• Pengertian Penyakit Tanaman Penyakit pada tanaman berarti proses di mana bagian-bagian tertentu dari tanaman tidak dapat menjalankan fungsinya dengan sebaik-baiknya. Ilmu Penyakit Tumbuhan adalah ilmu yang mempelajari kerusakan yang disebabkan oleh organisme yang tergolong ke dalam dunia tumbuhan seperti Tumbuhan Tinggi Parastis, Ganggang, Jamur , bakteri, Mikoplasma dan Virus. • Macam – Macam Gejala Penyakit Gejala dapat setempat (lesional)atau meluas (habital, sistemik). Gejala dapat dibedakan yaitu gejala primer dan sekunder. Gejala primer terjadi pada bagian yang terserang oleh penyebab penyakit. Gejala sekunder adalah gejala yang terjadi di tempat lain dari tanaman sebagai akibat dari kerusakan pada bagian yang menunjukkan gejala primer. Berdasarkan perubahan-perubahan yang terjadi di dalam sel, gejala dapat dibagi menjadi tiga tipe pokok yaitu : 1. Gejala-gejala Nekrotis : meliputi gejala-gejala yang terjadinya karena adanya kerusakan pada sel atau matinya sel. 2. Gejala-gejala Hypoplastis : meliputi gejala-gejala yang terjadinya karena terhambatnya atau terhentinya pertumbuhan sel (underdevelopment). 3. Gejala-gejala Hyperplastis : meliputi gejala-gejala yang terjadinya karena pertumbuhan sel yang melebihi biasa (overdevelopment). a. Tipe Nekrotis 1. Hidrosis : sebelum sel-sel mati biasanya bagian tersebut terlebih dahulu tampak kebasah-basahan. Hal ini karena air sel keluar dari ruang sel masuk ke dalam ruang antar sel. 2. Klorosis : rusaknya kloroplast menyebabkan menguningnya bagian-bagian tumbuhan yang lazimnya berwarna hijau. 3. Nekrosis : bila sekumpulan sel yang terbatas pada jaringan tertentu mati, sehingga terlihat adanya bercak-bercak atau noda-noda yang berwarna coklat atau hitam. Bentuk bercak ada yang bulat, memanjang, bersudut dan ada yang tidak teratur bentuknya. 4. Perforasi (shot-hole) atau bercak berlobang : terbentuknya lubang-lubang karena runtuhnya sel-sel yang telah mati pada pusat bercak nekrotis. 5. Busuk : gejala ini sebenarnya sama dengan gejala nekrosis tetapi lazimnya istilah busuk ini digunakan untuk jaringan tumbuhan yang tebal. Berdasarkan keadaan jaringan yang membusuk, dikenal istilah busuk basah (soft rot) dan busuk kering (dry rot). Bila pada jaringan yang membusuk menjadi berair atau mengandung cairan disebut busuk basah, sebaliknya bila bagian tersebut menjadi kering disebut busuk kering. 6. Damping off atau patah rebah : rebahnya tumbuhan yang masih muda (semai) karena pembusukan pangkal batang yang berlangsung ssangat cepat. Dibedakan menjadi dua yaitu : - Pre Emergen Damping off : bila pembusukan terjadi sebelum semai muncul di atas permukaan tanah. - Post Emergen Damping off : bila pembususkan terjadi setelah semai muncul di atas permukaan tanah. 7. Eksudasi atau perdarahan : terjadinya pengeluaran cairan dari suatu tumbuhan karena penyakit. Berdasarkan cairan yang dikeluarkan dikenal beberapa istilah yaitu : - Gumosis : pengeluaran gom (blendok) dari dalam tumbuhan. - Latexosis : pengeluaran latex (getah) dari dalam tumbuhan. - Resinosis : pengeluaran resin (damar) dari dalam tumbuhan. 8. Kanker : terjadinya kematian jaringan kulit tumbuhan yang berkayu misalnya akar, batang dan cabang. Selanjutnya jaringan kulit yang mati tersebut mengering, berbatas tegas, mengendap dan pecah-pecah dan akhirnya bagian itu runtuh sehingga terlihat bagian kayunya. 9. Layu : hilangnya turgot pada bagian daun atau tunas sehingga bagian tersebut menjadi layu. 10. Mati Ujung : kematian ranting atau cabang yang dimulai dari ujung dan meluas ke batang. 