MEMBANGUN KARAKTER DISIPLIN DAN BERTANGGUNG JAWAB SISWA MELALUI KOMITMEN KELAS Silviana Dewi Kel.1/6H : 12120250 A. Pendahuluan 1. Latar Belakang Sekolah merupakan salah satu tempat untuk memperoleh pendidikan dan menanamkan nilai-nilai karakter bagi siswa. Siswa bisa menjadi pintar karena ia mendapatkan pendidikan di sekolahnya. Pendidikan yang diterapkan di sekolah meliputi 3 aspek, yakni pengetahuan, sikap dan keterampilan. Penerapan dari ketiga aspek tersebut dapat terlihat ketika guru mengajar menjelaskan materi dengan menggunakan model yang bermacam-macam, ketersediaan sarana dan prasarana yang lengkap dapat membantu siswa mengasah keterampilan dan aturan yang diterapkan memuat nilai-nilai edukasi. Penerapan ketiga aspek tersebut perlu diimbangi dengan penanaman nilai-nilai karakter. Penanaman nilai-nilai karakter menjadi hal penting yang perlu ditanamkan ke dalam diri siswa. Nilai-nilai karakter yang sering ditanamkan meliputi karakter disiplin dan bertanggung jawab. Sekolah yang mengutamakan penanaman karakter disiplin dan bertanggung jawab terlihat dari peraturan-peraturan yang telah dibuat, misalnya tidak boleh membuang sampah di area sekolah dengan sesuka hati, datang ke sekolah tepat waktu, pakaian siswa tertata rapi dan masih banyak lagi. Selain itu, penanaman nilai-nilai karakter dalam diri siswa dapat terlihat ketika ia sedang bersosialisasi dengan semua warga sekolah, baik dengan kepala sekolah, guru ataupun teman sebaya. Pada saat siswa bersosialisasi maka ia akan berperilaku seperti karakter yang ia miliki sehingga dari cara siswa bersosialisasi, guru, kepala sekolah dan siswa lain dapat melihat dan menilai karakter yang dimiliki siswa tersebut. Seorang guru memiliki pengaruh yang besar dalam menanamkan karakter disiplin dan bertanggung jawab kepada siswanya. Terlebih 1 lagi pada guru SD karena guru SD tidak hanya berperan sebagai seorang guru melainkan juga sebagai wali kelas atau guru kelas. Sebagai guru kelas, selain mengajar siswa, guru juga membimbing dan mendidik siswa baik dalam penanaman karakter ataupun dalam kegiatan pembelajaran. Guru kelas pada jenjang SD selalu mendampingi siswa setiap hari sehingga ia mengetahui bagaimana karakter dari masing-masing siswa yang ada pada kelasnya, baik yang memiliki karakter disiplin dan bertanggung jawab ataupun tidak memiliki kedua karakter tersebut. Berdasarkan pengamatan langsung yang dilakukan oleh penulis di SDN Wonosari 03 Semarang pada kelas 4A, penulis melihat lebih dari 50% peraturan yang ada di dalam kelas sudah dijalankan oleh 32 siswa. Beberapa kedisiplinan yang sudah dilakukan siswa dengan optimal antara lain, masuk kelas tepat waktu, siswa berpakaian rapi dan sebelum memasuki kelas mencium tangan guru. Selain itu, beberapa siswa juga sudah memiliki sikap bertanggung jawab yang dilihat dari mengumpulkan PR sesuai dengan hari yang telah ditetapkan oleh guru, membuang sampah pada tempat sampah dan siswa mengembalikan alat tulis kepada temannya setelah selesai meminjam. Tetapi tidak semua peraturan yang memiliki nilai disiplin dan tanggung jawab dapat dipatuhi siswa. Ada beberapa peraturan yang dalam pelaksanaannya kurang dijalankan secara optimal, yakni 30% siswa berbicara kotor di dalam kelas, 42 % sering berbicara keras sehingga mengganggu siswa di kelas sebelah, 34% siswa belum melaksanakan jadwal piket dengan tertib dan ketika menjawab pertanyaan guru ada 52% siswa saling berebut untuk menjawab pertanyaan sehingga seringkali membuat kelas menjadi tidak kondusif dan tertib. Adanya keadaan kelas yang tidak kondusif dan tertib ini, maka dapat diamati bahwa manajemen kelas yang dilakukan oleh guru kelas belum sepenuhnya berjalan dengan lancar. Akibatnya semua peraturan 2 belum bisa dijalankan dengan disiplin dan bertanggung jawab oleh siswa. Seorang guru harus bisa mengatur kelasnya melalui manajemen kelas yang baik. Guru di dalam kelas menjadi pengatur dan pengelola kelas sehingga apapun yang dilakukan guru akan berdampak kepada siswa. Baik dalam peraturan-peraturan, pembinaan pada diri siswa ataupun dalam pembelajaran di dalam kelas. Melihat kondisi seperti ini, penulis mencoba mencari cara untuk menciptakan manajemen kelas yang baik agar tercipta kedisiplinan dan rasa bertanggung jawab pada siswa. Salah satu cara yang bisa dilakukan yakni dengan mengadakan kesepakatan bersama antara guru dan siswa melalui komitmen kelas. Pelaksanaan komitmen kelas dilakukan sebelum pembelajaran dimulai. Komitmen kelas biasanya berisi aturan yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan oleh guru dan siswa. Misalnya, guru dan siswa menyepakati ketika di dalam kelas siswa yang ingin menjawab pertanyaan harus tunjuk jari terlebih dahulu, berbicara dengan suara yang pelan dan sedang, tidak boleh berbicara kotor dan masih banyak lagi. Pelaksanaan komitmen kelas nantinya harus dilakukan dengan disiplin dan bertanggung jawab. Tujuan utama dari komitmen kelas untuk menumbuhkan karakter disiplin dan bertanggung jawab seluruh siswa kelas pada semua peraturan yang sudah disepakati oleh guru dan siswa. 