MEMBANGUN KARAKTER DISIPLIN DAN BERTANGGUNG JAWAB

advertisement
MEMBANGUN KARAKTER DISIPLIN DAN BERTANGGUNG JAWAB
SISWA MELALUI KOMITMEN KELAS
Silviana Dewi Kel.1/6H : 12120250
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Sekolah merupakan salah satu tempat untuk memperoleh
pendidikan dan menanamkan nilai-nilai karakter bagi siswa. Siswa
bisa menjadi pintar karena ia mendapatkan pendidikan di sekolahnya.
Pendidikan yang diterapkan di sekolah meliputi 3 aspek, yakni
pengetahuan, sikap dan keterampilan. Penerapan dari ketiga aspek
tersebut dapat terlihat ketika guru mengajar menjelaskan materi
dengan menggunakan model yang bermacam-macam, ketersediaan
sarana dan prasarana yang lengkap dapat membantu siswa mengasah
keterampilan dan aturan yang diterapkan memuat nilai-nilai edukasi.
Penerapan ketiga aspek tersebut perlu diimbangi dengan penanaman
nilai-nilai karakter.
Penanaman nilai-nilai karakter menjadi hal penting yang perlu
ditanamkan ke dalam diri siswa. Nilai-nilai karakter yang sering
ditanamkan meliputi karakter disiplin dan bertanggung jawab.
Sekolah yang mengutamakan penanaman karakter disiplin dan
bertanggung jawab terlihat dari peraturan-peraturan yang telah dibuat,
misalnya tidak boleh membuang sampah di area sekolah dengan
sesuka hati, datang ke sekolah tepat waktu, pakaian siswa tertata rapi
dan masih banyak lagi. Selain itu, penanaman nilai-nilai karakter
dalam diri siswa dapat terlihat ketika ia sedang bersosialisasi dengan
semua warga sekolah, baik dengan kepala sekolah, guru ataupun teman
sebaya. Pada saat siswa bersosialisasi maka ia akan berperilaku seperti
karakter yang ia miliki sehingga dari cara siswa bersosialisasi, guru,
kepala sekolah dan siswa lain dapat melihat dan menilai karakter yang
dimiliki siswa tersebut.
Seorang guru memiliki pengaruh yang besar dalam menanamkan
karakter disiplin dan bertanggung jawab kepada siswanya. Terlebih
1
lagi pada guru SD karena guru SD tidak hanya berperan sebagai
seorang guru melainkan juga sebagai wali kelas atau guru kelas.
Sebagai guru kelas, selain mengajar siswa, guru juga membimbing dan
mendidik siswa baik dalam penanaman karakter ataupun dalam
kegiatan pembelajaran.
Guru kelas
pada
jenjang SD selalu
mendampingi siswa setiap hari sehingga ia mengetahui bagaimana
karakter dari masing-masing siswa yang ada pada kelasnya, baik yang
memiliki karakter disiplin dan bertanggung jawab ataupun tidak
memiliki kedua karakter tersebut.
Berdasarkan pengamatan langsung yang dilakukan oleh penulis di
SDN Wonosari 03 Semarang pada kelas 4A, penulis melihat lebih dari
50% peraturan yang ada di dalam kelas sudah dijalankan oleh 32
siswa. Beberapa kedisiplinan
yang sudah dilakukan siswa dengan
optimal antara lain, masuk kelas tepat waktu, siswa berpakaian rapi
dan sebelum memasuki kelas mencium tangan guru. Selain itu,
beberapa siswa juga sudah memiliki sikap bertanggung jawab yang
dilihat dari mengumpulkan PR sesuai dengan hari yang telah
ditetapkan oleh guru, membuang sampah pada tempat sampah dan
siswa
mengembalikan alat tulis kepada temannya setelah selesai
meminjam.
Tetapi tidak semua peraturan yang memiliki nilai disiplin dan
tanggung jawab dapat dipatuhi siswa. Ada beberapa peraturan yang
dalam pelaksanaannya kurang dijalankan secara optimal, yakni 30%
siswa berbicara kotor di dalam kelas, 42 % sering berbicara keras
sehingga mengganggu siswa di kelas sebelah, 34% siswa belum
melaksanakan jadwal piket dengan tertib dan ketika menjawab
pertanyaan guru ada 52% siswa saling berebut untuk menjawab
pertanyaan sehingga seringkali membuat kelas menjadi tidak kondusif
dan tertib.
Adanya keadaan kelas yang tidak kondusif dan tertib ini, maka
dapat diamati bahwa manajemen kelas yang dilakukan oleh guru kelas
belum sepenuhnya berjalan dengan lancar. Akibatnya semua peraturan
2
belum bisa dijalankan dengan disiplin dan bertanggung jawab oleh
siswa.
Seorang guru harus bisa mengatur kelasnya melalui manajemen
kelas yang baik. Guru di dalam kelas menjadi pengatur dan pengelola
kelas sehingga apapun yang dilakukan guru akan berdampak kepada
siswa. Baik dalam peraturan-peraturan, pembinaan pada diri siswa
ataupun dalam pembelajaran di dalam kelas.
Melihat kondisi seperti ini, penulis mencoba mencari cara untuk
menciptakan manajemen kelas yang baik agar tercipta kedisiplinan
dan rasa bertanggung jawab pada siswa. Salah satu cara yang bisa
dilakukan yakni dengan mengadakan
kesepakatan bersama antara
guru dan siswa melalui komitmen kelas. Pelaksanaan komitmen kelas
dilakukan sebelum pembelajaran dimulai. Komitmen kelas biasanya
berisi aturan yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan oleh guru
dan siswa. Misalnya, guru dan siswa menyepakati ketika di dalam
kelas siswa yang ingin menjawab pertanyaan harus tunjuk jari terlebih
dahulu, berbicara dengan suara yang pelan dan sedang, tidak boleh
berbicara kotor dan masih banyak lagi.
Pelaksanaan komitmen kelas nantinya harus dilakukan dengan
disiplin dan bertanggung jawab. Tujuan utama dari komitmen kelas
untuk menumbuhkan karakter disiplin dan bertanggung jawab seluruh
siswa kelas pada semua peraturan yang sudah disepakati oleh guru
dan siswa.
2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis menemukan
beberapa masalah yang menyebabkan siswa tidak bersikap disiplin dan
bertanggung jawab. Masalah-masalah yang ada antara lain :
No
Aspek
1
Disiplin
Hasil
-
Tidak
adanya
evaluasi
dan
monitoring setiap minggu
-
Lemahnya
komitmen
guru
3
menerapkan peraturan
-
Guru piket tidak setiap hari ada
di sekolah
-
Pada jam istirahat selesai, siswa
masuk kelas terlambat
2
Bertanggung Jawab
-
Kurangnya pengawasan guru
-
Lemahnya
sanksi
yang
diberikan
-
Adanya sikap guru yang acuh
terhadap perilaku siswa
Beberapa masalah kedisiplinan dan tanggung jawab yang
penulis temukan, terlihat bahwa guru sangat berperan penting terhadap
penanaman sikap disiplin dan bertanggung jawab.
