Udang Putih 20,000 - 45,000 32,500 4.9 49000 Lobster - 160,000 - - Udang Galah - 60,000 - - Tuna - 21,000 3.49 34900 Kakap - 14,000 - - Kerapu 14,000 - 17,000 15,500 1.74 17400 Ikan US ($) Kembung 9,000 - 10,000 9,500 -) Data tidak teridentifikasi (Sumber : Hasil Olah Data Departemen Kelautan dan Perikanan, 2002) Rp ($1 = 10,000) - 4.2. Kelayakan Keuangan Pengembangan Komoditi Ikan Tangkap Investasi merupakan segala sesuatu yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan menciptakan/ menambah nilai kegunaan hidup. Manfaat kegunaan investasi yaitu penyerapan tenaga kerja, peningkatan out put yang dihasilkan, penghematan devisa ataupun penambahan devisa dan lain sebagainya. Sedangkan tujuan investasi adalah menghasilkan barang/jasa dengan keuntungan tertinggi dari setiap modal yang ditanamkan dengan tingkat resiko yang paling rendah. Oleh karena itu ada beberapa pertimbangan rasional yang mendasari investasi yaitu nilai waktu dari uang dan kriteria investasi. Ada beberapa kriteria investasi yaitu payback period, benefit-cost ratio (B/C), net present value (NPV), internal rate of return (IRR), dan Profitability Ratio (PR). Untuk lebih mengetahui bagaimana gambaran tentang kelayakan keuangan komoditi ikan dan pengolahannya, maka berikut Komoditi Ikan Tangkap IV-11 Peta Komoditi Utama Sektor Primer, dan Pengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia akan diberikan sampel perhitungan kelayakan keuangan dari komoditas sektor penangkapan ikan yang datanya diambil dari salah satu provinsi sebagai data sampel. Data sample yang akan digunakan untuk perhitungan kelayakan keuangan usaha penangkapan ikan adalah data dari provinsi Kalimantan Timur yang bersumber pada Buku Profil Proyek Bidang Usaha Penangkapan Ikan Provinsi Kalimantan Timur (Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), 2004). Usaha penangkapan ikan tersebut menggunakan asumsi bahwa : - skala usaha adalah usaha dengan skala menengah - luas lahan untuk usaha adalah 500 m2 yang akan digunakan untuk tempat usaha dan harga tanah per meter persegi adalah Rp. 50.000,- - harga jual komoditi Rp. 13.000,- per kg dan pertumbuhan nilai produksi per tahun adalah 2 % Adapun untuk rencana investasi awal adalah sebesar Rp. 165.000.000,- yang akan digunakan untuk pembebasan tanah, perijinan, pembangunan kantor, dan peralatan kantor. Pembelian kapal dan sarana angkutan darat dilakukan pada tahun pertama, sehingga total investasi sebelum hasil diperkirakan mencapai Rp. 2.135.000.000,- . Untuk rincian rencana investasi dalam jangka waktu 10 tahun dapat dilihat pada tabel 4.6, sedangkan proyeksi rugi laba penangkapan ikan yang dibakai sebagai gambaran investasi sepanjang kegiatan proyek berlangsung dapat dilihat di tabel 4.7 berikut : Komoditi Ikan Tangkap IV-12 Peta Komoditi Utama Sektor Primer, dan Pengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia 5-1 Rencana Investasi Usaha Penangkapan Ikan/Investment for large fishing business Tabel 4.6.Tabel/table Rencana Investasi Usaha Penangkapan Ikan diplanProvinsi Kalimantan Timur Di Propinsi Kalimantan Timur/in East Kalimantan Province No. Tahun/year 0 Investasi/Investment 1 Pembebasan dan Pematangan Lahan/ Land Openings and Development 2 Perijinan/Licences 3 Kapal Ukuran 30 GT/Ship of 30 GT size 4 Alat Penangkapan (Purse Seine)/ Fishing Equipment (Purse Seine) 5 Alat Bantu (rumpon, cahaya, fish finder)/ Supporting tools (“rumpon”, fish finder) 6 Mobil Pick Up/Pickup Car 7 Pembangunan Kantor dan Gudang/ Office and Warehouse 8 Perlengkapan Kantor & Rumah Tangga/ Office and household equipments jml/sat 500 m2 lengkap Tahun/year I Nilai/value (Rp.) jml/sat 25.000.000,00 15.000.000,00 - 1 unit - 1 unit - 1 set 50 m2 1 set Total - 1 unit 100.000.000,00 Nilai/value (Rp.) Tahun/year II Tahun/year III 2.000.000.000,00 60.000.000,00 - 10.000.000,00 - 1 unit 1 set 65.000.000,00 1 unit - 50 m2 25.000.000,00 65.000.000,00 100.000.000,00 100.000.000,00 - 1 set 165.000.000,00 Tahun/year IV jml/sat Nilai/value (Rp.) jml/sat Nilai/value (Rp.) jml/sat - 2.070.000.000,00 2.135.000.000,00 165.000.000,00 100.000.000,00 Tahun/year V Tahun/year VI Tahun/year VII Nilai/value (Rp.) jml/sat Nilai/value (Rp.) jml/sat Nilai/value (Rp.) - servis 60.000.000,00 20.000.000,00 - 11.000.000,00 jml/sat 1 set 1 unit 65.000.000,00 Tahun/year IX jml/sat Nilai/value (Rp.) servis 1 set 65.000.000,00 1 set 10.000.000,00 25.000.000,00 - - servis - servis 3.250.000,00 1 unit 10.000.000,00 25.000.000,00 - - - - 36.000.000,00 60.000.000,00 20.000.000,00 25.250.000,00 70.000.000,00 - servis servis - - Tahun/year X jml/sat Nilai/value (Rp.) 15.000.000,00 - 12.000.000,00 Sumber/Source: Hasil Analisis/Analysis Keterangan/notes: Asumsi harga pada saat tahun 2004/the current price assumption Tahun/year VIII jml/sat Nilai/value (Rp.) Nilai/value (Rp.) - 3.500.000,00 10.000.000,00 13.500.000,00 Komoditi Ikan Tangkap IV-13 70.000.000,00 - Peta Komoditi Utama Sektor Primer, dan Pengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia Tabel 4.7. Proyeksi Rugi-laba Penangkapan Ikan Besar Di Provinsi Kalimantan Timur Uraian TAHUN 60 Tahun I Ikan Besar - 936.000.000,00 A. PENERIMAAN - 936.000.000,00 Tahun IV Tahun V Tahun VI Tahun VII Tahun VIII Tahun IX Tahun X 954.720.000,00 973.814.400,00 993.290.688,00 1.013.156.501,76 1.033.419.631,80 1.054.088.024,43 1.075.169.784,92 1.096.673.180,62 1.118.606.644,23 954.720.000,00 973.814.400,00 993.290.688,00 1.013.156.501,76 1.033.419.631,80 1.054.088.024,43 1.075.169.784,92 1.096.673.180,62 1.118.606.644,23 165.000.000,00 2.070.000.000,00 165.000.000,00 36.000.000,00 60.000.000,00 20.000.000,00 25.250.000,00 70.000.000,00 65.000.000,00 25.000.000,00 13.500.000,00 a. Bahan Bakar (BBM & Oil) 50.000.000,00 51.250.000,00 52.531.250,00 53.844.531,00 55.190.644,00 56.294.456,88 57.420.346,02 58.568.752,94 59.740.128,00 60.934.930,56 b. Operasi Proyek dan Kantor 15.000.000,00 15.375.000,00 15.759.375,00 16.153.359,00 16.557.193,00 16.888.336,86 17.226.103,60 17.570.625,67 17.922.038,18 18.280.478,95 c. Biaya Perjalanan & Akomodasi 10.000.000,00 10.250.000,00 10.506.250,00 10.768.906,25 11.038.128,91 11.314.082,13 11.596.934,18 11.886.857,54 12.184.028,98 12.488.629,70 d. Gaji Karyawan 210.000.000,00 214.200.000,00 218.484.000,00 240.000.000,00 244.800.000,00 249.696.000,00 254.689.920,00 270.000.000,00 275.400.000,00 280.908.000,00 I. Pengeluaran Investasi Tahun II Tahun III II. Pengeluaran Biaya Operasional e. Biaya Tak Terduga / Lain-lain 31.060.000,00 31.722.200,00 29.728.087,50 30.938.189,00 33.419.287,59 34.093.330,38 35.802.623,61 36.524.619,52 37.261.203,92 Total Biaya Operasi 316.060.000,00 322.797.200,00 327.008.962,50 351.704.985,25 327.585.965,91 367.612.163,46 375.026.634,18 393.828.859,76 401.770.814,68 409.873.243,13 B. TOTAL PENGELUARAN (I + II) 165.000.000,00 