2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis menemukan beberapa masalah yang menyebabkan siswa tidak bersikap disiplin dan bertanggung jawab. Masalah-masalah yang ada antara lain : No Aspek 1 Disiplin Hasil - Tidak adanya evaluasi dan monitoring setiap minggu - Lemahnya komitmen guru 3 menerapkan peraturan - Guru piket tidak setiap hari ada di sekolah - Pada jam istirahat selesai, siswa masuk kelas terlambat 2 Bertanggung Jawab - Kurangnya pengawasan guru - Lemahnya sanksi yang diberikan - Adanya sikap guru yang acuh terhadap perilaku siswa Beberapa masalah kedisiplinan dan tanggung jawab yang penulis temukan, terlihat bahwa guru sangat berperan penting terhadap penanaman sikap disiplin dan bertanggung jawab. Pada aspek disiplin, sekolah belum bisa mengadakan evaluasi dan monitoring setiap minggu, lemahnya komitmen guru menerapkan peraturan yang berlalu dan sebagainya. Lain halnya pada sikap bertanggung jawab, guru kurang melakukan pengawasan, lemahnya sanksi yang diberikan oleh guru dan masih banyak lagi. 3. Fokus Penelitian Masalah dalam penelitian kualitatif bertumpu pada suatu fokus. Tidak ada satu penelitian yang dapat dilakukan tanpa adanyanya fokus. Menurut Moleong (2006:386), “fokus itu pada dasarnya adalah sumber pokok dari masalah peneltian.” Di dalam latar belakang masalah di atas ada beberapa masalah yang diungkapkan. Akan tetapi, permasalahan hanya difokuskan pada masalah problematika guru dalam pendayagunaan media pembelajaran pada mata pelajaran bahasa Indonesia di sekolah. Adapun fokus masalah dalam penelitian ini, sebagai berikut : a. Karakter Disiplin Bagaimana upaya guru dalam menerapkan perilaku disiplin di dalam kelas ? 4 b. Karakter Bertanggung Jawab Bagaimana upaya guru dalam menerapkan perilaku bertanggung jawab di dalam kelas ? c. Komitmen Kelas Bagaimana penerapan komitmen kelas dalam membangun karakter disiplin dan bertanggung jawab ? Apa saja kendala dalam menerapkan komitmen kelas ? 4. Tujuan Penelitian a. Secara umum Secara umum tujuan penelitian adalah untuk menemukan, mengembangkan dan membutktikan pengetahuan (Sugiyono, 2008: 290). Di dalam penelitian ini, tujuan secara umum dilakukannya penelitian ini untuk menemukan, mengembangkan, dan membuktikan pengetahuan tentang membangun karakter disiplin dan bertanggung jawab melalui komitmen kelas. b. Secara khusus Setiap penelitian pastinya memiliki tujuan yang ingin dicapai. Tujuan khusus yang ingin dicapai dalam peneltian ini, di antaranya: 1) Untuk mengetahui problematika yang dihadapi oleh guru kelas IV SD Wonosari 03 2) Untuk mengetahui upaya yang dilakukan guru dalam menangani masalah kedisiplinan dan bertanggung jawab siswa 3) Untuk menganalisis pengaruh komitmen kelas terhadap pembentukan karakter disiplin dan bertanggung jawab 4) Untuk mendiskripsikan karakter disiplin dan bertanggung jawab 5) Untuk mengetahui faktor-faktor penghambat penerapan komitmen kelas 5. Manfaat Penelitian a) Manfaat Teoritis 5 1) Dapat menambah ilmu tentang cara mengelola kelas dengan baik. 2) Dapat mengembangkan ilmu mengenai pengelolaan kedisiplinan dan tanggung jawab siswa b) Manfaat Praktis 1) Bagi lembaga pendidikan Sebagai bahan masukan dalam rangka penanaman nilai-nilai karakter pada diri siswa. 2) Bagi guru Sebagai salah satu cara untuk mengelola kelas pada saat pembelajaran berlangsung. 3) Bagi siswa Adanya penelitian ini, diharapkan dapat menerapkan peraturanperaturan yang telah disepakati bersama sehingga akan memunculkan karakter disiplin dan bertanggung jawab pada diri siswa. 6. Batasan Istilah Agar dapat dipahami dengan jelas judul proposal ini yaitu Membangun Karakter Disiplin Dan Bertanggung Jawab Siswa Melalui Komitmen Kelas maka terlebih dahulu dijelaskan istilah yang terdapat dalam judul tersebut, antara lain : a) Karakter adalah nilai-nilai atau akhlak budi pekerti yang ada pada diri seseorang yang terejawentahkan dalam pikiran dan perbuatan, pikiran demi pikiran dan tindakan demi tindakan dalam kehidupan sehari-hari b) Pendidikan Karakter adalah upaya atau kegiatan positif yang dilakukan secara sungguh-sungguh oleh guru kepada siswa untuk mengajarkan, mengembangkan, dan mempraktikkan nilai-nilai moral, sosial, emosional dan karakter mulia dalam berhubungan dengan sesama manusia dan Tuhan 6 c) Disiplin merupakan suatu sikap yang dilakukan secara sadar untuk menaati aturan yang telah ditetapkan dan disepakati bersama. d) Bertanggung jawab dapat diartikan sebagai suatu sikap manusia yang secara sadar mau bertindak dan berbuat untuk menunaikan kewajibannya. e) Komitmen adalah sebagai kesanggupan seseorang dalam menerima konsekuensi atas apa yang telah menjadi kesepakatan bersama di dalam suatu hubungan ataupun kerja sama organisasi. B. Landasan Teori 1. Karakter a. Definisi Karakter Karakter dimaknai sebagai cara berpikir dan berperilaku yang khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) karakter merupakan sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain. Dengan demikian karakter adalah nilai-nilai yang unik-baik yang terpatri dalam diri dan terejawentahkan dalam perilaku (Kementerian Pendidikan Nasional, 2010). Nilai-nilai yang unik, baik kemudian dalam Disain Induk Pembangunan Karakter Bangsa 2010-2025 dimaknai sebagai tahu nilai kebaikan, mau berbuat baik dan nyata berkehidupan baik. Scerenko (1997) mendefinikan karakter sebagai atribut atau ciri-ciri yang membentuk dan membedakan ciri pribadi, ciri etis dan kompleksitas mental dari seseorang, suatu kelompok atau bangsa. Sementara itu The Free Dictionary dalam situs onlinenya yang dapat diunduh secara bebas mendefinikan karakter sebagai suatu kombinasi kualitas atau ciri-ciri yang membedakan seseorang 7 atau kelompok atau suatu benda dengan yang lain. Karakter, juga didefinikan sebagai suatu deskripsi dari atribut, ciri-ciri, atau kemampuan seseorang. Menurut Helen G. Douglas, karakter tidak diwariskan, tetapi sesuatu yang dibangun secara berkesinambaungan hari demi hari melalui pikiran dan perbuatan, pikiran demi pikiran, tindakan demi tindakan. Berdasarkan pendapat para ahli tersebut di atas, maka karakter merupakan nilai-nilai atau akhlak budi pekerti yang ada di pada diri seseorang yang terejawentahkan dalam