11. Terbakar : mati dan mengeringnya bagian tumbuhan tertentu laximnya daun, yang disebabkan oleh patogen abiotik. Gejala ini terjadi secara mendadak. b. Tipe Hipopastis 1. Etiolasi : tumbuhan menjadi pucat, tumbuh memanjang dan mempunyai daun-daun yang sempit karena mengalami kekurangan cahaya. 2. Kerdil (atrophy) : gejala habital yang disebabkan karena terhambatnya pertumbuhan sehingga ukurannya menjadi lebih kecil daripada biasanya. 3. Klorosis : terjadinya penghambatan pembentukan klorofil sehingga bagian yang seharusnya berwarna hijau menjadi berwarna kuning atau pucat. Bila pada daun hanya bagian sekitar tulang daun yang berwarna hijaumaka disebut voin banding. Sebaliknnya jika bagian-bagian daun di sekitar tulang daun yang menguning disebut voin clearing. 4. Perubahan simetri : hambatan pertumbuhan pada bagian tertentu yang tidak disertai dengan hambatan pada bagian di depannya, sehingga menyebabkan terjadinya penyimpangan bentuk. 5. Roset : hambatan pertumbuhan ruas-ruas (internodia) batang tetapi pembentukan daun-daunnya tidak terhambat, sebagai akibatnya daun-daun berdesak-desakan membentuk suatu karangan. c. Tipe Hiperplastis 1. Erinosa : terbentuknya banyak trikom (trichomata) yang luar biasa sehingga pada permukaan alat itu (biasanya daun) terdapat bagian yang seperti beledu. 2. Fasiasi (Fasciasi, Fasciation) : suatu organ yang seharusnya bulat dan lurus berubah menjadi pipih, lebar dan membelok, bahkan ada yang membentuk seperti spiral. 3. Intumesensia (intumesoensia) : sekumpulan sel pada daerah yang agak luas pada daun atau batang memanjang sehingga bagian itu nampak membengkak, karena itu gejala ini disebut gejala busung (cedema). 4. Kudis (scab) : bercak atau noda kasar, terbatas dan agak menonjol. Kadang-kadang pecah-pecah. Di bagian tersebut terdapat selsel yang berubah menjadi sel-sel gabus. Gejala ini dapat dijumpai pada daun, batang, buah atau umbi. 5. Menggulung atau mengeriting : gejala ini disebabkan karena pertumbuhan yang tidak seimbang dari bagian-bagian daun. Gejala menggulung terjadi apabila salah satu sisi pertumbuhannya selalu lebih cepat dari yang lain, sedang gejala mengeriting terjadi apabila sisi yang pertumbuhannya lebih cepat bergantian. 6. Pembentukan alat yang luar biasa : a. Antolisis (antholysis) : perubahan dari bunga menjadi daun-daun kecil. b. Enasi : pembentukan anak daun yang sangat kecil pada sisi bawah tulang daun. 7. Perubahan Warna : perubahan yang dimaksud di sini adalah perubahan yang bukan klorosis yang terjadi pada suatu organ (alat tanam). 8. Prolepsis : berkembangnya tunas-tunas tidur atau istirahat (dormant) yang berada dekat di bawah bagian yang sakit, berkembang menjadi ranting-ranting segar yang tumbuh vertikal dengan cepat yang juga dikenal dengan tunas air. 9. Rontoknya alat-alat : rontoknya daun, bunga atau buah yang terjadi sebelum waktunya dan dalam jumlah yang lebih besar dari biasanya. Rontoknya alat tersebut karena terbentuknya lapisan pemisah (abcission layar) yang terdiri dari sel-sel yang berbentuk bulat dan satu sama lain terlepas. 10. Sapu (witches broom) : berkembangnya tunas-tunas ketiak atau samping yang biasanya tidur (latent) menjadi seberkas rantingranting rapat. Gejala ini umumnya disertai dengan terhambatnya perkembangan ruas-ruas (internodia) batang, daun pada tunas baru. 11. Sesidia (cecidia) atau tumor : pembenkakan setempat pada jaringan tumbuhan sehingga terbentuk bintil-bintil atau bisul-bisul. Bintil ini dapat terdiri dari jaringan tanaman dengan atau tanpa koloni patogennya. Berdasarkan penyebabnya dibedakan menjadi : a. Fitosesidia (phytocecidia) : bila penyebabnya tergolong dalam dunia tumbuhan. b. Zoosesidia (zoocecidia) : bila penyebabnya tergolong dalam dunia