BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen sumber daya manusia adalah aktivitas-aktivitas yang mencoba memfasilitasi orang-orang di dalam organisasi untuk berkontribusi dalam pencapaian rencana strategis organisasi (Werther dan Davis dalam Hanggraeni (2011)). Secara ringkas manajemen sumber daya manusia berhubungan dengan bagaimana sebuah organisasi merancang sistem formal yang menjamin pemanfaatan sumber daya manusia secara efektif dan efisien. Manajemen sumber daya manusia sebagai sebuah aktivitas manajemen tidak akan pernah bisa diabaikan dari pengelolaan organisasi apapun bentuk organisasinya. Secara garis besar, aktivitas manajemen sumber daya manusia terbagi menjadi empat, yaitu : 1) Preparation and selection, terdiri dari : a. Job analysis and design, yaitu sebuah proses yang mempelajari pola-pola aktivitas untuk menentukan tugas, kewajiban, dan tanggung jawab yang diperlukan oleh masing-masing jabatan. b. Human resource planning, yaitu suatu proses peramalan akan kebutuhan sumber daya manusia organisasi di masa depan. Proses peramalan ini menggunakan analisis permintaan dan penawaran tenaga kerja. c. Recruitment, adalah proses menarik, mengundang, dan menemukan orang-orang yang dianggap memenuhi kualifikasi untuk menduduki jabatan tertentu di dalam suatu organisasi. d. Selection, yaitu proses pemilihan kandidat terbaik yang telah dikumpulkan dalam proses rekrutmen. Beberapa aktivitas yang umum digunakan untuk menyaring dan memilih kandidat adalah tes dan wawancara. 2) Development and evaluation, terdiri dari : a. Orientation, placement, and separation. Orientasi bertujuan untuk memperkenalkan nilai-nilai, norma-norma, dan kebiasaan-kebiasaan organisasi sehingga karyawan mampu beradaptasi dan berkinerja dengan baik. Placement adalah proses penentuan posisi seseorang di dalam organisasi. Sedangkan separation adalah suatu kondisi ketika pekerja meninggalkan organisasi, bisa disebabkan karena pensiun, pemutusan hubungan kerja, atau pindah kerja. b. Training and development. Training adalah proses melatih pekerja menjadi sehinggaia bisa berkinerja dengan optimal. Sedangkan development adalah proses melatih pekerja supaya ia mampu untuk mengerjakan tugas-tugas yang mungkin akan diembannya kelak. c. Career planning, yaitu proses ketika seseorang memilih target karirnya dan strategi yang akan ditempuhnya untuk mencapai targetnya tersebut d. Performance appraisal, adalah sebuah proses ketika organiasi mengevaluasi kinerja seorang individu di dalam organisasi. 3) Compensation and protection, terdiri dari : a. Wages and salaries, merupakan imbal balik yang diterima oleh individu sebagai balas jasa atas kontribusinya terhadap organisasi. b. Incentives and gaisharing. Insentif adalah bentuk penghargaan yang diberikan oleh organisasi kepada pekerja berkaitan dengan kinerja yang ditampilkan oleh pekerja tersebut. Sedangkan gainsharing adalah suplemen yang digunakan untuk melengkapi system balas jasa yang berupa upah dan gaji c. Benefits and services, yaitu kompensasi yang tidak berbentuk kas sehingga sering disebut sebagai indirect compensation, seperti asuransi. d. Security, safety, and health. Kesehatan, keselamatan kerja, dan keamanan pekerja adalah hal yang paling penting untuk diperhatikan. 4) Employee rotation, yaitu hubungan yang melibatkan tiga pihak yang berkepentingan dalam proses kerja, yaitu pekerja itu sendiri, organisasi, dan pemerintah. 