Laporan Studi Pustaka (KPM 403) ANALISIS PENGGUNAAN MEDIA KOMUNIKASI DALAM PEMENUHAN INFORMASI PERTANIAN DI KALANGAN PETANI Aldilla Putri I34110029 DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2014 ii PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa Laporan Studi Pustaka yang berjudul “Analisis Penggunaan Media Komunikasi dalam Pemenuhan Informasi Pertanian di Kalangan Petani” benar-benar hasil karya saya sendiri yang belum pernah diajukan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari pustaka yang diterbitkan atau tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam naskah dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Laporan Studi Pustaka. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya bersedia mempertanggungjawabkan pernyataan ini. Bogor, Desember 2014 Aldilla Putri NIM. I34110029 iii ABSTRAK ALDILLA PUTRI. Analisis Penggunaan Media Komunikasi dalam Pemenuhan Informasi Pertanian di Kalangan Petani. Dibawah bimbingan Ir HADIYANTO, MSi. Perkembangan zaman membuat petani harus bisa menemukan cara untuk dapat bertahan melanjutkan kegiatan pertanian mereka. Salah satu caranya adalah dengan secara aktif berinteraksi dengan petani lain maupun mencari informasi dari media komunikasi lain, seperti media massa dan media cetak. Penggunaan media komunikasi oleh petani harus melihat pada kebutuhan informasi yang dirasakan oleh masing-masing petani, artinya antara setiap petani memiliki kebutuhan penggunaan media komunikasi yang berbeda. Kualitas informasi dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan usia dari petani itu sendiri serta dilihat dari karakteristik wilayah pertanian itu sendiri sehingga mempengaruhi penggunaan media komunikasi yang dapat dilihat dari frekuensi penggunaan media, intensitas penggunaan media, dan tingkat kemudahan dalam mengakses media. Kebutuhan informasi petani dapat dianalisis berdasarkan teori uses and gratification. Kata kunci: kebutuhan informasi, kualitas informasi, penggunaan media komunikasi ABSTRACT ALDILLA PUTRI. Analysis of the Use of Communication Media in the Compliance Agricultural Information Among Farmers. Supervised by Ir HADIYANTO, MSi. The times make the farmer should be able to find a way to survive continue their farming activities. One way is by actively interacting with other farmers and seek information from other communication media, such as mass media and print media. The use of communication media by farmers must look at the information needs perceived by each farmer, it means that between every farmer has the need for the use of different communication media. Quality of information is affected by the level of farmers’ education, age, and characteristics of the farming that affects the use of communication media that can be seen from the frequency of use of the media, the intensity of the use of the media, and the ease in accessing the media. Information needs of farmers can be analyzed based on the uses and gratification theory. Keywords: information needs, quality of information, the use of communication media iv ANALISIS PENGGUNAAN MEDIA KOMUNIKASI DALAM PEMENUHAN INFORMASI PERTANIAN DI KALANGAN PETANI Oleh Aldilla Putri I34110029 Laporan Studi Pustaka Sebagai syarat kelulusan KPM 403 pada Mayor Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2014 v LEMBAR PENGESAHAN Dengan ini menyatakan bahwa Laporan Studi Pustaka yang disusun oleh: Nama Mahasiswa : Aldilla Putri Nomor Pokok : I34110029 Judul : Analisis Penggunaan Media Komunikasi dalam Pemenuhan Informasi Pertanian di Kalangan Petani dapat diterima sebagai syarat kelulusan mata kuliah Studi Pustaka (KPM 403) pada Mayor Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Disetujui oleh Ir. Hadiyanto, MSi Dosen Pembimbing Diketahui oleh Dr. Ir. Siti Amanah, MSc Ketua Departemen Tanggal Pengesahan: vi PRAKATA Puji dan syukur penulis ucapkan atas ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Studi Pustaka berjudul “Analisis Penggunaan Media Komunikasi dalam Pemenuhan Informasi Pertanian di Kalangan Petani” ini dengan baik tanpa hambatan dan masalah yang berarti. Laporan Studi Pustaka ini ditujukan untuk memenuhi syarat kelulusan MK Studi Pustaka (KPM 403) pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Bapak Ir. Hadiyanto, Msi sebagai pembimbing yang telah memberikan saran dan masukan selama proses penulisan hingga penyelesaian laporan Studi Pustaka ini. Penulis juga meyampaikan hormat dan terimakasih kepada Bapak Dodi Susanto dan Ibu Evy Magdalena, orang tua tercinta, serta Bagaskara Putra Susanto dan Capriandika Putra Susanto, adik-adik tersayang, yang selalu berdoa dan senantiasa melimpahkan kasih sayangnya untuk penulis. Tidak lupa terimakasih juga penulis sampaikan kepada teman-teman satu bimbingan, yaitu Rika Ratna Sari dan Siti Balqis atas dukungan satu sama lain dan tak lupa kepada teman-teman satu permainan semasa kuliah, yaitu Riski Bayuni Sagala, Rifayana, Nina Juliyana, Tiffany Diahnisa, Nafiah Kurniasih, Yulita Mega Aftari, Weninda Ayu Pramitha, Dwi Jayanti, rekan-rekan Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat angkatan 48 lainnya, serta Rizki Hidayatullah atas semangat dan dukungannya selama ini. Semoga laporan Studi Pustka ini bermanfaat bagi semua pihak. Bogor, Desember 2014 Aldilla Putri NIM. I34110029 vii DAFTAR ISI DAFTAR TABEL ................................................................................................ viii DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... viii PENDAHULUAN ...................................................................................................1 Latar Belakang .................................................................................................... 1 Tujuan Tulisan .................................................................................................... 2 Metode Penulisan ................................................................................................ 2 1. Judul : Tingkat Penggunaan Media Massa dan Peran Komunikasi Anggota Kelompok Peternak dalam Jaringan Komunikasi Penyuluhan Sapi Potong ............................................................................................................. 3 2. Judul : Peranan Media Massa dalam Penyebaran Informasi Pertanian di Kalangan Petani Sayuran di Lampung ............................................................ 5 3. Judul : Pola Komunikasi Petani dalam Rangka Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani di Desa Ngabeyan, Kecamatan Sidoharjo, Kabupaten Wonogiri ......................................................................................................... 6 4. Judul : Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Petani Bawang Merah dalam Penggunaan Pestisida (Studi Kasus di Kabupaten Nganjuk, Provinsi Jawa Timur) ............................................................................................................. 9 5. Judul : Analisis Efektivitas Komunikasi Model Prima Tani sebagai Diseminasi Teknologi Pertanian di Desa Citarik, Kabupaten Karawang, Jawa Barat .............................................................................................................. 11 6. Judul : Kebutuhan Informasi Petani Gurem (Kasus Desa Rowo, Kecamatan Kandangan, Kabupaten Temanggung) ....................................... 12 7. Judul : Media Komunikasi Mendukung Percepatan Alih Teknologi Produksi Padi Sawah di Tingkat Petani ........................................................ 16 8. Judul : Hubungan Perilaku Komunikasi dengan Pemahaman Petani terhadap Fungsi Radio Komunitas (Kasus Radio Komunitas Petani Trisna Alami, Desa Kaliagung, Kecamatan Sentolo, Kabupaten Kulon Progo, Provinsi D.I. Yogyakarta) ............................................................................. 19 9. Judul : Pemanfaatan Informasi oleh Petani Sayuran (Kasus di Desa Ciaruteun Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor) ...................... 20 10. Judul :Perilaku Komunikasi Petani dalam Pencarian Informasi Pertanian Organik (Kasus Petani Bawang Merah di Desa Srigading, Kabupaten Bantul) ........................................................................................ 22 RANGKUMAN DAN PEMBAHASAN ...............................................................24 Kebutuhan Informasi ......................................................................................... 24 Uses and Gratification ....................................................................................... 25 Media Komunikasi ............................................................................................ 26 KESIMPULAN ......................................................................................................30 Hasil Rangkuman dan Pembahasan .................................................................. 30 Perumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian Skripsi ................................... 31 Usulan Kerangka Analisis Baru ........................................................................ 31 Gambar 2. Kerangka Analisis ........................................................................... 32 RIWAYAT HIDUP ................................................................................................35 viii DAFTAR TABEL Tabel 1. Perbedaan antara beberapa media komunikasi menurut kualitas fungsinya ...............................................................................................27 Tabel 2. Karakteristik Media Komunikasi ..........................................................28 DAFTAR GAMBAR Gambar 2. Kerangka Analisis ................................................................................31 PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan zaman yang semakin maju, dengan adanya globalisasi, dan berkembangnya modernisasi mengharuskan petani juga harus mengembangkan kapasitas mereka sendiri dalam memperoleh kebutuhan informasi pertaniannya. Era globalisasi dan modernisasi juga mendukung percepatan perkembangan teknologi. Oleh karena itu, petani sekarang ini tidak hanya dituntut untuk memperoleh informasi dari sesama petani saja tetapi dengan penggunaan media komunikasi lain, seperti komunikasi massa sangat dapat membantu petani dalam memperoleh informasi sesuai dengan kebutuhannya. Media sangat erat kaitannya dengan komunikasi karena media merupakan salah satu komponen atau unsur yang menjadi persyaratan untuk terjadinya suatu komunikasi. Media juga merupakan alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak (Cangara, 2007). Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dewasa ini telah menghasilkan begitu banyak media komunikasi yang dapat digunakan untuk menyampaikan informasi kepada petani. Tetapi di lain pihak, dengan semakin banyaknya media yang tersedia menuntut pertimbangan dalam menetapkan dan menggunakan media komunikasi yang tepat untuk membantu mendiseminasikan suatu informasi. Media komunikasi yang banyak digunakan sebagai media alih teknologi adalah media tercetak (liptan, brosur, dan poster; pertemuan, seminar, temu lapang, dan lain-lain); dan media elektronik (video, kaset, dan lain-lain). Untuk dapat memperoleh atau menggunakan media komunikasi tersebut, diperlukan tindakan atau perilaku untuk mencapai proses komunikasi tersebut. Menurut Cangara (2007), istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari kata Latin communicatio dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama di sini maksudnya adalah sama makna. Seperti yang dipaparkan sebelumnya bahwa untuk mencapai sebuah proses komunikasi perlu adanya perilaku komunikasi yanag dilakukan oleh setiap individu atau kelompok. Menurut Gould dan Kolb yang dikutip oleh Ichwanudin (1998) dalam Nurmayanti (2011), perilaku komunikasi adalah segala aktivitas yang bertujuan untuk mencari dan memperoleh informasi dari berbagai sumber dan untuk menyebarluaskan informasi kepada pihak manapun yang memerlukan. Perilaku komunikasi pada dasarnya berorientasi pada tujuan dalam arti perilaku sesepetani pada umumnya dimotivasi dengan keinginan untuk memperoleh tujuan tertentu. Kebutuhan informasi petani tidak selalu sama satu sama lain. Oleh karena itu perilaku komunikasi dalam penggunaan media komunikasi juga perlu melihat kebutuhan informasi masing-masing petani. Hal tersebut dikarenakan masingmasing media komunikasi memiliki kekurangan dan kelebihan sendiri dalam menyampaikan pesan. Disamping pemakaian media komunikasi yang praktis, masih banyak pula petani yang mempertahankan komunikasi interpesonal antar sesama petani karena sudah menjadi kebiasaan petani tersebut maupun dinilai proses komunikasi yang paling praktis. Kesejahteraan petani yang masih belum merata membuat keberadaan media komunikasi menjadi sangat penting dalam hal penyediaan informasi sesuai 2 dengan kebutuhan petani untuk meningkatkan produktivitas pertanian mereka. Oleh karena itu penggunaan media komunikasi selain komunikasi interpersonal dan komunikasi kelompok dirasa sangat dibutuhkan oleh petani dalam menyediakan informasi pertanian. Namun media komunikasi lain, seperti media massa dan media cetak sampai saat ini tidak dapat menjangkau petani yang berada jauh dari pusat kota. Informasi yang disajikan oleh kedua media komunikasi tersebut juga belum banyak menyediakan informasi tekait pertanian dimana lebih menyediakan informasi terkait hiburan semata. Hal tersebut membuat petani tetap mempercayai sesama petani atau penyuluh dalam memperoleh informasi pertanian sehingga membuat petani di Indonesia sekarang kurang dapat berkembang karena lebih mempercayai informasi turun temurun dari petani sebelumnya. Tujuan Tulisan Penulisan studi pustaka ini bertujuan untuk mengetahui media komunikasi apa saja yang digunakan oleh petani dalam memperoleh informasi sesuai dengan kebutuhan petani. Mengingat perkembangan teknologi semakin cepat terjadi seiring dengan perkembangan zaman, apakah petani dalam menggunakan media komunikasi juga berubah mengikuti zaman atau tidak. Metode Penulisan Metode yang digunakan dalam penulisan studi pustaka ini adalah metode analisa terhadap data sekunder yang relevan dengan topik studi pustaka. Bahan pustaka yang digunakan dalam penulisan ini berasal dari hasil penelitian, yaitu berupa: skripsi, tesis, jurnal ilmiah, dan buku teks yang berkaitan dengan penggunaan media komunikasi di kalangan petani. Bahan pustaka yang sudah terkumpul kemudian dipelajari, disusun, dan dianalisis sehingga menjadi suatu tulisan ilmiah yang berisi tinjauan teoritis dan tinjauan faktual beserta analisis dan sintesisnya. Selanjutnya ialah penarikan hubungan dari studi pustaka ini menghasilkan kerangka pemikiran serta pertanyaan penelitian yang akan digunakan sebagai acuan dalam penelitian yang akan dilakukan. RINGKASAN DAN ANALISIS PUSTAKA 1. Judul Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Jurnal Volume (edisi): hal Alamat URL/doi Tanggal diunduh : Tingkat Penggunaan Media Massa dan Peran Komunikasi Anggota Kelompok Peternak dalam Jaringan Komunikasi Penyuluhan Sapi Potong : 2006 : Jurnal : Elektronik : A. Saleh : Media Peternakan : Vol. 29, No. 2: 107-120 : http://jesl.journal.ipb.ac.id/index.php/mediapeterna kan/article/view/874/247 : 20 Oktober 2014, pukul 17.10 WIB Ringkasan Pustaka: Penelitian ini didesain sebagai penelitian survei deskriptif korelasional dengan analisis menggunakan analisis jaringan komunikasi dan analisis statistik deskriptif. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah telah terjadi pergeseran pola komunikasi peternak anggota kelompok jaringan komunikasi sapi potong dari mengutamakan hubungan komunikasi interpersonal dalam menerima dan menyebarkan informasi ke perilaku komunikasi bermedia, terutama pada perilaku keterdedahan siaran televisi dan surat kabar. Perilaku pemanfaatan media massa di kelompok peternak cenderung telah berubah, yakni dominan terdedah televisi dan radio, yang bukan sepenuhnya dalam mendapatkan informasi teknologi sapi potong tetapi lebih untuk memperoleh berita dan hiburan, karena informasi teknis peternakan tidak disajikan. Kepemilikan media massa (radio, tv, telepon atau hp, berlangganan koran dan majalah) kelompok peternak kurang maju dan maju cukup beragam. Secara keseluruhan, 71% peternak masuk kategori memiliki dua macam media massa, 11% memiliki satu macam (radio atau televisi) dan 8% memiliki tiga atau lebih (kombinasi radio, tv, telepon/hp, suratkabar, majalah), hampir 10% sama sekali tidak punya media massa di rumahnya. Meski demikian peternak menyatakan tetap menyukai menonton tv atau mendengar radio bersama di rumah sanak keluarga atau menumpang di tetangga. Tidak seorangpun peternak kelompok maju yang tidak memiliki media massa. Terdapat 19% peternak yang tak memiliki media massa pada kelompok kurang maju, dengan proporsi terbesar di Surade (23%). Hal ini karena lokasi kelompok pada penelitian ini berada di dataran tinggi sulit mengakses siaran televisi, hanya stasiun RCTI, SCTV dan Indosiar yang bisa ditangkap melalui parabola, karena stasiun relay hanya terdapat di Cibungur yang jaraknya hampir 7 km dari lokasi kelompok. Penelitian ini juga mengungkapkan bahwa media massa yang hampir dimiliki semua peternak ialah televisi (87%) dan radio (76%), media massa lainnya dengan kepemilikan yang masih masih kecil antara lain: handphone (8%), telepon dan koran (masing-masing 6%) dan majalah (hampir 5%). Peternak 4 kelompok maju lebih banyak memiliki tv, telepon, berlangganan surat kabar dan majalah, sedangkan kepemilikan radio lebih sedikit. Terdapat 71% peternak yang mempunyai kedua macam media (radio dan tv) atau kombinasi dengan surat kabar. Dibandingkan kelompok maju, peternak kelompok kurang maju berperilaku mendengarkan siaran radio lebih besar. Bahkan intensitas dengar radio peternak kelompok maju pun jauh lebih banyak. Penelitian ini sedikitnya mengungkapkan, di tengah maraknya kehadiran tv swasta maupun lokal karena adanya otonomi daerah, radio masih relevan bagi banyak orang desa. Penyebab fenomena ini, di antaranya karena harga sebuah pesawat radio relatif murah dan terjangkau oleh daya beli masyarakat, tidak tergantung arus listrik cukup menggunakan baterei, jam siaran sepanjang hari, dan karena kespesifikan dan kefleksibelan program radio. Data preferensi yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan, 45% peternak menyukai hiburan, 39% berita, masing-masing delapan persen menyukai kuliah subuh dan siaran pedesaan. Program berita tersebut antara lain berita nasional, manca negara, daerah, aneka berita, desaku maju, desa membangun, dialog dan pengumuman. Program hiburan yang dikenal responden, mencakup wayang, sandiwara, musik (melayu, nasyid, irama padang pasir), dongeng, ludruk, ketoprak, seni tradisional, keroncong, wayang kulit, kasidah, lagu sunda, langgam jawa dan olahraga. Jika dibandingkan, pada peternak kelompok maju, secara berurutan lebih menyukai berita (42%), hiburan (37%), siaran pedesaan (14%) dan terendah ceramah subuh (7%). Peternak kelompok kurang maju, tendensinya lebih menyukai hiburan/kesenian (53%), berita (36%), ceramah atau kuliah subuh (9%) dan terendah siaran perdesaan (2%). Penelitian ini menyebutkan bahwa umumnya, interaksi komunikasi yang dilakukan setiap anggota telah membentuk jaringan komunikasi dengan pola cenderung bersifat semi terbuka. Selain melakukan komunikasi penyuluhan sapi potong dengan sesama anggota di dalam jaringan, juga berkomunikasi dengan masyarakat lain. Hasil penelitian menunjukkan, rata-rata peternak kelompok kurang maju berperilaku menerima informasi agribisnis sapi potong sedikit lebih tinggi dibanding anggota kelompok peternak maju. Begitu pun, perilaku menyebarkan informasi sapi potong yang diperoleh atau dimiliki kepada anggota kelompok maupun tetangga yang berada dalam sistem sosialnya, terlihat bahwa rata-rata peternak kelompok kurang maju berperilaku menyebarkan informasi agribisnis sapi potong lebih tinggi dibanding rata-rata peternak kelompok maju. Analisis Pustaka: Temuan dalam penelitian ini mampu menambah pengetahuan dari segi keterdedahan petani dalam penggunaan media massa dalam memperoleh informasi. Dalam hal ini dapat ditarik kesimpulan bahwa perilaku komunikasi petani dalam memperoleh informasi tak luput dari peran media massa sendiri yang mampu menyediakan informasi secara praktis kepada khalayak. Namun, kekurangan dalam penelitian ini adalah pemaparan teori-teori yang bersangkutan dengan hasil pembahasan yang kurang terpapar sehingga hasil yang diperoleh tidak mampu dikuatkan dengan teori yang ada. Pembahasan pada penelitian 5 tersebut juga sudah rinci dilihat dari penggunaan media massa di kalangan peternak dipaparkan berdasarkan persentase penggunaan media massa tersebut, dikaitkan pula dengan status ekonomi peternak dalam kepemilikan media massa, dan penggunaan media massa berdasarkan waktu peternak menggunakan media massa. 2. Judul Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Jurnal Volume (edisi); hal Alamat URL/doi Tanggal diunduh : Peranan Media Massa dalam Penyebaran Informasi Pertanian di Kalangan Petani Sayuran di Lampung : 2006 : Jurnal : Elektronik : Sumaryo : Jurnal Penyuluhan : Vol. 2, No. 5; 16-22 : 2111-4177-1-PB.pdf : 27 Desember 2014, pukul 23.50 WIB Ringkasan Pustaka Media massa merupakan sebuah media dimana menghadirkan realitas sosial yang penting bagi manusia. Realita tersebut mungkin berupa perilaku, mode, bahkan sikap pada ideologi tertentu. Respon yang akan timbul tersebut tergantung pada kesiapan yang bersangkutan ketika menerima informasi dari televisi. Pendidikan dapat berperan sebagai filter untuk mencegah timbulnya efek negatif dari sebuah media massa. Selain itu, kualitas informasi yang dihadirkan juga dapat dipakai sebagai tolok ukur untuk memantau sampai sejauh mana informasi tersebut menimbulkan dampak positif pada kehidupan manusia, baik pada aspek moral maupun pada aspek lain. Sebagai suatu media massa audiovisual moderen, televisi memiliki daya tarik luar biasa. Televisi mampu mengantarkan pesan-pesan kepada pemirsa di rumah atau di tempat lain secara langsung. Berbagai suguhan informasi atau hiburan itu membuka mata pemirsa. Lokasi penelitian di Provinsi Lampung dengan mengambil dua desa sebagai sampel penelitian, yaitu Desa Sumber Agung dan Desa Tanjung Raya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah perbedaan kepemilikan media massa, perbedaan aktivitas menonton televisi, perbedaan acara televisi yang diminati, perbedaan peranan televisi dalam penyebaran informasi pertanian, dan faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan peranan televisi dalam penyebaran informasi pertanian oleh petani hortikultura di dua desa tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan media massa di kedua desa tersebut berbeda dikarenakan faktor kedekatan dengan sumber informasi, yaitu pasar. Diketahui bahwa Desa Sumber Agung lebih memiliki akses untuk memiliki media massa karena letaknya yang tidak jauh dari pasar. Aktivitas mengikuti acara televisi juga lebih banyak dilaksanakan oleh petani di Kelurahan Sumber Agung karena berdekatan dengan pusat informasi. Peranan televisi dalam penyebaran informasi pertanian di Desa Tanjung Raya tergolong rendah karena petani di daerah tersebut kurang tertarik untuk menyaksikan acara informasi pertanian dengan alasan tidak sesuai dengan waktu istirahat 6 mereka. Penelitian ini mengungkapkan bahwa tidak adanya hubungan antara kepemilikan media komunikasi dengan peranan televisi karena acara yang ditonton oleh petani bukanlah acara informasi pertanian. Selain itu, penelitian ini juga menyatakan bahwa tidak adanya hubungan antara aktivitas petani menonton televisi dengan persepsi petani tentang peranan televisi sebagai sumber informasi. Hal ini terjadi karena petani lebih banyak menonton hiburan ketika melepas lelah. Akan tetapi, terdapat hubungan antara jenis siaran yang diminati petani dengan persepsi petani tentang peranan media massa sebagai sumber informasi. Semakin besar minat petani untuk menyaksikan acara informasi pertanian maka akan semakin besar pula persepsi responden tentang peranan televisi dalam penyebaran informasi pertanian. Dalam penelitian ini juga menyebutkan bahwa orang cenderung menerima dan mencari informasi dengan cara yang berbeda. Raymond (dalam Depari, 1991) menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi hal tersebut ialah pendidikan atau intelegensia seseorang. Orang yang terdidik dan intelegensianya baik, cenderung lebih menyukai media cetak. Orang tersebut memiliki lebih banyak informasi. Karena itu ia tidak mudah dipengaruhi atau mengubah sikapnya. Untuk meyakinkan orang yang itu, perlu argumentasi atau alasan yang kuat dan logis. Analisis Pustaka Penelitian tersebut mampu menambah pengetahuan penulis terkait hubungan media massa dengan penyebaran informasi pertanian di kalangan petani dimana jangkauan media massa belum terlalu luas dalam menjangkau petani untuk memanfaatkannya. Hal tersebut berkaitan dengan lokasi tempat tinggal petani yang jauh dari kota sebagai pusat informasi. Hasil penelitian yang disajikan sudah terbilang lengkap, akan tetapi dalam penulisan akhir tidak dijelaskan secara rinci definisi-definisi yang jelas untuk memudahkan pembaca dalam menganalisis maksud dari penulisan tersebut dan kurang didukung teori yang sesuai. 