Modul Pendidikan Agama Islam [TM15].

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
RADIKALISME ISLAM DI INDONESIA
Fakultas
Program Studi
EKONOMI DAN BISNIS
AKUNTANSI
Tatap Muka
14
Abstract
Radikalisme sebagai gerakan
yang menginginkan perubahan
secara revolusioner.
Radikalisme yang diindentikan
dengan Islam perlu kajian
mendalam
Kode MK
Disusun Oleh
90004
Drs. SUMARDI, M. Pd
Kompetensi
Dengan mempelajari ini
diharapkan mahasiswa dapat:
1. Menjelaskan definisi radikal
2. Pandagan Islam terhadap
radikalisme
3. Faktor penyebab
munculnya radikalisme
4. Upaya pencegahan
radikalisme
Pembahasan
A. Pengertian Radikal
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, radikal adalah perubahan yang
amat
keras
menuntut
perubahan
undang-undang,
sedangkan
radikalisme
merupakan paham atau aliran yang radikal dalam politik; paham atau aliran yang
menginginkan perubahan atau pembaharuan sosial dan politik dengan cara
kekerasan atau drastis; sikap ekstrim dalam aliran politik.
Radikalisme dalam bahasa Arab disebut syiddah al-tanatu. Artinya keras,
eksklusif, berpikiran sempit, rigid, serta memonopoli kebenaran. Muslim radikal
adalah orang Islam yang berpikiran sempit, kaku dalam memahami Islam, serta
bersifat eksklusif dalam memandang agama-agama lainnya. Kelompok Islam radikal
muncul sejak terbunuhnya Khalifah Usman bin Affan, menyusul kemudian Ali bin Abi
Thalib yang dilakukan oleh umat Islam sendiri. Saat itu, Islam radikal diwakili oleh
kelompok Khawarij.
Radikalisme dalam artian bahasa berarti paham atau aliran yang
mengingikan perubahan atau pembaharuan social dan politik dengan cara
kekerasan atau drastis. Namun, dalam artian lain, esensi radikalisme adalah konsep
sikap jiwa dalam mengusung perubahan. Sementara itu radikalisme menurut
pengertian lain adalah inti dari perubahan itu cenderung menggunakan kekerasan.
Radikal berarti memiliki wawasan tertentu untuk melepaskan diri dari
cengkraman masa lalu. Sedangkan radikalisme adalah gerakan sosial yang menolak
secara menyeluruh tertib sosial yang sedang berlaku dan di tandai oleh kejengkelan
moral yang kuat untuk menentang dan bermuduhan dengan kaum yang mempunyai
hak-hak istimewa dan yang berkuasa.
Sementara Islam merupakan agama kedamaian yang mengajarkan sikap
berdamai dan mencari perdamaian. Islam tidak pernah membenarkan praktek
penggunaan kekerasan dalam menyebarkan agama, paham keagamaan serta
paham politik. Namun banyak orang yang menyalah artikan dari radikalisme sendiri,
banyak yang memahami agama Islam dalam pandangan yang keras dalam
menyakini, memahami dan melaksanakan ajaran agama Islam, dalam hal politik,
2012
2
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Drs. SUMARDI, M. Pd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
islam garis keras, islam yang berwatak ideologi yang keras, islam yang serba
kewahyuan dan yang lainnya.
B. Gerakan Radikal Positif (Prinsip-Prinsip Gerakan Tajdid dan Islah).
1. Menyerukan dan mengajarkan kepada umat islam untuk memahami ajaran
agamanya dengan pemahaman yang benar sesuai dengan pemahaman
rasulullah SAW dan para sahabat beliau terdapat Al-Quran dan Al- hadis.
2. Mengoreksi segenap pemahaman dan pengalaman kita terhadap agama ini
agar dibersihkan dari polusi syirik dan bid’ah.
3. Membangun mental ketaatan kepada penguasa muslim dalam segala perkara
yang baik dan berlepas diri dari kejelekan yang dilakukan oleh penguasa
tersebut.
4. Mencegah adanya sikap memberontak kepada penguasa muslim dalam
menyalurkan rasa ketidakpuasan terhadap berbagai kebobrokan penguasa
muslim.
5. Menasehati penguasa muslim dengan nasehat yang tidak menimbulkan
pemahaman terhadap masyarakat bahwa nasehat tersebut sebagai sikap
pemberontak kepada penguasa yang di nasehati.
6. Mencegah kemungkaran dengan syarat tidak mengandung resiko munculnya
kemungkaran yang lebih besar daripadanya.
7. Mengikhlaskan segala bentuk perjuangan tersebut hanya untuk mencapai
keridhoan Allah Ta’alla dan tidak mempunyai tujuan sampingan atau susulan
apapun.
8. Sabar berpegang teguh dengan prinsip-prinsip agama yang tidak bergeser
sedikitpun daripadanya dalam keadaan bagaimanapun dan dengan alasan
apapun.
9. Merujuk kepada kepemimpinan ulama Ahlul Hadis dalam memutuskan
perkara-perkara besar atau prinsiple dan tunduk patuh kepada keputusan para
ulama tersebut dalam keadaan suka ataupun tidak suka.