pikiran dan perbuatan, pikiran demi pikiran dan tindakan demi tindakan dalam kehidupan sehari-hari. 2. Pendidikan Karakter a. Definisi Pendidikan Karakter Dalam pengertian yang sederhana, pendidikan karakter adalah hal positif apa saja yang dilakukan guru dan berpengaruh kepada karakter siswa yang diajarnya. Pendidikan karakter adalah upaya sadar dan sungguh-sungguh dari seorang guru untuk mengajarkan nilai-nilai kepada para siswanya (Winton, 2010). Pendidikan karakter telah menjadi sebuah pengembangan pergerakan sosial, pendidikan pengembangan yang mendukung emosioalnya, dan pengembangan etik para siswa. Merupakan suatu upaya proaktif yang dilakukan baik oleh sekolah maupun pemerintah untuk membantu siswa mengembangkan inti pokok dari nilai-nilai etik dan nilai-nilai kinerja seperti kepedulian, kejujuran, kerajinan, fairness, keuletan dan ketabahan (fortitude), tanggung jawab, menghargai diri sendiri dan orang lain. Pendidikan karakter menurut Burke (2001) semata-mata merupakan bagian fundamental dari pendidikan yang baik. Pendidikan karakter juga dapat didefinikan sebagai pendidikan yang mnegembangkan karakter yang mulia (good character) dari peserta didik dengan mempraktikkan dan mengajarkan nilai-nilai moral dan pengambilan keputusan yang beradab dalam hubungan 8 dengan sesama manuisa maupun dalam hubungannya dengan Tuhannya. Definisi ini dikembangkan dari definisi yang dimuat dalam Funderstanding (2006). Departemen Pendidikan Amerika Serikat mendefinikan pendidikan karakter sebagai berikut : “Pendidikan karakter mengajarkan kebiasaan berpikir dan kebiasaan berbuat yang dapat membantu orang-orang hidup dan bekerja bersama sebagai keluarga, sahabat, tetangga, masyarakat, dan bangsa.” Menjelaskan pengertian tersebut dalam brosur Pendidikan Karakter (Charakter Education brochure) dinyatakan bahwa: “ Pendidikan karakter adalah suatu proses pembelajaran yang memberdayakan siswa dan orang dewasa di dalam komunitas sekolah untuk memahami, peduli, dan berbuat berlandaskan nilai-nilai etik seperti respek, keadilan, kebajikan warga (civic virtue) dan kewarganegaraan (citizenship) dan bertanggung jawab terhadao diri sendiri maupun kepada orang lain. Menurut Scerenko (1997) pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai upaya yang sungguh-sungguh dengan cara mana ciri kepribadian positif dikembangkan, didorong, dan diberdayakan melalui keteladanan, kajian (sejarah, dan biografi para bijak dan pemikir besar), serta oraktik emulasi (usaha yang maksimal untuk mewujudkan hikmat dari apa-apa yang diamati dan dipelajari). Sementara itu Arthur dalam makalahnya berjudul Traditional Approaches to Character Education in Britain and America (Nucci and /narvaez, 2008). Berdasarkan pendapat para ahli tersebut di atas, maka pendidikan karakter adalah sebagai upaya atau kegiatan positif yang dilakukan secara sungguh-sungguh oleh guru kepada siswa untuk mengajarkan, mengembangkan, dan mempraktikkan nilai-nilai moral, sosial, emosional dan karakter mulia dalam berhubungan dengan sesama manusia dan Tuhan. b. Tujuan Pendidikan Karakter Pendidikan karakter dalam sekolah memiliki tujuan sebagai berikut: 9 1) Memfasilitasi penguatan dan pengembangan nilai-nilai tertentu sehingga terwujud dalam perilaku anak, baik ketika proses sekolah maupun setelah proses sekolah (setelah lulus dari sekolah). Penguatan dan pengembangan memiliki makna bahwa pendidikan dalam sekolah bukanlah sekedar dogmatisasi nilai kepada peserta didik, tetapi sebuah proses yang membawa peserta didik untuk memahami dan merafleksi bagaimana suatu nilai menjadi penting untuk diwujudkan dalam tingkah laku keseharian manusia. 2) Mengkoreksi tingkah laku peserta didik yang tidak sesuai dengan nilai-nilai yang dikembangkan oleh sekolah.Tujuan ini memiliki makna bahwa pendidikan karakter memiliki sasran untuk meluruskan berbagai tingkah laku anak yang negatif menjadi positif. 3) Membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan masyarakat dalam memerankan tanggung jawab pendidikan karakter secara bersama Menurut presiden Susilo Bambang Yudoyono lima hal dasar yang menjadi tujuan Gerakan Nasional Pendidikan Karakter. Gerakan tersebut diharapkan menciptakan manusia indonesia yang unggul dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Kelima hal dasar tersebut adalah : 1) Manusia Indonesia harus bermoral , berakhlak dan berprilaku yang baik, Oleh karena itu , masyarakat dihimbau menjadi masyarakat religius yang anti kekerasan. 2) Bangsa Indonesia menjadi bangsa yang cerdas dan rasional, berpengetahuan dan memiliki daya nalar yang tinggi. 3) Bangsa Indonesia menjadi bangsa yang inovatif dan mengejar kemajuan serta bekerja keras mengubah keadaan. 4) Harus bisa memperkuat semangat, seberat apapun masalah yang dihadapi jawabnya selalu ada. 10 5) Manusia Indonesia harus menjadi patriot sejati yang mencintai bangsa dan negara serta tanah airnya. c. Fungsi Pendidikan Karakter Pendidikan karakter berfungsi yitu, (1) Mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berfikir baik, dan berprilaku baik, (2) Memperkuat dan membangun prilaku bangsa yang multikultur. (3) Meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia. 3. Komitmen a. Definisi Komitmen Komitmen adalah kemampuan dan kemauan untuk menyelaraskan perilaku pribadi dengan kebutuhan, prioritas dan tujuan organisasi. Hal ini mencakup cara-cara mengembangkan tujuan atau memenuhi kebutuhan organisasi yang intinya mendahulukan misi organisasi dari pada kepentingan pribadi (Soekidjan, 2009). Menurut Meyer dan Allen (1991, dalam Soekidjan, 2009), komitmen dapat juga berarti penerimaan yang kuat individu terhadap