3. Judul : Pola Komunikasi Petani dalam Rangka Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani di Desa Ngabeyan, Kecamatan Sidoharjo, Kabupaten Wonogiri Tahun : 2007 Jenis Pustaka : Jurnal Bentuk Pustaka : Elektronik Nama Penulis : Emi Widiyanti Nama Jurnal : M’Power Volume (edisi); hal : Vol. V, No. 5; 24-35 Alamat URL/doi : http://pppm.pasca.uns.ac.id/wpcontent/uploads/2012/09/Emi.pdf Tanggal diunduh : 20 Oktober 2014, pukul 09.35 WIB Ringkasan Pustaka: Sektor pertanian sebagai tumpuan utama dalam penyediaan pangan kini semakin berat dalam memenuhi kebutuhan pangan nasional. Hal ini dapat dilihat dari semakin meningkatnya jumlah penduduk yang berarti pula peningkatan 7 jumlah kebutuhan pangan, namun di sisi lain sektor pertanian semakin terpuruk akibat semakin rendahnya daya dukung lingkungan. Diantaranya adalah kerusakan lahan akibat revolusi hijau. Dilihat dari sisi produksi dan kelembagaan pangan, rumah tangga petani memegang peranan penting sebagai pelaku yang bergerak di sektor produksi bahan pangan dan di sisi lain sebagai sub sistem rumah tangga dan juga dalam pengaturan pola konsumsi dan pengadaan dan pola cadangan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan pola komunikasi petani dalam rangka ketahanan pangan. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dan hasil penelitian ini adalah terdapat tiga pola komunikasi petani di Desa Ngabayen, yaitu komunikasi interpersonal, komunikasi kelompok, dan kemunikasi massa. Hasil penelitian terkait pola komunikasi petani di Desa Ngabeyan disajikan dalam tiga pola komunikasi, yaitu (1) komunikasi interpersonal, (2) komunikasi kelompok, dan (3) komunikasi massa. Pola-pola komunikasi tersebut merupakan cara-cara berkomunikasi petani Desa Ngabeyan dalam memperbincangkan usahatani untuk ketahanan pangan rumah tangga mereka. Pola komunikasi interpersonal petani melibatkan beberapa sumber informasi terdekat secara fisik maupun psikologis, seperti orang tua saudara atau kerabat dan tetangga yang sama-sama bekerja sebagai petani. Arus informasi yang terjadi dalam pola komunikasi interpersonal adalah dua arah (timbal balik), sumber (komunikator) dan penerima (komunikan) secara langsung saling berganti peran. Komunikasi kelompok dapat terjadi pada kelompok formal maupun kelompok-kelompok informal yang ada dalam masyarakat Desa Ngabeyan, sebagai contoh komunikasi yang terjadi dalam pertemuan kelompok tani, percapakan dalam kelompok-kelompok ketetanggaan, dan dalam diskusi kelompok mengerjakan sawah dan sebagainya. Kelompok ketetangga di sini adalah ketetanggaan karena kedekatan tempat tinggal maupun ketetanggan karena berdekatan lahan garapan. Kelompok ini biasanya terdiri atas bapak-bapak dalam sebuah kelompok, sedangkan ibu-ibu juga mempunyai kelompok tersediri. Sedangkan kelompok ketetanggan lahan garapan adalah kumpulan orang-orang yang memiliki lahan garapan (sawah) saling berdekatan atau sehamparan. Terdapat tiga arus informasi yang terjadi dalam komunikasi kelompok, pertama komunikasi ke bawah. Arus informasi ini terjadi ketika ketua kelompok tani dan PPL berperan sebagai sumber informasi yang menyampaikan pesan langsung ke anggota dalam pertemuan kelompok. Kedua, arus informasi ke atas, dalam arus informasi ini terjadi ketika anggota biasanya menanyakan kembali informasi yang disampaikan ketua kelompok tani atau yang berkaitan dengan adanya informasi bantuan benih. Ketiga adalah arus informasi yang bersifat lateral yang berlangsung antar anggota. Komunikasi lateral ini dapat terjadi di sela-sela kegiatan pertemuan kelompok tani atau pun dalam perbincangan di luar pertemuan. Dalam kelompok ketetanggaan yang terdiri dari bapak-bapak ini terjadi komunikasi dimana sumber (komunikator) adalah mereka yang tergabung dalam kelompok tersebut. Semua anggotanya dapat berperan sebagai sumber informasi maupun penerima informasi (komunikan) secara bergantian. Dalam komunikasi kelompok ini arus komunikasi bersifat lateral, semua yang tergabung dalam kelompok mempunyai kedudukan sejajar dapat menyampaikan informasi. 8 Pesan atau informasi terkait usahatani untuk ketahanan pangan rumah tangga mereka yang diperbincangkan antara lain kondisi sawah mereka terutama menghadapi kemarau panjang yang baru saja terjadi. Pertemuan yang dilakukan hampir setiap malam hari merupakan media atau saluran yang digunakan kelompok- kelompok ketetanggaan ini untuk memperbincangkan usahatani terkait ketahanan pangan rumah tangga petani yang ada di Desa Ngabeyan. Setiap pertemuan dalam sanja (berkunjung dan berkumpul di salah satu rumah tetangga) merupakan saluran interpersonal bagi kelompok ibu-ibu yang berdekatan tempat tinggal ini. Mereka selalu terlibat dalam pembicaraan. Setiap anggota dapat berperan sebagai sumber (komunikator) maupun sebagai komunikan secara bergantian (timbal balik). Individu-individu yang tergabung dalam kelompok ketetanggaan lahan garapan berperan sebagai sumber (komunikator) maupun penerima pesan (komunikan) secara bergantian atau timbal balik. Arus komunikasi yang terjadi bersifat lateral, setiap individu menempati posisi yang sama dalam meyampaikan pesan. Oleh karena itu dengan kelompok inilah mereka berdiskusi sebelum mengolah lahan mereka terutama menjelang musim tanam. Mereka mendiskusikan jenis tanaman apa yang akan ditanam misalnya mereka sepakat untuk menanam padi jenis umbul-umbul dan melakukan tumpang sari jagung dan kacang tanah. Penelitian ini mengungkapkan beberapa alasan yang disampaikan oleh 15 informan petani mengenai kurangnya mereka mengakses media massa radio dan televisi adalah sebagai berikut: 1) Terlalu letih dengan pekerjaannya di sawah membuat malas untuk mengkases media massa tersebut dan memilih untuk beristirahat. 2) Televisi lebih banyak dikuasai oleh anggota keluarga lain (anak) sehingga acara yang ditonton atau diikuti sesuai dengan selera mereka. 3) Jika ada waktu menonton, acara yang diakses sebatas untuk kepentingan hiburan dan mengetahui peristiwa terkini. 4) Tidak mengetahui waktu dan stasiun televisi atau radio yang menyajikan informasi pertanian. 5) Berita yang disampaikan tidak sesuai dengan kondisi pertanian mereka. Berdasarkan teori atraksi interpersonal, penulis menggunakan teori yang dikemukakan oleh Dean C. Barlund yang dikutip oleh Rakhmat (1999) dimana menyatakan bahwa arus komunikasi interpersonal dapat diramalkan dengan mengetahui siapa tertarik kepada siapa atau siapa menghindari siapa. Atraksi interpersonal merupakan kesukaan pada orang lain, sikap positif dan daya tarik seseorang. Masih mengutip dari Rakhmat (1999), menjelaskan bahwa bila individu-individu berinteraksi dan saling mempengaruhi, maka terjadilah (1) proses belajar yang meliputi aspek kognitif dan afektif (aspek berpikir dan aspek merasa), (2) proses penyampaian dan penerimaan lambang-lambang (komunikasi), dan (3) mekanisme penyesuian diri seperti sosialisasi, identifikasi dan sebagainya. Pada kasus dalam penelitian ini, petani kurang tertarik mengakses televisi dan radio karena hanya menerima infomasi yang disampaikan oleh sumber tanpa bisa turut mengendalikan mana pesan yang sesuai untuknya misalnya informasiinformasi mengenai pertanian di lahan tadah hujan atau tentang permasalahan yang sesuai dengan apa yang dihadapinya. Oleh karena itu, dalam hal ini 9 pengaksesan media massa hanya sebatas untuk mendapatkan berita terkini dan sebagai hiburan. Analisis Pustaka: Temuan dalam penelitian ini mampu menambah pengetahuan dimana perilaku komunikasi memiliki pengertian yang hampir sama dengan pola komunikasi. Perilaku komunikasi akan menentukan pola komunikasi apa yang sesuai untuk digunakan dalam memperoleh informasi. Pembahasan dalam penelitian ini sudah cukup jelas dan spesifik, bahasa yang digunakan mudah untuk dipahami, dan kedalaman materi yang disajikan cukup dalam. Dari segi teori yang digunakan dalam penelitian ini sudah cukup dalam, terbukti dengan banyaknya teori yang digunakan dalam setiap sub bab pembahasan sehingga hasil yang diperoleh dapat langsung dibandingkan dengan teori yang ada sebagai penguat penelitian ini. Selain itu, hal yang dapat ditarik sebagai kesimpulan dari kasus penelitian tersebut adalah penggunaan komunikasi massa dalam kegiatan pertanian tidak selalu memberikan dampak positif bagi petani. Hal tersebut dikarenakan pesan yang disampaikan oleh media massa tidak sesuai dengan sistem pertanian setempat. Oleh karena itu, perlu adanya penyesuaian terlebih dahulu dalam penggunaan komunikasi massa terhadap lingkungan daerah setempat. 4. Judul : Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Petani Bawang Merah dalam Penggunaan Pestisida (Studi Kasus di Kabupaten Nganjuk, Provinsi Jawa Timur) Tahun : 2008 Jenis Pustaka : Jurnal Bentuk Pustaka : Elektronik Nama Penulis : Luluk Sulistiyono, Rudy C. Tarumingkeng, Bunasor Sanim, dan Dadang Nama Jurnal : Jurnal Agroland Volume (edisi); hal : Vol. 15, No. 1: 12-17, Maret 2010 Alamat URL/doi : http://download.portalgaruda.org/article.php?article=10795&val=752 Tanggal diunduh : 20 0ktober 2014, pukul 09.47 WIB Ringkasan Pustaka Pemerintah telah melakukan beberapa langkah untuk melaksanakan pengelolaan penggunaan pestisida, diantaranya melalui program pengelolaan hama secara terpadu yang sebelumnya disebut pengendalian hama terpadu (PHT). Peneliti mengungkapkan bahwa terkait hal tersebut telah dimuat dalam Undangundang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Pertanian dan Surat Keputusan Menteri Pertanian/Ketua Badan Pengendali BIMAS Nomor 14/SK/Mentan/Bimas.XII/1990 tentang pedoman pelaksanaan Pengendalian Hama Terpadu. Didalam peraturan, yang dimaksudkan dengan PHT adalah suatu konsep pengendalian hama yang memadukan beberapa cara pengendalian untuk mempertahankan hasil panen yang tinggi dan menguntungkan petani serta memelihara kelestarian lingkungan. Pemerintah mengharapkan dalam rangka 10 penggunaan pestisida dilaksanakan secara benar sesuai dengan aturan yang telah direkomendasikan. Namun aplikasi pestisida secara langsung di lapangan masih terbentur oleh beberapa faktor diantaranya faktor pengetahuan petani tentang pestisida, sikap petani terhadap peraturan penggunaan pestisida dan tindakan penggunaannya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjajaki pengetahuan petani tentang pestisida, sikap petani terhadap peraturan yang ditetapkan, tindakan petani dalam penggunaan pestisida dan menganalisis korelasi antar variabel serta mengetahui dampak negatifnya pada aktivitas Acetylcholinesterase. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Stratified Sampling yang didasarkan pada jenjang pendidikan formal dan sekolah lapang pengelolaan hama terpadu (SLPHT). Secara umum petani SLPHT dan Non SLPHT pada masing-masing jenjang pendidikan memiliki tingkat pengetahuan yang berbeda. Penelitian ini menyebutkan bahwa semakin tinggi jenjang pendidikan dan keikutsertaannya dalam sekolah lapang hama terpadu memiliki pengetahuan yang lebih tinggi. Perbedaan ini sangat dimungkinkan oleh lamanya pendidikan dan bobot kurikulum yang diterima masing-masing petani selama menempuh jenjang pendidikan formal. Pada variabel sikap terhadap aturan penggunaan pestisida, petani SLPHT lebih tinggi jika dibandingkan dengan petani Non SLPHT. Tingginya jenjang pendidikan mempunyai relevansi positif terhadap penentuan sikap. Sesuai dengan konsep yang digunakan peneliti, yaitu menurut Mar’at (1994) yang menyatakan bahwa terbentuknya sikap sangat dipengaruhi oleh aspek kemampuan Cognitif yang berupa pengetahuan yang didasarkan pada informasi yang berhubungan dengan suatu obyek tertentu. Penelitian ini menggunakan analisis Rank Spearman’s antara pengetahuan dan sikap petani SLPHT menunjukkan korelasi yang sangat signifikan (skor : 0.61) sebaliknya dengan petani Non SLPHT (skor : 0.28). Hal ini menunjukkan bahwa SLPHT telah mampu mempengaruhi petani untuk menentukan sikap terhadap aturan penggunaan pestisida. Muatan kurikulum yang diberikan dalam SLPHT dengan tegas memberikan pertimbangan bahwa dalam penggunaan pestisida di lahan oleh seorang petani harus mempertimbangkan tiga aspek meliputi aspek ekonomi, sosial dan ekologi. Rendahnya korelasi antara pengetahuan dan sikap pada petani Non SLPHT disebabkan oleh tidak ada kontribusi muatan SLPHT kepadanya, sehingga bentukan sikap yang diambil lebih banyak dipengaruhi oleh informasi yang diyakini kebenarannya secara turun temurun yang diperoleh secara pribadi ataupun komunikasi antar petani. Hubungan antara sikap dan tindakan petani dalam penggunaan pestisida pada kedua kelompok tani menunjukkan korelasi yang tidak signifikan. Pada petani SLPHT (skor ; 0.37) sedangkan petani Non SLPHT (skor : 0.39). Tidak konsistennya petani ditandai dengan melakukan penyemprotan secara terjadwal, tidak tepatnya sasaran, tidak tepat dosis (kecenderungan mencampur beberapa pestisida), tidak menggunakan kelengkapan pengamanan diri dan kurang memperhatikan kelestarian lingkungan. Beberapa faktor yang mempengaruhi lemahnya hubungan antara sikap dan tindakan petani adalah (1) Anxienty artinya petani merasa cemas yang sangat hebat jika terjadi kegagalan panen yang mengakibatkan nilai investasi yang tidak kembali (Biaya per hektar bisa mencapai Rp. 36,6 juta/ha), (2) Forcasting, lemahnya kemampuan petani untuk 11 memprediksi serangan hama dan penyakit kedepan selama musim tanam, hal ini khususnya bagi petani SLPHT sehingga kecenderungan melakukan penyemprotan secara terjadwal, (3) Rendahnya kesadaran petani dalam implementasi PHT hal ini didorong oleh kurangnya pengelolaan dan pemantauan berkesinambungan oleh pegawai Penyuluh Lapangan, (4) Behavior Intention, petani memiliki niat berperilaku PHT karena dukungan aspek Cognitif, namun implementasinya sangat dipengaruhi oleh situasi sekitarnya, sehingga keinginan berperilaku sesuai aturan menjadi terhambat, (5) Internal Conflic, faktor internal yang paling berpengaruh adalah antara pemenuhan kebutuhan dan kendala usahanya, gangguan OPT yang hebat menimbulkan kekawatiran yang selanjutnya menimbulkan kecemasan yang sangat hebat (kekalutan) sehingga mendorong petani bertindak yang tidak terarah dalam mengaplikasikan pestisida. Dalam penelitian ini sebagai parameter terpapar oleh pestisida adalah gangguan aktivitas Acetylcholinesterase darah. Hasil pengujian darah petani pengguna pestisida di tiga kecamatan telah dinyatakan terpapar pestisida khususnya organofosfat dan karbamat terhadap aktivitas Acetylcholinesterase darah 19, 81% mengalami gangguan kategori sedang dan 34,67 % kategori ringan. Hasil tersebut sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya yang digunakan peneliti sebagai pembanding, yaitu bedasarkan hasil penelitian Nuryana (2005) petani bawang merah yang sering kontak dengan pestisida di wilayah Brebes telah terpapar pestisida yang ditandai dengan penurunan aktifitas Acetylcholinesterase pada kategori ringan sampai sedang. Analisis Pustaka Penelitian ini menambah pengetahuan terkait pengetahuan, sikap, dan tindakan petani dalam kegiatan pertanian yang dilakukan petani. Semakin tinggi jenjang pendidikan mempengaruhi pengetahuan dan sikap yang dilakukan oleh petani untuk tidak menggunakan pestisida. Namun, pembahasan mengenai apa itu Acetylcholinesterase kurang begitu dijelaskan pada penelitian ini. Penelitian ini juga kurang didukung oleh teori yang sesuai. 5. Judul Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Jurnal Volume (edisi): hal Alamat URL/doi Tanggal diunduh : Analisis Efektivitas Komunikasi Model Prima Tani sebagai Diseminasi Teknologi Pertanian di Desa Citarik, Kabupaten Karawang, Jawa Barat : 2008 : Jurnal : Elektronik : A. Saleh dan F.N. Suwanda : Jurnal Komunikasi Pembangunan : Vol. 06, No. 2: 66-79 : 5669-16045-1-PB.pdf : 28 Desember 2014, pukul 03.48 WIB Ringkasan Pustaka Penguasaan teknologi sumberdaya lahan pada prinsipnya memahami sumberdaya informasi sistem usaha pertanian. Oleh sebab itu, penguasaan informasi dan inovasi pertanian, sangat dibutuhkan dalam upaya merumuskan kebijakan pembangunan pertanian, mengantisipasi perubahan fundamental dalam 12 lingkungan biofisik pertanian, politik dan sosial-ekonomi. Informasi dan teknologi komoditas pertanian yang diciptakan dan dikembangkan, adalah informasi dan teknologi yang memiliki karakter, antara lain berdaya saing tinggi, produk unggulan dan kompetitif, berwawasan lingkungan, terintegrasi dengan sektorsektor lain, dan memenuhi permintaan pasar. Prima Tani adalah suatu model atau konsep baru diseminasi teknologi yang dipandang dapat mempercepat penyampaian informasi dan bahan dasar inovasi yang dihasilkan Badan Litbang Pertanian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat efektivitas komunikasi model Prima Tani usahatadi padi di Desa Citarik. Media komunikasi Prima Tani pada penelitian ini adalah gelar teknologi, penyuluhan, dan klinik prima tani. Penelitian ini menyatakan bahwa keragaman kelembagaan tani yang dilihat dari keeratan dan kenyamanan hubungan, iklim komunikasi termasuk tinggi. Aksesibilitas yang paling baik dan kredibel menurut petani adalah kontak dengan para petani dimana terdapat kepercayaan yang tinggi dari petani kepada peneliti. Pemanfaatan media komunikasi Prima Tani adalah aktivitas petani menggunakan dan mengikuti kegiatan promosi, sosialisasi dan informasi melalui gelar teknologi, penyuluhan, dan klinik Prima Tani. Selain itu, hasil dari penelitian ini adalah diseminasi dikatakan efektif, jika penerima paham, mengerti, mendukung, menerima Prima Tani, menyukai, antusias, sudah menerapkan dan puas karena sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh sumber. Terdapat hubungan sangat nyata antara keragaan kelembagaan tani (tujuan kelompok, fungsi kelompok, manfaat rencana kerja, iklim komunikasi kelompok, perilaku kepemimpinan), aksesibilitas (media massa, penyuluhan, kontak dengan peneliti, kontak dengan petani lain), serta syarat mutlak dan pelancar (teknologi, pendidikan pembangunan, kredit produksi, gotong-royong dan perencanaan nasional) dengan penyuluhan dalam pemanfaatan media komunikasi Prima Tani dan terdapat hubungan yang nyata antara aksesibilitas (kontak dengan petani di luar kelompok), serta syarat mutlak dan pelancar (pasar, pengangkutan serta lahan dan tanah pertanian) dengan penyuluhan dalam pemanfaatan media komunikasi Prima Tani. Analisis Pustaka Hasil penelitian tersebut tidak sepenuhnya relevan dengan topik penulis, akan tetapi mampu menambah pengetahuan penulis mengenai komunikasi model prima tani sebagai salah satu media komunikasi petani dalam menjalankan kegiatan pertaniannya. Komunikasi Prima Tani tidak lepas dari penggunaan media komunikasi dimana relevan dengan topik yang sedang diajukan oleh penulis, namun dalam penelitian tersebut kurang menjelaskan secara jelas terkait penggunaan media komunikasi sendiri. Terdapat kelemahan dalam penelitian tersebut karena kurang menjelaskan maksud atau pengertian dari model komunikasi prima tani tersebut. 6. Judul Tahun Jenis Pustaka : Kebutuhan Informasi Petani Gurem (Kasus Desa Rowo, Kecamatan Kandangan, Kabupaten Temanggung) : 2010 : Jurnal 13 Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Jurnal Volume (edisi): hal Alamat URL/doi Tanggal diunduh : : : : : Elektronik Hanifah Ihsaniyati Agritext No. 28: 102-116 http://google.com/4.4%20Hanifah%20Ihsaniyati, %20SP,%20MSi.pdf : 20 Oktober 2014, pukul 09.39 WIB Ringkasan Pustaka Informasi yang dibutuhkan oleh setiap individu berbeda dan tidak dapat disamakan. Informasi sendiri selayaknya sesuai dengan kebutuhan yang ingin dicapai oleh individu tertentu, dalam hal ini adalah petani. Informasi yang datang harus sesuai dengan keinginan petani dalam menunjang produktivitas usahataninya. Namun, kenyataan dalam penelitian ini adalah masih banyak petani yang tidak memperoleh informasi sesuai dengan kebutuhannya. Hal ini menyebabkan ketidakefektivan kegiatan pertanian yang dilakukan oleh petani gurem. Tujuan dari penelitian ini adalah menemukan kebutuhan informasi petani gurem dalam upaya memenuhi kebutuhan dasar, yaitu bekerja baik menjalankan usahatani maupun pekerjaan lain. Metode penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivisme, yaitu mengarah pada pendekatan kualitatif (qualitative approach). Lokasi dilakukan secara sengaja dan subyek penelitian dilakukan dengan teknik bola salju (snowball sampling). Hasil dari penelitian ini adalah terdapat dua golongan petani gurem di Desa Rowo, yaitu petani gurem Pengambil Resiko Tinggi (PRT) dan Pengambil Resiko Rendah (PRR). Hal tersebut diindikasikan karena petani bukan masyarakat yang homogen dan melulu bekerja di pertanian. Petani gurem PRT membutuhkan informasi yang lebih bersifat fluktuatif, akurat, perlu pemenuhan segera (berkaitan dengan waktu), berkaitan dengan untung/rugi secara ekonomis maupun non ekonomis, perlu pemantauan terus menerus. Petani gurem PRR membutuhkan membutuhkan informasi yang cenderung lebih stabil, rutin dan biasa, relatif rendah resiko, dan bagi petani gurem relatif tidak mendesak. Berdasarkan data dari penelitian tersebut, diketahui bahwa jumlah rumah tangga di Desa Rowo adalah 597 keluarga, 400 kepala keluarga berprofesi sebagai petani. Dari 400 rumahtangga petani (RTP) yang memiliki lahan, ada 370 rumahtangga petani (RTP) dengan kepemilikan lahan kurang dari 0,5 hektar. Selain memiliki lahan sempit, mereka juga dihadapkan pada keterbatasan alam, yaitu lahan sawah yang mereka garap sangat tergantung dari ada tidaknya air hujan (sawah tadah ujan). Peneliti menggunakan definisi petani gurem dari Scott (1981) yang menyatakan bahwa petani gurem adalah golongan orang-orang pasif. Namun data dalam penelitian ini menunjukkan bahwa petani gurem di Desa Rowo bukan orang yang pasif. Untuk bertahan hidup dan meningkatkan mereka aktif dan bersungguh-sungguh dalam bekerja baik menjalankan usahatani maupun pekerjaan lain di luar usahatani. Scott (1981) juga memberikan deskripsi bahwa petani tidak akan mengambil tindakan yang berbahaya, beresiko tinggi dan mengancam tingkat subsistensi mereka. Menurutnya mereka ini adalah 14 masyarakat yang “mendahulukan selamat” dan lebih memusatkan diri pada usaha menghindarkan jatuhnya produksi, bukan kepada usaha memaksimumkan keuntungan-keuntungan harapan. Data dalam penelitian ini menggambarkan sebaliknya. Sebagian petani gurem di Desa Rowo berani mengambil resiko. Perilaku berani mengambil resiko dicirikan salah satunya dari jenis komoditi yang diusahakan dan pekerjaan di luar usahatani yang ditekuni. Berdasar data penelitian diketahui bahwa petani gurem di Desa Rowo bukan masyarakat yang homogen dan melulu bekerja di pertanian. Untuk itu, peneliti menduga ada dua golongan petani gurem di Desa Rowo, yaitu petani gurem Pengambil Resiko Tinggi (PRT) dan Pengambil Resiko Rendah (PRR). Masing-masing golongan memiliki ciri khas dan sifat/karakter yang berbeda. Petani gurem PRT di antaranya cenderung memiliki sifat atau karakter berani mengambil resiko, berpikir lebih komersial, berani keluar dari zona aman, dan gigih dalam menyelesaikan masalah. Petani gurem PRT menekuni usahatani atau pekerjaan lain yang cenderung lebih komersial, beresiko tinggi, membutuhkan modal besar, garapan atau pekerjaan rumit, membutuhkan curahan pikiran, konsentrasi, dan tenaga yang lebih besar. Usahatani atau pekerjaan lain yang memiliki ciri-ciri tersebut antara lain usahatani cabai, usahatani tembakau, usahatani kembang kol, usahatani tomat, pengrajin atau pebisnis keranjang tembakau, usaha camilan, usaha warung. Petani gurem PRR menjalankan usahatani atau pekerjaan lain yang cenderung lebih rendah resiko, tidak membutuhkan modal besar, garapan/pekerjaan relatif