7 BAB 2 KAJIAN TEORI, KAJIAN PUSTAKA, HIPOTESIS 2.1 Kajian

advertisement
BAB 2
KAJIAN TEORI, KAJIAN PUSTAKA, HIPOTESIS
2.1
Kajian Pustaka
Pada bab ini akan dijelaskan berbagai macam teori-teori serta penelitian
terdahulu yang pernah dilakukan berkaitan dengan variabel-variabel dalam penelitian
ini, seperti teori mengenai komunikasi, gaya kepemimpinan, dan komitmen
karyawan yang dibahas secara jelas.
2.1.1
Komunikasi
Komunikasi tidak lepas dari penyampaian dan pemahaman suatu
maksud. Hal yang harus di ingat adalah komunikasi sering diartikan sebagai
persetujuan terhadap pesan bukannya memahami dengan jelas pesan tersebut.
Beberapa penelitian telah menulis defisini mengenai komunikasi,
diantaranya komunikasi merupakan penekanan dan penyampaian maksut
menutut Robbins dan Coulter (2012) “Communications is the transfer and
understanding of meaning. Note the emphasis on the transfer of meaning: if
information or ideas have not been conveyed, communication hasn’t taken
place. The speaker who isn’t heard or the writer whose materials aren’t read
hasn’t communicated.” Komunikasi adalah penyampaian dan pemahaman
suatu maksut. Hal pertama yang harus diperhatikan tentang definisi itu adalah
penekanan pada penyampaian maksud. Itu artinya bahwa jika tidak ada
informasi atau ide yang disampaikan, komunikasi tidak terjadi.
Namun dalam penelitian ini definisi mengenai komunikasi menurut
Deddy Mulyana (2009) Komunikasi didefinisikan secara luas sebagai
“berbagai pengalaman. ”Sampai batas tertentu, setiap makhluk dapat dikatan
melakukan komunikasi dalam pengertian berbagai pengalaman. Dalam buku
ini yang dimaksud dengan komunikasi adalah komunikasi manusia yang
dalam bahasa Inggrisnya adalah human communication.
Dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah penyampaian dan
pemahaman suatu maksud. Hal pertama yang harus diperhatikan tentang
definisi itu adalah penekanan pada penyampaian maksud. Itu artinya bahwa
jika tidak ada informasi atau ide yang disampaikan, komunikasi tidak terjadi.
Hal yang harus diingat adalah komunikasi yang baik sering kali diartikan
7
8
secara keliru oleh komunikator sebagai persetujuan terhadap pesan bukannya
memahami dengan jelas pesan tersebut.
Komunikasi adalah suatu penyampaian informasi kepada orang lain,
yang diharapkan dapat dimengerti dan dipahami apa yang diharapkan oleh si
penyampai informasi. Dengan adanya komunikasi dapat memudahkan
seseorang dalam mengerjakan sesuatu karena mendapat informasi dan arahan
yang sudah diterima dengan salah satunya melalui komunikasi. Komunikasi
dilakukan oleh manusia, hewan maupun tumbuhan tetapi yang akan dibahas
dalam penelitian ini adalah komunikasi yang terjadi antara sesama karyawan
maupun terhadap atasan.
2.1.2 Dimensi Komunikasi yang Efektif
Dimensi komunikasi yang efektif dapat dilihat Menurut Robbins dan
Coulter (2012) Terdapat 4 fungsi utama, yaitu:
1. Kontrol (control)
"Komunikasi bertindak untuk perilaku karyawan contro dalam
beberapa cara. Misalnya, ketika karyawan diminta untuk dikomunikasikan
setiap pekerjaan berkaitan keluhan kepada manajer langsung mereka, untuk
mengikuti deskripsi pekerjaan mereka, atau untuk mematuhi kebijakan
perusahaan, komunikasi yang digunakan untuk mengontrol. Komunikasi
informal juga mengendalikan perilaku. Ketika kelompok kerja menggoda
anggota siapa yang mengabaikan norma-norma dengan bekerja terlalu keras,
mereka memberikan informasi untuk mengendalikan perilaku anggota ini.”