tujuan dan nilai-nilai organisasi, dan individu berupaya serta berkarya dan memiliki hasrat yang kuat untuk tetap bertahan di organisasi tersebut. Menurut Van Dyne dan Graham (2005, dalam Muchlas, 2008), faktor-faktor yang mempengaruhi komitmen organisasi adalah: personal, situasional dan posisi. Personal mempunyai ciriciri kepribadian tertentu yaitu teliti, ektrovert, berpandangan positif (optimis), cendrung lebih komit. Lebih lanjut Dyen dan Graham (2005, dalam Muchlas, 2008) menjelaskan karakteristik dari personal yang ada yaitu: usia, masa kerja, pendidikan, jenis kelamin, status perkawinan, dan keterlibatan kerja. Situasional yang mempunyai ciri-ciri dengan adanya: nilai (value) tempat kerja, keadilan organisasi, karakteristik pekerjaan, dan dukungan organisasi. Sedangkan posisional dipengaruhi oleh masa kerja dan tingkat pekerjaan. 11 Meyer dan Allen (1991 dalam Soekidjan, 2009) membagi komitmen organisasi menjadi tiga macam atas dasar sumbernya : a). Affective commitment, berkaitan dengan keinginan secara emosional terikat dengan organisasi, identifikasi serta keterlibatan berdasarkan atas nilai-nilai yang sama, b). Continuance Commitment, Komitmen didasari oleh kesadaran akan biayabiaya yang akan ditanggung jika tidak bergabung dengan organisasi. Disini juga didasari oleh tidak adanya alternatif lain, c). Normative Commitment, komitmen berdasarkan perasaan wajib sebagai anggota/karyawan untuk tetap tinggal karena perasaan hutang budi. Disini terjadi juga internalisasi normanorma. Berdasarkan ketiga jenis komitmen di atas tentu saja yang tertinggi tingkatannya adalah Affective Commitment. Anggota/karyawan dengan Affective Commitment tinggi akan memiliki motivasi dan keinginan untuk berkontribusi secara berarti terhadap organisasi. Sedangkan tingkatan terendah adalah Continuance Commitment. Anggota/karyawan yang terpaksa menjadi anggota/karyawan untuk menghindari kerugian financial atau kerugian berkontribusi lain, akan kurang/tidak dapat diharapkan berarti bagi organisasi. Untuk Normative Commitment, tergantung seberapa jauh internalisasi norma agar anggota/karyawan bertindak sesuai dengan tujuan dan keinginan organisasi. komponen normatif akan menimbulkan perasaan kewajiban atau tugas yang memang sudah sepantasnya dilakukan atas keuntungan-keuntungan yang telah diberikan organisasi (Soekidjan, 2009). Berdasarkan pendapat para ahli di atas, komitmen adalah sebagai kesanggupan seseorang dalam menerima konsekuensi atas apa yang telah menjadi kesepakatan bersama di dalam suatu hubungan ataupun kerja sama organisasi. 12 b. Manfaat Komitmen Manfaat adanya Komitmen dalam organisasi adalah sebagai berikut : 1) Para pekerja yang benar-benar menunjukkan komitmen tinggi terhadap organisasi mempunyai kemungkinan yang jauh lebih besar untuk menunjukkan tingkat partisipasi yang tinggi dalam organisasi; 2) Memiliki keinginan yang lebih kuat untuk tetap bekerja pada organisasi yang sekarang dan dapat terus memberikan sumbangan bagi pencapaian tujuan; 3) Sepenuhnya melibatkan diri pada pekerjaan mereka, karena pekerjaan tersebut adalah mekanisme kunci dan saluran individu untuk memberikan sumbangannya bagi pencapaian tujuan organisasi c. Macam – Macam Bentuk Komitmen Komitmen dibedakan menjadi dalam tiga tingkatan atau derajat, sebagai berikut (Thomson dan Mabey, 1994) : 1) Komitmen pada tugas (Job Commitment), Merupakan komitmen yang berhubungan dengan aktivitas kerja. Komitmen pada tugas dipengaruhi oleh karakteristik pribadi seperti kesesuaian orang dengan pekerjaannya dan karakteristik tugas seperti variasi keterampilan, identitas pekerjaan, tingkat kepentingan pekerjaan, otonomi, dan umpan balik pekerjaan. 2) Komitmen pada karir (Career Commitment), Komitmen pada karir lebih luas dan kuat dibandingkan dengan komitmen pada pekerjaan tertentu. Komitmen ini lebih berhubungan dengan bidang karir daripada sekumpulan aktivitas dan merupakan tahap dimana persyaratan suatu pekerjaan tertentu memenuhi aspirasi karir individu. 13 Ada kemungkinan komitmen yang individu tinggi yang pada memiliki karir akan meninggalkan organisasi untuk meraih peluang yang lebih tinggi lagi. 3) Komitmen pada organisasi (Organizational Commitment), Merupakan jenjang komitmen yang paling tinggi tingkatannya. Porter dan Steers (1991) mendefinisikan komitmen organisasi sebagai derajat keterikatan relatif dari individu terhadap organisasinya. 4. Disiplin a. Pengertian Disiplin Secara etimologis istilah disiplin berasal dari bahasa Latin discere yang berarti belajar, dari kata dasar ini timbul kata disciplus yang berarti murid atau pelajar. Kata “Disciplina” merunjuk kepada kegiatan belajar dan mengajar. Istilah bahasa Inggrisnya yaitu “Discipline” yang dikemukakan oleh MacMillan Dictionary (T. Tu’u, 2004 : 30-31) yang berarti : (a) tertib, taat, atau mengendalikan tingkah laku atau penguasaan diri, (b) kendali diri, (c) latihan membentuk, meluruskan, atau menyempurnakan sesuatu, (d) sebagai kemampuan mental atau karakter moral, (e) Hukuman yang diberikan untuk melatih atau memperbaiki, (f) Kumpulan atau sistem peraturan-peraturan bagi tingkah laku; Selanjutnya S. Arikunto (1980 : 114) mengemukakan bahwa disiplin merupakan sesuatu yang berkenaan dengan pengendalian diri seseorang terhadap bentuk-bentuk aturan. Peraturan dimaksud dapat ditetapkan oleh orang yang bersangkutan maupun berasal dari luar. Disiplin menunjuk kepada kepatuhan seseorang dalam mengikuti peraturan atau tata tertib karena didorong oleh adanya kesadaran yang ada pada kata hatinya. Menurut T. Rusyandi (1997 14 : 6) bahwa “Disiplin diartikan sebagai suatu sikap atau tingkah laku dan perbuatan