hewan atau binatang. http://agrimaniax.blogspot.com/2010/05/penyakit-tanaman.html 1. Gejala serangan penyakit: a) layu bakteri, b) nematoda, c) budok dan d) virus http://minyakatsiriindonesia.wordpress.com/budidaya-nilam/sukamto/ Penyebab: cendawan Puccinia sorghi Schw dan P.polypora Underw. Gejala: pada tanaman dewasa, daun tua terdapat titik-titik noda berwarna merah kecoklatan seperti karat serta terdapat serbuk berwarna kuning kecoklatan, serbuk cendawan ini berkembang dan memanjang. Pengendalian: (1) mengatur kelembaban; (2) menanam varietas tahan terhadap penyakit; (3) sanitasi kebun; (4) semprot dengan GLIO. http://epetani.deptan.go.id/budidaya/penyakit-pada-tanaman-jagung-812 erw (4) Erwinia carotovora: buah membusuk, hancur dan berbau busuk. Pengendalian: dengan menghindari luka mekanis, penanganan pasca panen yang hati-hati, penyimpanan dalam wadah bersih dengan suhu antara 5 - 7 derajat C. Dan pemberian Natural GLIO sebelum tanam. http://teknis-budidaya.blogspot.com/2007/10/budidaya-mentimun.html Kingdom: BacteriaPhylum: Proteobacteria Class: Gammaproteobacteria Order: Xanthomonadales Family: Noctuoidea Genus: Xanthomonas http://xanthomonasoryzae.blogspot.com/2009/03/normal-0-false-false-false.html Gejala yang timbul pada fase anakan sampai pemasakan disebut hawar (blight). Secara spesifik tanda-tanda tanaman terserang adalah timbulnya bercak berwarna kuning sampai putih, berawal dari terbentuknya garis lebam berair pada bagian tepi daun. Bercak bisa mulai dari salah satu atau kedua tepi daun yang rusak dan berkembang hingga menutupi seluruh helaian daun. Apabila infeksi melalui akar atau pangkal batang, tanaman terlihat kering seperti terbakar. Pengendalian penyakit ini seyogyanya dilakukan dengan penggunaan varietas yang memiliki ketahanan lebih dari satu gen ketahanan (polygenic resisstant), menanam varietas yang berbeda dalam satu hamparan, pastikan jerami dari tanaman sakit sudah terdekomposisi sempurna sebelum pindah tanam, hindari pemupukan N yang berlebihan, dan jarak tanam jangan terlalu rapat. http://bertanimandiri.blogspot.com/2010/10/penyakit-padi-dan-penanggulangannya.html Kingdom : AnimaliaFilum : AschelmintesKlass : NematodaSub Klass : SecermenteaOrdo : TylencidaFamili : HeteroderidaeSub Famili : HeteroderidaenaeGenus : Meloidogyne Utama : wortel, mentimun, labu, kentang, kubis, terong, bayam dan tomat http://anafzhu.blogspot.com/2009/06/nematoda-puru-akar-meloidogyne-sp.html Nematoda Akar (Meloidogyne sp.). Gejala khas serangan nematoda akar adalah terbentuknya bintil-bintil akar, lalu menjadi layu dan daun menguning akibat rusaknya perakaran. Pertumbuhan pada bagian atas tanaman menjadi terhambat. http://anafzhu.blogspot.com/2009/06/nematoda-puru-akar-meloidogyne-sp.html Saat ini telah banyak nematisida untuk pengendalian nematoda Meloidogyne yang dapat digunakan. Pencegahan penyakit ini dengan sterilisasi media tanam, penggunaan benih yang sehat, serta sanitasi lingkungan pertanaman. http://totonunsri.blogsome.com/2008/12/09/root-knot-oleh-nematoda-akar-meloidogyne-sp/ Domain: Eukaryota Kerajaan: Chromalveolata Filum: Heterokontophyta Kelas: Oomycetes Ordo: Peronosporales Famili: Pythiaceae Genus: Phytophthora Spesies: P. infestans wiki P I . Gejala awal bercak pada bagian tepi dan ujung daun, bercak melebar dan terbentuk daerah nekrotik yang berwarna coklat. Bercak dikelilingi oleh massa sporangium yang berwarna putih dengan belakang hijau kelabu. Serangan dapat menyebar ke batang, tangkai dan umbi. Cendawan ini berkembang baik pada musim hujan dengan kelembaban sekitar 20o C. Serangan berat terjadi pada bulan Oktober-Februari. Pengendalian