10. Menjaga kesatuan dan persatuan umat islam diatas bimbingan Al-Qur’an dan
As-sunnah serta menghindari perkara-perkara yang akan menjadi sebab
perpecahan umat islam selama tidak menyimpang dari keduanya.
Yang dimaksud dengan radikalisme adalah gerakan yang berpandangan kolot
dan sering menggunakan kekerasan dalam mengajarkan keyakinan mereka.
2012
3
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Drs. SUMARDI, M. Pd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Sementara Islam merupakan agama kedamaian yang mengajarkan sikap berdamai
dan mencari perdamaian. Islam tidak pernah membenarkan praktek penggunaan
kekerasan dalam menyebarkan agama, paham keagamaan serta paham politik.
Dawinsha mengemukakan defenisi radikalisme menyamakannya dengan
teroris.Tapi ia sendiri memakai radikalisme dengan membedakan antara keduanya.
Radikalisme adalah kebijakan dan terorisme bagian dari kebijakan radikal tersebut.
Defenisi Dawinsha lebih nyata bahwa radiklisme itu mengandung sikap jiwa yang
membawa kepada tindakan yang bertujuan melemahkan dan mengubah tatanan
kemapanan dan menggantinya dengan gagasan baru.
Makna yang terakhir ini, radikalisme adalah sebagai pemahaman negatif dan
bahkan bisa menjadi berbahaya sebagai ekstrim kiri atau kanan. Radikalisme adalah
pemikiran atau sikap keagamaan yang ditandai oleh empat hal.
Pertama, sikap tidak toleran, tidak mau menghargai pendapat dan keyakinan orang
lain.
Kedua,
sikap revolusioner, yaitu cenderung menggunakan
kekerasan untuk
mencapai tujuan. Umumnya radikalisme muncul dari pemahaman agama
yang tertutup dan tekstual.
Kaum radikal selau merasa kelompok yang paling memahami ajaran Tuhan. Karena
itu, mereka suka mengkafirkan orang lain atau menganggap orang lain sesat.
Dilihat dari sejarahnya, radikalisme terdiri dari dua wujud:
1) Radikalisme dalam pikiran (yang sering juga disebut sebagai fundamentalisme).
2) Radikalisme dalam tindakan (terorisme).
Apa yang biasanya disebut sebagai kebangkitan Islam di Indonesia adalah
hadirnya gejala-gejala keagamaan yang muncul secara dominan sejak tahun 1980an ditandai oleh menguatnya kecenderungan orang-orang Islam untuk kembali
kepada agama mereka dengan mempraktikkan ajaran Islam dalam kehidupan
sehari-hari mereka. Kecenderungan ini bisa dikatakan baru karena hal itu tidak
muncul di tahun 1960-an sehingga kebangkitan Islam baru muncul di awal tahun
1980-an.
Bangkitnya Islam di Indonesia di antaranya telah terdorong oleh faktor-faktor
tertentu yang berasal dari dalam Islam sendiri atau dari luar islam. Beberapa
gerakan menyatakan secara tegas aspek-aspek politik yang ingin mereka kejar.
Sebagian lainnya berusaha untuk menegaskan kembali praktik-praktik keagamaan
mereka dari pada mengejar politik.
2012
4
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Drs. SUMARDI, M. Pd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Bisa disimpulkan bahwa gerakan Islam dalam masyarakat Indonesia
kontemporer sekarang ini ditandai oleh beberapa upaya.
a. Menemukan bentuk pemahaman terhadap ajaran-ajaran Islam yang perlu untuk
dirumuskan dan disodorkan sebagai alternatif terhadap sistem yang berlaku
sekarang.
b.
Menerapkan ajaran Islam secara praktis tidak hanya sebagai konsep-konsep
yang abstrak.
c. Menyingkatkan keberagaman masyarakat
d. Kelemahan islam dalam politik dan berlengsernya masa orde baru telah
menyebabkan umat islam frustasi sehingga menjadi mayoritas yang diam.
Karena islam dalam politik tahun 1980an telah sampai kepada jalan buntu,
beberapa intelektual Islam telah mengajukan jalan lain dengan membawa Islam
ke jalan lain selain politik.
e. Melakukan purifikasi keagamaan. Ada dugaan bahwa Islam telah terdistorsi
karena Islam telah dipahami secara parsial.
Lima faktor di atas telah memunculkan situasi sosial politik dan kultural yang
mengelilingi masyarakat Islam di Indonesia telah mendorong lahirnya gerakangerakan keagamaan ini. Jadi, gerakan-gerakan ini adalah sebagai respon terhadap
situasi di sekeliling mereka. Respon-respon ini dalam kenyataannya telah
diekspresikan dalam bentuk yang beragam, tergantung pada interpretasi yang
berpijak dari pemahaman mereka terhadap ideal-ideal ajaran yang ada yang
dilakukan oleh para eksponen gerakan itu.