yang sesuai dengan tata aturan atau norma yang digariskan.” Selanjutnya Lembaga Ketahanan Nasional dalam bukunya tentang Disiplin Nasional (1997 : 12) mengartikan disiplin sebagai “Kepatuhan untuk menghormati dan melaksanakan suatu sistem yang mengharuskan tunduk pada putusan, perintah atau peraturan yang berlaku.” Amier Daien Indrakusuma (1973 : 142) mengemukakan bahwa Disiplin merupakan kesediaan untuk mematuhi peraturanperaturan dan laranga n-larangan. Kepatuhan disini bukan hanya patuh karena adanya tekanan-tekanan dari luar, melainkan kepatuhan yang didasarkan oleh adanya kesadaran tentang nilai dan pentingnya peraturan-peraturan dan larangan-larangan tersebut. Sejalan dengan ungkapan tersebut, Darmodiharjo dalam Usman Radiana (1993 : 23) mengemukakan bahwa : “Disiplin adalah sikap mental yang mengandung kerelaan untuk memenuhi semua ketentuan, peraturan dan norma yang berlaku dalam menunaikan tugas dan tanggung jawab.” Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa disiplin merupakan suatu sikap yang dilakukan secara sadar untuk menaati aturan yang telah ditetapkan dan disepakati bersama. b. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Disiplin Sebagai makhluk sosial, manusia dituntut untuk bersikap dan berperilaku sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat sebagai patokan atau pedoman bagi benar atau salahnya perbuatan tindakan manusia dalam masyarakat, untuk dapat melaksanakannya diperlukan unsur-unsur pola perilaku yang mendasarinya. Seseorang yang melakukan perilaku disiplin didorong oleh motif untuk melakukan hal tersebut. Motif dapat diartikan sebagai daya penggerak dari dalam dan didalam subjek untuk melakukan 15 aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan. Berawal dari kata motif itulah maka tumbuh kata motivasi yang diartikan sebagai daya penggerak menjadi aktif. Motivasi untuk melakukan sesuatu itu terbagi menjadi dua yaitu motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik. Untuk lebih jelasnya berikut penjelasan kedua motivasi tersebut. c. Tujuan Disiplin Balnadi Sutadipura (1995 : 85) mengemukakan bahwa disiplin dalam pendidikan bertujuan untuk membentuk manusia yang mempunyai swa-karma, yang berdisiplin, yang dapat menjadi anggota masyarakat yang bahagia, yang bebas merdeka, terlepas dari segala ikatan-ikatan yang menghambat terlaksananya masyarakat adil dan makmur. Menurut Didit Nur Rosjadi manyatakan bahwa “Disiplin merupakan suatu tujuan yang diciptakan serba teratur baik melalui pengendalian diri maupun melalui cara-cara lain sehingga keteraturan tersebut dapat diperoleh.” Tujuan disiplin menurut Didit Nur Rosjadi adalah untuk menciptakan keteraturan. T. Rusyandi (1997 : 9-10) mengemukakan 10 tujuan disiplin dalam pembelajaran yaitu sebagai berikut : 1) Dengan disiplin semua kegiatan dalam proses pembelajaran dapat terarah, tertib dan teratur sehingga tujuan yang diharapkan mudah untuk dicapai. 2) Dengan disiplin kreatifitas guru, siswa dan tenaga kependidikan lainnya dapat terpusat kesatu arah tujuan yang tepat. 3) Proses pembelajaran yang disiplin dapat menjadikan guru, siswa dan tenaga kependidikan lainnya bekerja dinamis dan inovatif, sehingga semua hal yang dilakukannya dapat menghasilkan sesuatu yang berguna. 16 4) Dengan disiplin, proses pembelajaran akan meningkat kualitasnya, karena akan lebih peka terhadap pengaruh luar, sehingga tidak mudah terpengaruh oleh hal-hal yang sifatnya negatif. 5) Dengan disiplin, semua kegiatan dalam proses pembelajran bisa dilaksanakan secara efektif dan efisien. 6) Dengan disiplin, proses pembelajaran yang sedang berlangsung dapat memberikan suasana yang menyenangkan dan merangsang aktifitas guru, siswa dan tenaga kependidikan lainnya. 7) Proses pembelajaran yang berdisiplin tinggi, dapat mengoptimalkan hasil belajar. 8) Kebersamaan disiplin yang kompak dari semua pihak tenaga kependidikan akan menghasilkan suatu pencapaian tujuan yang optimal dalam waktu singkat. 9) Pelaksanaan prestasi, disiplin dan loyalitas dan tidak tercela merupakan manifestasi disiplin nasional. 10) Suasana dan situasi pembelajaran yang berdisiplin mudah mengarahkan siswa kepada orientasi tujuan. d. Manfaat Disiplin Brown (1985) mengemukakan bahwa manfaat disiplin dalam pembelajaran adalah untuk mengajarkan hal-hal sebagai berikut, yakni : (1) Rasa hormat terhadap kewenangan atau otoritas, (2) Upaya untuk menanamkan kerjasama, (3) kebutuhan untuk berorganisasi, (4) Rasa hormat terhadap orang lain, (5) kebutuhan untuk melakukan hal yang tidak menyenangkan, (6) Contoh perilaku yang tidak disiplin. Manfaat disiplin adalah akan menyadarkan setiap peserta didik tentang kedudukannya, baik di kelas maupun di luar kelas, misalnya kedudukannya sebagai peserta didik yang harus hormat kepada guru dan kepala sekolah. Disiplin dalam proses belajar mengajar dapat dijadikan upaya untuk menanamkan kerjasama, baik diantara siswa, siswa dengan guru, maupun siswa dengan lingkungannya, misalnya dalam 17 melaksanakan aturan-aturan yang telah ditetapkan bersama, serta dengan ada dan dijunjung tingginya disiplin dalam proses belajar mengajar, setiap siswa akan tahu dan memahami tentang hak dan kewajibannya serta akan menghormati dan menghargai hak dan kewajiban orang lain. Melalui disiplin siswa dipersiapkan untuk mampu menghadapi halhal yang kurang atau tidak menyenangkan dalam kehidupan pada umumnya dan dalam proses belajar mengajar pada khususnya. Manfaat disiplin juga dikemukakan oleh Thabrani Rusyan. Manfaat disiplin menurut Thabrani Rusyan (1997) adalah sebagai berikut: (a) Disiplin dapat memberikan acuan dan arahan bagi manusia dalam menjalankan