dengan cara resistensi adalah termasuk semua usaha yang tanaman menjadi imun, tahan atau toleran terhadap serangan patogen. Yang termasuk dalam resistensi adalah proteksi silang, ketahanan terimbas, aktivasi pertahanan tanaman, perbaikan kondisi pertumbuhan tanaman, dan penggunaan varietas tahan.http://anafzhu.blogspot.com/2009/06/hawar-daunphytophthora-infestans.html 1.1 Latar Belakang Penyakit adalah suatu proses dimana bagian-bagian tertentu dari tumbuhan tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Pada umumnya penyakit disebabkan oleh jasad renik, mikroba, dan mikroorganisme yaitu jamur, virus dan bakteri serta nematoda. Adanya penyakit yang diderita tanaman dapat menyebabkan tanaman tidak bisa memberikan hasil yang baik secara kualitas dan kuantitas. Faktor-faktor yang dapat mendukung keberadaan penyakit adalah keadaan tumbuhan yang rentan, pathogen yang virulen dan lingkungan yang sesuai bagi penyebab penyakit untuk berkembang. Jamur merupakan sekelompok jasad hidup yang menyerupai tumbuhan tingkat tinggi, karena memiliki dinding sel, berkembang biak dengan spora tetapi tidak memiliki klorofil dan tidak memiliki sistem pembuluh seperti tumbuhan tingkat tinggi (Anonim, 2009). 1.2 Tujuan dan Kegunaan Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui gejala-gejala penyakit yang disebabkan oleh jamur. Kegunaan dari praktikum ini adalah agar praktikan untuk mengetahui gejala-gajala penyakit yang disebabkan oleh jamur serta dapat mengetahui cara-cara pengendalian dari jamur-jamur yang dapat meyerang tanaman. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Klasifikasi jamur Colletotrichum capsici pada tanaman Cabai (Capsicum annum) yaitu kingdom Fungi, divisio Achomycota, kelas Sodaliomychetes, ordo Phyllachorallet, famili Phyllachoraceae, genus Colletotrichum, dan spesies Colletotrichum capsici (Anonim, 2009). Klasifikasi dari Fusarium oxyporum yang menyerang tanaman tomat adalah Kingdom Fungi, Filum Ascomycota, Kelas Sordariomycetes, Ordo Hypocreales, Family Nectriaceae, Genus Fusarium, dan Spesies Fusarium oxyporum lycopersici (Anonim, 2009). Klasifikasi dari Phytophthora palmivora yang menyerang tanaman kakao adalah Kingdom Fungi, Filum Heterokontophyta, Kelas Oomycetes, Ordo Peronosporales, Family Pythiaceae, Genus Phytophthora, dan Spesies Phytophthora palmivora (Anonim, 2008). Klasifikasi dari Fusarium oxyporum yang menyerang tanaman pisang adalah Kingdom Fungi, Filum Ascomycota, Kelas Sordariomycetes, Ordo Hypocreales, Family Nectriaceae, Genus Fusarium, dan Spesies Fusarium oxyporum f. sp. cubense (Djatnika, 2009). 2.2 Siklus Hidup Siklus hidup dari jamur Colletotrichum capsici yang terdapat pada tanaman Cabai (Capsicum annum) yaitu berawal dari buah masuk menginfeksi biji. Pada umumnya jamur ini menginfeksi semai yang tumbuh dari biji buah yang sakit. Jamur ini juga menyerang daun dan batang, hingga buah tanaman dan dapat mempertahankan dirinya dalam sisa-sisa tanaman sakit. Kemudian konidium dari jamur ini akan disebarkan oleh angin (Anonim, 2009). Siklus hidup jamur Fusarium oxyporum pada tanaman tomat (Licopersicum esculentum) yaitu jamur mengadakan penginfeksi pada bagian tanah. Tanah yang sudah terinfeksi sukar dibebaskan kembali dari jamur ini. jamur menginfeksi pada bagian akar, terutama pada bagian yang telah luka, lalu menetap dan berkembang di berkas pembuluh (Semangun, 2001). Siklus hidup dari jamur Phytophtora palmivora yang berada pada buah Kakao (Theobroma cacao) yaitu bersumber dari tanah yang berbentuk siste. Jamur ini mengadakan infeksi pada buah melalui percikan air dan batang yang terserang penyakit kanker batang. Jamur