mudah, tidak membutuhkan banyak curahan pikiran dan konsentrasi. Usahatani atau pekerjaan lain yang memiliki ciri-ciri tersebut antara lain usahatani jagung, usahatani caisim, usahatani kacang panjang, usahatani ketela pohon, usahatani kacang tanah, usahatani ketela rambat, usahatani singkong, pengrajin keranjang sayur atau buah, sopir, ojek, tukang rongsok, tukang kayu, pengrajin batu bata, buruh tani, pedagang bibit, pedagang roti keliling (sales roti), guru honorer, TKI atau TKW, serabutan. Penelitian ini mengungkapkan bahwa Kebutuhan informasi petani gurem di Desa Rowo melekat pada masalah yang sedang dirasakan mereka pada saat bekerja baik menjalankan usahatani maupun pekerjaan lain di luar usahatani. Kebutuhan informasi dirasakan petani gurem di Desa Rowo sebagai suatu kondisi dimana pengetahuan mereka tidak cukup untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang muncul di benak atau pikiran mereka saat mereka ingin menyelesaikan masalah yang tengah dihadapi. Pertanyaan-pertanyaan di benak mereka tersebut membuat mereka ingin mengetahui, penasaran, gundah atau gelisah, dan tidak ada kepastian. Dari data penelitian, peneliti menduga kebutuhan informasi petani gurem Pengambil Resiko Tinggi (PRT) dan petani gurem Pengambil Resiko Rendah (PRR) berbeda. Namun, berkaitan dengan permasalahan umum petani di Desa Rowo baik petani gurem PRT maupun PRR memiliki kebutuhan informasi yang sama. Kebutuhan informasi petani gurem di Desa Rowo secara umum antara lain cara membuat pupuk organik, tanaman yang cocok untuk lahan di Desa Rowo, dan pekerjaan atau usaha lain yang lebih menguntungkan. Kedua golongan petani gurem baik petani gurem PRT dan PRR sama-sama memiliki kebutuhan informasi berkaitan dengan komoditi padi. 15 Kebutuhan informasi petani gurem PRT meliputi informasi yang lebih bersifat fluktuatif, akurat, perlu pemenuhan segera (berkaitan dengan waktu), berkaitan dengan untung atau rugi secara ekonomis maupun non ekonomis, perlu pemantauan terus menerus. Informasi yang dibutuhkan petani gurem PRT antara lain informasi pinjaman modal (cabai, tembakau, keranjang tembakau, usaha camilan, usaha warung), hama penyakit tanaman (cabai, kembang kol, tomat, tembakau), perkembangan harga (cabai, kembang kol, tomat, tembakau, bahan baku camilan, barang dagangan, debog, keranjang tembakau), budidaya komoditi atau varietas pertanian yang sedang laku di pasaran, pembeli hasil panen, pemasaran (tenaga pemasaran camilan, perluasan pasar camilan dan roti). Kebutuhan informasi petani gurem PRR meliputi informasi yang lebih stabil, rutin dan biasa, relatif rendah resiko, dan bagi petani gurem relatif tidak mendesak. Informasi yang dibutuhkan petani gurem PRR antara lain berkaitan dengan penunjang pekerjaan atau profesi sehari-hari (kendaraan yang rusak, teknik mengajar, kendaraan sewa, tempat kulakan, jenis keranjang sayur yang dipesan pembeli, upah atau honor terutang, premanisme penumpang ojek, keberadaan barang rongsok di rumahtangga, ketersediaan kayu bakar untuk batu bata, tumpangan transportasi), alternatif tempat bekerja sebagai buruh tani yang lebih dekat, hama penyakit tanaman jagung, teknologi (pemasaran sayuran yang lebih baik, peningkatan kualitas batu bata, pembakaran batu bata), perkembangan harga rutin (barang rongsok, keranjang sayur), pengguna jasa (tukang kayu, buruh tani). Kebutuhan informasi petani gurem PRT berbeda dengan PRR. Jika informasi yang disajikan pada masing-masing mereka tidak tepat, maka kebijakan komunikasi menjadi kurang efektif dan efisien. Petani gurem PRT membutuhkan pemenuhan informasi segera karena berkaitan dengan untung rugi secara ekonomis dan non ekonomis (ketenangan hati), maka kebijakan informasi untuk mereka perlu memperhatikan unsur waktu tersebut. Meskipun kebutuhan informasi petani gurem PRR cenderung meliputi informasi yang stabil, tetapi mereka tetap membutuhkan informasi tertentu. Kebijakan komunikasi yang diterapkan lembaga informasi perlu tetap memperhatikan kebutuhan informasi petani gurem PRR. Analisis Pustaka Penelitian ini menambah pengetahuan mengenai pentingnya kebutuhan informasi yang diterima oleh petani harus sesuai dengan kebutuhan petani. Seperti yang diketanui, setiap petani memiliki kebutuhan yang berbeda-beda terhadap kebutuhan usahatani mereka, oleh karena itu informasi yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan petani tersebut. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa sesungguhnya perilaku komunikasi petani sangat aktif dalam mencari informasi, namun ketersediaan informasi yang tidak sesuai menyebabkan petani sulit untuk bergerak lebih jauh lagi. 16 7. Judul Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Jurnal Volume (edisi); hal Alamat URL/doi Tanggal diunduh : Media Komunikasi Mendukung Percepatan Alih Teknologi Produksi Padi Sawah di Tingkat Petani : 2010 : Jurnal : Elektronik : Armiati, Nasruddin Razak, dan Yusmasari : Jurnal Agrisistem : Vol. VI, No. 1; 1-14 : http://www.stppgowa.ac.id/ : 20 Oktober 2014, pukul 09.49 WIB Ringkasan Pustaka Kesesuaian media komunikasi sangat dibutuhkan agar teknologi yang dianjurkan dapat diterima dan diadopsi oleh petani. Media sangat erat kaitannya dengan komunikasi karena media merupakan salah satu komponen atau unsur yang menjadi pensyaratan untuk terjadinya suatu komunikasi. Perkembangan Ilmu pengetahuan dan tenologi dewasa ini telah menghasilkan begitu banyak media komunikasi yang dapat digunakan untuk menyampaikan informasi kepada petani. Tetapi di lain pihak, dengan semakin banyaknya media yang tersedia menuntut pertimbangan dalam menetapkan dan menggunakan media komunikasi yang tepat untuk membantu mendisseminasikan suatu informasi. Media komunikasi yang banyak digunakan sebagai media alih teknologi adalah media tercetak (liptan, brosur, dan poster; pertemuan (seminar, temu lapang, dan lainlain); dan media elektronik (video, kaset, dan lain-lain). Namun demikian, menurut peneliti mengutip Haryati (2008) perlu diperhatikan bahwa keefektifan media ini sangat tergantung pada kemampuan membaca sasarannya. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan saluran atau media komunikasi dalam rangka mempercepat proses alih teknologi dari sumber ke pengguna. Penyuluh pertanian yang dijadikan responden pada penelitian ini adalah penyuluh pertanian yang membawahi wilayah-wilayah yang menjadi lokasi sampel, yaitu penyuluh pertanian pada BPP Banti-murung dan BPP Maros Baru (Kabupaten Maros), penyuluh pertanian pada BPP Watang Sawitto dan BPP Paleteang (Kabupaten Pinrang). Berdasarkan pengalaman dan tingkat pendidikan penyuluh, merupakan potensi yang cukup besar dalam pelaksanaan alih teknologi ke tingkat petani. Sedangkan berkaitan dengan inovasi teknologi, materi yang diminati penyuluh tidak dibatasi pada disiplin ilmu masing masing karena dalam tugas sehari-hari mereka tidak bisa secara tegas hanya memfasilitasi para petani sesuai dengan disiplin ilmu yang dimilikinya. Petani responden di Kabupaten Pinrang rata-rata berumur 43 tahun dengan kisaran 22–60 tahun, yang didominasi oleh umur di bawah 50 tahun (80%). Kondisi ini merupakan salah satu potensi untuk pengembangan padi di daerah ini karena mampu menarik minat generasi muda untuk menekuni bidang usaha di sektor pertanian. Proses keputusan inovasi merupakan proses yang dilalui individu dalam menentukan keputusan. Peneliti mengacu kepada konsep yang dikemukakan oleh Rogers (1983) dimana menyatakan bahwa tahapan adopsi inovasi atau calon pengguna pada umumnya melalui lima tahap, yaitu: (a) tahap pengetahuan, yaitu 17 ketika individu atau unit pengambil keputusan mengatahui adanya suatu inovasi dan memperoleh beberapa pemahaman tentang fungsinya, (b) tahap persuasi, yaitu timbulnya minat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai suatu inovasi, (c) tahap keputusan, yaitu kegiatan yang menuju pada suatu pilihan untuk menerima atau menolak suatu inovasi, (d) tahap pelaksanaan yang merupakan tahap dimana individu atau unit pengambil keputusan mengambil suatu inovasi untuk digunakan, dan (e) konfirmasi ketika individu mencari informasi untuk menguatkan keputusan yang telah dibuatnya. Dari hasil wawancara, penelitian ini menunjukkan bahwa berdasarkan pengalaman semua responden baik di Kabupaten Maros maupun di Kabupaten Pinrang melewati tahap pengenalan dan tahap persuasi sebelum mengambil keputusan untuk menerima atau menolak suatu teknologi. Tetapi pada tahap pengambilan keputusan, untuk Kabupaten Maros hanya 28 orang (70%) petani responden yang mencoba inovasi baru dalam skala kecil sebelum memutuskan menerima atau menolaknya. Untuk petani responden Kabupaten Pinrang 38 orang (78%) responden biasanya mencoba inovasi teknologi dalam skala kecil sebelum mengambil keputusan. Sedangkan apabila petani memutuskan untuk menerima teknologi baru dan melaksanakannya, mereka masih akan menilai kembali teknologi tersebut (tahap konfirmasi). Pada tahap ini petani biasanya mencari penguat bagi keputusannya sehingga mereka dapat melanjutkan, menyempurnakan atau berhenti mengadopsi suatu inovasi teknologi. Berdasarkan pengalaman petani, hal-hal yang biasanya membuat mereka berhenti mengadopsi inovasi baru adalah (a) kerumitan teknologi; (b) perubahan iklim atau kondisi lingkungan dan (c) kesukaan pedagang terhadap produksi (apabila inovasi teknologinya varietas). Konsep komunikasi yang digunakan oleh peneliti ini adalah yang dikemukakan oleh Efendi (1992) dimana menyatakan komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu atau untuk mengubah sikap pendapat atau perilaku baik secara lisan maupun dengan menggunakan media. Media sangat erat kaitannya dengan komunikasi karena media merupakan salah satu komponen yang menjadi pensyaratan untuk terjadinya suatu komunikasi. Sedangkan media atau channel adalah saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada sasarannya. Dalam proses komunikasi selain menggunakan media massa juga digunakan saluran interpersonal yang melibatkan tatap muka antara dua orang atau lebih. Metode penyuluhan yang menggunakan media interpersonal adalah pertemuan atau diskusi, demonstrasi, gelar teknologi pertanian, dan lain-lain. Setiap media memiliki karakteristik sendiri dalam meneruskan pesan dan mempunyai peran yang berbeda pada setiap tahap keputusan inovasi. Media dan metode komunikasi yang dipilih pada setiap tahapan adopsi diuraikan sebagai berikut: Tahap Pengenalan Hasil wawancara menunjukkan bahwa semua responden melewati tahap pengenalan inovasi teknologi sebelum memutuskan menerima atau menolak suatu inovasi teknologi. Hal ini sejalan dengan konsep yang masih digunakan oleh peneliti, yaitu menurut Rogers dan Shoemaker dalam Hanafi (1987) yang menyatakan bahwa kombinasi dari media interpersonal dan media massa merupakan cara yang efektif dalam mem-perkenalkan ide-ide baru kepada pengguna. Alasan utama petani memilih diskusi kelompok adalah pertemuannya tidak 18 terlalu formil sehingga mereka bebas berinteraksi baik dengan penyuluh maupun dengan sesama petani. Kombinasi media interpersonal dan media cetak yang banyak diinginkan oleh responden adalah metode diskusi kelompok dengan media cetak yaitu masing-masing 57,5 % untuk responden Maros dan 42 % untuk responden Pinrang. Hal ini mengindikasikan bahwa petani lebih memilih komunikasi yang tidak terlalu formil dalam penyampaian inovasi dengan disertai bahan bacaan yang lebih lengkap untuk dijadikan sebagai bahan diskusi. Tahap Persuasi Media dan metode komunikasi yang diinginkan oleh petani pada tahap ini baik petani responden Pinrang maupun Maros 100% memilih media interpersonal dengan metode demonstrasi dengan alasan bahwa ingin melihat langsung pelaksanaan suatu inovasi baru maupun hasilnya. Untuk media cetak umumnya masih memilih brosur dengan alasan informasi teknologinya lebih lengkap dibanding dengan media cetak lainnya. Kombinasi media dan metode yang dipilih menunjukkan bahwa kombinasi antara media interpersonal (demplot+diskusi dengan penyuluh secara kelompok) dengan brosur paling banyak dipilih oleh petani responden yaitu 78% untuk Pinrang dan 67% untuk Maros. Tahap Pengambilan Keputusan Pada tahap ini, 100% petani memilih media interpersonal. 