2.386.060.000,00 487.797.200,00 363.008.962,50 411.704.985,25 347.585.965,91 392.862.163,46 445.026.634,18 458.828.859,76 426.770.814,68 423.373.243,13 C. LABA SEBELUM PAJAK -165.000.000,00 -1.450.060.000,00 466.922.800,00 610.805.437,50 581.585.702,75 665.570.535,85 640.557.468,34 609.061.390,25 616.340.925,16 669.902.365,94 695.233.401,10 91.621.205,63 87.237.902,21 99.837.305,11 96.085.379,48 91.361.002,95 92.452.969,08 100.487.221,80 105.286.914,41 396.884.380,00 519.184.231,87 494.347.800,54 565.733.230,74 544.472.088,86 517.700.387,30 523.887.956,08 569.415.144,14 589.946.486,69 PAJAK D. LABA SETELAH PAJAK (LABA BERSIH) 217.509.000,00 -1.667.569.000,00 70.038.420,00 Komoditi Ikan Tangkap IV-14 Peta Komoditi Utama Sektor Primer, dan Pengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia Sehingga dari tabel estimasi di atas, maka dapat disimpulkan untuk mencapai Payback Period akan dibutuhkan waktu selama 4 tahun 10 bulan dan nilai ROI sebesar 171 %. Untuk selengkapnya, hasil kelayakan menurut asumsi-asumsi di atas dapat dilihat pada tabel 4.8 di bawah ini : Tabel 4.8. Kelayakan Investasi Penangkapan Ikan di Kalimantan Timur Kriteria Investasi Nilai Return on Investment (ROI) 171 % Internal Rate of Return (IRR) 32 % Net Present Value (NPV) 1.685.892.268,87 (DF = 10 %) Payback Period 4 tahun 10 bulan Break Event Point 4.180.374.124,69 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) 2,14 Profitability Ratio (PR) 1,71 Perlu ditekankan bahwa perhitungan di atas adalah bersifat relatif yang bergantung pada kondisi wilayah yang akan dikembangkan. Di wilayah lain, nilai investasi untuk kriteria yang sama bisa berbeda. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor di antaranya adalah harga tanah yang berbeda, kondisi sarana dan prasarana yang berbeda, dan prosedur perijinan yang mungkin berbeda di tiap provinsi. 4.3. Aspek Sosial dan Lingkungan Pengembangan Komoditi Ikan Tangkap Dampak sosial dan lingkungan berkaitan dengan rencana investasi di bidang usaha penangkapan ikan dan pengolahannya, terutama di sekitar lokasi wilayah rencana pengembangan investasi, secara tidak langsung akan terjadi. Tentu saja dampai ini bisa bersifat negatif atau positif bergantung dengan memadai atau tidaknya perencanaan yang dilakukan sebelum dilakukan investasi pengembangan. Penyerapan tenaga kerja yang cukup banyak di bidang usaha penangkapan ikan dalam skala besar, yang dimulai sejak tahap awal atau tahap persiapan sampai dengan tahapan berikutnya, yaitu tahap pelaksanaan dan produksi. Dalam hal ini, tenaga kerja yang terserap tidak hanya dari sekitar lokasi saja (masyarakat nelayan sekitar lokasi), akan tetapi besar kemungkinan tenaga kerja dari lain wilayah pun akan turut terserap dalam kegiatan di sektor ini. Hal ini secara tidak langsung memberikan dampak positif dalam memberikan kontribusi meningkatnya pendapatan masyarakat sekitar lokasi maupun pendapatan daerah (PAD). Komoditi Ikan Tangkap IV-15 Peta Komoditi Utama Sektor Primer, dan Pengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia Demikian juga apabila selanjutnya dikembangkan usaha pengolahan ikan diharapkan juga akan mampu menyerap tenaga kerja. Yang dimaksud tenaga kerja disini adalah tenaga kerja tetap untuk mengelola kegiatan produksi pengalengan ikan. Sebaiknya dalam penghimpunan tenaga kerja lebih mendahulukan pengambilan tenaga kerja dari penduduk setempat. Cara ini