Pada aspek
disiplin, sekolah belum bisa mengadakan evaluasi dan monitoring
setiap minggu, lemahnya komitmen guru menerapkan peraturan yang
berlalu dan sebagainya. Lain halnya pada sikap bertanggung jawab,
guru kurang melakukan pengawasan, lemahnya sanksi yang diberikan
oleh guru dan masih banyak lagi.
3. Fokus Penelitian
Masalah dalam penelitian kualitatif bertumpu pada suatu fokus.
Tidak ada satu penelitian yang dapat dilakukan tanpa adanyanya fokus.
Menurut Moleong (2006:386), “fokus itu pada dasarnya adalah sumber
pokok dari masalah peneltian.” Di dalam latar belakang masalah di
atas ada beberapa masalah yang diungkapkan. Akan tetapi,
permasalahan hanya difokuskan pada masalah problematika guru
dalam pendayagunaan media pembelajaran pada mata
pelajaran
bahasa Indonesia di sekolah.
Adapun fokus masalah dalam penelitian ini, sebagai berikut :
a. Karakter Disiplin
Bagaimana upaya guru dalam menerapkan perilaku disiplin di
dalam kelas ?
4
b. Karakter Bertanggung Jawab
Bagaimana
upaya
guru
dalam
menerapkan
perilaku
bertanggung jawab di dalam kelas ?
c. Komitmen Kelas
Bagaimana penerapan komitmen kelas dalam membangun
karakter disiplin dan bertanggung jawab ?
Apa saja kendala dalam menerapkan komitmen kelas ?
4. Tujuan Penelitian
a. Secara umum
Secara umum tujuan penelitian adalah untuk menemukan,
mengembangkan dan membutktikan pengetahuan (Sugiyono, 2008:
290). Di dalam penelitian ini, tujuan secara umum dilakukannya
penelitian
ini
untuk
menemukan,
mengembangkan,
dan
membuktikan pengetahuan tentang membangun karakter disiplin
dan bertanggung jawab melalui komitmen kelas.
b. Secara khusus
Setiap penelitian pastinya memiliki tujuan yang ingin dicapai.
Tujuan khusus yang ingin dicapai dalam peneltian ini, di
antaranya:
1) Untuk mengetahui problematika yang dihadapi oleh guru kelas
IV SD Wonosari 03
2) Untuk mengetahui upaya yang dilakukan guru dalam
menangani masalah kedisiplinan dan bertanggung jawab siswa
3) Untuk menganalisis pengaruh komitmen kelas terhadap
pembentukan karakter disiplin dan bertanggung jawab
4) Untuk mendiskripsikan karakter disiplin dan bertanggung
jawab
5) Untuk
mengetahui
faktor-faktor
penghambat
penerapan
komitmen kelas
5. Manfaat Penelitian
a) Manfaat Teoritis
5
1) Dapat menambah ilmu tentang cara mengelola kelas
dengan baik.
2) Dapat
mengembangkan
ilmu
mengenai
pengelolaan
kedisiplinan dan tanggung jawab siswa
b) Manfaat Praktis
1) Bagi lembaga pendidikan
Sebagai bahan masukan dalam rangka penanaman nilai-nilai
karakter pada diri siswa.
2) Bagi guru
Sebagai salah satu cara untuk mengelola kelas pada saat
pembelajaran berlangsung.
3) Bagi siswa
Adanya penelitian ini, diharapkan dapat menerapkan peraturanperaturan yang telah disepakati bersama sehingga akan
memunculkan karakter disiplin dan bertanggung jawab pada
diri siswa.
6. Batasan Istilah
Agar dapat dipahami dengan jelas judul proposal ini yaitu
Membangun Karakter Disiplin Dan Bertanggung Jawab Siswa Melalui
Komitmen Kelas maka terlebih dahulu dijelaskan istilah yang terdapat
dalam judul tersebut, antara lain :
a) Karakter adalah nilai-nilai atau akhlak budi pekerti yang ada
pada diri seseorang yang terejawentahkan dalam pikiran dan
perbuatan, pikiran demi pikiran dan tindakan demi tindakan
dalam kehidupan sehari-hari
b) Pendidikan Karakter adalah upaya atau kegiatan positif yang
dilakukan secara sungguh-sungguh oleh guru kepada siswa
untuk mengajarkan, mengembangkan, dan mempraktikkan
nilai-nilai moral, sosial, emosional dan karakter mulia dalam
berhubungan dengan sesama manusia dan Tuhan
6
c) Disiplin merupakan suatu sikap yang dilakukan secara sadar
untuk menaati aturan yang telah ditetapkan dan disepakati
bersama.
d) Bertanggung jawab dapat diartikan sebagai suatu sikap
manusia yang secara sadar mau bertindak dan berbuat untuk
menunaikan kewajibannya.
e) Komitmen adalah sebagai kesanggupan seseorang dalam
menerima
konsekuensi
atas
apa
yang
telah
menjadi
kesepakatan bersama di dalam suatu hubungan ataupun kerja
sama organisasi.
B. Landasan Teori
1. Karakter
a. Definisi Karakter
Karakter dimaknai sebagai cara berpikir dan berperilaku yang khas
tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup
keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) karakter
merupakan sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang
membedakan seseorang dengan yang lain. Dengan demikian
karakter adalah nilai-nilai yang unik-baik yang terpatri dalam diri
dan terejawentahkan dalam perilaku (Kementerian Pendidikan
Nasional, 2010). Nilai-nilai yang unik, baik kemudian dalam
Disain Induk Pembangunan Karakter Bangsa 2010-2025 dimaknai
sebagai tahu nilai kebaikan, mau berbuat baik dan nyata
berkehidupan baik.
Scerenko (1997)
mendefinikan karakter sebagai atribut
atau ciri-ciri yang membentuk dan membedakan ciri pribadi, ciri
etis dan kompleksitas mental dari seseorang, suatu kelompok atau
bangsa. Sementara itu The Free Dictionary dalam situs onlinenya
yang dapat diunduh secara bebas mendefinikan karakter sebagai
suatu kombinasi kualitas atau ciri-ciri yang membedakan seseorang
7
atau kelompok atau suatu benda dengan yang lain. Karakter, juga
didefinikan sebagai suatu deskripsi dari atribut, ciri-ciri, atau
kemampuan seseorang.