Karena itu beberapa gerakan keagamaan ini bisa dibedakan ke dalam
beberapa kategori.
a. Bisa dikategorikan radikal dan berusaha untuk merubah atau mengkonfontir
status quo yang bukan saja dianggap tidak sesuai dengan Islam bahkan
dianggap menyimpang dari Islam. Gerakan ini secara politik cukup menantang
pemerintah yang ada karena mereka juga menyediakan ide-ide tentang negara
Islam yang berarti akan mengganti pemerintahan sekuler yang ada dengan
pemerintahan Islam.
b. Gerakan-gerakan yang menekankan pemahaman Islam melalui pengajaran.
Kelompok ini berkarakter reformis karena mereka tidak hanya menampilkan
dirinya sebagai penganut Islam yang lebih sadar tetapi juga berusaha
mengembangkan pemahaman baru tentang Islam. Gerakan ini mengambil
2012
5
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Drs. SUMARDI, M. Pd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
bentuk reformasi dan purifikasi sebagai titik tolak mereka. Gerakan ini bertujuan
untuk mendapatkan pemahaman yang terbaik mengenai Islam dan berupaya
membentuk pribadi muslim yang baik. Kelompok ini seperti halnya kelompok
radikal Islam biasa disebut sebagai kelompok sempalan, karena mereka
menyimpang dari tatanan status quo yang ada. Mereka juga mendirikan
lembaga-lembaga pendidikan untuk mentransfer ide-ide mereka secara lebih
mudah.
c. Yang bisa dimasukkan ke dalam gerakan Islam kontemporer adalah gerakan
keagamaan yang dilakukan mahasiswa di beberapa kampus di Indonesia.
Kelompok ini seperti halnya kelompok kedua, tapi kelompok ini juga mempunyai
kepentingan politik, dalam arti bahwa mereka tidak menganggap Islam sebagai
suatu isu politik atau mereka terlibat dalam kegiatan politik dengan maksudmaksud religius.
2. Sejarah Radikalisme.
Munculnya isu-isu politis mengenai radikalisme Islam merupakan tantangan
baru bagi umat Islam untuk menjawabnya. Isu radikalisme Islam ini sebenarnya
sudah lama mencuat di permukaan wacana internasional. Radikalisme Islam
sebagai fenomena historis-sosiologis merupakan masalah yang banyak dibicarakan
dalam wacana politik dan peradaban global akibat kekuatan media yang memiliki
potensi besar dalam menciptakan persepsi masyarakat dunia. Banyak label label
yang diberikan oleh kalangan Eropa Barat dan Amerika Serikat untuk menyebut
gerakan Islam radikal, dari sebutan kelompok garis keras, ekstrimis, militan, Islam
kanan, fundamentalisme sampai terrorisme. Bahkan di negara-negara Barat pasca
hancurnya ideology komunisme (pasca perang dingin) memandang Islam sebagai
sebuah gerakan dari peradaban yang menakutkan. Tidak ada gejolak politik yang
lebih ditakuti melebihi bangkitnya gerakan Islam yang diberinya label sebagai
radikalisme Islam. Tuduhan-tudujan dan propaganda Barat atas Islam sebagai
agama yang menopang gerakan radikalisme telah menjadi retorika internasional.
Label radikalisme bagi gerakan Islam yang menentang Barat dan sekutusekutunya dengan sengaja dijadikan komoditi politik. Gerakan perlawanan rakyat
Palestina, Revolusi Islam Iran, Partai FIS Al-Jazair, perilaku anti-AS yang
dipertunjukkan Mu’ammar Ghadafi ataupun Saddam Hussein, gerakan Islam di
Mindanao Selatan, gerakan masyarakat Muslim Sudan yang anti-AS, merebaknya
solidaritas Muslim Indonesia terhadap saudara-saudara yang tertindas dan
2012
6
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Drs. SUMARDI, M. Pd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
sebagainya, adalah fenomena yang dijadikan media Barat dalam mengkapanyekan
label radikalisme Islam.Tetapi memang tidak bisa dibantah bahwa dalam perjalanan
sejarahnya terdapat kelompok-kelompok Islam tertentu yang menggunakan jalan
kekerasan
untuk
mencapai
tujuan
politis
atau
mempertahankan
paham
keagamaannya secara kaku yang dalam bahasa peradaban global sering disebut
kaum radikalisme Islam.
Menurut Ketua Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU), Ahmad Bagja,
radikalisme muncul karena ketidakadilan yang terjadi di dalam masyarakat. Kondisi
tersebut bisa saja disebabkan oleh negara maupun kelompok lain yang berbeda
paham, juga keyakinan. Pihak yang merasa diperlakukan secara tidak adil, lalu
melakukan perlawanan.
Radikalisme tak jarang menjadi pilihan bagi sebagian kalangan umat Islam
untuk merespons sebuah keadaan. Bagi mereka, radikalisme merupakan sebuah
pilihan untuk menyelesaikan masalah. Namun sebagian kalangan lainnya,
menentang radikalisme dalam bentuk apapun. Sebab mereka meyakini radikalisme
justru tak menyelesaikan apapun. Bahkan akan melahirkan masalah lain yang
memiliki dampak berkepanjangan. Lebih jauh lagi, radikalisme justru akan
menjadikan citra Islam sebagai agama yang tidak toleran dan sarat kekerasan.