2.1.2 Motivasi Pada dasarnya kata motivasi berasal dari "motif" .Yang dimaksud dengan "motif" adalah kebutuhan, keinginan, dan hasrat orang (Chaudhary & Sharma (2012) dalam Zameer et al., 2014). Motivasi dalam manajemen ditunjukan pada sumber daya manusia umumnya dan bawahan khususnya. Motivasi mempersoalkan bagaimana cara mengarahkan daya dan potensi bawahan, agar mau bekerja sama secara produktif berhasil mencapai dan mewujudkan tujuan yang telah ditentukan. Motivasi penting karena menyebabkan, menyalurkan, dan mendukung perilaku manusia, supaya mau bekerja giat dan antusias mencapai hasil yang optimal. Berikut beberapa pendapat ahli mengenai motivasi : 1) Motivasi adalah suatu set atau kumpulan perilaku yang memberikan landasan bagi seseorang untuk bertindak dalam suatu cara yang diarahkan kepada tujuan spesifik tertentu (Soeroso (2003) dalam Fahmi, 2013) 2) Motivasi adalah sebuah fungsi dari pengharapan individu bahwa upaya tertentu akan menghasilkan tingkat kinerja yang pada gilirannya akan membuahkan imbalan atau hasil yang dikehendaki (Simamora, 2004). 3) Motivasi adalah suatu dorongan yang menjadi dasar bagi seseorang untuk melakukan sesuatu atau bekerja, bermotivasi tinggi, yakni mereka melakukan upayaupaya besardalam rangka mendukung tujuan unit kerja produksi, dan organisasi dimana ia bekerja (Martoyo (2000) dalam Rizal et al., 2014). 4) Webster mengatakan bahwa motivasi adalah sesuatu yang kita inginkan yang menyebabkan seseorang untuk bertindak juga (Qurat-ul-aan et al. (2012) dalam Asim, 2013). 5) Motivasi ditujukan untuk memberikan kekuatan kepada karyawan dalam rangka bekerja dengan usaha sendiri (Manulang (2002) dalam Rizal et al., 2014)). 6) Motivasi adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang, agar mereka mau bekerja sama, efektif dan terintegrasi dengan segala upayanya untuk mencapai kepuasan (Hasibuan, 2005). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan dorongan dari dalam (diri sendiri), hal yang menyebabkan, menyalurkan dan merupakan latar belakang yang melandasi perilaku seseorang. Menurut Iqbal et al. (2012) dalam Zameer et al. (2014), motivasi karyawan dan kemampuan mereka secara kolektif berpartisipasi dalam kinerja karyawan dan tugas-tugas mereka yang sulit yang diberikan oleh manajer betujuan untuk mendapatkan produktivitas maksimum. Setiap individu sebenarnya memiliki motivasi yang mampu menjadi spirit dalam memacu dan menumbuhkan semangat kerja dalam bekerja. Semangat yang dimiliki oleh seseorang tersebut dapat bersumber dari dirinya maupun dari luar. Motivasi muncul dalam dua bentuk dasar (Soeroso (2003) dalam Fahmi, 2013:108), yaitu : 1) Motivasi ekstrinsik, yaitu motivasi yang muncul dari luar diri seseorang kemudian mendorong orang tersebut untuk membangun dan menumbuhkan semangat motivasi pada dirinya untuk mengubah seluruh sikap yang dimilikinya ke arah yang lebih baik. Contohnya yaitu gaji yang tinggi, jabatan yang terhormat, dan hukuman. 2) Motivasi intrinsik, yaitu motivasi yang muncul dan tumbuh serta berkembang dalam diri orang tersebut, yang kemudian mempengaruhi dia dalam melakukan sesuatu secara bernilai dan berarti. Contohnya yaitu pengetahuan, tanggung jawab, dan pengakuan. 