Menurut Helen G. Douglas, karakter tidak diwariskan,
tetapi sesuatu yang dibangun secara berkesinambaungan hari demi
hari melalui pikiran dan perbuatan, pikiran demi pikiran, tindakan
demi tindakan.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut di atas, maka
karakter merupakan nilai-nilai atau akhlak budi pekerti yang ada di
pada diri seseorang yang terejawentahkan dalam pikiran dan
perbuatan, pikiran demi pikiran dan tindakan demi tindakan dalam
kehidupan sehari-hari.
2. Pendidikan Karakter
a. Definisi Pendidikan Karakter
Dalam pengertian yang sederhana, pendidikan karakter adalah hal
positif apa saja yang dilakukan guru dan berpengaruh kepada karakter
siswa yang diajarnya. Pendidikan karakter adalah upaya sadar dan
sungguh-sungguh dari seorang guru untuk mengajarkan nilai-nilai
kepada para siswanya (Winton, 2010). Pendidikan karakter telah
menjadi
sebuah
pengembangan
pergerakan
sosial,
pendidikan
pengembangan
yang
mendukung
emosioalnya,
dan
pengembangan etik para siswa. Merupakan suatu upaya proaktif yang
dilakukan baik oleh sekolah maupun pemerintah untuk membantu
siswa mengembangkan inti pokok dari nilai-nilai etik dan nilai-nilai
kinerja seperti kepedulian, kejujuran, kerajinan, fairness, keuletan dan
ketabahan (fortitude), tanggung jawab, menghargai diri sendiri dan
orang lain. Pendidikan karakter menurut Burke (2001) semata-mata
merupakan bagian fundamental dari pendidikan yang baik.
Pendidikan karakter juga dapat didefinikan sebagai pendidikan
yang mnegembangkan karakter yang mulia (good character) dari
peserta didik dengan mempraktikkan dan mengajarkan nilai-nilai
moral dan pengambilan keputusan yang beradab dalam hubungan
8
dengan sesama manuisa maupun dalam hubungannya dengan
Tuhannya. Definisi ini dikembangkan dari definisi yang dimuat dalam
Funderstanding (2006). Departemen Pendidikan Amerika Serikat
mendefinikan pendidikan karakter sebagai berikut : “Pendidikan
karakter mengajarkan kebiasaan berpikir dan kebiasaan berbuat yang
dapat membantu orang-orang hidup dan bekerja bersama sebagai
keluarga, sahabat, tetangga, masyarakat, dan bangsa.” Menjelaskan
pengertian tersebut dalam brosur Pendidikan Karakter (Charakter
Education brochure) dinyatakan bahwa: “ Pendidikan karakter adalah
suatu proses pembelajaran yang memberdayakan siswa dan orang
dewasa di dalam komunitas sekolah untuk memahami, peduli, dan
berbuat berlandaskan nilai-nilai etik seperti respek, keadilan, kebajikan
warga
(civic
virtue)
dan
kewarganegaraan
(citizenship)
dan
bertanggung jawab terhadao diri sendiri maupun kepada orang lain.
Menurut Scerenko (1997) pendidikan karakter dapat dimaknai
sebagai upaya yang sungguh-sungguh dengan cara mana ciri
kepribadian positif dikembangkan, didorong, dan diberdayakan
melalui keteladanan, kajian (sejarah, dan biografi para bijak dan
pemikir besar), serta oraktik emulasi (usaha yang maksimal untuk
mewujudkan hikmat dari apa-apa yang diamati dan dipelajari).
Sementara itu Arthur dalam makalahnya berjudul Traditional
Approaches to Character Education in Britain and America (Nucci
and /narvaez, 2008).
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut di atas, maka
pendidikan karakter adalah sebagai upaya atau kegiatan positif yang
dilakukan secara sungguh-sungguh oleh guru kepada siswa untuk
mengajarkan, mengembangkan, dan mempraktikkan nilai-nilai moral,
sosial, emosional dan karakter mulia dalam berhubungan dengan
sesama manusia dan Tuhan.
b. Tujuan Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter dalam sekolah memiliki tujuan sebagai berikut:
9
1)
Memfasilitasi penguatan dan pengembangan nilai-nilai tertentu
sehingga terwujud dalam perilaku anak, baik ketika proses
sekolah maupun setelah proses sekolah (setelah lulus dari
sekolah). Penguatan dan pengembangan memiliki makna bahwa
pendidikan dalam sekolah bukanlah sekedar dogmatisasi nilai
kepada peserta didik, tetapi sebuah proses yang membawa
peserta didik untuk memahami dan merafleksi bagaimana suatu
nilai menjadi penting untuk diwujudkan dalam tingkah laku
keseharian manusia.
2) Mengkoreksi tingkah laku peserta didik yang tidak sesuai
dengan nilai-nilai yang dikembangkan oleh sekolah.Tujuan
ini memiliki makna bahwa pendidikan karakter memiliki
sasran untuk meluruskan berbagai tingkah laku anak yang
negatif menjadi positif.
3) Membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan
masyarakat dalam memerankan tanggung jawab pendidikan
karakter secara bersama
Menurut presiden Susilo Bambang Yudoyono lima hal
dasar yang menjadi tujuan Gerakan Nasional Pendidikan Karakter.
Gerakan tersebut diharapkan menciptakan manusia indonesia yang
unggul dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Kelima hal
dasar tersebut adalah :
1)
Manusia Indonesia harus bermoral , berakhlak dan berprilaku
yang baik, Oleh karena itu , masyarakat dihimbau menjadi
masyarakat religius yang anti kekerasan.
2)
Bangsa Indonesia menjadi bangsa yang cerdas dan rasional,
berpengetahuan dan memiliki daya nalar yang tinggi.
3)
Bangsa Indonesia menjadi bangsa yang inovatif dan mengejar
kemajuan serta bekerja keras mengubah keadaan.
4)
Harus bisa memperkuat semangat, seberat apapun masalah
yang dihadapi jawabnya selalu ada.
10
5)
Manusia Indonesia harus menjadi patriot sejati yang
mencintai bangsa dan negara serta tanah airnya.
c.
Fungsi Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter berfungsi yitu, (1) Mengembangkan
potensi dasar agar berhati baik, berfikir baik, dan berprilaku baik,
(2) Memperkuat dan membangun prilaku bangsa yang multikultur.
(3) Meningkatkan
peradaban
bangsa yang kompetitif dalam
pergaulan dunia.
3. Komitmen
a.
Definisi Komitmen
Komitmen adalah kemampuan dan kemauan untuk
menyelaraskan perilaku pribadi dengan kebutuhan, prioritas dan
tujuan organisasi. Hal ini mencakup cara-cara mengembangkan
tujuan atau memenuhi kebutuhan organisasi yang intinya
mendahulukan misi organisasi dari pada kepentingan pribadi
(Soekidjan, 2009). Menurut Meyer dan Allen (1991, dalam
Soekidjan, 2009), komitmen dapat juga berarti penerimaan yang
kuat individu terhadap tujuan dan nilai-nilai organisasi, dan
individu berupaya serta berkarya dan memiliki hasrat yang kuat
untuk tetap bertahan di organisasi tersebut.