Cendekiawan
Muslim,
Nazaruddin
Umar,
mengatakan
radikalisme
sebenarnya tak ada dalam sejarah Islam. Sebab selama ini Islam tak menggunakan
radikalisme untuk berinteraksi dengan dunia lain. ‘’Dalam sejarahnya, Nabi selalu
mengajarkan umatnya untuk bersikap lemah lembut,’’ tegasnya.
Menurut Nazaruddin, bahwa penyebaran ajaran Islam yang diemban oleh
Nabi Muhammad dilakukan dengan cara yang santun dan lemah lembut. Nabi
mengajarkan untuk memberikan penghormatan kepada orang lain meski mereka
adalah orang yang memiliki keyakinan yang berbeda. Nazaruddin menambahkan
bahwa ajaran Islam yang masuk ke Indonesia juga dibawa dengan cara yang sangat
damai. Pun penyebaran Islam yang terjadi di Negara lainnya. Ini sangat berbeda
dengan negara-negara lain, terutama imperialis.
3. Faktor-Faktor Penyebab Munculnya Gerakan Radikalisme
Gerakan radikalisme sesungguhnya bukan sebuah gerakan yang muncul
begitu saja tetapi memiliki latar belakang yang sekaligus menjadi faktor pendorong
munculnya gerakan radikalisme. Diantara faktor-faktor itu adalah :
Pertama, faktor-faktor sosial-politik.
2012
7
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Drs. SUMARDI, M. Pd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Gejala kekerasan “agama” lebih tepat dilihat sebagai gejala sosial-politik
daripada gejala keagamaan. Gerakan yang secara salah kaparah oleh Barat disebut
sebagai radikalisme Islam itu lebih tepat dilihat akar permasalahannya dari sudut
konteks sosial-politik dalam kerangka historisitas manusia yang ada di masyarakat.
Sebagaimana diungkapkan Azyumardi Azra bahwa memburuknya posisi negaranegara Muslim dalam konflik utara-selatan menjadi penopong utama munculnya
radikalisme. Secara historis kita dapat melihat bahwa konflik-konflik yang
ditimbulkan oleh kalangan radikal dengan seperangkat alat kekerasannya dalam
menentang dan membenturkan diri dengan kelompok lain ternyata lebih berakar
pada masalah sosial-politik. Dalam hal ini kaum radikalisme memandang fakta
historis bahwa umat Islam tidak diuntungkan oleh peradaban global sehingga
menimbulkan perlawanan terhadap kekuatan yang mendominasi.
Dengan membawa bahasa dan simbol serta slogan-slogan agama kaum
radikalis mencoba menyentuh emosi keagamaan dan mengggalang kekuatan untuk
mencapai tujuan “mulia” dari politiknya. Tentu saja hal yang demikian ini tidak
selamanya dapat disebut memanipulasi agama karena sebagian perilaku mereka
berakar pada interpretasi agama dalam melihat fenomena historis. Karena dilihatnya
terjadi banyak Islam dan Wacana penyimpangan dan ketimpangan sosial yang
merugikan komunitas Muslim maka terjadilah gerakan radikalisme yang ditopang
oleh sentimen dan emosi keagamaan.
Kedua, faktor emosi keagamaan.
Harus diakui bahwa salah satu penyebab gerakan radikalisme adalah faktor
sentimen keagamaan, termasuk di dalamnya adalah solidaritas keagamaan untuk
kawan yang tertindas oleh kekuatan tertentu. Tetapi hal ini lebih tepat
dikatakan sebagai faktor emosi keagamaannya, dan bukan agama (wahyu suci
yang absolut) walalupun gerakan radikalisme selalu mengibarkan bendera dan
simbol agama seperti dalih membela agama, jihad dan mati stahid. Dalam konteks
ini yang dimaksud dengan emosi keagamaan adalah agama sebagai pemahaman
realitas yang sifatnya interpretatif. Jadi sifatnya nisbi dan subjektif.
Ketiga, faktor
kultural
ini
juga
memiliki
andil
yang
cukup
besar
yang
melatarbelakangi munculnya radikalisme.
Hal ini wajar karena memang secara kultural, sebagaimana diungkapkan
Musa Asy’ari bahwa di dalam masyarakat selalu diketemukan usaha untuk
melepaskan diri dari jeratan jaring-jaring kebudayaan tertentu yang dianggap tidak
2012
8
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Drs. SUMARDI, M. Pd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
sesuai. Sedangkan yang dimaksud faktor kultural di sini adalah sebagai antitesa
terhadap budaya sekularisme. Budaya Barat merupakan sumber sekularisme yang
dianggab sebagai musuh yang harus dihilangkan dari bumi. Sedangkan fakta
sejarah memperlihatkan adanya dominasi Barat dari berbagai aspeknya atas negerinegeri dan budaya Muslim. Peradaban barat sekarang ini merupakan ekspresi
dominan dan universal umat manusia.