2.1.2.1 Teori Motivasi Pada penelitian ini, peneliti memilih teori motivasi dari McClelland karena menurut peneliti, teori motivasi McClelland dapat melihat motivasi para karyawan PT. Tribangun Usaha Persada melalui tiga macam motivasi yang ada dalam teorinya. David McClelland menjelaskan tentang keinginan seseorang untuk mencapai kinerja tinggi. Teori motivasi berprestasi David McClelland disebut juga sebagai McClelland’s Achievement Motivation Theory. Dalam teorinya, McClelland mengemukakan bahwa motif sosial merupakan motif yang kompleks dan merupakan sumber dari banyak perilaku atau perbuatan manusia (dalam Walgito, 2010). Motif sosial merupakan hal yang penting untuk mendapatkan gambaran tentang perilaku individu dan kelompok. McClelland juga berpendapat bahwa individu mempunyai cadangan energi potensial, yang mana energi ini dilepaskan dan dikembangkan tergantung pada kekuatan atau dorongan motivasi individu dan situasi, serta peluang yang tersedia. Hasil penelitian tentang motivasi berprestasi menunjukkan pentingnya menetapkan target atau standar keberhasilan. Karyawan dengan ciri-ciri motivasi berprestasi yang tinggi akan memiliki keinginan bekerja yang tinggi. McClelland berpendapat bahwa motivasi itu dapat dibedakan dalam : 1) Need for achievement (nAch) Orang dengan kebutuhan yang kuat untuk berprestasi (nAch) ingin mencapai tujuan yang cukup menantang melalui usaha mereka sendiri. Mereka lebih memilih bekerja sendiri bukan dalam tim, dan mereka memilih tugas dengan tingkat risiko sedang (tidak terlalu mudah dan juga tidak terlalu sulit). Orang dengan nAch tinggi juga menginginkan umpan balik (feedback) yang jelas dan pengakuan atas keberhasilan mereka. Mereka juga cenderung menetapkan target yang sulit serta memiliki tujuan yang jelas dan realistik dalam bekerja. Pengusaha sukses cenderung memiliki nAch tinggi. 2) Need for affiliation (nAff) Kebutuhan afiliasi mengacu pada keinginan untuk mencari persetujuan dari orang lain, sesuai dengan keinginan dan harapan mereka, dan menghindari konflik dan konfrontasi. Orang dengan nAff yang kuat mencoba untuk memproyeksikan citra yang menguntungkan diri mereka sendiri dan cenderung untuk secara aktif mendukung orang lain dan mencoba untuk menghindari konflik di tempat kerja. Orang-orang dengan need of affiliation yang tinggi ialah orang yang berusaha mendapatkan persahabatan dan menyukai kerjasama. 3) Need for power (nPow) Orang-orang dengan kebutuhan kekuasaan yang tinggi (nPow) ingin mengendalikan orang lain dan khawatir tentang menjaga posisi kepemimpinan mereka. Mereka yang menikmati kekuasaan mereka untuk memajukan kepentingan pribadi memiliki kekuasaan personalisasi. Individu memiliki motivasi untuk berpengaruh terhadap lingkungannya, memiliki karakter kuat untuk memimpin dan memiliki ide-ide untuk menang. Individu yang memiliki nPow yang tinggi akan mengadakan kontrol, mengendalikan atau memerintah orang lain, dan ini merupakan salah satu indikasi atau salah satu manifestasi dari need for power tersebut. 2.1.3 Komitmen Organisasi Komitmen organisasi didefinisikan sebagai loyalitas karyawan terhadap organisasi melalui penerimaan-penerimaan sasaran, nilai-nilai organisasi, kesediaan atau kemauan untuk berusaha menjadi bagian dari organisasi, serta keinginan untuk bertahan di dalam organisasi (Hatmoko, 2006). Komitmen organisasi menunjukkan sejauh mana seseorang memihak sebuah organisasi serta tujuan-tujuannya dan keinginannya untuk mempertahankan keanggotaan dalam organisasi tersebut (Robbins dan Judge (2007) dalam Rizal et al., 2014) Steers dalam Kuntjoro (2002) (dalam Rizal et al., 2014) mendefinisikan komitmen organisasi sebagai rasa identifikasi (kepercayaan nilai-nilai organisasi), keterlibatan (kesediaan untuk mencoba yang terbaik dalam kepentingan organisasi) dan loyalitas (keinginan untuk