Menurut Van Dyne dan Graham (2005, dalam Muchlas,
2008), faktor-faktor yang mempengaruhi komitmen organisasi
adalah: personal, situasional dan posisi. Personal mempunyai ciriciri kepribadian tertentu yaitu teliti, ektrovert, berpandangan
positif (optimis), cendrung lebih komit. Lebih lanjut Dyen dan
Graham (2005, dalam Muchlas, 2008) menjelaskan karakteristik
dari personal yang ada yaitu: usia, masa kerja, pendidikan, jenis
kelamin, status perkawinan, dan keterlibatan kerja. Situasional
yang mempunyai ciri-ciri dengan adanya: nilai (value) tempat
kerja, keadilan organisasi, karakteristik pekerjaan, dan dukungan
organisasi. Sedangkan posisional dipengaruhi oleh masa kerja dan
tingkat pekerjaan.
11
Meyer dan Allen (1991 dalam Soekidjan, 2009) membagi
komitmen organisasi menjadi tiga macam atas dasar sumbernya :
a). Affective commitment, berkaitan dengan keinginan secara
emosional terikat dengan organisasi, identifikasi serta keterlibatan
berdasarkan atas nilai-nilai
yang sama, b). Continuance
Commitment, Komitmen didasari oleh kesadaran akan biayabiaya yang akan ditanggung jika tidak bergabung dengan
organisasi. Disini juga didasari oleh tidak adanya alternatif lain,
c). Normative Commitment, komitmen berdasarkan perasaan
wajib sebagai anggota/karyawan untuk tetap tinggal karena
perasaan hutang budi. Disini terjadi juga internalisasi normanorma.
Berdasarkan ketiga jenis komitmen di atas tentu saja yang
tertinggi
tingkatannya
adalah
Affective
Commitment.
Anggota/karyawan dengan Affective Commitment tinggi akan
memiliki motivasi dan keinginan untuk berkontribusi secara
berarti terhadap organisasi. Sedangkan tingkatan terendah adalah
Continuance Commitment. Anggota/karyawan yang terpaksa
menjadi anggota/karyawan untuk menghindari kerugian financial
atau
kerugian
berkontribusi
lain,
akan
kurang/tidak
dapat
diharapkan
berarti
bagi
organisasi.
Untuk
Normative
Commitment, tergantung seberapa jauh internalisasi norma agar
anggota/karyawan bertindak sesuai dengan tujuan dan keinginan
organisasi. komponen normatif akan menimbulkan perasaan
kewajiban atau tugas yang memang sudah sepantasnya dilakukan
atas keuntungan-keuntungan yang telah diberikan organisasi
(Soekidjan, 2009).
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, komitmen adalah
sebagai kesanggupan seseorang dalam menerima konsekuensi
atas apa yang telah menjadi kesepakatan bersama di dalam suatu
hubungan ataupun kerja sama organisasi.
12
b.
Manfaat Komitmen
Manfaat adanya Komitmen dalam organisasi adalah sebagai
berikut :
1)
Para pekerja yang benar-benar menunjukkan komitmen
tinggi terhadap organisasi mempunyai kemungkinan yang
jauh lebih besar untuk menunjukkan tingkat partisipasi yang
tinggi dalam organisasi;
2)
Memiliki keinginan yang lebih kuat untuk tetap bekerja
pada organisasi yang sekarang dan dapat terus memberikan
sumbangan bagi pencapaian tujuan;
3)
Sepenuhnya melibatkan diri pada pekerjaan mereka, karena
pekerjaan tersebut adalah mekanisme kunci dan saluran
individu untuk memberikan sumbangannya bagi pencapaian
tujuan organisasi
c.
Macam – Macam Bentuk Komitmen
Komitmen dibedakan menjadi dalam tiga tingkatan atau
derajat, sebagai berikut (Thomson dan Mabey, 1994) :
1) Komitmen pada tugas (Job Commitment),
Merupakan komitmen yang berhubungan dengan
aktivitas kerja. Komitmen pada tugas dipengaruhi
oleh karakteristik pribadi seperti kesesuaian orang
dengan pekerjaannya dan karakteristik tugas seperti
variasi keterampilan, identitas pekerjaan, tingkat
kepentingan pekerjaan, otonomi, dan umpan balik
pekerjaan.
2) Komitmen pada karir (Career Commitment),
Komitmen
pada
karir
lebih
luas
dan
kuat
dibandingkan dengan komitmen pada pekerjaan
tertentu. Komitmen ini lebih berhubungan dengan
bidang karir daripada sekumpulan aktivitas dan
merupakan
tahap
dimana
persyaratan
suatu
pekerjaan tertentu memenuhi aspirasi karir individu.
13
Ada
kemungkinan
komitmen
yang
individu
tinggi
yang
pada
memiliki
karir
akan
meninggalkan organisasi untuk meraih peluang
yang lebih tinggi lagi.
3) Komitmen
pada
organisasi
(Organizational
Commitment),
Merupakan jenjang komitmen yang paling tinggi
tingkatannya.
Porter
dan
Steers
(1991)
mendefinisikan komitmen organisasi sebagai derajat
keterikatan
relatif
dari
individu
terhadap
organisasinya.
4. Disiplin
a. Pengertian Disiplin
Secara etimologis istilah disiplin berasal dari bahasa Latin
discere yang berarti belajar, dari kata dasar ini timbul kata
disciplus yang berarti murid atau pelajar. Kata “Disciplina”
merunjuk kepada kegiatan belajar dan mengajar. Istilah bahasa
Inggrisnya yaitu “Discipline” yang dikemukakan oleh MacMillan
Dictionary (T. Tu’u, 2004 : 30-31) yang berarti : (a) tertib, taat,
atau mengendalikan tingkah laku atau penguasaan diri, (b) kendali
diri, (c) latihan membentuk, meluruskan, atau menyempurnakan
sesuatu, (d) sebagai kemampuan mental atau karakter moral, (e)
Hukuman yang diberikan untuk melatih atau memperbaiki, (f)
Kumpulan atau sistem peraturan-peraturan bagi tingkah laku;
Selanjutnya S. Arikunto (1980 : 114) mengemukakan
bahwa disiplin merupakan sesuatu yang berkenaan dengan
pengendalian diri seseorang terhadap bentuk-bentuk aturan.
Peraturan
dimaksud
dapat
ditetapkan
oleh
orang
yang
bersangkutan maupun berasal dari luar.