dilakukan selain untuk menekan biaya eksploitasi, juga merupakan salah satu cara untuk membangun hubungan baik dengan masyarakat sekitar. Dengan demikian usaha pengolahan ikan ini akan berdampak positif terhadap penduduk di sekitar lokasi proyek terutama dalam meningkatakan pendapatan masyarakat. Lebih luas lagi, pekerjaan pengolahan ikan dapat memberikan dampak positif terhadap peningkatan aktivitas perekonomian daerah setempat. Aktivitas perekonomian tersebut tidak hanya berhubungan dengan para nelayan yang memasok bahan baku untuk pekerjaan ini saja, tetapi juga berdampak bagi pengusaha hulu dan hilir dan penduduk sekitar seperti angkutan, warung atau toko makanan atau pakaian, dan lain-lain.Oleh karena itu gejolak sosial yang bersifat merugikan yang mungkin timbul akibat proyek investasi ini dapat dianggap sangat kecil. Kemungkinan yang lebih mungkin terjadi adalah adanya dukungan positif masyarakat yang meminta proyek investasi semacam ini dapat diperbesar skalanya agar semakin banyak masyarakat yang dapat merasakan dampak positifnya. Dampak sosial yang paling berpengaruh adalah terganggunya aktivitas masyarakat nelayan, dimana lahan pencaharian mereka akan terganggu, mengingat sebahagian lahan perairan mereka dimanfaatkan untuk usaha pengolahan tersebut. Akan tetapi untuk mengatasi hal tersebut masyarakat nelayan dan pengusaha mengadakan musyawarah terutama dalam penentuan lokasi perairan, waktu dan jenis hasil tangkapan. Kemungkinan dampak lingkungan yang timbul dari pekerjaan penangkapan ikan ini adalah pada saat pengoperasian, dimana perairan laut yang menjadi lokasi penangkapan akan terkena cemaran dari bahan bakar kapal, rusaknya biota dalam laut seperti trumbu karang, rumput laut dan sebagainya karena kedalaman jaring atau pada saat pemasangan dan pengangkatan jaring, dan kebisingan, asap, serta terganggunya aktivitas nelayan di sekitar lokasi. Akan tetapi kesemua dampak tersebut diatas belum memberikan dampak yang serius terhadap lingkungan, seperti bahan bakar minyak hanya berupa sisa-sisa pembakaran yang menetes sehingga air laut terlihat ada campuran minyak dan ini tidak sampai menyebabkan ikan kecil mati. Dengan kedalaman jaring, ini tergantung gerombolan ikan dimana ikan besar tersebut walaupun dengan kedalaman tertentu, tetapi ikan ini masih berada diatas dasar laut artinya tidak semua terumbu karang atau sejenisnya atau biota yang hidup di dasar Komoditi Ikan Tangkap IV-16 Peta Komoditi Utama Sektor Primer, dan Pengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia laut dapat terganggu oleh kapal maupun jaring (alat tangkap). Termasuk juga asap yang dikeluarkan dari mesin kapal tidak membahayakan dan kebisingan tidak terlalu berpengaruh bagi lingkungan karena berada di tengah laut. Kesemuanya itu walaupun relatif lebih kecil dampak yang ditimbulkannya, akan tetapi telah memberikan kontribusi terhadap lingkungan. Pemilihan lokasi usaha yang tidak memperhatikan status hukum atas tanah yang akan digunakan untuk usaha pengalengan ikan mengakibatkan terjadinya kekeliruan penggunaan lahan dan dapat menimbulkan kesalahpahaman dan protes dari warga setempat yang dapat menyebabkan kegiatan usaha tidak berjalan lancar. Pemilihan lokasi usaha harus memperhatikan status hukum atas kawasan teritorial laut yang akan digunakan agar kegiatan dapat berjalan lancar. Dengan demikian, tidak menimbulkan permasalahan dan protes baik oleh