2. Motivasi (motivation)
"Komunikasi bertindak untuk memotivasi dengan menjelaskan kepada
karyawan apa yang harus dilakukan, seberapa baik mereka lakukan, dan apa
yang dapat dilakukan untuk meningkatkan komitmen jika itu tidak sampai
par. Sebagai karyawan menetapkan tujuan yang spesifik, bekerja menuju
tujuan tersebut, dan menerima umpan balik mengenai kemajuan tujuan
towars, komunikasi diperlukan. "Komunikasi mendorong motivasi dengan
menjelaskan pada karyawan apa yang harus diselesaikan, seberapa baik
mereka melakukannya, dan apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
komitmen jika tidak sederajat. Ketika karyawan menetapkan tujuan tertentu,
9
bekerja untuk tujuan itu, dan menerima umpan balik dari perkembangan
tujuan itu, maka komunikasi diperlukan.
3. Ekspresi Emosional (emotional expression)
“Bagi banyak karyawan, kelompok kerja mereka merupakan sumber
utama interaksi sosial. Komunikasi yang terjadi dalam kelompok adalah
mekanisme mendasar dimana anggota berbagi frustrasi dan perasaan
kepuasan. Komunikasi, oleh karena itu, menyediakan rilis untuk ekspresi
emotionl perasaan dan pemenuhan kebutuhan sosial.” Bagi banyak karyawan,
kelompok kerja mereka adalah sumber utama dari interaksi sosial.
Komunikasi yang terjadi di dalam kelompok adalah mekanisme fundamental
di mana anggotanya berbagi rasa frustasi dan perasaan puas.
4. Informasi (information)
“Akhirnya, individu dan kelompok memerlukan informasi untuk
menyelesaikan sesuatu dalam organisasi. Komunikasi memberikan informasi
tersebut."
Individu
dan
kelompok
memerlukan
informasi
untuk
menyelesaikan sesuatu dalam organisasi. Oleh karena itu, komunikasi
menyediakan informasi tersebut.
Dalam komunikasi terdapat 4 fungsi yaitu: Kontrol (control),
Motivasi (motivation), Ekspresi Emosional (emotional expression), Informasi
(information). Dengan adanya keempat fungsi tersebut diharapkan dalam
komunikasi dapat membawa keuntungan dan sisi positif bagi diri sendiri,
orang lain, maupun organisasi atau perusahaan dimana karyawan berkerja.
2.1.3 Hambatan Komunikasi yang Efektif
Hambatan dalam komunikasih yang efektif dijelaskan Menurut
Robbins (2012:437-438) Terdapat beberapa hambatan-hambatan yang lebih
termuka terhadap komunikasi yang efektif, yaitu sebagai berikut:
1. Penyaringan (filtering)
Penyaringan adalah manipulasi yang disengaja untuk membuatnya
tampak, lebih menguntungkan bagi penerima. Mengacu pada pengirim yang
memanipulasi informasi sedemikian rupa sehingga akan tampak lebih
menguntungkan di mata si penerima.
10
2. Emosi (emotion)
Bagaimana penerima merasa ketika pesan diterima mempengaruhi
bagaimana dia atau dia menafsirkannya. Emosi ekstrem yang paling mungkin
untuk menghambat komunikasi efektifitas. Dalam hal demikian, kita sering
mengabaikan proses-proses berpikir rasional dan obyektif dan pengganti
penilaian emosional.
3. Kelebihan Informasi (information overload)
Informasi yang berlebihan, yang ketika informasi melebihi kapasitas
pengolahan kami. Suatu kondisi ketika informasi mengalir masuk melebihi
kemampuan pengolahan seorang individu. Individu-individu memiliki suatu
kapasitas terbatas untuk mengolah data.