Disiplin menunjuk kepada kepatuhan seseorang dalam
mengikuti peraturan atau tata tertib karena didorong oleh adanya
kesadaran yang ada pada kata hatinya. Menurut T. Rusyandi (1997
14
: 6) bahwa “Disiplin diartikan sebagai suatu sikap atau tingkah
laku dan perbuatan yang sesuai dengan tata aturan atau norma yang
digariskan.” Selanjutnya Lembaga Ketahanan Nasional dalam
bukunya tentang Disiplin Nasional (1997 : 12) mengartikan
disiplin sebagai “Kepatuhan untuk menghormati dan melaksanakan
suatu sistem yang mengharuskan tunduk pada putusan, perintah
atau peraturan yang berlaku.”
Amier Daien Indrakusuma (1973 : 142) mengemukakan
bahwa Disiplin merupakan kesediaan untuk mematuhi peraturanperaturan dan laranga n-larangan. Kepatuhan disini bukan hanya
patuh karena adanya tekanan-tekanan dari luar, melainkan
kepatuhan yang didasarkan oleh adanya kesadaran tentang nilai
dan
pentingnya
peraturan-peraturan
dan
larangan-larangan
tersebut. Sejalan dengan ungkapan tersebut, Darmodiharjo dalam
Usman Radiana (1993 : 23) mengemukakan bahwa : “Disiplin
adalah sikap mental yang mengandung kerelaan untuk memenuhi
semua ketentuan, peraturan dan norma yang berlaku dalam
menunaikan tugas dan tanggung jawab.”
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan
bahwa disiplin merupakan suatu sikap yang dilakukan secara sadar
untuk menaati aturan yang telah ditetapkan dan disepakati
bersama.
b.
Faktor- faktor yang Mempengaruhi Disiplin
Sebagai makhluk sosial, manusia dituntut untuk bersikap
dan berperilaku sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam
masyarakat sebagai patokan atau pedoman bagi benar atau
salahnya perbuatan tindakan manusia dalam masyarakat, untuk
dapat melaksanakannya diperlukan unsur-unsur pola perilaku yang
mendasarinya.
Seseorang yang melakukan perilaku disiplin didorong oleh
motif untuk melakukan hal tersebut. Motif dapat diartikan sebagai
daya penggerak dari dalam dan didalam subjek untuk melakukan
15
aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan. Berawal
dari kata motif itulah maka tumbuh kata motivasi yang diartikan
sebagai daya penggerak menjadi aktif. Motivasi untuk melakukan
sesuatu itu terbagi menjadi dua yaitu motivasi instrinsik dan
motivasi ekstrinsik. Untuk lebih jelasnya berikut penjelasan kedua
motivasi tersebut.
c.
Tujuan Disiplin
Balnadi Sutadipura (1995 : 85) mengemukakan bahwa
disiplin dalam pendidikan bertujuan untuk membentuk manusia
yang mempunyai swa-karma, yang berdisiplin, yang dapat menjadi
anggota masyarakat yang bahagia, yang bebas merdeka, terlepas
dari
segala
ikatan-ikatan
yang
menghambat
terlaksananya
masyarakat adil dan makmur.
Menurut Didit Nur Rosjadi manyatakan bahwa “Disiplin
merupakan suatu tujuan yang diciptakan serba teratur baik melalui
pengendalian diri maupun melalui cara-cara lain sehingga
keteraturan tersebut dapat diperoleh.”
Tujuan disiplin menurut Didit Nur Rosjadi adalah untuk
menciptakan
keteraturan.
T.
Rusyandi
(1997
:
9-10)
mengemukakan 10 tujuan disiplin dalam pembelajaran yaitu
sebagai berikut :
1) Dengan disiplin semua kegiatan dalam proses pembelajaran
dapat terarah, tertib dan teratur sehingga tujuan yang
diharapkan mudah untuk dicapai.
2) Dengan
disiplin
kreatifitas
guru,
siswa
dan
tenaga
kependidikan lainnya dapat terpusat kesatu arah tujuan yang
tepat.
3) Proses pembelajaran yang disiplin dapat menjadikan guru,
siswa dan tenaga kependidikan lainnya bekerja dinamis dan
inovatif, sehingga semua hal yang dilakukannya dapat
menghasilkan sesuatu yang berguna.
16
4) Dengan
disiplin,
proses
pembelajaran
akan
meningkat
kualitasnya, karena akan lebih peka terhadap pengaruh luar,
sehingga tidak mudah terpengaruh oleh hal-hal yang sifatnya
negatif.
5) Dengan disiplin, semua kegiatan dalam proses pembelajran
bisa dilaksanakan secara efektif dan efisien.
6) Dengan disiplin, proses pembelajaran yang sedang berlangsung
dapat
memberikan
suasana
yang
menyenangkan
dan
merangsang aktifitas guru, siswa dan tenaga kependidikan
lainnya.
7) Proses
pembelajaran
yang
berdisiplin
tinggi,
dapat
mengoptimalkan hasil belajar.
8) Kebersamaan disiplin yang kompak dari semua pihak tenaga
kependidikan akan menghasilkan suatu pencapaian tujuan
yang optimal dalam waktu singkat.
9) Pelaksanaan prestasi, disiplin dan loyalitas dan tidak tercela
merupakan manifestasi disiplin nasional.
10) Suasana dan situasi pembelajaran yang berdisiplin mudah
mengarahkan siswa kepada orientasi tujuan.
d.
Manfaat Disiplin
Brown (1985) mengemukakan bahwa manfaat disiplin dalam
pembelajaran adalah untuk mengajarkan hal-hal sebagai berikut, yakni :
(1) Rasa hormat terhadap kewenangan atau otoritas,
(2) Upaya untuk
menanamkan kerjasama, (3) kebutuhan untuk berorganisasi, (4) Rasa
hormat terhadap orang lain, (5) kebutuhan untuk melakukan hal yang
tidak menyenangkan, (6) Contoh perilaku yang tidak disiplin.
Manfaat disiplin adalah akan menyadarkan setiap peserta didik
tentang kedudukannya, baik di kelas maupun di luar kelas, misalnya
kedudukannya sebagai peserta didik yang harus hormat kepada guru dan
kepala sekolah. Disiplin dalam proses belajar mengajar dapat dijadikan
upaya untuk menanamkan kerjasama, baik diantara siswa, siswa dengan
guru,
maupun
siswa
dengan
lingkungannya,
misalnya
dalam
17
melaksanakan aturan-aturan yang telah ditetapkan bersama, serta dengan
ada dan dijunjung tingginya disiplin dalam proses belajar mengajar, setiap
siswa akan tahu dan memahami tentang hak dan kewajibannya serta akan
menghormati dan menghargai hak dan kewajiban orang lain.