tetap menjadi anggota organisasi) yang dinyatakan oleh karyawan. Steers berpendapat bahwa komitmen organisasi adalah suatu kondisi dimana karyawan sangat tertarik pada tujuan, nilai-nilai, dan tujuan organisasi. Miller & Lee (2001) dalam Asiedu et al. (2014) juga menjelaskan bahwa komitmen organisasi sebagian besar ditandai dengan penerimaan karyawan terhadap tujuan organisasi serta kesediaan mereka untuk memberikan yang terbaik bagi organisasi. Sementara menurut Luthan (2005), komitmen organisasi didefinisikan sebagai : 1) Keinginan kuat untuk tetap sebagai anggota organisasi tertentu. 2) Keinginan untuk berusaha keras sesuai keinginan organisasi. 3) Keyakinan tertentu, dan penerimaan nilai dan tujuan organisasi. Williams & Anderson (1991) dalam Asiedu et al. (2014) menekankan bahwa ada efek positif dari komitmen organisasi, yang meliputi perasaan afiliasi, keterikatan dan perilaku kewarganegaraan pada kinerja organisasi, yang berjalan untuk meningkatkan efisiensidan efektivitas organisasi. Komitmen karyawan biasanya diukur dengan prestasi kerja dan frekuensi dimana karyawan mempertimbangkan untuk meninggalkan atau tetap di dalam organisasi (Kimpakorn dan Tocquer (2007) dalam Asiedu et al., 2014). Komitmen organisasi terbangun bila setiap individu mengembangkan tiga sikap yang saling berhubungan terhadap organisasi. Ketiga sikap tersebut adalah identification (pemahaman dari tujuan organisasi), involment (perasaan terlibat dalam suatu pekerjaan), dan loyality (perasaan bahwa organisasi adalah tempat bekerja dan tempat tinggal) (Januarti, 2006). 2.1.3.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Komitmen Organisasi Menurut David (1997) dalam Sopiah (2008), ada empat faktor yang mempengaruhi komitmen karyawan pada organisasi, yaitu : 1) Faktor personal, misalnya usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pengalaman kerja, dan kepribadian. 2) Karakteristik pekerjaan, misalnya lingkup jabatan, tantangan, konflik, peran, dan tingkat kesulitan dalam pekerjaan. 3) Karakteristik struktur, misalnya besar atau kecilnya organisasi, bentuk organisasi, dan kehadiran serikat pekerja. 4) Pengalaman kerja. Sedangkan menurut Steers dan Porter (1983) dalam Sopiah (2008: 164), ada sejumlah faktor yang mempengaruhi komitmen pada perusahaan, yaitu : 1) Faktor personal yang meliputi job expectations, psychological contract, job choice factors, dan karakteristik personal. 2) Faktor perusahaan, meliputi initial works experiences, job scope, supervision, dan goal consistency organizational. 3) Non-organizational factors, meliputi availability of alternative jobs. Jika ada pekerjaan alternatif yang lebih baik, tentu karyawan akan meninggalkannya. 2.1.3.2 Komponen Komitmen Organisasi Komitmen organisasi dipandang sebagai hubungan psikologis yang individu miliki dengan organisasi mereka, ditandai dengan identifikasi yang kuat dengan organisasi dan keinginan untuk berkontribusi pada pencapaian tujuan organisasi (Meyer & Allen (1997) dalam Lumley et al., 2011). Meyer dan Allen (1991) dalam Lumley et al. (2011) memahami komitmen organisasi seperti mencerminkan tiga tema utama, yaitu affective, continuance, dan normative. Komitmen dapat dilihat sebagai titik acuan afektif terhadap organisasi (komitmen affective), pengakuan atas konsekuensi dari meninggalkan organisasi (komitmen continuance), dan tanggung jawab etis untuk tinggal dengan organisasi (komitmen normative) (Meyer &Allen1991). Affective commitment Komitmen affective adalah