aktifitas sehari-hari, (b) Disiplin dapat mendorong manusia untuk hidup dengan teratur dan terarah sehingga tujuan hidupnya dapat tercapai dengan baik, (c) Disiplin dapat mendorong manusia untuk melakukan kegiatan secara efektif dan efisien, (d) Disiplin membuat manusia selalu positif dalam melakukan berbagai kegiatn kehidupan, (e) Disiplin menjadikan kehidupan manusia aman, tertib dan sejahtera. Berdasarkan penjelasan mengenai manfaat disiplin tersebut penulis menyimpulkan bahwa disiplin sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Disiplin akan menciptakan suatu kondisi yang teratur, terarah dan tertib, dan juga dapat mendorong siswa untuk melakukan kegiatan secara efektif dan efisien dalam belajar baik didalam kelas maupun di luar kelas. Disiplin juga dapatmenjadikan siswa untuk berpikir lebih kreatif, aktif dan inovatif sehingga insan yang produktif dapat diwujudkan. e. Fungsi Disiplin Disiplin sangat penting dan dibutuhkan oleh siswa dalam belajar. Disiplin menjadi prasyarat bagi pembentukan sikap, perilaku dan tata kehidupan berdisiplin yang akan menjadikan siswa sukses dalam belajar. Fungsi disiplin menurut T. Tu’u (2004 : 38-44) adalah sebagai berikut : 1) Menata kehidupan bersama. Disiplin berguna untuk menyadarkan seseorang bahwa dirinya perlu menghargai orang lain dengan cara mentaati dan 18 mematuhi peraturan yang berlaku. Ketaatan dan kepatuhan ini membatasi dirinya merugikan pihak lain, tetapi hubungan dengan sesama menjadi baik dan lancar dalam kelompok tertentu atau dalam masyarakat. 2) Membangun kepribadian. Dengan disiplin seseorang dibiasakan mengikuti, mematuhi, mentaati peraturan yang berlaku. Kebiasaan itu lamakelamaan masuk kedalam kesadaran dirinya sehingga akhirnya menjadi milik kepribadiannya. Disiplin telah menjadi bagian dalam kehidupan sehari-hari. Lingkungan yang berdisiplin baik, sangat berpengaruh terhadap kepribadian seseorang. 3) Melatih kepribadian. Salah satu proses untuk membentuk kepribadian dilakukan melalui latihan. Hal itu memerlukan waktu dan proses yang memakan waktu sehingga terbentuk kepribadian yang tertib, teratur, taat dan patuh. 4) Pemaksaan Disiplin dapat berfungsi sebagai pemaksaan kepada seeorang untuk mengikuti peraturan-peraturan yang berlaku dilingkungannya itu. Melalui pendampingan guru, pemaksaan, pembiasaan, dan latihan disiplin seperti itu dapat menyadarkan siswa bahwa disiplin itu penting baginya. 5) Hukuman Ancaman hukuman atau sanksi sangat penting karena dapat mendorong dan kekuatan bagi siswa untuk mentaati dan mematuhinya. Tanpa ancaman hukuman atau sanksi, dorongan ketaatan dan kepatuhan dapat diperlemah. 6) Menciptakan lingkungan kondusif. Peraturan sekolah yang dirancang dan diimplementasikan dengan baik, memberi pengaruh bagi terciptanya sekolah sebagai lingkungan pendidikan yang kondusif bagi kegiatan pembelajaran. 19 Tanpa ketertiban, suasana kondusif bagi pembelajaran akan terganggu dan prestasi belajar akan ikut terganggu. 5. Tanggung jawab Tanggung jawab menurut kamus bahasa indonesia adalah, keadaan wajib menanggung segala sesuatunya. Bertanggung jawab menurut kamus umum bahasa indonesia adalah berkewajiban menaggung, memikul, menanggung segala sesuatunya dan menanggung akibatnya. Tanggung jawab menurut kamus bahasa indonesia adalah, keadaan wajib menaggung segala sesuatunya. Sehingga bertanggung jawab menurut kamus umum bahasa indonesia adalah berkewajiban menaggung, memikul, menanggung segala sesuatunya,dan menanggung akibatnya. Tanggung jawab adalah pengorbanan . Pada hakikatnya hanya masing-masing individu yang dapat bertanggungjawab. Hanya mereka yang memikul akibat dari perbuatan mereka. Oleh karenanya, istilah tanggungjawab pribadi atau tanggungjawab sendiri sebenarnya “mubajir”.Suatu masyarakat yang tidak mengakui bahwa setiap individu mempunyai nilainya sendiri yang berhak diikutinya tidak mampu menghargai martabat individu tersebut dan tidak mampu mengenali hakikat kebebasan Sifat tanggung jawab merupakan salah satu sikap terpuji yang ada pada diri manusia. Sikap terpuji atau sikap tanggung jawab tersebut dapat terus membaik ataupun dapat tergeser dari setiap individu akibat faktor eksternal. Karena tanggung jawab pasti berada didalam diri manusia dan kita tidak bisa melepaskan diri dari kehidupan sekitar yang menunutut kepedulian dan tanggung jawab Tanggung jawab bisa dikelompokkan menjadi 2 hal, yang pertama yaitu tanggung jawab kepada diri sendiri. Baik buruknya sesuatu kejadian yang terjadi pada diri kita dipertanggung jawabkan oleh diri kita, bukan oleh orang lain dan tidak menyalahkan siapapun ataupun yang paling buruk adalah menyalahkan takdir. Kita mempunyai tanggung jawab kepada diri kita, berusaha semampunya 20 adalah kunci agar kita dapat mempertanggung jawabkan semua perbuatan kita di dunia ini. Yang kedua adalah tanggung jawab kepada orang lain dan lingkungan sekitar, manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan orang lain dalam hidupnya untuk pengembangan dirinya. Dengan kata lain, ia mempunyai kewajiban-kewajiban moral terhadap lingkungan sosialnya. Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatannya yang di sengaja maupun yang tidak di sengaja.tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajiban mempengaruhi kecerdasan emosional siswa . Hal ini sesuai dengan pendapat Lickona yang berpendapat bahwa ”pendidikan karakter merupkan upaya untuk berbuat dan bertindak berdasarkan nilai-nilai dan etika dengan kecerdasan mosional”. Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, maka tanggung jawab dapat diartikan sebagai suatu sikap manusia yang secara sadar mau bertindak dan berbuat untuk menunaikan kewajibannya. 