ini berkembang dengan sporangium yang penyebarannya melalui percikan air, angin dan serangga sehingga dapat mencapai buah-buah yang tinggi (Anafzhu, 2009). Siklus hidup dari jamur Fusarium oxysporum cubense yang ada pada tanaman Pisang (Musa sp.) yaitu pada dasarnya sama dengan penyakit jamur yang terdapat pada tanaman Tomat (Licopersicum esculentum) yaitu bersumber dari tanah yang berbentuk miselium yaitu berupa benang-benang halus atau dalam semua bentuk konidiumnya dan memiliki tiga macam spora antara lain mikrokonidium, makrokonidium, serta klamidiospora (Anafzhu, 2009). 2.3 Mekanisme Jamur Menginfeksi Tanaman Mekanisme Jamur Colletotrichum capsici menyerag pada tanaman Cabai (Capsicum annum) yaitu Jamur pada buah masuk ke dalam ruang biji dan menginfeksi biji. Kelak jamur menginfeksi semai yang tumbuh dari biji buah yang sakit. Jamur menyerang daun dan batang, kelak dapat menginfeksi buah-buah. Jamur hanya sedikit sekali mengganggu tanaman yang sedang tumbuh, tetapi memakai tanaman ini untuk bertahan sampai terbentuknya buah hijau. Selain itu jamur dapat mempertahankan diri dalam sisa-sisa tanaman sakit. Seterusnya konidium disebarkan oleh angin (Anonim, 2009). Mekanisme jamur Fusarium oxyporum menginfeksi tanaman tomat yaitu jamur mengadakan penginfeksi pada bagian tanah. Jamur menginfeksi pada bagian akar, terutama pada bagian yang telah luka, lalu menetap dan berkembang di berkas pembuluhn (Anonim, 2009). Spesies Phytophthora sp. menghasilkan spora aseksual pada kondisi lingkungan yang mendukung (suhu dan kelembaban optimum). Spora aseksual disebut sporangium. Sporangia dibentuk pada sporangiofor. Ukuran dan bentuk sporangia bermacammacam (ovoid, obovoid, ellipsoid, limoniform (seperti lemon) dan pyriform (seperti buah pir). Sporangium berkecambah dan akar membentuk tabung kecambah apabila kontak dengan tanaman (Erwin dan Ribeiro, 1996). Zoospora merupakan spora seksual yang dihasilkan melalui peleburan gamet jantan (oogonium) dan betina (antheredium). Zoospora dapat menyebar melalui percikan air dan aliran air dipermukaan tanah. Spora ini memiliki flagel yang dapat membantu pergerakannya mendekati inang. Jamur ini dapat bertahan dalam tanah dan mengadakan infeksinya terutama melalui tanah dan disini dapat membentuk sporangium dan spora kembara. Jamur terutama dipencarkan oleh air hujan dan air pengairan yang mengalir di atas permukaan tanah. Infeksi ke pangkal batang dibantu oleh adanya luka, misalnya yang disebabkan oleh alat-alat pertanian (Anonim, 2009). Mekanisme jamur Fusarium oxyporum menginfeksi tanaman pisang, jamur dapat bertahan pada akar, dan pada tanaman yang mempunyai hubungan dekat dengan pisang. Adanya luka pada akar akan meningkatkan infeksi. Pada saat masuk ke dalam akar jamur berkembang sepanjang akar menuju ke batang dan jamur akan berkembang secara meluas dalam jaringan pembuluh (Anonim, 2009). 2.4 Gejala Serangan Gejala serangan yang ditimbulkan oleh jamur Collectotrichum capsici yang terdapat pada tanaman cabai yaitu mula-mula berbentuk bintik-bintik kecil berwarna kehitaman dan berlekuk, pada buah yang masih hijau atau yang sudah masak. Bintik-bintik ini tepinya berwarna kuning, membesar dan memanjang. Bagian tengahnya menjadi semakin gelap (Deasyirzayanti, 2008). Gejala serangan yang disebabkan oleh Fusarium oxyporum yang menyerang tanaman tomat biasanya dimulai dengan menguning atau layunya daun bagian bawah dekat pangkal batang (daun tua). Bila pada bagian pangkal batang diiris akan terlihat warna coklat pada pembuluh kayunya. Akar tamanan yang diserang menjadi rusak dan busuk. Selanjutnya membuat tanaman menjadi layu dan mati. Berbeda