koneksi psikologis atau emosional individu, identifikasi, dan partisipasi dalam organisasi (Meyer & Allen, 1997). Karyawan yang secara afektif berkomitmen untuk organisasi mungkin akan terus bekerja untuk organisasi karena mereka ingin (Meyer & Allen, 1991). Individu yang berdedikasi pada tingkat emosional biasanya tetap dengan organisasi karena mereka melihat hubungan kerja individual mereka selaras dengan tujuan dan nilai-nilai organisasi dimana mereka sedang bekerja. Pengembangan komitmen affective meliputi identifikasi dengan organisasi dan internalisasi prinsip-prinsip dan standar organisasi (Beck & Wilson (2000) dalam Lumley et al., 2011). Beberapa faktor yang menyebabkan komitmen afektif antara lain karakteristik organisasi, karakteristik pribadi, dan pengalaman kerja. Karakteristik organisasi yang mempengaruhi komitmen afektif adalah cara pengambilan kebijakan perusahaan. Karakteristik pribadi yang mempengaruhi komitmen afektif, antara lain variabel demografis, seperti gender, usia, tingkat pendidikan, dan masa kerja, serta variabel seperti kepribadian, dan nilai (value) yang dianut. Secara keseluruhan hubungan antara variabel demografis dan komitmen afektif tidak konsisten dan kurang kuat. Continuance commitment Komitmen continuance dianggap sebagai kesadaran akan biaya yang harus dikeluarkan jika meninggalkan organisasi. Karena kesadaran individu atau pertimbangan biaya dan ancaman terkait bila meninggalkan organisasi, komitmen continuance dianggap kalkulatif (Meyer & Allen, 1997). Individu dengan komitmen continuance tetap dengan organisasi tertentu karena uang yang mereka peroleh seperti pendapatan karyawan sebagai hasil dari waktu yang mereka habiskan di dalam organisasi, dan bukan karena mereka ingin. Hal ini berbeda dari komitmen affective, di mana individu tetap dengan organisasi karena mereka ingin dan karena mereka terbiasa dengan organisasi dan prinsip-prinsipnya. Normative commitment Komitmen normative emerupakan perasaan-perasaan tentang kewajiban pekerjaan yang harus karyawan berikan kepada organisasi. Komitmen normative dapat dijelaskan sebagai rasa tanggung jawab untuk melanjutkan kerja dengan organisasi tertentu (Meyer & Allen (1997) dalam Lumley et al., 2011). Ide internalisasi mengenai tanggung jawab dan komitmen memungkinkan karyawan melanjutkan keanggotaan yang dihargai oleh organisasi tertentu (Meyer & Allen (1990) dalam Lumley et al., 2011). Unsur normative dipandang sebagai komitmen individual dengan mempertimbangkan moral yang tepat tmengenai mereka yang tersisa dengan organisasi tertentu, tanpa memandang berapa banyak perbaikan status, atau pemenuhan organisasi untuk orang tersebut selama ini (March & Mannari (1977) dalam Lumley et al., 2011). 2.1.4 Kinerja Karyawan Kinerja berasal dari kata performance (Wibowo, 2007). Kinerja pada dasarnya adalah apa yang dilakukan dan tidak dilakukan karyawan (Mathis dan Jackson, 2006:378). Selanjutnya, Mathis dan Jackson menyatakan kinerja karyawan adalah yang mempengaruhi seberapa banyak mereka memberikan kontribusi kepada organisasi yang antara lain kuantitas keluaran, jangka waktu keluaran, kehadiran di tempat kerja, dan kemampuan kerja sama. Menurut Hasibuan (2000) dalam Rizal et al. (2014), kinerja karyawan adalah hasil kerja seseorang dalam melaksanakan tugas yang diberikan kepadanya berdasarkan keahlian, pengalaman, dan juga tekad, sedangkan Mangkunagara (2000) dalam Rizal et al. (2014) menyatakan bahwa kinerja adalah hasil kuantitas kerja dan