Melalui disiplin siswa dipersiapkan untuk mampu menghadapi halhal yang kurang atau tidak menyenangkan dalam kehidupan pada
umumnya dan dalam proses belajar mengajar pada khususnya. Manfaat
disiplin juga dikemukakan oleh Thabrani Rusyan.
Manfaat disiplin menurut Thabrani Rusyan (1997) adalah sebagai
berikut: (a) Disiplin dapat memberikan acuan dan arahan bagi manusia
dalam menjalankan aktifitas sehari-hari, (b) Disiplin dapat mendorong
manusia untuk hidup dengan teratur dan terarah sehingga tujuan hidupnya
dapat tercapai dengan baik, (c) Disiplin dapat mendorong manusia untuk
melakukan kegiatan secara efektif dan efisien, (d) Disiplin membuat
manusia selalu positif dalam melakukan berbagai kegiatn kehidupan, (e)
Disiplin menjadikan kehidupan manusia aman, tertib dan sejahtera.
Berdasarkan penjelasan mengenai manfaat disiplin tersebut penulis
menyimpulkan bahwa disiplin sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia.
Disiplin akan menciptakan suatu kondisi yang teratur, terarah dan tertib,
dan juga dapat mendorong siswa untuk melakukan kegiatan secara efektif
dan efisien dalam belajar baik didalam kelas maupun di luar kelas.
Disiplin juga dapatmenjadikan siswa untuk berpikir lebih kreatif, aktif dan
inovatif sehingga insan yang produktif dapat diwujudkan.
e.
Fungsi Disiplin
Disiplin sangat penting dan dibutuhkan oleh siswa dalam
belajar. Disiplin menjadi prasyarat bagi pembentukan sikap, perilaku
dan tata kehidupan berdisiplin yang akan menjadikan siswa sukses
dalam belajar. Fungsi disiplin menurut T. Tu’u (2004 : 38-44) adalah
sebagai berikut :
1) Menata kehidupan bersama.
Disiplin berguna untuk menyadarkan seseorang bahwa
dirinya perlu menghargai orang lain dengan cara mentaati dan
18
mematuhi peraturan yang berlaku. Ketaatan dan kepatuhan ini
membatasi dirinya merugikan pihak lain, tetapi hubungan dengan
sesama menjadi baik dan lancar dalam kelompok tertentu atau
dalam masyarakat.
2) Membangun kepribadian.
Dengan
disiplin
seseorang
dibiasakan
mengikuti,
mematuhi, mentaati peraturan yang berlaku. Kebiasaan itu lamakelamaan masuk kedalam kesadaran dirinya sehingga akhirnya
menjadi milik kepribadiannya. Disiplin telah menjadi bagian
dalam kehidupan sehari-hari. Lingkungan yang berdisiplin baik,
sangat berpengaruh terhadap kepribadian seseorang.
3) Melatih kepribadian.
Salah satu proses untuk membentuk kepribadian dilakukan
melalui latihan. Hal itu memerlukan waktu dan proses yang
memakan waktu sehingga terbentuk kepribadian yang tertib,
teratur, taat dan patuh.
4) Pemaksaan
Disiplin dapat berfungsi sebagai pemaksaan kepada
seeorang untuk mengikuti peraturan-peraturan yang berlaku
dilingkungannya itu. Melalui pendampingan guru, pemaksaan,
pembiasaan, dan latihan disiplin seperti itu dapat menyadarkan
siswa bahwa disiplin itu penting baginya.
5) Hukuman
Ancaman hukuman atau sanksi sangat penting karena dapat
mendorong dan kekuatan bagi siswa untuk mentaati dan
mematuhinya. Tanpa ancaman hukuman atau sanksi, dorongan
ketaatan dan kepatuhan dapat diperlemah.
6) Menciptakan lingkungan kondusif.
Peraturan sekolah yang dirancang dan diimplementasikan dengan
baik, memberi pengaruh bagi terciptanya sekolah sebagai
lingkungan pendidikan yang kondusif bagi kegiatan pembelajaran.
19
Tanpa ketertiban, suasana kondusif bagi pembelajaran akan
terganggu dan prestasi belajar akan ikut terganggu.
5. Tanggung jawab
Tanggung jawab menurut kamus bahasa indonesia adalah, keadaan
wajib menanggung segala sesuatunya. Bertanggung jawab menurut
kamus umum bahasa indonesia adalah berkewajiban menaggung,
memikul, menanggung segala sesuatunya dan menanggung akibatnya.
Tanggung jawab menurut kamus bahasa indonesia adalah, keadaan
wajib menaggung segala sesuatunya. Sehingga bertanggung jawab
menurut kamus umum bahasa indonesia adalah berkewajiban
menaggung,
memikul,
menanggung
segala
sesuatunya,dan
menanggung akibatnya.
Tanggung jawab adalah pengorbanan . Pada hakikatnya hanya
masing-masing individu yang dapat bertanggungjawab. Hanya mereka
yang memikul akibat dari perbuatan mereka. Oleh karenanya, istilah
tanggungjawab pribadi atau tanggungjawab sendiri sebenarnya
“mubajir”.Suatu masyarakat yang tidak mengakui bahwa setiap
individu mempunyai nilainya sendiri yang berhak diikutinya tidak
mampu menghargai martabat individu tersebut dan tidak mampu
mengenali hakikat kebebasan
Sifat tanggung jawab merupakan salah satu sikap terpuji yang
ada pada diri manusia. Sikap terpuji atau sikap tanggung jawab
tersebut dapat terus membaik ataupun dapat tergeser dari setiap
individu akibat faktor eksternal. Karena tanggung jawab pasti berada
didalam diri manusia dan kita tidak bisa melepaskan diri dari
kehidupan sekitar yang menunutut kepedulian dan tanggung jawab
Tanggung jawab bisa dikelompokkan menjadi 2 hal, yang
pertama yaitu tanggung jawab kepada diri sendiri. Baik buruknya
sesuatu kejadian yang terjadi pada diri kita dipertanggung jawabkan
oleh diri kita, bukan oleh orang lain dan tidak menyalahkan siapapun
ataupun yang paling buruk adalah menyalahkan takdir. Kita
mempunyai tanggung jawab kepada diri kita, berusaha semampunya
20
adalah kunci agar kita dapat mempertanggung jawabkan semua
perbuatan kita di dunia ini. Yang kedua adalah tanggung jawab kepada
orang lain dan lingkungan sekitar, manusia merupakan makhluk sosial
yang membutuhkan orang lain dalam hidupnya untuk pengembangan
dirinya. Dengan kata lain, ia mempunyai kewajiban-kewajiban moral
terhadap lingkungan sosialnya.
Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku
atau perbuatannya
yang di sengaja maupun yang tidak di
sengaja.tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan
kesadaran akan kewajiban mempengaruhi kecerdasan emosional siswa
. Hal ini sesuai dengan pendapat Lickona yang berpendapat bahwa
”pendidikan karakter merupkan upaya untuk berbuat dan bertindak
berdasarkan nilai-nilai dan etika dengan kecerdasan mosional”.
Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, maka tanggung
jawab dapat diartikan sebagai suatu sikap manusia yang secara sadar
mau bertindak dan berbuat untuk menunaikan kewajibannya.
7)
Penelitian Terdahulu
Rujukan penelitian pertama yaitu jurnal Rukiyati dengan judul
Penanaman Nilai Karakter Tanggung Jawab dan Kerja Sama
Terintegrasi
dalam
Perkuliahan
Ilmu
Pendidikan.
Dengan
penelitiannya, peneliti menggunakan metode kualitatif naturalistikinterpretif. Teknik pengumpulan data melelui observasi, wawancara
dan dokumentasi. Kredibilitas dari penelitian ini menggunakan
trianggulasi sumber ganda, trianggulasi metode dan trianggulasi hasil.
Data yang diperoleh berasal dari berbagai macam cara, yakni melalui
pencatatan, pengetikan, penyuntingan, kemudian dilakukan analisis.
Analisis data kualitatif menggunakan kata-kata.
Rujukan penelitian kedua yaitu dari jurnal Noor Miyono
dengan judul Komitmen Menjadi Kepala Sekolah Berkualitas
Melalui Otoritas Profesional dan Moral. Dengan penelitiannya,
peneliti menggunakan metode observasi dan pengalaman empiris
21
selama menjadi asesor SMA/MA provinsi Jawa Tengah.
Berdasarkan penelitian peneliti, proses pembentukan komitmen
bisa dikarenakan : (a) karakteristik organisasi, (b) karakteristik
individu/anggota, (c) pengalaman kerja, (d) tindakan atau
kejadian-kejadian dalam organisasi, (e) proses pertimbangan
dalam keputusan organisasi, (f) tekanan organisasi, (g) proses
sosialisasi dan orientasi kerja, dan (h) transparansi organisasi.
Rujukan penelitian ketiga yaitu dari jurnal Eri Hendro
Kusumo
dari
Universitas
Negeri
Malang
dengan
judul
Implementasi Pendidikan Karakter Pada Kegiatan Ekstrakurikuler
di SMAN 2 Kota Batu. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan
metode pendekatan deskriptif kulitatif. Dalam penelitiannya,
peneliti menjelaskan hubungan antara kegiatan ekstrakurikuler
dapat menambah penanaman karakter dalam diri siswa SMAN 2
Kota Batu.
8) Kerangka Berpikir
Komitmen kelas dibuat untuk menanamkan karakter
disiplin
dan
bertanggung jawab
antara
guru
dan
siswa.
Kesepakatan ini dilakukan guru dan siswa selama berada di dalam
kelas. Tujuan diberlakukannya komitmen kelas untuk menerapkan
perilaku disiplin dan bertanggung jawab pada diri siswa.
Guru
Disiplin
Komitmen
Kelas
Bertanggung
Jawab
Penerapan Perilaku
Disiplin dan
Bertanggung Jawab
Siswa
22
C. Metodologi Penelitian
1. Metode dan alasan menggunakan metode kualitatif
Menurut
Margono
bersifat ”generating
(2004:
theory”bukan
36),
”penelitian
kualitatif
” hypothesis-testing”, sehingga
teori yang dihasilkan berupa teori substantif. Karena itu, isi pada
penelitian kualitatif lebih penting daripada simbol atau atribut seperti
pada penelitian kuantitatif.”
Pada penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif.
Alasan peneliti menggunakan pendekatan ini karena data yang bersifat
holistik, kompleks, dinamis dan penuh makna. Sehingga, kurang tepat
data pada situasi sosial tersebut diperoleh dengan pendekatan
kuantitatif. Di dalam penelitian kualitatif, analisis yang digunakan
lebih bersifat deskriptif-analitik yang berarti interpretasi terhadap isi,
dibuat dan disusun secara sistemik atau menyeluruh dan sistematis.
2. Tempat penelitian
Penelitian dilakukan pada salah satu SD yang ada di kota Semarang,
yakni SDN Wonosari 03.
3. Instrumen penelitian
Pada penelitian ini, peneliti sebagai instrumen penelitian berusaha
mencari informasi dari subjek sebagai orang yang dijadika informan
dalam penelitian yang sedang dilakukan. Peneliti sadar bahwa tujuan
utama adalah mencari informasi bukan menilai situasi sehingga dapata
yang diberikan berupa deskripsi mengenai data yang diperoleh
4. Sampel sumber data
Menurut Moleong (2006:47), “sumber data utama dalampenelitian
kualitatif ialah kata-kata atau tindakan, selebihnya adalah data
tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Dalam penelitian ini yang
dijadikan sumber data salah
satunya adalah
manusia sebagai
informan. Dikarenakan penelitian ini dilakukan pada lembaga
pendidikan, tepatnya di sekolah SDN Wonosari 03 Semarang, maka
dari itu yang menjadi informan yaitu, Ibu Aeni Indiri sebagai guru
kelas IV, bapak Hendra Joko sebagai kepala Sekolah dan beberapa
23
siswa (Ferdi, Deni, Dian, Ayu, Tama) sebagai peserta didik yang
berinteraksi langsung dengan guru di dalam kelas.
Penentuan informan diambil dari lingkungan sekolah informan
dipilih berdasarkan karakteristik kesesuaian
dengan data yang
diperlukan yakni, guru, peserta didik dan kepala sekolah. informan
tersebut, ditentukan dan ditetapkan tidak berdasarkan pada kumlah
yang dibutuhkan, melainkan berdasarkan pertimbangan fungsi dan
peran informan sesuai batas penelitian. Kategori subjek informan
dalam penelitian ini adalah mereka yang terlibat langsung dalam
proses pembelajaran, guru, peserta didik dan kepala sekolah.
Di dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan sampel acak,
tetapi menggunakan sampel bertujuan (purposive sample) sehingga
untuk memperoleh data, peneliti tidak menentukan dari mana dan dari
siapa peneliti memulai. Tetapi bila penelitian sudah berjalan, maka
pemilihan berikutnya bergantung pada apa keperluan peneliti. Dengan
demikian teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik bola salju yaitu mulai dari satu semakin lama semakin banyak
data yang diperoleh.
5.
Teknik pengumpulan data
Pengumpulan
data
yang
dilakukan
oleh
peneliti
yakni
menggunakan observasi langsung di lapangan dan wawancara.