65% responden Maros memilih Sekolah Lapang (SL) dan 35% responden memilih diskusi kelompok dengan penyuluh dan bertanya ke sesama petani. Untuk responden Pinrang 60% memilih SL dan 40 % memilih diskusi kelompok dengan PPL dan bertanya ke sesama petani. Alasan petani memilih SL adalah untuk lebih memahami pelaksanaan teknologi, mengetahui masalah dan mencari jalan keluar dalam menyelesaikan masalah. Sedangkan yang tidak memilih SL memberikan alasan menganggap bahwa SL membutuhkan waktu yang banyak sedangkan mereka mempunyai kegiatan yang lain. Selain itu ada pula yang beralasan bahwa mereka tidak bisa menulis sehingga memilih bertanya kesesama petani yang mengikuti SL. Tahap Implementasi dan Penilaian Kembali Dalam pelaksanaannya para penyuluh tersebut membutuhkan inovasi atau informasi teknologi pertanian baik berupa frontier technology, teknologi yang dapat menjawab permasalahan ataupun teknologi yang dapat mengembangkan potensi. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan penyuluh terhadap inovasi teknologi tersebut berkaitan erat dengan tingkat kredibilitas mereka. Kredibilitas penyuluh merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kesuksesan alih teknologi ke petani. Hasil penelitian ini juga menyebutkan bahwa semua penyuluh responden baik Kabupaten Maros maupun Pinrang menginginkan pelatihan disertai dengan buku pegangan baik berupa juknis, brosur maupun buku yang berkaitan dengan pengetahuan prin-sip yang berhubungan dengan peningkatan IP Padi. Selain itu 85,71% penyuluh responden Maros dan 76,19% penyuluh responden Pinrang menginginkan CD yang dapat digunakan untuk menambah penge-tahuan dan keterampilannya. Analisis Pustaka Temuan penelitian ini mampu menambah pengetahuan mengenai pentingnya memilih media komunikasi yang tepat sebelum melakukan kegiatan 19 pertanian dengan tujuan untuk mendukung percepatan produktivitas pertanian mereka. Jurnal ini juga sangat cocok digunakan sebagai panduan utama melakukan penelitian selanjutnya bagi penulis. Jumlah responden tertulis jelas. Pembahasan juga ditulis dengan spesifik dan jelas, serta mampu menjawab tujuan dari penelitian itu sendiri. Media Komunikasi dalam penelitian tersebut dikaitkan dengan tahap-tahap adopsi sebelum mengadopsi suatu inovasi teknologi sehingga menambah pengetahuan penulis bahwa media komunikasi dapat digunakan di segala aspek kegiatan petani khususnya dalam kegiatan usahatani. 8. Judul Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Alamat URL/doi Tanggal diunduh : Hubungan Perilaku Komunikasi dengan Pemahaman Petani terhadap Fungsi Radio Komunitas (Kasus Radio Komunitas Petani Trisna Alami, Desa Kaliagung, Kecamatan Sentolo, Kabupaten Kulon Progo, Provinsi D.I. Yogyakarta) : 2011 : Skripsi : Elektronik : Anies Wahyu Nurmayanti : http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/1234 56789/51328/I11awn.pdf?sequence=1 : 20 Oktober 2014, pukul 17.26 WIB Ringkasan Pustaka Seiring perkembangan informasi dan komunikasi massa yang semakin maju pesat, fungsi media massa tidak hanya sebagai media hiburan semata, akan tetapi mampu memberdayakan masyarakat sebagai upaya pengembangan masyarakat. Sejak era reformasi di Indonesia, muncul keinginan, kebutuhan dan keberanian masyarakat untuk mengekspresikan eksistensi dirinya melalui radio komunitas yang menjadi ruang publik warga. Radio komunitas juga dapat menjadi wadah pemberdayaan masyarakat pedesaan untuk bersama-sama berpartisipasi meningkatkan kualitas kesejahteraan anggota komunitas. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis hubungan perilaku komunikasi dengan pemahaman petani terhadap fungsi radio komunitas, yaitu sebagai komunikasi internal, sarana pendidikan umum dan agama, serta ruang publik. Penelitian ini didesain sebagai penelitian survai dengan tipe explanatory research. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret hingga April 2011 di Desa Kaliagung. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan cara pengambilan sampel acak sederhana. Kemudian dibuatlah daftar nama seluruh anggota kelompok tani pendengar radio komunitas yang terpilih itu. Dari kerangka sampling tersebut, sampel yang akan dipilih dilakukan dengan menggunakan pola pengundian. Pemilihan petani dalam penelitian menggunakan Rumus Slovin sebanyak 40 petani. Keterlibatan petani yang paling banyak diikuti adalah membantu operasional radio komunitas berupa membayar iuran (65 %), sedangkan keterlibatan petani paling sedikit adalah mengisi program acara radio komunitas (12,5 %). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebanyak 35 persen petani 20 terlibat rapat dalam pembentukan Radio Komunitas Petani Trisna Alami dan mengirimkan sms untuk meminta lagu dan mengirim salam ke petani pendengar radio komunitas. Keterlibatan petani dalam menyumbang ide nama radio dan memberi usul waktu siaran masing-masing sebanyak 17,5 persen petani. Peneliti mendefinisikan perilaku komunikasi sebagai tindakan atau tingkah laku pendengar dalam mendengarkan radio siaran. Peubah ini dapat diukur dengan lima indikator, yaitu tingkat keterdedahan dengan saluran komunikasi interpersonal (Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat keterdedahan saluran komunikasi interpersonal yang tergolong rendah sebesar 45 persen petani dan yang tergolong tinggi 55 persen), kekosmopolitan (Hasil penelitian ini menunjukkan sebanyak 40 persen petani tergolong lokalit dan 60 persen tergolong kosmopolit), frekuensi bertemu dengan penyuluh (Hasil penelitian ini menunjukkan sebanyak 47,5 persen petani tidak pernah bertemu dengan penyuluh dan 52,5 persen pernah bertemu dengan penyuluh), keterdedahan media massa lain (Hasil penelitian ini menunjukkan frekuensi menonton televisi tergolong pernah sebanyak 97,5 persen petani dengan lama rata-rata menonton televisi selama kurang dari satu jam sebanyak 60 persen. Frekuensi mendengarkan radio lain tergolong pernah sebanyak 62,5 persen petani dengan lama rata-rata kurang dari 0,5 jam sebanyak 67,5 persen. Sebanyak 40 persen petani pernah membaca koran dengan lama rata-rata membaca selama kurang dari 0,5 jam sebanyak 72,5 persen, sedangkan frekuensi mendengarkan Radio Komunitas Petani Trisna Alami tergolong tinggi sebanyak 60 persen petani dengan lama mendengarkan kurang dari 2,25 jam sebanyak 62,5 persen), serta keterdedahan dengan Radio Komunitas Petani Trisna Alami (Hasil penelitian ini menunjukkan sebagian besar frekuensi petani dalam mendengarkan radio komunitas tergolong tinggi (60 %) dan lama rata-rata mendengarkan radio komunitas selama kurang dari 2,25 jam sebesar 62,5 persen petani. Analisis Pustaka Pengelola Radio Komunitas Petani Trisna Alami perlu menyusun kembali program-program yang menarik dan disesuaikan dengan keinginan masyarakat, sehingga kebutuhan informasi dapat terpenuhi. Perlu adanya peninjauan ulang fungsi radio komunitas yang telah dirumuskan. Dan perlu penelitian berikutnya untuk menguatkan hasil yang telah diperoleh oleh penelitian ini. Untuk pembahasan yang disajikan dalam penelitian tersebut sudah mampu menambah pengetahuan terkait media komunitas juga memiliki andil dalam penyebarluasan informasi pertanian. 9. Judul Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Alamat URL/doi : Pemanfaatan Informasi oleh Petani Sayuran (Kasus di Desa Ciaruteun Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor) : 2012 : Tesis : Cetak : Dwi Retno Hapsari : - 21 Tanggal diunduh : - Analisis Pustaka Penelitian ini mengungkapkan bahwa saat ini para petani, termasuk petani sayuran dapat memajukan pertanian dengan memanfaatkan berbagai sumber informasi melalui komunikasi interpersonal dan beberapa media komunikasi sebagai alat komunikasi dan informasi yang menunjang usahatani sayuran mereka. Semakin beragamnya komoditi pertanian para petani membuat petani aktif mencari, menyeleksi, dan memanfaatkan informasi melalui berbagai sumber informasi sebagai landasan untuk meningkatkan pengelolaan usahatani sayurannya. Informasi bermanfaat bagi siapa saja, baik perorangan atau kelembagaan, termasuk petani yang juga membutuhkan informasi. Sektor pertanian di Indonesia hingga saat ini masih dianggap sektor strategis, bukan hanya karena sektor ini mampu menyediakan lapangan pekerjaan, pendorong munculnya industri baru atau kegiatan ekonomi yang lain, tetapi juga berperan sebagai sumber penyedia pangan serta mampu menyumbang devisa nasional. Intinya adalah pertanian menjadi basis pembangunan perekonomian Indonesia dan tidak dipandang sebagai masalah sektoral belaka. Penelitian ini dilakukan di Desa Ciaruteun Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor dengan pertimbangan wilayah tersebut merupakan salah satu sentra produksi sayuran di Kabupaten Bogor. Hasil dari penelitian ini adalah adanya hubungan nyata antara karakteristik petani sayuran dengan tingkat keterdedahan sumber informasi. Hal tersebut diperoleh dari salah satu data dimana menyatakan bahwa semakin tinggi pendapatan petani, maka jumlah sumber informasi yang diakses juga akan meningkat atau semakin tinggi juga. Penelitian ini juga menyatakan bahwa terdapat hubungan yang nyata antara persepsi petani sayuran terhadap pelayanan pertanian dengan tingkat keterdedahan sumber informasi. Hasil tersebut diperoleh dari data yang diperoleh dimana salah satu data menyatakan bahwa hubungan sangat nyata antara peubah persepsi petani terhadap saranan produksi pertanian dengan jumlah informasi yang diakses. Hasil dari penelitian ini yang terakhir adalah terdapat hubungan nyata antara tingkat keterdedahan sumber informaasi dengan tingkat pemanfaatan informasi. Hasil tersebut diperoleh karena jika jumlah sumber informasi yang di akses oleh petani banyak, maka akan berimplikasi terhadap ragam informasi yang diperoleh, akibatnya petani lebih banyak kesempatan untuk memilih berbagai informasi untuk dipraktekkan atau tidak pada usahatani sayurannya. Analisis Pustaka Penelitian ini sangat menambah wawasan penulis terkait pemanfaatan informasi yang dilakukan oleh petani. Informasi dapat datang dari mana saja sehingga mengharuskan petani untuk aktif mencari informasi sesuai dengan kebutuhan mereka.. Penelitian ini juga didukung oleh hasil dari penelitianpenelitian sebelumnya sehingga memperkuat hasil yang diperoleh. 22 10. Judul Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Jurnal Volume (edisi): hal Alamat URL/doi Tanggal diunduh :Perilaku Komunikasi Petani dalam Pencarian Informasi Pertanian Organik (Kasus Petani Bawang Merah di Desa Srigading, Kabupaten Bantul) : 2012 : Jurnal : Cetak : Fuady F, Lubis DP, Lumintang RWE : Jurnal Komunikasi Pembangunan : Vol. 10, No. 2: 10-18 : : - Ringkasan Pustaka Penelitian ini mengungkapkan bahwa perilaku komunikasi pada dasarnya berorientasi pada tujuan dalam arti perilaku seseorang pada umumnya dimotivasi dengan keinginan untuk memperoleh tujuan tertentu. Motivasi petani didalam memperoleh informasi tentang budidaya pertanian yang berkelanjutan, pada dasarnya adalah untuk memperoleh pendapatan yang lebih layak, serta untuk menghindari dari adanya degradasi lahan pertanian akibat dari pemanfaatan input sintesis yang berlebihan. Informasi-informasi yang diperoleh petani tentunya tidaklah langsung diaplikasikan di lapangan. Pada umumnya petani melakukan pertimbangan dan perbandingan dengan pengalaman usaha tani yang selama ini dilakukan. Adapun perilaku komunikasi yang dimaksudkan dalam penelitian tersebut adalah aktivitas yang bertujuan untuk mencari dan memperoleh informasi dari berbagai sumber dalam pemenuhan kebutuhan informasi pertanian organik. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perilaku komunikasi petani dalam pencarian informasi pertanian organik dan menganalisis hubungan antara perilaku komunikasi petani dengan praktek budidaya pertanian bawang organik. Dimana hasil dari penelitian ini mengungkapkan bahwa akses petani terhadap pertanian organik melalui media massa sebagai salah satu sumber informasi relatif rendah bahkan diantaranya tidak pernah mendapakan informasi pertanian organik dari media massa. Hal tersebut disebabkan oleh kurangnya informasi pertanian organik yang di muat di media massa, petani kurang memiliki waktu yang cukup untuk mengakses media massa, dan rendahnya minat petani untuk mengakses media massa. Penelitian ini juga menyajikan data hasil penelitian bahwa pemanfaatan media massa oleh petani sebagian besar adalah surat kabar dan tabloit. Hasil penelitian lainnya adalah upaya mendapatkan berbagai informasi pertanian seputar usaha tani, petani biasanya melakukan interaksi interpersonal dengan berbagai pihak dimana data menunjukkan bahwa umumnya petani memiliki interaksi interpersonal yang rendah dan sedang. Kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan nyata antara perilaku komunikasi petani dengan praktek usaha tani pertanian organik petani. Hal tersebut didukung oleh perolehan salah satu data yang menyatakan bahwa hubungan antara peubah keterdedahan media massa dan interaksi interpersonal petani dengan adopsi pupuk organik memiliki hubungan yang nyata. Semakin tinggi akses media dan interaksi interpersonal yang dilakukan petani memiliki korelasi terhadap tingginya adopsi pupuk. 23 Akan tetapi, komunikasi yang terjadi antar kelompok tani tidak menyebabkan adanya perubahan perilaku petani di dalam budidaya tanaman bawang merah organik. Komunikasi yang terjadi pada petani cenderung menguatkan status quo dan mempertahankan cara-cara yang telah lama bertahan di masyarakat. Analisis Pustaka Penelitian ini mampu menambah pengetahuan penulis mengenai perilaku komunikasi petani dalam memperoleh informasi yang dibutuhkan. Tidak terlalu berbeda dengan hasil-hasil penelitian yang telah penulis ringkas mengenai perilaku komunikasi petani. Namun, penelitian ini lebih cenderung mengamati pentingnya komunikasi interpersonal dalam memperoleh informasi pertanian petani. Hal tersebut dapat terlihat dari saran yang disajikan dalam penelitian tersebut. RANGKUMAN DAN PEMBAHASAN Kebutuhan Informasi Informasi adalah jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang muncul di saat petani berada dalam situasi bermasalah, yang mengurangi ketidakpastian, diciptakan petani dalam pikirannya, bersifat subyektif, berguna, dan berharga dalam usaha petani gurem untuk memenuhi kebutuhan dasar yaitu bekerja baik menjalankan usahatani maupun pekerjaan lain. Informasi juga dikolaborasikan dalam kaitannya dengan fungsinya. Beberapa fungsi informasi adalah mengurangi ketidakpastian, khususnya sebagai masukan untuk pemecahan masalah, pembuatan keputusan, perencanaan dan peningkatan pengetahuan (Dervin dalam Ihsaniyati, 2010). Menurut Nicholas (2000) dalam Ihsaniyati (2010) menjelaskan bahwa kebutuhan informasi muncul ketika seseorang berkeinginan memenuhi satu atau lebih dari tiga kebutuhan dasar manusia, yaitu kebutuhan fisiologis (makan, tempat tinggal, dan lainnya); kebutuhan psikologis (kekuasaan, rasa aman); dan kebutuhan kognitif (pendidikan, perencanaan). Meskipun bukan merupakan kebutuhan primer, kebutuhan informasi merupakan hal yang penting karena keberhasilan seseorang dalam memenuhi salah satu atau semua kebutuhan dasar dipengaruhi oleh pemenuhan kebutuhan informasi. Hasil penelitian-penelitian yang diperoleh pada bab sebelumnya menunjukkan bahwa kebanyakan informasi yang diterima oleh petani tidak sesuai dengan kebutuhan dari petaninya itu sendiri. Hal tersebut mengakibatkan ketidakefektivan kegiatan pertanian yang dilakukan oleh petani. Ketidaksesuaian informasi pertanian yang diperoleh oleh petani disebabkan oleh keterbatasan akses yang dimiliki oleh petani. Petani hanya memanfaatkan hubungan antar petani atau dengan penyuluh dalam memperoleh informasi pertanian. Informasi pertanian tidak hanya diperoleh hanya dari sesama petani dan penyuluh semata, tetapi media massa (televisi dan radio) dan media cetak (majalah, tabloit, pamflet, dll) juga dapat memberikan informasi terkait pertanian. Kenyataan yang diperoleh dari hasil penelitian-penelitian pada bab sebelumnya menyatakan bahwa media massa maupun media cetak kurang memberikan informasi terkait pertanian kepada petani. Media tersebut kebanyakan menyajikan hiburan bagi khalayak yang mengaksesnya. Hal tersebut yang menyulitkan petani dalam memperoleh informasi pertanian sesuai dengan kebutuhan pertaniannya dan menyebabkan petani tidak dapat memperoleh informasi pertanian lebih selain dari komunikasi interpersonal dan komunikasi kelompok. Adapun jika media massa menyajikan informasi terkait pertanian, petani tidak dapat memanfaatkannya karena kegiatan pertanian di lahan sawah yang padat atau tayangan informasi pertanian tersebut tidak sesuai dengan jadwal instirahat petani. Pemanfaatan media komunikasi selain komunikasi interpersonal dan komunikasi kelompok kembali lagi terhadap minat, persepsi, dan motivasi petani dalam menggunakannya. Semakin besar minat petani untuk menyaksikan acara informasi pertanian maka akan semakin besar pula persepsi petani tentang peranan media massa dan media cetak dalam penyebaran informasi pertanian. 25 Uses and Gratification Teori uses and grtification ini pertama kali diperkenalkan oleh Herbert Blumer dan Elihu Katz yang mengatakan bahwa pengguna media memainkan peran aktif untuk memilih dan menggunakan media tersebut (Yosephine, 2012). Menurut Severin (2008) dalam Yosephine (2012) pendekatan uses and gratification ini tidak menekankan pada yang dilakukan media pada khalayak (what media do to people) melainkan yang dilakukan khalayak terhadap media (what people do to media). Khalayak dianggap secara aktif untuk menggunakan media-media demi memenuhi kebutuhan mereka. Teori uses and gratifications dimulai di lingkungan sosial, di mana yang dilihat adalah kebutuhan khalayak. Lingkungan sosial meliputi ciri-ciri afiliasi kelompok dan ciri-ciri kepribadian. Menurut Effendy (2003) dalam Yosephine (2012) kebutuhan individual dikategorisasikan sebagai berikut: 1. Cognitive needs (Kebutuhan Kognitif) Yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan informasi, pengetahuan dan pemahaman mengenai lingkungan. Kebutuhan ini didasarkan pada hasrat untuk memahami dan menguasai lingkungan, juga memuaskan rasa penasaran dan dorongan untuk penyelidikan. 2. Affective needs (Kebutuhan Afektif) Yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan pengalamanpengalaman yang estetis, menyenangkan dan emosional. 3. Personal intergrative needs (Kebutuhan pribadi secara integratif) Yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kredibilitas, kepercayaan, stabilitas, dan status individual. Hal-hal tersebut diperoleh dari hasrat akan harga diri. 4. Social integrative needs (kebutuhan sosial secara integratif) Yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kontak dengan keluarga, teman, dan dunia. Hal-hal tersebut didasarkan pada hasrat untuk berafiliasi. 5. Escapist needs (kebutuhan Pelepasan) Yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan hasrat ingin melarikan diri dari kenyataan, kelepasan emosi, ketegangan dan kebutuhan akan hiburan. Dengan kata lain, pengguna media itu adalah pihak yang aktif dalam proses komunikasi. Penggunaan media berusaha untuk mencari sumber media yang paling baik di dalam usaha memenuhi kebutuhannya. Artinya teori uses and gratification mengasumsikan bahwa pengguna mempunyai pilihan alternatif untuk memuaskan kebutuhannya (Yosephine, 2012). Menurut Kriyantono (2006) dalam Yosephine (2012) pandangan teori uses and gratification ini khalayak pada dasarnya mempunyai motif-motif tertentu yang mendorong khalayak menggunakan media sebagai salah satu cara mencapai tujuan dan memenuhi kebutuhan mereka. Media dianggap berusaha memenuhi motif dari khalayak, sehingga jika motif khalayak terpenuhi maka kebutuhan dari khalayak pun tercapai. Inti Teori Uses and Gratification adalah khalayak pada dasarnya menggunakan media massa berdasarkan motif-motif tertentu. Media dianggap berusaha memenuhi motif khalayak. 26 Media Komunikasi Dalam dunia pertanian, petani memperoleh informasi pertanian dari berbagai sumber baik melalui media maupun non media yaitu komunikasi tatap muka secara langsung (komunikasi antarpribadi). Media komunikasi yang dimaksud dapat dikategorikan dalam dua bagian, yakni media umum dan media massa. Media umum ialah media yang dapat digunakan oleh segala bentuk komunikasi, contohnya telepon, handphone, telegram, OHP, LCD proyektor, dan sebagainya (Hapsari, 2012). Menurut Hapsari (2012), media massa adalah media yang digunakan untuk komunikasi massa. Disebut demikian karena sifatnya yang massal, yang termasuk dalam media komunikasi massa ialah pers, radio, film, televisi, dan media dotcom. Komunikasi massa memiliki karakteristik yang berbeda dengan jenis komunikasi lainnya. Karakterisitik tersebut ialah komunikator terlembagakan, pesan bersifat umum, komunikannya anonim dan heterogen, media massa menimbulkan keserempakan, komunikasi mengutamakan isi ketimbang hubungan, dan komunikasi massa bersifat satu arah. Hapsari (2012) juga mengemukakan bahwa kehadiran media massa memberikan efek terhadap ekonomi, sosial, penjadwalan kegiatan sehari-hari, hilangnya perasaan tidak nyaman, dan menumbuhkan perasaan tertentu. Sedangkan, efek pesan dari komunikasi massa mempengaruhi kognitif, afektif, dan behavioral khalayak. Dampak sosial media massa secara pasti mempengaruhi pemikiran dan tindakan khalayak. Media membentuk opini publik untuk membawanya pada perubahan yang signifikan. Hasil penelitian menurut Saleh (2006) mengungkapkann bahwa telah terjadi pergeseran perilaku komunikasi dari komunikasi interperonal ke komunikasi bermedia. Akan tetapi menurut Sumaryo (2006) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa Peranan televisi dalam penyebaran informasi pertanian tergolong rendah karena petani di daerah penelitian tersebut kurang tertarik untuk menyaksikan acara informasi pertanian dengan alasan tidak sesuai dengan waktu istirahat mereka. Pernyataan tersebut didukung oleh Widiyanti (2007) yang menyatakan bahwa komunikasi interpersonal dan komunikasi kelompok masih relevan dan lebih banyak digunakan oleh petani dalam memperoleh informasi pertaniannya. Hal tersebut menyimpulkan bahwa penggunaan media komunikasi tak lepas dari karakteristik wilayah tempat tinggal petani, karakteristik dari petani itu sendiri dalam memanfaatkan media komunikasi dalam memperoleh kebutuhan informasi pertaniannya, dan karakteristik dari media komunikasi itu sendiri. Perbedaan yang terjadi berdasarkan hasil penelitian sebelumnya tersebut dapat disebebkan juga oleh karakteristik dari media komunikasi yang memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing sehingga tidak semua petani dapat menggunakan atau memanfaatkan media komunikasi yang ada. Karakteristik dari media komunikasi tersebut dapat dilihat pada Tabel 1. dan Tabel 2. sebagai berikut: 27 Tabel 1. Perbedaan antara beberapa media komunikasi menurut kualitas fungsinya Kualitas Radio Televisi, Brosur Artikel, Poster Fungsi Media Video Koran Kemungkinan + + 0 0 menstimulasi debat dalam konteks penerimaan Kemudahan + + 0 + mendapat perhatian/ memobilisasi minat Kapasitas 0 0 + 0 untuk mendalami dan mendukung belajar aktif Potensi 0 − + 0 + berfungsi sebagai pengingat Kemudahan − − + 0 0 menyimpan pesan-pesan Kecepatan + 0 0 + (waktu produksi singkat) Fleksibilitas − − + 0 + waktu Fleksibilitas 0 − + 0 + spasial Biaya yang 0 + 0 − − mungkin untuk mengintervensi organisasi Biaya yang 0 + − 0 mungkin bagi penerima Kebebasan 0 − + 0 + agen perubah dalam menentukan isi perubahan Keterangan: + = relatif tinggi dibandingkan dengan media massa lainnya (dalam kebanyakan konteks); 0 = sebanding dengan media massa lainnya (dalam kebanyakan konteks); = relatif rendah dibandingkan dengan media massa lainnya (dalam kebanyakan konteks). 