4. Defensif (defensiveness)
Ketika orang merasa mereka sedang threated, mereka cenderung
bereaksi dengan cara yang menghambat komunikasi yang efektif dan redunce
kemampuan mereka untuk mencapai saling pengertian. Mereka menjadi
defensif-verbal menyerang lainnya, membuat komentar sinis, menjadi terlalu
menghakimi, atau mempertanyakan motif orang lain.
Bila orang merasa terancam, mereka cenderung bereaksi dengan cara
yang mengurangi kemampuan mereka untuk mencapai pemahaman timbal
balik.
5. Bahasa (language)
Dalam sebuah organisasi, karyawan berasal dari latar belakang yang
beragam dan memiliki pola yang berbeda dari pidato. Bahkan karyawan yang
bekerja untuk organisasi yang sama tetapi dalam departemen yang berbeda
sering memiliki bahasa istilah atau jargon teknis-khusus yang berbeda bahwa
anggota penggunaan kelompok untuk berkomunikasi di antara mereka.
6. Budaya Nasional (national culture)
Dalam sebuah negara individualistis seperti Amerika Serikat,
komunikasi adalah lebih formal dan jelas dibilang. Manajer sangat
bergantung pada laporan, memo, dan bentuk formal lainnya komunikasi.
Dalam komunikasi tidak selalu berjalan dengan mulus, pasti ada
hambatan di awal atau tengah atau akhir dari proses sebuah komunikasi.
Dengan adanya hambatan tersebut dapat mengakibatkan komunikasi tidak
11
berjalan dengan efektif, sehingga pada hasil akhirnya yang dapat berupa
komitmen atau output tidak sesuai dengan harapan karyawan tersebut atau
tujuan pencapaian perusahaan. Hambatan-habatan tersebut yang sudah
dijelaskan secara singkat di atas berupa: Penyaringan (filtering), Emosi
(emotion),
Kelebihan
Informasi
(information
overload),
Defensif
(defensiveness), Bahasa (language), dan Budaya Nasional (national culture).
2.2
Kepemimpinan (Leadership)
Kepemimpinan adalah suatu proses mempengaruhi atau memberi contoh oleh
seorang pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya mencapai suatu tujuan yang
telah direncanakan. Beberapa peneliti telah menulis definisi mengenai gaya
kepemimpinan, diantaranya kepemimpinan merupakan kemampuan dari seorang
pemimpin untuk mempengaruhi bawahannya, kepemimpinan merupakan suatu
proses yang mempengaruhi aktivitas suatu kelompok dalam mencapai sasaran, dan
kepemimpinan merupakan kemampuan untuk mendorong sejumlah orang agar dapat
bekerjasama mencapai suatu tujuan (Mulyanto, 2012; Gary, 2010; Djumino, 2012).
Namun dalam penelitian ini kami menggunakan pengertian kepemimpinan menurut
Gary (2010) kepemimpinan adalah suatu proses yang disengaja dari seseorang untuk
menekankan pengaruhnya yang kuat terhadap orang lain untuk membimbing,
membuat struktur, memfasilitasi aktivitas dan hubungan di dalam kelompok atau
organisasi. Kami memilih pengertian kepemimpinan menurut Gary (2010) karena
menurut kami kepemimpinan merupakan suatu proses yang dilakukan oleh seorang
pemimpin agar mampu membangun hubungan yang baik dengan bawahan nya. Dari
beberapa definisi menurut para ahli dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah
suatu proses mempengaruhi orang lain atau aktifitas suatu kelompok yang
terorganisasi untuk mencapai suatu tujuan.
2.2.1 Definisi Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemmpinan setiap pemimpin tentu berbeda, tergantung dari
masing-masing
pemimpinnya.
Seorang
pemimpin
laki-laki
biasanya
cenderung tegas, sedangkan seorang pemimpin perempuan biasanya lebih
afiliasi.