Barat telah dengan sengaja melakukan proses marjinalisasi seluruh sendisendi kehidupan Muslim sehingga umat Islam menjadi terbelakang dan tertindas.
Barat, dengan sekularismenya, sudah dianggap sebagai bangsa yang mengotori
budaya-budaya bangsa Timur dan Islam, juga dianggap bahaya terbesar dari
keberlangsungan moralitas Islam.
Keempat, faktor ideologis anti westernisme.
Westernisme merupakan suatu pemikiran yang membahayakan Muslim
dalam mengapplikasikan syari’at Islam. Sehingga simbol-simbol Barat harus
dihancurkan demi penegakan syarri’at Islam. Walaupun motivasi dan gerakan anti
Barat tidak bisa disalahkan dengan alasan keyakinan keagamaan tetapi jalan
kekerasan yang ditempuh kaum radikalisme justru menunjukkan ketidakmampuan
mereka dalam memposisikan diri sebagai pesaing dalam budaya dan peradaban.
Kelima, faktor kebijakan pemerintah.
Ketidakmampuan pemerintahan di negara-negara Islam untuk bertindak
memperbaiki situasi atas berkembangnya frustasi dan kemarahan sebagian umat
Islam disebabkan dominasi ideologi, militer maupun ekonomi dari negera-negara
besar. Dalam hal ini elit-elit pemerintah di negeri-negeri Muslim belum atau kurang
dapat mencari akar yang menjadi penyebab munculnya tindak kekerasan
(radikalisme) sehingga tidak dapat mengatasi problematika sosial yang dihadapi
umat. Di samping itu, faktor media massa (pers) Barat yang selalu memojokkan
umat Islam juga menjadi faktor munculnya reaksi dengan kekerasan yang dilakukan
oleh umat Islam. Propaganda-propaganda lewat pers memang memiliki kekuatan
dahsyat dan sangat sulit untuk ditangkis sehingga sebagian “ekstrim” yaitu perilaku
radikal sebagai reaksi atas apa yang ditimpakan kepada komunitas Muslim.
4. Radikalisme dalam perspektif fiqih
Diantara keistimewaan fiqih Islam – yang kita katakan sebagai hukum-hukum
syari’at yang mengatur perbuatan dan perkataan mukallaf – memiliki keterikatan
2012
9
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Drs. SUMARDI, M. Pd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
yang kuat dengan keimanan terhadap Allah dan rukun-rukun aqidah Islam yang lain.
Terutama Aqidah yang berkaitan dengan iman dengan hari akhir.
Yang demikian Itu dikarenakan keimanan kepada Allah-lah yang dapat
menjadikan seorang muslim berpegang teguh dengan hukum-hukum agama, dan
terkendali untuk menerapkannya sebagai bentuk ketaatan dan kerelaan. Sedangkan
orang yang tidak beriman kepada Allah tidak merasa terikat dengan shalat maupun
puasa dan tidak memperhatikan apakah perbuatannya termasuk yang halal atau
haram. Maka berpegang teguh dengan hukum-hukum syari’at tidak lain merupakan
bagian dari keimanan terhadap Dzat yang menurunkan dan mensyari’atkannya
terhadap para hambaNya.
Kekerasan dalam bentuk perang bukan dimulai oleh umat Islam sendiri.
Begitu pula dalam sejarah perjungan nabi Muhammad SAW, perang badar, uhud,
dan lainnya bukanlah umat Islam yang mengundang kaum kafir, akan tetapi
sebaliknya. Umat Islam justru diperintahkan untuk tetap berbuat baik kepada siapa
pun, termasuk kepada non-muslim yang dapat hidup rukun. Mengenai hal ini, Allah
juga berfirman dalam surah Al Mumtahanah ayat 8 dan 9 ”Allah tidak melarang
kamu berbuat baik dan adil terhadap orang-orang yang tidak memerangi kamu
dalam agama dan tidak mengusir kamu dari kampung-kampungmu sebab Allah
senang kepada orang-orang yang adil. Allah hanya melarang kamu bersahabat
dengan orang-orang yang memerangi kamu dalam agama dan mengusir kamu dari
kampung-kampungmu
dan
saling
bantu-membantu
untuk
mengusir
kamu,
barangsiapa bersahabat dengan mereka maka mereka itu adalah orang-orang yang
zalim”.
4.1. Ayat-ayat Al Qur’an yang mengajarkan Rahmatan Lil ‘Alamin.
Pada dasarnya Al_Qur'an itu diturunkan sbg pedoman hidup manusia untuk
mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat.perdamaian itu masuk kedalam kategori
kebaikan,jadi sudah jelas Al-Qur'an akan mengajarkarkan kebaikan dan melarang
perbuatan yang buruk. “Rahmah” itu sebuah kata yang berasal dari bahasa arab
yang maknanya ialah kelembutan, pengampunan dan kasih sayang. Sedangkan
dalam bahasa Indonesia, kata “rahmat” maknanya ialah kurnia, kebajikan, dan belas
kasih.