28 Sumber: Leeuwis (2004) dalam Mugniesyah (2010) dalam Hapsari (2012) Media adalah alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak (Cangara, 2007). Ada beberapa pakar psikologi memandang bahwa dalam komunikasi antar manusia, media yang paling dominan dalam berkomunikasi adalah pancaindra manusia, seperti mata dan telinga. Pesanpesan yang diterima pancaindra selanjutnya diproses dalam pikiran manusia untuk mengontrol dan menentukan sikapnya terhadap sesuatu, sebelum dinyatakan dalam tindakan. Media yang dimaksud adalah media antarpribadi (kurir atau utusan, surat, dan telepon), media kelompok (melibatkan khalayak lebih dari 15 orang), media publik (khalayak lebih dari 200 orang), dan media massa (surat kabar, film, radio, dan televisi). Kelemahan dan kelebihan masing-masing media komunikasi, dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel 2. Karakteristik Media Komunikasi Karakteristik Media Antarpribadi Kelompok Masssa Pikiran Semua indra Mata dan Diterima oleh telinga Memutar Langsung Tidak Umpan balik dalam diri langsung Simbol dan Tertulis, lisan, Tertulis dan Kode persepsi dan isyarat lisan Memusat Du arah Satu arah Arus pesan Liputan Pada diri Terbatas Efek Sikap dan perilaku Tinggi pada sikap, rendah pada kognitif Kecepatan Khalayak Cepat pada diri sendiri Sendiri Cepat dan terbatas Individu dan kelompok Muatan pesan media Terbatas diri sendiri Terbatas setiap tempat Publik Semua indra Bisa langsung, bisa tidak Lisan dan isyarat Bisa satu dan dua arah Banyak dan Banyak dan tanpa batas terbatas Rendah pada Tinggi pada sikap, tinggi perilaku, tapi pada kognitif rendah pada kognitif Cepat dan luas Cepat tapi terbatas Massa tak Kelompok terbatas massa dan terbatas Banyak Terbatas (televisi, (mimbar, radio, surat alun-alun, kabar, film) rapat akbar) Sumber: Cangara (2007). Edisi Revisi. Pengantar Ilmu Komunikasi. Selain media komunikasi di atas, masih banyak media komunikasi lain seperti poster, leaflet, selebaran, brosur stiker, pamflet yang dapat diolongkan sebagai media format kecil. Menurut Cangara (2007), media ini banyak digunakan untuk penawaran barang dan jasa, kampanye, pameran, dan sebagainya. 29 Jika kita perhatikan karakteristik masing-masing media komunikasi, mungkin timbul pertanyaan, media mana yang efektif dalam mencapai sasaran komunikasi. Jawabannya sudah tentu kembali pada sifat media serta pemilikan media pada khalayak. Sebab bagaimanapun banyaknya kelebihan media televisi, kalau media tersebut tidak dimiliki oleh khalayak, sudah tentu informasi yang disampaikan tidak akan mengena sasaran yang ingin dicapai. KESIMPULAN Hasil Rangkuman dan Pembahasan Proses komunikasi tak akan lepas dari kehidupan manusia. Manusia perlu melakukan komunikasi dalam kehidupan sehari-hari untuk dapat bertahan hidup seiring dengan zaman yang terus berkembang. Zaman yang terus berkembang mendorong petani untuk dapat berkomunikasi secara aktif dalam memenuhi kebutuhan pertaniannya. Kebutuhan pertanian antar setiap petani tentunya berbeda, oleh karena itu informasi yang diperlu oleh petani juga berbeda. Petani tidak dapat memaksakan menggunakan informasi yang diperoleh dari petani lain jika itu dianggap tidak sesuai dengan kebutuhan pertaniannya. Jika hal itu tetap dilakukan maka hasil pertanian yang akan diperoleh bisa saja berkurang. Oleh karena itu, petani dituntut berkomunikasi secara aktif untuk memperoleh informasi sesuai dengan kebutuhannya. Kualitas informasi sangat ditentukan oleh pengetahuan, pengalaman, selera, dan iman seseorang yang mengolah stimulus menjadi informasi. Adapun kualitas pesan sangat ditentukan oleh kemampuan dan kreativitas seseorang dalam mengolah informasi menjadi pesan. Sebuah informasi yang berkualitas sangat ditentukan oleh kecermatan (accuracy), tepat waktu (timeliness) dan relevansinya (relevancy). Keakuratan informasi adalah bila informasi tersebut terbebas dari bias. Informasi dikatakan tepat waktu bila dihasilkan pada saat diperlukan. Adapun relevansi suatu informasi berhubungan dengan kepentingan pengambilan keputusan yang telah direncanakan. Informasi yang disajikan pada zaman yang semakin modern ini juga tidak harus diperoleh dari sesama petani saja, tetapi muncul media komunikasi lain yang mampu mendukung kegiatan pertanian yang semakin hari bisa dikatakan semakin berkurang ini. Berkurangnya kegiatan pertanian dapat disebabkan oleh semakin berkurangnya lahan pertanian yang sudah dialihfungsikan menjadi lahan yang lebih produktif lagi dan juga mungkin saja dikarenakan oleh petani yang masih bergantung kepada petani lain dalam menjalankan kegiatan taninya. Hal tersebut dapat diatasi dengan pemanfaatan media komunikasi selain media komunikasi antarpribadi, yaitu dapat berupa komunikasi kelompok, komunikasi publik, dan komunikasi massa. Diantara masing-masing media komunikasi tersebut tentunya tidak memiliki karakteristik yang sama, melainkan karakteristik yang dimiliki masingmasing media komunikasi berbeda-beda tetapi jika dalam penggunaannya dikolaborasikan sesuai kebutuhan dapat saling menutupi kelemahan masingmasing media komunikasi. Penggunaan media komunikasi secara multimedia (lebih dari satu media) dinilai jauh lebih baik dibandingkan dengan penggunaan single media (satu media saja). Berdasarkan pada proses komunikasi juga diperoleh umpan balik (feed-back) yang bersifat langsung dan tidak langsung. Proses penerimaan umpan balik oleh komunikasn tersebut sangat tergantung dari beberapa hal, antara lain: penampilan komunikator, isi pesan, dan cara yang dipakai oleh komunikator dalam menyampaikan pesan. Penggunaan media komunikasi dalam pemenuhan informasi pertanian dilihat dari waktu penggunaan media, frekuensi penggunaan media, tempat penggunaan media, tingkat kemudahan mengakses media, dan tujuan penggunaan media itu sendiri dimana 31 dikaitkan dengan karakteristik dari petani sebagai pengguna media komunikasi sebagai upaya dalam pemenuhan kebutuhan informasi pertanian petani tersebut. Perumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian Skripsi Penggunaan media komunikasi di kalangan petani berbeda-beda, dikarenakan kebutuhan informasi antar setiap petani berbeda-beda pula. Perilaku komunikasi petani menjadi kunci utama dalam membentuk pola komunikasi agar media komunikasi yang digunakan juga dapat sesuai dengan kebutuhan informasi petani. Oleh karena itu, berdasarkan kerangka pemikiran di bawah dapat diambil beberapa pertanyaan analisis, antara lain: 1. Kebutuhan informasi apa saja yang dibutuhkan oleh petani? 2. Faktor apa saja yang mempengaruhi petani dalam pemenuhan kebutuhan informasi pertanian? 3. Bagaimana pengaruh kebutuhan informasi tersebut terhadap penggunaan media komunikasi yang ada? Usulan Kerangka Analisis Baru Kerangka analisis yang dibuat merupakan gabungan kerangka analisis dari semua pustaka yang telah diperoleh. Kerangka ini menunjukkan keterkaitan antar variabel yang dijelaskan para penulis dalam pustakanya. Kebutuhan pertanian antar setiap petani tentunya berbeda, oleh karena itu informasi yang diperlu oleh petani juga berbeda. Petani tidak dapat memaksakan menggunakan informasi yang diperoleh dari petani lain jika itu dianggap tidak sesuai dengan kebutuhan pertaniannya. Jika hal itu tetap dilakukan maka hasil pertanian yang akan diperoleh bisa saja berkurang. Oleh karena itu, petani dituntut berkomunikasi secara aktif untuk memperoleh informasi sesuai dengan kebutuhannya. Kualitas informasi sangat ditentukan oleh pengetahuan, pengalaman, dan umur seseorang yang mengolah stimulus menjadi informasi. Adapun kualitas pesan sangat ditentukan oleh kemampuan dan kreativitas seseorang dalam mengolah informasi menjadi pesan. Sebuah informasi yang berkualitas sangat ditentukan oleh kecermatan (accuracy), tepat waktu (timeliness) dan relevansinya (relevancy). Keakuratan informasi adalah bila informasi tersebut terbebas dari bias. Informasi dikatakan tepat waktu bila dihasilkan pada saat diperlukan. Adapun relevansi suatu informasi berhubungan dengan kepentingan pengambilan keputusan yang telah direncanakan. Hal-hal tersebut di atas dapat mempengaruhi media komunikasi yang digunakan oleh petani dalam kegiatan pertaniannya karena harus menyesuaikan dengan kebutuhan akan informasi tersebut. Penggunaan media komunikasi dalam pemenuhan informasi pertanian dilihat dari frekuensi penggunaan media, intensitas penggunaan media, dan kemudahan dalam menggunakan media. 32 X1 = Karakteristik Petani X1.1 Usia X1.2 Tingkat Pendidikan X1.3 Minat Petani X1.4 Persepsi Petani X1.5 Motovasi Petani Y1, X3 = Tingkat Kebutuhan Informasi Pertanian X2 = Karakteristik Usaha Tani X2.1 Luas Lahan X2.2 Komoditi Pertanian Gambar 2. Kerangka Analisis Keterangan: Mempengaruhi Y2 = Penggunaan Media Komunikasi Y2.1 Frekuensi penggunaan media Y2.2 Intensitas penggunaan media Y2.3 Kemudahan penggunaan media 33 DAFTAR PUSTAKA Armiati, Razak N, Yusmasari. 2010. Media Komunikasi Mendukung Percepatan Alih Teknologi Produksi Padi Sawah di Tingkat Petani. J Agrisistem. [Internet]. [diunduh tanggal 20 Oktober 2014]. 6(1): 1-14. Dapat diunduh dari: http://www.stppgowa.ac.id/ Cangara H. 2007. Pengantar Ilmu Komunikasi. Edisi 1. Jakarta (ID). Rajawali Pers. Fuady F, Lubis DP, Lumintang RWE. 2012. Perilaku Komunikasi Petani dalam Pencarian Informasi Pertanian Organik (Kasus Petani Bawang Merah di Desa Srigading, Kabupaten Bantul). J Komunikasi Pembangunan. 10(2): 10-18. Hapsari DR. 2012. Pemanfaatan Informasi oleh Petani Sayuran (Kasus di Desa Ciaruteun Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor). [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. 99 hal. Ihsaniyati H. 2010. Kebutuhan Informasi Petani Gurem (Kasus Desa Rowo, Kecamatan Kandangan, Kabupaten Temanggung). J Agritext. [Internet]. [diunduh tanggal 20 Oktober 2014]. 28: 102-116. Dapat diunduh dari: http://google.com/4.4%20Hanifah%20Ihsaniyati, %20SP,%20MSi.pdf Nurmayanti AW. 2011. Hubungan Perilaku Komunikasi dengan Pemahaman Petani terhadap Fungsi Radio Komunitas (Kasus Radio Komunitas Petani Trisna Alami, Desa Kaliagung, Kecamatan Sentolo, Kabupaten Kulon Progo, Provinsi D.I. Yogyakarta). [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. 79 hal Saleh A. 2006. Tingkat Penggunaan Media Massa dan Peran Komunikasi Anggota Kelompok Peternak dalam Jaringan Komunikasi Penyuluhan Sapi Potong. J Media Peternakan. [Internet]. [diunduh tanggal 20 Oktober 2014]. 29(2): 107-120. Dapat diunduh dari: http://jesl.journal.ipb.ac.id/index.php/mediapeternakan/article/view/874/24 7 Saleh A., Suwanda FN. 2008. Analisis Efektivitas Komunikasi Model Prima Tani sebagai Diseminasi Teknologi Pertanian di Desa Citarik, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. J Komunikasi Pembangunan. [Internet]. [diunduh tanggal 28 Desember 2014]. 6(2): 66-79. Dapat diunduh dari: 5669-160451-PB.pdf Soekartawi. 1988. Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian. Jakarta (ID). UI-Press. Sulistiyono L, etc. 2008. Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Petani Bawang Merah dalam Penggunaan Pestisida (Studi Kasus di Kabupaten Nganjuk, Provinsi Jawa Timur). J Agroland. [Internet]. [diunduh tanggal 20 Ooktober 2014]. 15(1): 12-17. Dapat diunduh dari: http://download.portalgaruda.org/article.php?article=10795&val=752 Sumaryo. 2006. Peranan Media Massa dalam Penyebaran Informasi Pertanian di Kalangan Petani Sayuran di Lampung. J Penyuluhan. [Internet]. [diunduh tanggal 27 Desember 2014]. 2(5): 16-22. Dapat diunduh dari: 2111-41771-PB.pdf Widiyanti E. 2007. Pola Komunikasi Petani dalam Rangka Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani di Desa Ngabeyan, Kecamatan Sidoharjo, Kabupaten Wonogiri. J M’Power. [Internet]. [diunduh tanggal 20 Oktober 34 2014]. 5(5): 24-35. Dapat diunduh dari: http://pppm.pasca.uns.ac.id/wpcontent/uploads/2012/09/Emi.pdf Yosephine M. 2012. [Tanpa Judul]. [diunduh tanggal 13 Januari 2015]. Dapat diunduh dari: e-journal.uajy.ac.id/604/2/1KOM03631.pdf . 35 RIWAYAT HIDUP Penulis bernama lengkap Aldilla Puti dilahirkan di Jakarta, 10 Juni 1993 merupakan anak pertama dari pasangan Dodi Susanto dan Evy Magdalena. Pendidikan formal yang pernah dijalani penulis adalah SD Negeri Menteng 02 Pagi (1999-2005), SMP Negeri 216 Jakarta (2005-2008), SMA Negeri 7 Bogor (2008-2011). Pada tahun 2011, penulis diterima menjadi mahasiswa Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan IPB. Selain aktif dalam kegiatan perkualiahan penulis juga aktif mengikuti berbagai organisasi dan kepanitiaan, yaitu Dewan Gedung Asrama Putri A3 periode 2011-2012, pengurus Himpunan Mahasiswa Peminat Ilmu-Ilmu Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat (HIMASIERA) menjabat sebagai Bendahara II pada masa kepengurusan 2012/2013 yang selanjutnya menjadi Bendahara I pada masa kepengurusan 2013/2014, Pengurus Majalah Komunitas FEMA (Divisi design pada tahun 2012 lalu menjadi kepala divisi design pada masa kepengurusan 2012-2014), dan anggota Public Relation Community (PRC) IPB Divisi Design periode 2014.