Beberapa
peneliti
telah
menulis
definisi
mengenai
gaya
kepemimpinan, diantaranya gaya kepemimpinan merupakan cara yang
digunakan pemimpin untuk mempengaruhi orang lain, gaya kepemimpinan
12
merupakan perwujudan dari tingkah laku seorang pemimpin, dan gaya
kepemimpinan merupakan cara yang digunakan dalam proses kepemimpinan
yang diimplementasikan dalam perilaku kepemimpinan seseorang (Ali,2013;
Kristianti,2012 ; Rachmawati,2010). menurut Thoha (2007) adalah cara yang
digunakan oleh seorang pemimpin dalam mempengaruhi bawahan agar
hendak melaksanakan tugas dan kewajiban sesuai dengan yang diharapkan
agar tercapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.Namun dalam
penelitian ini gaya kepemimpinan menurut Thoha (2007) yang penulis
gunakan. Gaya kepemimpinan merupakan pola prilaku para pemimpin yang
dilakukan pemimpin selama melaksanakan suatu pekerjaan dengan dan
melalui orang lain. Penulis mengambil pengertian dari salah satu para ahli ini
karena menurut penulis gaya kepemimpinan merupakan sebuah prilaku dari
seorang pemimpin dalam melaksanakan suatu pekerjaan guna mempengaruhi
orang lain. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa gaya
kepemimpinan adalah suatu cara yang dipergunakan seorang pemimpin untuk
mempengaruhi bawahan nya.
2.2.2 Dimensi Gaya Kepemimpinan
Dimensi Gaya kepemimpinan Menurut Kreitner (2007) dalam Ismail
Solihin (2009) menyimpulkan ada tiga dimensi gaya kepemimpinan antara
lain:
1) Demokratik
Pemimpin mendelegasikan sebagian besar wewenang dan tetap
mempertahankan tanggung jawab utama, pekerjaan dibagi berdasarkan
partisipasi seseorang dalam pengambilan keputusan dan kepemimpinan
demokratik menunjukkan komunikasi dua arah secara aktif dari atas ke
bawah dan dari bawah ke atas.
2) Otoriter
Pemimpin menahan seluruh kewenangan dan tanggung jawab serta
pemimpin menugaskan seseorang melaksanakan
tugas
tertentu
dan
kepemimpin otoriter lebih menunjukkan komunikasi lebih banyak dari atas
kebawah.
13
3) Laissez-faire
Pemimpin menyerahkan tanggung jawab dan wewenang kepada
kelompok, para kelompok diminta untuk mengacukan pekerjaan sesuai
dengan
kehendak mereka
sesuai
dengan
kemampuan mereka dan
kepemimpinan laissez-faire menunjukkan Komunikasi lebih banyak mengalir
secara horizontal diantara para rekan kerja.
2.2.3 Jenis-jenis Kepemimpinan
Adapun jenis-jenis kepemimpinan menurut Kartono kartini (2010)
terbagi menjadi 2 jenis kepemimpinan, yaitu:
•
Pemimpin Formal
Seseorang yang dipilih oleh organisasi / lembaga tertentu ditunjukan
sebagai pemimpin, berdasarkan keputusan dan promosi secara resmi untuk
memangku suatu jabatan dalam struktur organisasi, dengan segala hak dan
kewajiban yang berkaitan dengannya, untuk mencapai tujuan organisasi.
•
Pemimpin Informal
Seseorang yang tidak mendapatkan pengakuan formal sebagai
pemimpin namun karena ia memiliki sejumlah kualitas unggul, ia mencapai
kedudukan sebagai seseorang yang mampu memengaruhi kondisi psikis dan
perilaku suatu kelompok atau masyarakat.