masyarakat, pihak yang berkepentingan, maupun batas antar Negara. Usaha pengolahan perikanan harus memperhatikan AMDAL (Analisis Dampak Lingkungan), oleh karena itu perlu dilakukan studi AMDAL terlebih dahulu. Selain itu juga usaha pengolahan harus memperhatikan etika, cara, teknik pengambilan ikan. Segala sesuatu yang ada kaitannya dengan masyarakat nelayan sebaiknya dilakukan dengan jalan musyawarah mufakat. Pembukaan lahan baru, terutama yang ditujukan untuk lokasi usaha pengolahan ikan harus dilakukan secermat mungkin agar tidak mengakibatkan terjadinya kerusakan lingkungan. Sehingga untuk menciptakan usaha pengalengan ikan yang kondusif dan berwawasan lingkungan, maka bagi investor yang ingin mengembangkan usaha ini harus membuat Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). Untuk menanggulangi timbulnya gangguan keamanan dari masyarakat sekitar pihak pengelola harus selalu membina hubungan baik dengan masyarakat, mulai dari tingkat paling bawah hingga tokohtokoh masyarakat. Selain itu, untuk mencegah adanya konflik etnik dan budaya ada baiknya jika mengetahui dan menghormati adat istiadat masyarakat setempat. Komoditi Ikan Tangkap IV-17 Peta Komoditi Utama Sektor Primer, dan Pengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia 4.1. Pasar Komoditi Ikan ....................................................................................... IV - 1 4.1.1. Kebutuhan, Pemenuhan, dan Peluang Pasar Global .................................. IV - 1 4.1.2. Kebutuhan, Pemenuhan, dan Peluang Pasar Nasional ............................... IV - 3 4.1.3. Struktur Pasar Komoditi Ikan Global dan Nasional .................................. IV - 4 4.1.4. Perusahaan-perusahaan Pengembang Komoditi (dengan Fasilitas Maupun NonFasilitas) .............................................................................................................. IV - 6 4.1.5. Perusahaan Pengekspor Komoditi ............................................................ IV - 9 4.1.6. Harga Komoditi........................................................................................ IV - 11 4.2. Kelayakan Keuangan Pengembangan Komoditi ............................................. IV - 11 4.3. Aspek Sosial dan Lingkungan Pengembangan Komoditi ................................ IV - 15 Gambar 4.1. Grafik Perkiraan Pertumbuhan Konsumsi Ikan Perkapita Dunia IV - 1 Gambar 4.2. Grafik ekspor hasil perikanan tahun 2002 – Nov 2004 IV - 2 Gambar 4.3. Market Share Perikanan Dunia IV - 2 Gambar 4.4. Tingkat Konsumsi Ikan Nasional 2001 – 2006 IV - 3 Gambar 4.5. Grafik Produksi Perikanan Tangkap Nasional 2000 – 2004 IV - 4 Gambar 4.6. Negara Pengimpor Ikan Tahun 2002 IV - 5 Tabel 4.1. Jumlah Perusahaan Pengembang Komoditi Ikan di Tiap Provinsi Indonesia IV - 7 Tabel 4.2. Sepuluh Perusahaan Terbesar dalam Industri Pengembangan Komoditi Ikan IV - 8 Tabel 4.3. Jumlah Perusahaan Pengekspor Ikan di Tiap Provinsi Indonesia IV - 9 Tabel 4.4. Sepuluh Perusahaan Pengekspor Jenis Komoditi Olahan Ikan Terbanyak IV - 10 Tabel 4.5. Perkembangan Ekspor dan Harga Komoditi Hasil Perikanan Tahun 2001-2002 IV-11 Tabel 4.6. Rencana Investasi Usaha Penangkapan Ikan di Provinsi Kalimantan Timur IV - 14 Tabel 4.7. Proyeksi Rugi-laba Penangkapan Ikan Besar Di Provinsi Kalimantan Timur IV - 15 Tabel 4.8. Kelayakan Investasi Penangkapan Ikan di Kalimantan Timur IV - 16 Komoditi Ikan Tangkap IV-18