dengan layu bakteri, layu fusarium ini tidak menyebabkan keluarnya lendir (Anonim, 2009). Phytophthora sp. umumnya menyerang pada bagian pangkal batang dekat permukaan tanah. Gejala awal tampak berupa bercak basah yang berwarna gelap/hitam kebasah-basahan pada permukaan kulit pangkal batang. Jaringan kulit kayu yang terserang mengalami perubahan warna bahkan permukaan kulit, kambium, kayu, terutama pada serangan lanjut. Kulit batang yang terserang, permukaannya cekung dan mengeluarkan belendok, dan pada tanaman terserang sering terbentuk kalus. Kematian tanaman akibat serangan penyakit ini terjadi apabila bercak pada kulit melingkari batang. Perkembangan bercak ke bagian atas, umumnya terbatas hingga 60 cm di atas permukaan tanah, sedangkan perkembangan ke bagian bawah dapat meluas ke bagian akar tanaman (Anonim, 2009). Gejala serangan jamur Fusarium oxyporum pada tanaman pisang (Musa sp.) yaitu tepi daun bawah berwarna kuning tua yang menjadi coklat dan mengering. Jika pangkal batang dibelah membujurkan terliahat garis-garis coklat atau hitam menuju ke semua arah, dari batang keatas melalui jaringan pembuluh kepangkal daun dan tangkai (Semangun, 2001). 2.5 Pengendalian Pengendalian yang dapat dilakukan pada tanaman cabai yang terserang Collectotrichum capsici yaitu sanitasi, memperbaiki pengairan, menggunakan benih sehat, pergiliran tanaman, memenfaatkan Trichoderma dan Gliocladium serta dapat pula dengan menggunakan varietas tahan (Wawan-junaidi , 2009). Pengendalian yang dapat dilakukan terhadap tanaman tomat yang terserang penyakit yang disebabkan oleh jamur Fusarium oxysporum yaitu dengan cara kultur teknis, cara fisik dan mekanis, cara biologis memanfaatkan musuh alami patogen antagonis, seperti Trichoderma sp. Memanfaatkan aneka tanaman biopestisida selektif (Deasyirzayanti, 2008). Untuk spesies Phytophthora sp. pengendaliannya dapat dilakukan dengan cara mengunakan agen antagonis cendawan Trichoderma spp., Gliocladium spp. yang dicampur dengan pupuk kandang/kompos, menghindari air pengairan mengenai/terkena langsung pangkal batang dengan membuat selokan melingkari batang, mengurangi kelembaban kebun dengan mengatur drainase, jarak tanam, pemangkasan, dan sanitasi lingkungan/kebun dan menghindarkan terjadinya pelukaan terhadap baik akar maupun pangkal batang pada waktu pemeliharaan/penyiangan (Anonim, 2009). Pengendalian jamur Fusarium oxysporum f. sp. cubense pada tanaman pisang (Musa sp.) yaitu dengan cara tidak menanam jenis pisang yang rentan di lahan yang terinfestasi patogen, hanya menanam tanaman yang sehat, mengendalikan cacing-cacing akar dengan nematisida, memelihara tanaman dengan hati-hati untuk mengurangi terjadinya luka-luka pada akar (Semangun, 2001). 4.2 Pembahasan Pada pengamatan pertama yaitu Cabai (Capsicum annum) yang terserang Colletotrichum capsici, buah cabai yang terserang menunjukan gejala serangan dengan ciri-ciri sebagian buah yang berwarna hitam seperti hangus. Gejala serangan yang ditimbulkan oleh jamur Collectotrichum capsici yang terdapat pada tanaman cabai (Capsicum annum) yaitu mula-mula berbentuk bintik-bintik kecil berwarna kehitaman dan berlekuk, pada buah yang masih hijau atau yang sudah masak. Bintik-bintik ini tepinya berwarna kuning, membesar dan memanjang. Bagian tengahnya menjadi semakin gelap (Deasyirzayanti , 2008). Siklus hidup dari jamur Colletotrichum capsici yang terdapat pada Tanaman Cabai (Capsicum annum) yaitu berawal dari buah masuk menginfeksi biji. Pada umumnya jamur ini menginfeksi semai yang tumbuh dari biji buah yang sakit. Jamur ini juga menyerang daun dan batang, hingga buah tanaman dan dapat mempertahankan