Allah SWT berfirman:
[ َ‫س ْلنَاكَ إِالَّ َرحْ َمةً ِل ْلعَالَ ِمين‬
َ ‫] َو َما أ َ ْر‬
2012
10
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Drs. SUMARDI, M. Pd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
“Dan tiadalah Kami utus engkau (ya Muhammad) melainkan sebagai rahmat bagi
seluruh alam” (TQS. AL Anbiya 107).
Dengan pengertian rahmah yang demikian inilah kita akan memahami
pembuktian secara ilmiah bahwa Islam adalah agama rahmah dalam konsepnya
maupun contoh teladan pengamalannya. Dalam prinsip dasarnya maupun dalam
prinsip-prinsip kehidupan yang dibangun di atas dasar prinsip tersebut. Berikut ini
adalah rincian keterangan bahwa Islam adalah agama rahmah.
1). Konsep ketuhanan yang diperkenalkan oleh Islam adalah Tuhan yang Maha
Pengasih dan Penyayang. Bahkan sifat rahmat pada-Nya termasuk sifat-sifat
pokok yang meliputi segenap sifat-sifat-Nya yang lainnya. Allah Ta`ala
menegaskan dalam firman-Nya:
“Allah mengatakan: Adzabku ditimpakan kepada siapa saja yang Aku kehendaki
dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu. Maka Aku tuntunkan Ia untuk orangorang yang bertakwa dan menunaikan zakat dan bagi orang-orang yang
beriman.” (QS. Al-A'raf: 156)
2). Nabi yang diutus oleh Allah untuk mengajarkan kepada manusia tentang agamaNya adalah Nabi pembawa rahmat. Hal ini dinyatakan Allah dalam firman-Nya:
(ayat) “Dan tidak Kami utus engkau kecuali sebagai rahmat bagi segenap
makhluk di bumi.” (QS. Al-Anbiya': 107)
3). Al-Qur'an sebagai kitab suci yang Allah turunkan juga sebagai rahmat bagi
segenap makhluk-Nya. Hal ini dinyatakan oleh Allah Ta`ala dalam firman-Nya:
“Dan kitab ini Kami turunkan dengan diberkahi padanya, maka ikutilah ia dan
bertakwalah kamu kepada-Nya. Semoga dengan itu kalian dirahmati oleh-Nya.
Agar kamu jangan mengatakan bahwa kitab itu hanya diturunkan kepada dua
golongan saja (yakni Yahudi dan Nashara) sebelum kami (yakni sebelum kaum
Musyrikin Makkah). Dan sesungguhnya Kami tidak memperhatikan ayat yang
mereka baca (yakni kaum musyrikin makkah beralasan bahwa kitab Allah itu
hanya diturunkan pada orang-orang yahudi dan Nashara dalam bahasa Ibrani
dan Suryani, sehingga orang Arab tidak bisa membaca dan memahaminya.
Maka agar mereka tidak beralasan demikian, Allah turunkan Al-Qur'an). Atau
agar kamu (wahai musyrikin Arab) tidak mengatakan: Sesungguhnya jikalau
kitab itu diturunkan kepada kami, tentulah kami lebih mendapat petunjuk dari
mereka. Sesungguhnya telah datang kepada kamu keterangan yang nyata dari
Tuhanmu, petunjuk dan rahmat (yaitu Al-Qur'an ini). Maka siapakah yang lebih
2012
11
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Drs. SUMARDI, M. Pd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
dhalim daripada orang yang mendustakan ayat-ayat Allah dan berpaling
daripadanya? Kelak Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang
berpaling dari ayat-ayat Kami dengan siksaan yang buruk disebabkan mereka
selalu berpaling.” (QS. Al-An`am: 155 – 157)
4). Umat Islam dengan agama ini dibimbing oleh Allah Ta`ala untuk menjadi umat
yang adil terhadap kesalahan yang ada pada dirinya, pada umatnya maupun
pada umat yang lainnya. Allah menegaskan: “Demikianlah Kami menjadikan
kalian sebagai umat yang adil agar kalian menjadi saksi yang adil terhadap
sekalian manusia dan Rasul menjadi saksi atas kalian.” (QS. Al-Baqarah: 143)
Allah Ta`ala menuntunkan pula tentang keharusan berbuat adil walau pun
terhadap musuh: “Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kalian orang-orang
yang menegakkan persaksian dengan adil karena Allah. Dan janganlah
kebencian kamu kepada suatu kaum menyebabkan kamu tidak berbuat adil.