2.3
Komitmen Karyawan
Komitmen karyawan merupakan prilaku yang dimiliki oleh seorang
karyawan terhadap suatu pekerjaan yang dikerjakannya, dan karyawan tersebut
mampu meluangkan waktu lebih banyak yang dimilikinya untuk mengembanggkan
keahlian mereka. Beberapa peneliti telah menulis definisi mengenai komitmen
karyawan, di antaranya komitmnen karyawan merupakan suatu loyalitas individu
kepada organisasi. Individu dengan komitmen organisasi yang tinggi teridentifikasi
kuat dengan organisasi dan secara bangga mempertimbangkan diri mereka sebagai
anggota organisasi (Schermerhorn et al. 2012). Namun dalam penelitian ini menurut
Jaw dan Liu (Olouwakemi Ayodeji Owoyemi, 2011) komitmen karyawan tidak
hanya konsep hubungan manusia tetapi juga melibatkan menghasilkan energi
manusia dan mengarahkan pikiran manusia menjadi aktif. Tanpa komitmen,
pelaksanaan ide-ide baru dan inisiatif akan dimusyawarahkan. Sistem sumber daya
14
manusia dapat memfasilitasi pengembangan atau kompetensi organisasi melalui
memunculkan komitmen karyawan terhadap perusahaan. Sedangkan
Walton
(Olouwakemi Ayodeji Owoyemi, 2011) berpendapat komitmen sebagai strategi
khusus untuk sumber daya manusia yang efek positif akan dirasakan. Tingginya
komitmen karyawan adalah sebuah pendekatan untuk mengelola karyawan, yang
menekankan pada kebutuhan untuk mengembangkan komitmen organisasi antara
karyawan didasarkan pada asumsi bahwa hal itu akan mengarah pada hasil positif
seperti rendahnya absensi, motivasi yang lebih baik dan menghasilkan kinerja yang
unggul. Selain itu, studi terbaru menunjukkan bahwa komitmen karyawan yang
tinggi dapat bekerja dengan baik secara sinergis dan mencerminkan strategi
komitmen umum.
2.3.1 Dimensi Komitmen Karyawan
Dimensi komitmen karyawan menurut Kaswara dan Santoso (2008)
mengemukakan tiga indikator komitmen yang digunakan dalam pendekatan
untuk menentukan komitmen karyawan kepada organisasi, yaitu :
•
Komitmen Berkelanjutan (Continuance Commitment)
Kecenderungan individu untuk tetap menjaga komitmen karyawan
pada organisasi karena tidak ada hal lain yang dapat dikerjakan di luar itu.
Individu dengan Continuance Commitment yang tinggi akan bertahan dalam
organisasi, bukan karena alasan emosional, tapi karena adanya kesadaran
dalam individu tersebut akan kerugian besar yang dialami jika meninggalkan
organisasi. Individu dengan Continuance Commitment yang tinggi akan lebih
bertahan dalam organisasi dibandingkan yang rendah.
•
Komitmen Afektif ( Affective Commitment)
Komitmen dimana individu memiliki hasrat yang kuat untuk tetap
bekerja pada organisasi karna ada kesamaan atau kesepakatan antara nilainilai personal individu dan organisasi. Komitmen afektif didasarkan pada
Goal Congruence Orientation, dimana didalamnya terdapat suatu keterikatan
secara psikologis antara individu dan organisasinya sehingga mempengaruhi
perilaku individu terhadap tugas yang diterimanya. Individu dengan Affective
Commitment yang tinggi memiliki emosional yang erat terhadap organisasi,
yang berarti bahwa individu tersebut akan memiliki motivasi dan keinginan
15
untuk berkontribusi secara berarti terhadap organisasi dibandingkan individu
dengan Affective Commitment yang lebih rendah.
•
Komitmen Normatif ( Normative Commitment)
Komitmen normatif adalah komitmen yang menunjukkan perasaan
individu yang berkewajiban untuk tetap bekerja pada organisasinya, dan juga
menunjukan adanya kewajiban dan tanggung jawab yang harus dipikul.
Individu dengan normative commitment yang tinggi akan tetap bertahan
dalam organisasi karena merasa adanya suatu kewajiban atau tugas. Perasaan
seperti itu akan memotivasi individu untuk bertingkah laku secara baik dan
melakukan tindakan yang tepat bagi oraganisasi. Perusahaan mengharapkan
dengan adanya normative commitment, karyawan memiliki hubungan yang
positif dengan tingkah laku dalam pekerjaan, seperti hasil kinerja, tingkat
kehadiran kerja, dan organization citizenship.