dirinya dalam sisa-sisa tanaman sakit. Kemudian konidium dari jamur ini akan disebarkan oleh angin (Anonim, 2009). Pengendalian yang dapat dilakukan pada tanaman Cabai (Capsicum annum) yang terserang jamur Colletotrichum capsici yaitu memanfaatkan jamur Trichoderma. Pengendalian yang dapat dilakukan pada Tanaman Cabai (Capsicum annum) yang terserang Collectotrichum capsici yaitu sanitasi, memperbaiki pengairan, menggunakan benih sehat, pergiliran tanaman, memanfaatkan Trichoderma dan Gliocladium serta dapat pula dengan menggunakan varietas tahan (Wawan-Junaidi , 2009). Gejala serangan yang disebabkan oleh Fusarium oxyporum yang menyerang Tanaman Tomat (Licopersicum esculentum) biasanya dimulai dengan menguning atau layunya daun bagian bawah dekat pangkal batang (daun tua). Bila pada bagian pangkal batang diiris akan terlihat warna coklat pada pembuluh kayunya. Akar tamanan yang diserang menjadi rusak dan busuk. Selanjutnya membuat tanaman menjadi layu dan mati. Berbeda dengan layu bakteri, layu fusarium ini tidak menyebabkan keluarnya lendir (Anonim, 2009). Siklus hidup jamur Fusarium oxyporum pada Tanaman Tomat (Licopersicum esculentum) yaitu jamur mengadakan penginfeksi pada bagian tanah. Tanah yang sudah terinfeksi sukar dibebaskan kembali dari jamur ini. Jamur menginfeksi pada bagian akar, terutama pada bagian yang telah luka, lalu menetap dan berkembang di berkas pembuluh (Semangun, 2001). V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari hasil pengamatan yang dilakukan maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut : . Pada umumnya gejala yang ditimbulkan penyakit pada tanaman yaitu layunya daun-daun, terdapat bercak-bercak hitam pada buah. . Siklus hidup jamur yang menyerang tanaman pada umunya yaitu bersumber dari tanah yang berbentuk miselium yaitu berupa benang-benang halus atau dalam semua bentuk konidiumnya dan memiliki tiga macam spora antara lain mikrokonidium, makrokonidium, serta klamidiospora. . Pengendalian penyakit yang disebabkan oleh jamur pada umumnya dapat dilakukan dengan cara alami yaitu pemanfaatan patogen antagonis, seperti Trichoderma sp., eradikasi dan penggunaan bibit unggul. DAFTAR PUSTAKA fzhu, 2009. Busuk Buah Kakao (Phytophthora palmivora). http://anafzhu. blogspot. com /2009 / 06/ busuk-buah-kakao-phytophthorapalmivora.html. Diakses pada tanggal 6 November 2009. , 2009. Cendawan Fusarium sp. http://anafzhu.blogspot.com/2009/06/cendawan-fusarium-sp.html. November 2009. Anonim, 2008. Fusarium. http://indonesiachili. com/ pest. htm. Diakses pada tanggal 06 November 2009. Diakses pada tanggal 6 , 2009. Hama dan Penyakit Pada Tanaman. http://en.forkus.com/d/hama–dan-penyakit-pada-tanaman.htm. Diakses pada tanggal 06 November 2009. , 2009. Layu Fusarium Pada Tanaman Pisang. http//kalsel. litbang.deptan.go.id/index.php?option=comcontent&task=view&id=22&Itemid=82. Diakses pada tanggal 06 November 2009. syirzayanti, 2008. Hama dan Penyakit Tanaman Tomat. http://deasyirzayanti. blog.com/?s=hama+dan+penyakit+tanaman+tomat. Diakses pada tanggal 6 November 2009. , 2008. Hama dan Penyakit Tanaman Cabe. http://deasyirzayanti. blog.com/2008/10/10/hama-dan-penyakit-tanaman-cabe/. Diakses pada tanggal 6 November 2009. nika, 2009. Pengendali Layu Fusarium Pada Tanaman Pisang. http://www. balitbu.go.id/isubuah01-1.htm. Diakses pada tanggal 06 November 2009. angun, 2001. Penyakit-Penyakit Tanaman Hortikultura di Indonesia. Yogyakarta: Gajah Mada University. wan-Junaidi, 2009. Hama dan Penyakit Tanaman Cabe. http://wawan-junaidi.blogspot.com/2009/10/hama–dan–penyakit–tanamancabe.html. Diakses pada tanggal 06 Nofember 2009. CMV : Gejala pada daun terjadi bercak-bercak hijau muda atau kuning yang tidak teratur. Bagian yang berwarna muda tidak dapat berkembang secepat bagian hijau yang biasa, sehingga daun menjadi berkerut atau terpuntir. hingga saat ini pengendalian untuk mengatasi penyakit TMV ini belum ada. Namun perlu diperhatikan sanitasi lahan, membersihkan gulma dan tanaman yang menjadi inang vektor virus. Dan mencegah serangga vektor masuk kedalam lahan. Tanaman yang terserang di musnahkan dengan cara dibakar. http://emyarbayani.blogspot.com/ gada : (Sumber: Arismansyah, 2010). Penyakit ini bisa menyebar melalui tanah, dalam air tanah, ataupun dari tanaman yang sudah terkena. Gejala pada permukaan atas tanah dapat dilihat dengan menguningnya daun. Layu pada siang hari dan akan segar kembali pada malam hari (gambar 2b). Tanaman akan kelihatan kerdil, tanaman muda yang terserang akan dengan cepat mati sedangkan tanaman tua dapat bertahan hidup namun tidak dapat menghasilkan krop yang dapat dipasarkan. Arismansyah, Erlan Ardian. 2010. Penyakit akar gada (Plasmodiophora brassicae Wor) pada kubis-kubisan dan upaya pengendaliannya. [terhubung berkala]. http://erlanardianarismansyah.wordpress.com/2010/01/07/penyakit-akar-gada plasmodiophora-brassicae-wor-pada-kubis-kubisan-dan-upaya pengendalian-nya. [5 April 2010]. e. Strategi Pengendalian Penyakit ini memiliki berbagai bentuk gejala serangan sehingga mendorong untuk memuliakan tanaman yang tahan terhadap penyakit ini. Pengendalian dilakukan dengan menggunakan bibit yang bebas hama dan penyakit. Pergiliran tanaman kurang sesuai diterapkan untuk kasus ini karena sporanya dapat bertahan lama serta gulma yang dapat menyebabkan penyakit ini. Pengapuran tanah untuk meningkatkan pH menjadi 7.2 sangat efektif untuk mengurangi perkembangan penyakit. Penyiraman fungisida Promefon 250EC pada lubang tanam yang dicampur dengan air saat tanam juga dapat mengurangi perkembangan penyakit. Tanaman yang tahan haruslah diuji di beberapa lokasi karena jenis serangannya yang berbeda-beda di setiap lokasi (Arismansyah, 2010). Selain itu, penggunaan tanaman perangkap dan perlakuan tanah pembibitan dengan teknik solarisasi juga teruji mengurangi penyakit dan meningkatkan hasil panen (Cicu, 2002). Cicu, 2002. Pengelolaan Penyakit Akar Gada (Plasmodiophora brassicae) pada Tanaman Kubis dengan Tanaman Perangkap dan Perlakuan Tanah Pembibitan [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Fusa : Bacteria Phylum: Proteobacteria Class: Gamma Proteobacteria Order: Xanthomonadales Family: Xanthomonadaceae Genus: Xanthomonas Penyakit hawar bakteri pada tanaman padi bersifat sistemik dan dapat menginfeksi tanaman pada berbagai stadium pertumbuhan. Gejala penyakit ini dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu: (1). Gejala layu (kresek) pada tanaman muda atau tanaman dewasa yang peka, (2). Gejala hawar dan (3). Gejala daun kuning pucat (Singh, 1980; Machmud, 1991; Triny dkk., 2006). Pengendalian penyakit hawar daun bakteri akan lebih berhasil bila dilaksanakan secara terpadu, mengingat berbagai faktor dapat mempengaruhi penyakit ini di lapangan, misalnya keadaan tanah, pengairan, pemupukan, kelembaban, suhu dan ketahanan varietas padi yang ditanam. Usaha terpadu yang dapat dilaksanakan mencakup penanaman varietas yang tahan, pembuatan persemaian kering atau tidak terendam air, jarak tanam tidak terlalu rapat, tidak memotong akar dan daun bibit yang akan ditanam, air tidak terlalu tinggi pada waktu tanaman baru ditanam dan menghindari pemberian pupuk N yang terlalu tinggi. http://www2.bbpp-lembang.info/index.php?option=com_content&view=article&id=516&Itemid=304