Pelaksanaan wawancara dilakukan oleh peneliti kepada wali kelas 4A
yang kelasnya dijadikan sample. Wawancara yang dilakukan meliputi
karakteristik siswa, perilaku dan sikap siswa selama pembelajaran
berlangsung dan hal-hal yang mengganggu pembelajaran. Dari
wawancara dengan wali kelas 4A, peneliti mencoba untuk mengamati
langsung keadaan yang sebenarnya dengan melakukan observasi
lapangan. Ternyata dari observasi di lapangan, ada beberapa hal yang
mengganggu proses pembelajaran, salah satunya mengenai peraturanperaturan yang masih sering dilanggar siswa. pelanggaran-pelanggaran
aturan ini menyebabkan proses pembelajaran tidak berlangsung
dengan baik dan lancar.
24
a.
Metode Observasi
Observasi adalah mengamati suatu kejadian yang tampak oleh
mata tanpa menggunakan alat bantu apapun. Observasi sendiri
dibagi menjadi 5 tingkatan partisipasi, yaitu non partisipasi
(nonparticipation), partisipasi pasif (passive participation),
partisipasi moderat (moderate participation), partisipasi aktif
(active participation) dan partisipasi 23 lengkap (complete
participation) Dalam penelitian ini peneliti selain sebagai
pengamat, juga menerapkan observasi partisipan, artinya peniliti
terlibat secara partisipatoris di lapangan. Metode ini digunakan
untuk mengadakan pengamatan dan memperoleh data mengenai
letak geografis sekolah, keadaan bangunan dan lingkungannya
serta keadaan guru, siswa, sarana prasarana dan kegiatan di
sekolah.
b.
Metode Wawancara
Penggunaan metode wawancara ini, peneliti melakukan dialog
atau tanya jawab kepada guru dan subjek penelitian (siswa) secara
langsung atau berhadap-hadapan. Dalam hal ini, peneliti memilih
interview bebas sebagai alternatif mengenai hal-hal yang perlu
ditanyakan di lapangan. Metode ini digunakan untuk mengetahui
dan memperoleh gambaran umum sekolah dan nilai-nilai karakter
pada peraturan-peraturan.
6. Teknik analisis data
Analisis data adalah usaha menyelidiki dan menyusun data yang
telah terkumpul dari wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi,
kemudian diolah dan disimpulkan. Analisis data yang digunakan
adalah deskriptif analisis yaitu analisis yang memberikan gambaran
tentang hal-hal yang diteliti. Metode analisis yang digunakan adalah
analisis kualitatif, yaitu metode deskriptif yang penyelidikan tertuju
pada
masa
sekarang
atau
masalah-masalah
aktual
dengan
menggunakan data yang mula-mula disusun, kemudian dianalisa.
25
Penelitian ini tidak menguji hipotesis akan tetapi lebih merupakan
penyusunan abstraksi berdasarkan data yang telah dikumpulkan.
Kegiatan dalam analisis data dalam penelitian ini, yakni: pertama,
kegiatan reduksi data (data reduction). Pada tahap ini, peneliti memilih
hal-hal yang pokok dari data yang di dapat dari lapangan, merangkum,
memfokuskan pada hal-hal yang penting dan dicari tema serta polanya.
Proses reduksi ini dilakukan secara bertahap, selama dan setelah
pengumpulan data sampai laporan hasil. Kedua, penyajian data (data
display), setelah mereduksi data, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplay data. Di dalam kegiatan ini, penulis menyusun kembali
data berdasarkan klasifikasi dan masing-masing topik kemudian
dipisahkan. Topik yang sama disimpan dalam satu tempat. Masingmasing tempat diberi tanda. Ketiga, data yang dikelompokkan pada
kegiatan kedua kemudian diteliti kembali dengan cermat, dilihat mana
data yang telah lengkap dan data yang belum lengkap. Keempat,
setelah data dianggap cukup dan telah sampai pada titik jenuh atau
telah memperoleh kesesuaian, maka kegiatan selanjutnya menyusun
laporan hingga pada akhir pembuatan simpulan.
D. Daftar Pustaka
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta
: PT Asdi Mahasatya
Dunham, R.B., Grube, J.A., dan Castaneda, MB.1994.Organizational
Commitment : Utility of An Integrative Definition. Journal of Applied
Psychology
Herizon. 2012. Penanaman Karakter Kedisiplinan Dan Tanggung Jawab
Terhadap Peserta Didik Dalam Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka.
http://digilib.uinsuka.ac.id/9988/1/BAB%20I,%20IV,%20DAFTAR%20PUSTAKA.
pdf – diunduh tanggal 2 Mei 2015
Luthan, F.1995.Organizational Behavior, Seventh Edition. New York :
McGrown Hill. Inc
26
Mathiew, J.E dan Zajac, D.M. 1990. A Review and Meta-Analysis of The
Antecendents, Correlates, and Consequences Of Organizational
Commitment Psychological Bulletin
Meyer, J.B.1992.Industrial and Organizational Psychology. New York :
Mc Graw Hill International Edition
Moleong,
Lexy
J.2006.Metodologi
Penelitian
Kualitatif.
Bandung:ROSDAKARYA
Muchlas, Makmuri, 1994. Perilaku Organisasi(Organizational Behavior).
PT Karipta : Yogyakarta
Nucci, Larry P. Dan Darcia Narvaez, 2008. Handbook of Moral and
Character Education. New York: Routledge
Porter, L.W., Steers, R.M dan Mowday, R.T. 1982. Organizational
Linkages : The Psychology of Commitment, Absenteeism and
Turnover. San Diego California : Academy Press
Robbins, S.P.2009.Perilaku Organisai, Pearson Education International,
Pearson Hall New Jersey, Jilid I & II, Alih Bahasa Angelica, D,
Cahyani, R, dan Abdul K. Jakarta : Salemba Empat
Rusyan, Thabrani. 1997. Proses Pembelajaran yang Efektif. Bandung
Bima Budhaya Bandung
Rusyandi, T dan D.H.J. 1997. Penerapan Gerakan Disiplin Nasional
dalam Proses Pembelajaran. Cianjur : CV. Kandaga Cipta Karya
Scerenko,
Linda
C.
1997.
Values
and
Character
Education
Implementation Gude, Georgia Department of Education
Soekidjan,
Menjadi
Sp.
KJ.
2009.
Bagian
Komitmen
Dari
Kita.
Organisasi
Dibuka
Sudahkah
pada:
www.kesad.mil.id/category/berita/ditkesad
Sugiyono.2008.Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Bandung : ALFABETA
Sutadipura, Balnadi, (1995), Kompetensi Guru dan Kesehatan Mental.
Bandung : Angkasa
Tu’u. T. 2004. Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta :
Gramedia Widiasarana
27
Winton, Sue, 2010. Character Education: Implications for Critical
Democrazy, International Critical Chilhood Policy Studies, Vol. 1
(I), 2008.
E. Daftar Gambar
Gambar 1. Suasana pembelajaran
Gambar 2. Halaman Sekolah
28
Download