Pada dasarnya melaksanakan komitmen sama saja maknanya dengan
menjalankan kewajiban, tanggung jawab, dan janji yang membatasi
kebebasan seseorang untuk melakukan sesuatu. Jadi karena sudah punya
komitmen maka dia harus mendahulukan apa yang sudah dijanjikan buat
organisasinya ketimbang untuk hanya kepentingan dirinya.
Di sisi lain
komitmen berarti adanya ketaatasasan seseorang dalam bertindak sejalan
dengan janji-janjinya. Semakin tinggi derajat komitmen karyawan semakin
tinggi pula kinerja yang dicapainya. Suatu ketika komitmen diwujudkan
dalam bentuk kesetiaan pengabdian pada organisasi. Namun dalam
prakteknya tidak semua karyawan melaksanakan komitmen seutuhnya. Ada
komitmen yang sangat tinggi dan ada yang sangat rendah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi derajat komitmen adalah faktor
intrinsik dan ekstrinsik karyawan bersangkutan. Faktor-faktor intrinsik
karyawan dapat meliputi aspek-aspek kondisi sosial ekonomi keluarga
karyawan, usia, pendidikan, pengalaman kerja, kestabilan kepribadian, dan
gender. Sementara faktor ekstrinsik yang dapat mendorong terjadinya derajat
komitmen tertentu antara lain adalah keteladanan pihak manajemen
khususnya manajemen puncak dalam berkomitmen di berbagai aspek
organisasi.
16
2.3.2 Faktor yang Mempengaruhi Komitmen Karyawan
Adapun faktor yang mempengaruhi komitmen karyawa menurut
David
(dalam
Minner,
1997)
yang
dikutip
oleh
Sopiah
(2008),
mengemukakan empat faktor yang mempengaruhi komitmen karyawan pada
perusahaan, yaitu :
1. Faktor personal, misalnya usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan,
kepribadian, dll.
2. Karakteristik pekerjaan, misalnya lingkup jabatan, tantangan dalam
pekerjaan, tingkat kesulitan dalam pekerjaan, dll.
3. Karakteristik struktur, misalnya besar atau kecilnya perusahaan,
kehadiran serikat pekerja, dll.
4. Pengalaman kerja. Pengalaman kerja sangat berpengaruh terhadap
tingkat komitmen karyawan pada perusahaan. Karyawan yang baru
beberapa
tahun
bekerja
dan karyawan yang sudah puluhan tahun
bekerja dalam perusahaan tentu memilki tingkat komitmen yang
berlainan.
2.4
State of the Art
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap ilmu. Namun pada
penelitian “Analisi Pengaruh komunikasi dan gaya kepemimpinan terhadap
komitmen karyawan” berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya, dilihat dari
variabel gaya kepemimpinan sebagai variabel bebas dan metode yang digunakan
dimana penelitian ini menggunakan metode analisis regresi sederhada dan berganda
untuk mengukur pengaruh antar masing-masing variabel. Beberapa penelitian
terdahulu lainnya yang dijadikan bahan literatur dan dasar dari penelitian ini
disajikan pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Penelitian terdahulu
No
1.
Penulis
Judul
Hasil Penelitian
Shabnam Hamdi
Effect of Supervisor- Hasil penelitian ini
pada tahun (2012)
Subordinate
menujukan bahwa tidak
Comunnication and
ada kontribusi dari
Leadership Style on
komunikasi Supervisor-
Organizational
Subordinate pada
Commitment of
komitmen berkelanjutan
17
Nurses in Health
mengacu pada dua tipe
Care setting.
kepemimpinan.
Kesimpulannya tingkat
komitmen afektif
berbeda antara staf
perawat dan bergantung
pada kualitas dari
pemimpin dan anggota
komunikasi dan
pertimbangan pemimpin.
2.