kualitas kerja yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Kinerja karyawan dianggap sebagai apa yang karyawan lakukan dan apa yang dia tidak lakukan. Kinerja karyawan mencakup kualitas dan kuantitas output, kehadiran di tempat kerja, sifat akomodatif dan suportif, dan ketepatan waktu output. Menurut hasil studi yang dilakukan oleh Yang (2008) dalam Rizwan et al. (2014), kinerja individual menunjukkan bahwa kinerja individu tidak dapat dipastikan. Demikian pula Yang (2008) dalam Rizwan et al. (2014) menegaskan bahwa organisasi dapat menggunakan bonus langsung dan reward berdasarkan kinerja individu jika kinerja karyawan dapat terlihat. Variabel dependen kinerja karyawan mencakup tiga dimensi utama, yaitu produktivitas kerja, kualitas kerja,dan prestasi kerja (Zameer et al., 2014) 2.1.4.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Karyawan Kinerja para karyawan adalah awal dari suatu keberhasilan organisasi untuk mencapai tujuannya (Mathis dan Jackson (2006) dalam Bagyo, 2013). Kinerja seseorang dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu : 1) Kemampuan bawaan (innate abilities) Kemampuan bawaan mencakup bakat, minat, faktor kepribadian , dan faktor fisik. Tingkat keterampilan merupakan bahan mentah yang dimiliki seorang karyawan berupa pengetahuan, pemahaman, kemampuan, kecakapan interpersonal, dan kecakapan teknis. Dengan demikian, kemungkinan seorang karyawan akan mempunyai kinerja yang baik jika karyawan tersebut memiliki tingkat keterampilan yang baik. 2) Usaha yang dicurahkan (effort) Usaha yang dicurahkan dari karyawan bagi perusahaan meliputi motivasi, etika kerja, prestasi kerja, job design, dan intensitas kerja. 3) Dukungan organisasional (organizational support) Dalam dukungan organisasional, perusahaan menyediakan fasilitas bagi karyawan meliputi pelatihan dan pengembangan, peralatan, harapan organisasi yang telah dipahami, produktivitas kelompok kerja, teknologi, dan manajemen. 2.1.4.2 Penilaian Kinerja Penilaian kinerja adalah sebuah proses dimana perusahaan melakukan evaluasi dan penilaian kinerja individu atas pekerjaannya. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa, “Penilaian kinerja merupakan proses mengevalusi seberapa baik karyawan mengerjakan pekerjaan mereka ketika dibandingkan dengan satu set standar, dan kemudian mengkomunikasikan informasi tersebut” (Mathis dan Jackson (2002) dalam Fahmi, 2013). Hasil survey mengungkapkan bahwa penggunaan informasi hasil penilaian kinerja 74,9% digunakan untuk penyusunan kebijakan kompensasi, 48,4% untuk peningkatan kinerja, 40,4% sebagai feedback untuk pekerja, 40,1% untuk kebijakan penempatan karyawan, dan sisanya 30,2% digunakan sebagai dokumentasi untuk mencatat kinerja pekerja selama periode tertentu (Werther dan Davis (1996) dalam Hanggraeni, 2011). Dalam proses penilaian kinerja, ada beberapa elemen penting yang menjadi dasar pokok dari proses ini. Elemen penilaian kinerja inilah yang akan menentukan efektivitas system evaluasi kerja. Performance Appraisal Elements Performance Standard Setting Performance Measurement Feedback Gambar 2.1 Elemen Penilaian Kinerja Sumber: Hanggraeni, 2011 Elemen pertama yang mendasari proses penilaian kinerja adalah penentuan standar-standar kinerja. Standar kinerja adalah patokan-patokan yang akan digunakan sebagai dasar penilaian kinerja actual individu. Elemen kedua adalah pengukuran kinerja, yaitu rating atau angka yang digunakan untuk memberikan penilaian terhadap kinerja seorang karyawan.Elemen terakhir adalah pemberian umpan balik (feedback) yang diberikan kepada karyawan sebagai hasi dari penilaian kinerja mereka. Ini berkaitan dengan hal-hal apa yang harus ditingkatkan, standar apa yang belum terpenuhi, dan keberhasilan-keberhasilan apa yang telah dicapai. 