Berbuat adillah, karena perbuatan adil itu lebih dekat kepada ketakwaan. Dan
bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah itu maha mengerti
segenap apa yang kalian lakukan.” (QS. Al-Maidah: 8)
5). Umat Islam juga dibimbing oleh Allah Ta`ala untuk berbuat baik dan berbuat adil
kepada orang-orang kafir yang tidak sedang memerangi umat Islam karena
alasan agama. Allah Ta`ala berfirman: “Allah tidak melarang kalian berbuat baik
dan berbuat adil terhadap orang-orang kafir yang tidak memerangi kalian dalam
perkara
agama
dan
tidak
mengusir
kalian
dari
negeri-negeri
kalian.
sesungguhnya Allah cinta kepada orang-orang yang berbuat adil. Hanyalah
Allah melarang kalian bercinta dengan orang-orang kafir yang memerangi kalian
karena alasan agama dan mengusir kalian dari negeri-negeri kalian serta
membantu orang-orang yang berloyalitas dengan orang-orang kafir. Yang
demikian itu, maka sungguh dia adalah orang-orang yang dhalim.” (QS. AlMumtahanah: 8 – 9).
6). Perang dalam Islam disyariatkan antara lain dalam rangka pembelaan terhadap
orang-orang yang lemah yang tidak mampu membela dirinya dari kedhaliman
orang-orang yang dhalim. Allah Ta`ala menegaskan hal ini dalam firman-Nya:
“Dan mengapa kamu tidak berperang di jalan Allah, padahal orang-orang lemah
yang tertindas dari kalangan pria, wanita dan anak-anak selalu berdoa dan
merintih kepada Allah dengan menyatakan: wahai Tuhan kami, keluarkanlah
kami dan negeri yang penduduknya dhalim ini dan jadikanlah bagi kami dari sisi2012
12
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Drs. SUMARDI, M. Pd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Mu pembela dan jadikan pula bagi kami dari sisi-Mu penolong.” (QS. An-Nisa:
75)
7). Islam selalu mengajarkan kepada kaum Muslimin untuk sangat mengutamakan
stabilitas politik dan keamanan. Karena Islam sebagai agama rahmah tidak
menghendaki tertumpahnya darah rakyat Muslimin dan darah kafir dzimmi
karena fitnah politik dan gangguan keamanan. Untuk ini, Allah Ta`ala
mengajarkan beberapa prinsip politik dan keamanan guna mencapai stabilitas
pada keduanya. Prinsip-prinsip itu ialah: a). Mentaati penguasa / pemerintah
dalam perkara yang ma`ruf (baik) dan berlepas diri daripadanya dalam perkara
yang munkar (jelek / jahat). Allah Ta`ala menyatakan hal ini dalam firman-Nya:
"Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya dan
pemerintah
kalian.
Maka
bila
kalian
bertikai
tentang
suatu
masalah,
kembalikanlah kepada Allah (yakni kepada kitab-Nya) dan kepada Rasul-Nya.
(QS. An-Nisa: 59)
8). Islam juga memerintahkan kepada kaum Muslimin untuk menjalankan misi
menyerukan
manusia
kepada
kebaikan
dan
mencegah
manusia
dari
kemunkaran. Tetapi bila mencegah kemunkaran itu menimbulkan kemunkaran
yang lebih besar, maka mencegah kemunkaran yang beresiko demikian harus
ditinggalkan. Al-Imam Ibnul Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah menerangkan:
“Mengingkari / mencegah kemungkaran itu ada empat tingkatan yaitu:
Pertama : Menyingkirkan kemunkaran dan digantikan dengan lawannya (yaitu
kemakrufan). Kedua : Menyingkirkan kemunkaran dengan menguranginya,
walau pun tidak menghapuskan secara keseluruhan. Ketiga : Menyingkirkan
kemunkaran,
tetapi
kemudian
muncul
kemunkaran
yang
serupa
itu.
Keempat: Menyingkirkan kemunkaran tetapi kemudian muncul kemunkaran
yang lebih jahat daripadanya.
Maka tingkatan pertama dan kedua adalah nahi munkar yang disyariatkan. Dan
tingkatan ketiga dalam nahi munkar ini masih dalam perbincangan ijtihad para
ulama. Sedangkan tingkat keempat dari nahi munkar adalah bentuk yang
diharamkan.”
Demikianlah prinsip-prinsip dasar dalam Islam yang menunjukkan bahwa
Islam adalah agama rahmah bagi kaum Muslimin sendiri maupun bagi seluruh umat
manusia. Islam sangat membenci aksi kezhaliman apa pun bentuknya. Karena Islam
senantiasa mengajarkan dan memerintahkan kepada umatnya untuk menjunjung
2012
13
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Drs. SUMARDI, M. Pd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
tinggi kedamaian, persahabatan, dan kasih sayang (rahmatan lil ‘alamin). Bahkan alQur’an menyatakan, bahwa orang yang melakukan aksi kezhaliman termasuk
golongan orang yang merugi dalam kehidupannya. Di dunia akan di cap sebagai
pelaku kejahatan dan di akhirat kelak akan dimasukkan ke dalam api neraka
Jahannam. Allah Swt. berfirman dalam surah Al-Kahfi [18]: 103-106, “ Katakanlah:
"Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi
perbuatannya?"Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan
dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.