7) Penelitian Terdahulu Rujukan penelitian pertama yaitu jurnal Rukiyati dengan judul Penanaman Nilai Karakter Tanggung Jawab dan Kerja Sama Terintegrasi dalam Perkuliahan Ilmu Pendidikan. Dengan penelitiannya, peneliti menggunakan metode kualitatif naturalistikinterpretif. Teknik pengumpulan data melelui observasi, wawancara dan dokumentasi. Kredibilitas dari penelitian ini menggunakan trianggulasi sumber ganda, trianggulasi metode dan trianggulasi hasil. Data yang diperoleh berasal dari berbagai macam cara, yakni melalui pencatatan, pengetikan, penyuntingan, kemudian dilakukan analisis. Analisis data kualitatif menggunakan kata-kata. Rujukan penelitian kedua yaitu dari jurnal Noor Miyono dengan judul Komitmen Menjadi Kepala Sekolah Berkualitas Melalui Otoritas Profesional dan Moral. Dengan penelitiannya, peneliti menggunakan metode observasi dan pengalaman empiris 21 selama menjadi asesor SMA/MA provinsi Jawa Tengah. Berdasarkan penelitian peneliti, proses pembentukan komitmen bisa dikarenakan : (a) karakteristik organisasi, (b) karakteristik individu/anggota, (c) pengalaman kerja, (d) tindakan atau kejadian-kejadian dalam organisasi, (e) proses pertimbangan dalam keputusan organisasi, (f) tekanan organisasi, (g) proses sosialisasi dan orientasi kerja, dan (h) transparansi organisasi. Rujukan penelitian ketiga yaitu dari jurnal Eri Hendro Kusumo dari Universitas Negeri Malang dengan judul Implementasi Pendidikan Karakter Pada Kegiatan Ekstrakurikuler di SMAN 2 Kota Batu. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode pendekatan deskriptif kulitatif. Dalam penelitiannya, peneliti menjelaskan hubungan antara kegiatan ekstrakurikuler dapat menambah penanaman karakter dalam diri siswa SMAN 2 Kota Batu. 8) Kerangka Berpikir Komitmen kelas dibuat untuk menanamkan karakter disiplin dan bertanggung jawab antara guru dan siswa. Kesepakatan ini dilakukan guru dan siswa selama berada di dalam kelas. Tujuan diberlakukannya komitmen kelas untuk menerapkan perilaku disiplin dan bertanggung jawab pada diri siswa. Guru Disiplin Komitmen Kelas Bertanggung Jawab Penerapan Perilaku Disiplin dan Bertanggung Jawab Siswa 22 C. Metodologi Penelitian 1. Metode dan alasan menggunakan metode kualitatif Menurut Margono bersifat ”generating (2004: theory”bukan 36), ”penelitian kualitatif ” hypothesis-testing”, sehingga teori yang dihasilkan berupa teori substantif. Karena itu, isi pada penelitian kualitatif lebih penting daripada simbol atau atribut seperti pada penelitian kuantitatif.” Pada penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif. Alasan peneliti menggunakan pendekatan ini karena data yang bersifat holistik, kompleks, dinamis dan penuh makna. Sehingga, kurang tepat data pada situasi sosial tersebut diperoleh dengan pendekatan kuantitatif. Di dalam penelitian kualitatif, analisis yang digunakan lebih bersifat deskriptif-analitik yang berarti interpretasi terhadap isi, dibuat dan disusun secara sistemik atau menyeluruh dan sistematis. 2. Tempat penelitian Penelitian dilakukan pada salah satu SD yang ada di kota Semarang, yakni SDN Wonosari 03. 3. Instrumen penelitian Pada penelitian ini, peneliti sebagai instrumen penelitian berusaha mencari informasi dari subjek sebagai orang yang dijadika informan dalam penelitian yang sedang dilakukan. Peneliti sadar bahwa tujuan utama adalah mencari informasi bukan menilai situasi sehingga dapata yang diberikan berupa deskripsi mengenai data yang diperoleh 4. Sampel sumber data Menurut Moleong (2006:47), “sumber data utama dalampenelitian kualitatif ialah kata-kata atau tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Dalam penelitian ini yang dijadikan sumber data salah satunya adalah manusia sebagai informan. Dikarenakan penelitian ini dilakukan pada lembaga pendidikan, tepatnya di sekolah SDN Wonosari 03 Semarang, maka dari itu yang menjadi informan yaitu, Ibu Aeni Indiri sebagai guru kelas IV, bapak Hendra Joko sebagai kepala Sekolah dan beberapa 23 siswa (Ferdi, Deni, Dian, Ayu, Tama) sebagai peserta didik yang berinteraksi langsung dengan guru di dalam kelas. Penentuan informan diambil dari lingkungan sekolah informan dipilih berdasarkan karakteristik kesesuaian dengan data yang diperlukan yakni, guru, peserta didik dan kepala sekolah. informan tersebut, ditentukan dan ditetapkan tidak berdasarkan pada kumlah yang dibutuhkan, melainkan berdasarkan pertimbangan fungsi dan peran informan sesuai batas penelitian. Kategori subjek informan dalam penelitian ini adalah mereka yang terlibat langsung dalam proses pembelajaran, guru, peserta didik dan kepala sekolah. Di dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan sampel acak, tetapi menggunakan sampel bertujuan (purposive sample) sehingga untuk memperoleh data, peneliti tidak menentukan dari mana dan dari siapa peneliti memulai. Tetapi bila penelitian sudah berjalan, maka pemilihan berikutnya bergantung pada apa keperluan peneliti. Dengan demikian teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik bola salju yaitu mulai dari satu semakin lama semakin banyak data yang diperoleh. 5. Teknik pengumpulan data Pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti yakni menggunakan observasi langsung di lapangan dan wawancara. Pelaksanaan wawancara dilakukan oleh peneliti kepada wali kelas 4A yang kelasnya dijadikan sample. Wawancara yang dilakukan meliputi karakteristik siswa, perilaku dan sikap siswa selama pembelajaran berlangsung dan hal-hal yang mengganggu pembelajaran. Dari wawancara dengan wali kelas 4A, peneliti mencoba untuk mengamati langsung keadaan yang sebenarnya dengan melakukan observasi lapangan. Ternyata dari observasi di lapangan, ada beberapa hal yang mengganggu proses pembelajaran, salah satunya mengenai peraturanperaturan yang masih sering dilanggar siswa. pelanggaran-pelanggaran aturan ini menyebabkan proses pembelajaran tidak berlangsung dengan baik dan lancar. 