2.1.4.3 Metode Penilaian Kinerja Metode penilaian kinerja terdiri dari empat (Mathis dan Jackson, 2006: 393-399), yaitu : 1) Metode penelitian kategori Metode ini merupakan metode yang paling sederhana. Metode penelitian yang paling umum adalah: a. Skala penelitian grafis, yaitu skala yang memungkinkan penilai untuk menandai kinerja karyawan pada rangkaian kesatuan. b. Checklist, yaitu alat penilai kinerja yang menggunakan daftar pernyataan atau kata-kata yang diberi tanda oleh penilai. 2) Metode komparatif Pada metode ini memerlukan manajer untuk membandingkan secara langsung kinerja karyawan mereka terhadap satu sama lain. Metode komparatif terdiri dari: a. Penentuan peringkat, yaitu menentukan daftar semua karyawan dari yang tertinggi sampai yang terendah dalam kinerja. b. Distribusi paksa, yaitu metode dimana penilaian dari kinerja karyawan didistribusikan sepanjang kurva berbentuk lonceng. 3) Metode naratif Metode ini menguraikan tindakan karyawan dan juga dapat mengidentifikasi penilaian aktual. Metode naratif terdiri dari: a. Metode kejadian penting. Dalam metode ini, manajer menyimpan catatan tertulis mengenai tindakan dalam kinerja karyawan baik yang menguntungkan maupun yang merugikan selama metode penilaian. b. Esai, mengharuskan manajer untuk menulis esai pendek yang menguraikan kinerja setiap karyawan selama metode penilaian. c. Tinjauan lapangan. Metode ini lebih fokus pada siapa yang melakukan evaluasi dalam menggunakan metode ini. Batasan utamanya adalah sejauh mana tingkat kendali pihak luar dalam melakukan proses penilaian ini. 4) Metode perilaku/ tujuan Metode perilaku/ tujuan terdiri dari : a. Pendekatan penilaian perilaku, yaitu menilai lebih pada perilaku karyawan dibandingkan karakteristik lainnya. b. Manajemen berdasarkan tujuan, yaitu menentukan tujuan-tujuan kinerja yang disepakati oleh karyawan dan manajernya untuk dicapai dalam jangka waktu tertentu. 2.1.5 Penelitian Terdahulu Untuk melakukan penelitian ini, maka dilakukan penelusuran lebih lanjut dari penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan. Berikut adalah penelitian terdahulu : Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No Judul Pengarang Objek Hasil Penelitian Penelitian 1 Effect of Muhamad Local Hasil penelitian Compensation Rizal, M Apparatus menunjukkan bahwa on Motivation, Syafiie Work Unit motivasi berpengaruh Organizational Idrus, (LAWU) at langsung dan signifikan Commitment Djumahir, Local Revenue terhadap kinerja karyawan. and Employee Rahayu Management Disimpulkan juga bahwa Performance Mintarti in Kendari komitmen organisasi (Studies at berpengaruh langsung dan Local Revenue signifikan terhadap kinerja Management in karyawan. Kendari City) (2014) 2 Impact of Masood Karyawan di Hasil menunjukkan bahwa Motivation on Asim Perguruan dalam sektor pendidikan, Employee Tinggi di motivasi menunjukkan Performance Pakistan hubungan positif dengan with Effect of kinerja karyawan. Motivasi Training : dapat meningkatkan kinerja Spesific to karyawan. Education Sector of Pakistan (2013) 3 A Comparative Muhammad Sektor publik Hasil penelitian regresi Analysis of the Rizwan, di Pakistan menunjukkan hubungan Factors Mahum positif yang