Achmad
Sudiro “Pengaruh
(2005)
Hasil penelitian ini
Komunikasi yang
menunjukan bahwa
Efektif dalam
komunikasi yang efektif
Organisasi terhadap
berpengaruh secara
Kepuasan Kerja
signifikan terhadap
Karyawan pada
kepuasan kerja
Bagian Produksi
karyawan. Komunikasi
(Studi Pada PT Tirta
yang efektif sangatlah
Investama Pandaan)” penting bagi perusahaan,
mengingat sumber daya
manusia memiliki
peranan yang sangat
berarti bagi perusahaan.
Demi menjaga itu
semua, maka perusahaan
harus dapat secara terusmenerus untuk
mengevaluasi dan
memperbaiki
komunikasinya.
3.
Muhadi (2007)
“Analisis pengaruh
Hasil penelitian ini
Suraya: Program
kepuasan kerja
menunjukan bahwa
Studi Magister
terhadap komitmen
kepuasan kerja
18
Manajemen.
organisasi dalam
berpengaruh posistif
mempengaruhi
signifikan terhadap
kinerja karyawan”
komitmen organisasi, hal
ini mengandung
pengertian bahwa
komitmen organisasi
dapat ditingkatkan
apabila kepuasan kerja
karyawan merasa
terpenuhi dengan baik.
Variabel kepuasan kerja
merupakan variabel yang
mempunyai pengaruh
yang cukup besar
terhadap komitmen
organisasional karena
semakin tinggi
komitmen organisasi
seorang karyawan maka
secara otomatis kinerja
semakin baik pula
19
2.5
Kerangka Penelitian
Berdasarkan tinjauan pustaka dan identifikasi permasalahan diatas, maka
penelitian ini dapat ditunjukkan oleh model gambar sebagai berikut :
Komunikasi
-Kontrol
-Motivasi
-Ekspresi Emosional
-Informasi
(Menurut Robbins dan
Coulter,2012)
Komitmen Karyawan
-Berkelanjutan
-Afektif
-Normatif
(Kaswara dan Santoso,2008)
Gaya Kepemimpinan
-Otoriter
-Demokratis
-Laissez-faire
(Kreitner,2007)
Gambar 2.1 Kerangka Penelitian
Sumber: Hasil Data Penelitian, 2014
Keterangan :
Menggambarkan pengaruh secara Parsial
Menggambarkan pengaruh secara Simultan
20
2.6
Hipotesis
Hipotesis merupakan kebenaran sementara yang perlu di uji kebenarannya
oleh karena itu hipotesis berfungsi untuk menguji kebenaran suatu teori. Hipotesis
Menurut sugiyono (2007) merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam
bentuk kalimat pertanyaan. Dengan menguji hipotesis dan menegaskan perkiraan
hubungan, diharapkan bahwa solusi dapat ditemukan untuk mengatasi masalah yang
dihadapi. Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan tingkat kepercayaan
sebesar 95%, sehingga tingkat presisi atau batas ketidakakuratan sebesar = 5% =
0,05. Sedangkan hipotesis dalam penelitian ini adalah:
Untuk T-1:
Ho : Tidak ada pengaruh yang signifikan antara Komunikasi (X1) dengan Komitmen
Karyawan (Y).
Ha : Ada pengaruh yang signifikan antara Komunikasi (X1) dengan Komitmen
Karyawan (Y).
Untuk T-2:
Ho: Tidak ada pengaruh yang signifikan antara Gaya Kepemimpinan (X2) dengan
Komitmen Karyawan (Y)
Ha : Ada pengaruh yang signifikan antara Gaya Kepemimpinan (X2) dengan
Komitmen Karyawan (Y).
Untuk T-3:
Ho : Tidak ada pengaruh yang signifikan antara Komunikasi (X1) dan Gaya
Kepemimpinan (X2) dengan Komitmen Karyawan (Y).
Ha : Ada pengaruh yang signifikan antara Komunikasi (X1) dan Gaya
Kepemimpinan (X2) dengan Komitmen Karyawan (Y).
Download