24 a. Metode Observasi Observasi adalah mengamati suatu kejadian yang tampak oleh mata tanpa menggunakan alat bantu apapun. Observasi sendiri dibagi menjadi 5 tingkatan partisipasi, yaitu non partisipasi (nonparticipation), partisipasi pasif (passive participation), partisipasi moderat (moderate participation), partisipasi aktif (active participation) dan partisipasi 23 lengkap (complete participation) Dalam penelitian ini peneliti selain sebagai pengamat, juga menerapkan observasi partisipan, artinya peniliti terlibat secara partisipatoris di lapangan. Metode ini digunakan untuk mengadakan pengamatan dan memperoleh data mengenai letak geografis sekolah, keadaan bangunan dan lingkungannya serta keadaan guru, siswa, sarana prasarana dan kegiatan di sekolah. b. Metode Wawancara Penggunaan metode wawancara ini, peneliti melakukan dialog atau tanya jawab kepada guru dan subjek penelitian (siswa) secara langsung atau berhadap-hadapan. Dalam hal ini, peneliti memilih interview bebas sebagai alternatif mengenai hal-hal yang perlu ditanyakan di lapangan. Metode ini digunakan untuk mengetahui dan memperoleh gambaran umum sekolah dan nilai-nilai karakter pada peraturan-peraturan. 6. Teknik analisis data Analisis data adalah usaha menyelidiki dan menyusun data yang telah terkumpul dari wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi, kemudian diolah dan disimpulkan. Analisis data yang digunakan adalah deskriptif analisis yaitu analisis yang memberikan gambaran tentang hal-hal yang diteliti. Metode analisis yang digunakan adalah analisis kualitatif, yaitu metode deskriptif yang penyelidikan tertuju pada masa sekarang atau masalah-masalah aktual dengan menggunakan data yang mula-mula disusun, kemudian dianalisa. 25 Penelitian ini tidak menguji hipotesis akan tetapi lebih merupakan penyusunan abstraksi berdasarkan data yang telah dikumpulkan. Kegiatan dalam analisis data dalam penelitian ini, yakni: pertama, kegiatan reduksi data (data reduction). Pada tahap ini, peneliti memilih hal-hal yang pokok dari data yang di dapat dari lapangan, merangkum, memfokuskan pada hal-hal yang penting dan dicari tema serta polanya. Proses reduksi ini dilakukan secara bertahap, selama dan setelah pengumpulan data sampai laporan hasil. Kedua, penyajian data (data display), setelah mereduksi data, maka langkah selanjutnya adalah mendisplay data. Di dalam kegiatan ini, penulis menyusun kembali data berdasarkan klasifikasi dan masing-masing topik kemudian dipisahkan. Topik yang sama disimpan dalam satu tempat. Masingmasing tempat diberi tanda. Ketiga, data yang dikelompokkan pada kegiatan kedua kemudian diteliti kembali dengan cermat, dilihat mana data yang telah lengkap dan data yang belum lengkap. Keempat, setelah data dianggap cukup dan telah sampai pada titik jenuh atau telah memperoleh kesesuaian, maka kegiatan selanjutnya menyusun laporan hingga pada akhir pembuatan simpulan. D. Daftar Pustaka Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT Asdi Mahasatya Dunham, R.B., Grube, J.A., dan Castaneda, MB.1994.Organizational Commitment : Utility of An Integrative Definition. Journal of Applied Psychology Herizon. 2012. Penanaman Karakter Kedisiplinan Dan Tanggung Jawab Terhadap Peserta Didik Dalam Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka. http://digilib.uinsuka.ac.id/9988/1/BAB%20I,%20IV,%20DAFTAR%20PUSTAKA. pdf – diunduh tanggal 2 Mei 2015 Luthan, F.1995.Organizational Behavior, Seventh Edition. New York : McGrown Hill. Inc 26 Mathiew, J.E dan Zajac, D.M. 1990. A Review and Meta-Analysis of The Antecendents, Correlates, and Consequences Of Organizational Commitment Psychological Bulletin Meyer, J.B.1992.Industrial and Organizational Psychology. New York : Mc Graw Hill International Edition Moleong, Lexy J.2006.Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:ROSDAKARYA Muchlas, Makmuri, 1994. Perilaku Organisasi(Organizational Behavior). PT Karipta : Yogyakarta Nucci, Larry P. Dan Darcia Narvaez, 2008. Handbook of Moral and Character Education. New York: Routledge Porter, L.W., Steers, R.M dan Mowday, R.T. 1982. Organizational Linkages : The Psychology of Commitment, Absenteeism and Turnover. San Diego California : Academy Press Robbins, S.P.2009.Perilaku Organisai, Pearson Education International, Pearson Hall New Jersey, Jilid I & II, Alih Bahasa Angelica, D, Cahyani, R, dan Abdul K. Jakarta : Salemba Empat Rusyan, Thabrani. 1997. Proses Pembelajaran yang Efektif. Bandung Bima Budhaya Bandung Rusyandi, T dan D.H.J. 1997. Penerapan Gerakan Disiplin Nasional dalam Proses Pembelajaran. Cianjur : CV. Kandaga Cipta Karya Scerenko, Linda C. 1997. Values and Character Education Implementation Gude, Georgia Department of Education Soekidjan, Menjadi Sp. KJ. 2009. Bagian Komitmen Dari Kita. Organisasi Dibuka Sudahkah pada: www.kesad.mil.id/category/berita/ditkesad Sugiyono.2008.Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : ALFABETA Sutadipura, Balnadi, (1995), Kompetensi Guru dan Kesehatan Mental. Bandung : Angkasa Tu’u. T. 2004. Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta : Gramedia Widiasarana 27 Winton, Sue, 2010. Character Education: Implications for Critical Democrazy, International Critical Chilhood Policy Studies, Vol. 1 (I), 2008. E. Daftar Gambar Gambar 1. Suasana pembelajaran Gambar 2. Halaman Sekolah 28