signifikan Effecting the Tariq, antara motivasi karyawan Employee Rabab dan kinerja karyawan Motivation and Hassan, dengan (Beta =0,353) dan(p Employee Amna Performance in Sultan <0,01). Pakistan (2014) 4 The Impact of Hashim Industri Hasil dari penelitian ini the Motivation Zameer, minuman di menunjukkan bahwa jika on the Shehzad Pakistan industri minuman (Coke, Employee’s Ali, Waqar Pepsi dan Gorment) Performance in Nisar, memotivasi karyawan Beverage Muhammad mereka dengan Industry of Amir menggunakan job Pakistan (2014) enrichment, job security, gaji yang wajar dan insentif tambahan lainnya maka kinerja karyawan secara otomatis meningkat dan industri mencapai tujuan merekadengan mudah. Motivasi berkorelasi positif dengan kinerja karyawan di industri minuman dengan nilai p sebesar 0,000 yang signifikan pada1%. 5 Organisational Michael Karyawan Commitment Asiedu, bank komersial mengidentifikasi bahwa and Citizenship Jacob di Ghana Behaviour: Owusu memiliki korelasi Tools to Sarfo, positifyang signifikan Improve Daniel secara statistik terhadap Employee Adjei kinerja karyawan. Performance; an Internal Penelitian ini komitmen organisasi juga Marketing Approach (2014) 6 The Influence of Pei-Ling Hotel Psychological Tsui, Contract and Shyuan Lin, di Taiwan positif dan signifikan Organizational Tung-Han terhadap kinerja Commitment on Yu Yi- internasional Komitmen organisasi memiliki pengaruh yang Hospitality Employee Performance (2013) Sumber: Penulis, 2014 2.2 Kerangka Pemikiran Melalui penelitian ini dapat diketahui pengaruh motivasi dan komitmen organisasi terhadap kinerja karyawan, dimana motivasi dan komitmen organisasi merupakan variabel independen (bebas) dan kinerja karyawan merupakan variabel dependen (terikat). Kerangka pemikiran dari masalah yang ada serta pemecahannya digambarkan sebagai berikut : Motivasi (X1) Need for achievement (nAch) Need for affiliation (nAff) Need for power (nPow) Kinerja Karyawan (Y) Innate abilities Effort Organizational support Komitmen Organisasi (X2) Affective commitment Continuance commitment Normative commitment Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran Sumber : Penulis, 2014 2.3 Hipotesis Hipotesis adalah pernyataan atau dugaan yang bersifat sementara terhadap suatu masalah penelitian yang kebenarannya masih lemah (belum tentu kebenarannya) sehingga harus diuji secara empiris (Purwanto & Sulistyastuti, 2007:137). Hipotesis harus dapat menduga hubungan antara dua variable atau lebih, disini harus dianalisis variabel-variabel yang dianggap turut mempengaruhi gejala-gejala tertentu dan kemudian diselidiki sampai dimana perubahan dalam variabel yang satu membawa perubahan pada variable yang lain. Berdasarkan deskripsi teori dan kerangka pemikiran di atas, maka dapat diajukan tiga hipotesis penelitian sebagai berikut : 1) Untuk T-1 Ho : Tidak ada pengaruh motivasi terhadap kinerja karyawan di PT. Tribangun Usaha Persada Ha : Ada pengaruh motivasi terhadap kinerja karyawan di PT. Tribangun Usaha persada 2) Untuk T-2 Ho : Tidak ada pengaruh komitmen organisasi terhadap kinerja karyawan di PT. Tribangun Usaha Persada Ha : Ada pengaruh antara komitmen organisasi terhadap kinerja karyawan di PT. Tribangun Usaha Persada 3) Untuk T-3 Ho : Tidak ada pengaruh motivasi dan komitmen organisasi secara simultan terhadap kinerja karyawan di PT. Tribangun Usaha Persada Ha : Ada pengaruh motivasi dan komitmen organisasi secara simultan terhadap kinerja karyawan di PT. Tribangun Usaha Persada