4.2. Ayat-ayat Al Hadits yang mengajarkan Rahmatan Lil ‘Alamin
Dalam agama Islam ada pemahaman amar ma’ruf nahi mungkar. konsep
amar ma’ruf nahi munkar juga bisa mendatangkan pemahaman keliru sehingga
mengidentikkannya dengan kekerasan. Hadis yang terkenal mengenai nahi munkar
adalah “Barangsiapa di antara kamu melihat kemungkaran maka tegahlah dengan
tangan, kalau ia tidak sanggup (berbuat demikian), maka hendaklah ia mengubah
dengan lisannya, dan kalau tidak sanggup (pula), maka hendaklah ia melakukan
dengan hatinya (mendo’akan), yang demikian adalah selemah-lemah iman.” (H.R.
Ahad bin Hanbal, Muslim dan Ashab as-Sunan (para ahli hadis penyusun kitab hadis
Sunan).
Jika hadis ini dipahami secara tekstual, maka cara nahi mungkar yang utama
adalah dengan cara kekerasan, yaitu dengan tangan. Tetapi tidak semua hadis,
termasuk ayat, dapat dipahami secara tekstual. Adakalanya yang tertulis mesti
dipahami secara kontekstual. Mencegah dengan tangan tersebut bukanlah dimaknai
dengan kekerasan, tetapi dengan kekuasaan. Artinya kita harus mencegah
kemungkaran dengan kekuasaan yang kita miliki, seorang pemimpin harus
mencegah bawahannya dari perilaku kemungkaran, sebab dia berkuasa atas
bawahannya; orang tua harus mencegah anaknya dari kemungkaran, sebab orang
tua juga berkuasa atas anaknya; seorang suami juga mesti mencegah istrinya
berbuat kemungkaran sebab suami berkuasa atas istrinya; begitu seterusnya.
C. LANGKAH PENANGGULANGAN RADIKALISME
Solusi alternatif dan langkah-langkah yang perlu ditempuh pemerintah untuk
memberantas radialisme dan terorisme itu di antaranya:
2012
14
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Drs. SUMARDI, M. Pd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
1. Pemerintah
perlu
mengadakan
dialog
yang
penuh
keakraban
dan
persahabatan dengan para anggota dan kelompok-kelompok teroris. Dialog
dalam satu forum untuk duduk bersama dan mendengar aspirasi, keinginan,
dan alasan-alasan mereka melakukan tindakan-tindakan radikalisme dan
terorisme sehingga dapat dicari solusi dan jalan keluar dalam mengatasi
tindakan-tindakan tersebut. Dalam dialog ini, pihak pemerintah tidak harus
memposisikan mereka sebagai musuh yang harus dibasmi dan dihabisi.
Diharapkan dengan diadakannya dialog dapat terjalin kedekatan dan
keakraban sehingga dari semua pihak dapat bicara dari hati ke hati dalam
mencari solusi terbaik penanganan tindakan radikalisme dan terorisme.
Hasil dari dialog tersebut, kedua belah pihak dapat menindaklanjuti
keinginan dan harapan yang harus dilakukan bersama tanpa ada rasa saling
curiga dan prasangka buruk sehingga ada sikap saling memahami dan
pengertian dimana pihak pemerintah dapat memberikan solusi dan masukan
untuk menghentikan aksi mereka dan pemerintah juga bisa mengabulkan
atau paling tidak mempertimbangkan keinginan dan harapan mereka dalam
nuansa persahabatan.
2. Pihak
pemerintah,
tokoh
masyarakat,
dan
warga
negara
perlu
mensosialisasikan dan memberikan penjelasan yang benar terhadap
masyarakat luas di berbagai kesempatan tentang bahaya radikalisme dan
terorisme. Sosialisasi ini dapat berupa forum dialog, diskusi, seminar, atau
workshop tentang bahaya radikalisme dan terorisme seperti yang dilakukan
Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (PP IPNU) yang bekerjasama
dengan Interfaith Cooperation Forum (ICF), Pusat Studi Pesantren,
Indonesian
Conference
on
Religion
and
Peace
(ICRP),
Urbanista
Organization, YMCA Metro Jakarta, dan Initiatives of Change (IoC)
menyelenggarakan Workshop Pemuda (Youth Workshop) Desember, 2009 di
Kota Bogor. Tema acara adalah Youth’s Strong Participation in Encountering
Radicalism, Extremism, and Terrorism. Pesertanya dari kalangan pelajar
SMA, santri pondok pesantren, dan aktivis NGOs di beberapa daerah.
Workshop ini sengaja membidik segmen pelajar, santri, dan aktivis NGOs
karena memandang mereka sebagai generasi muda yang paling efektif
melakukan gerakan-gerakan kepemudaan di sekolah dan institusi masing-
2012
15
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Drs. SUMARDI, M. Pd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
masing.
Tujuan workshop adalah untuk melakukan counter terhadap
radikalisme, ekstrimisme, dan terorisme yang marak belakangan ini.
Sosialisasi juga dapat dilakukan dengan menyebar daftar para pelaku
terorisme dan brosur-brosur tentang bahaya radikalisme dan terorisme. Media
lain yang dapat digunakan adalah koran, majalah, buletin, radio maupun
tayangan televisi sehingga masyarakat benar-benar tahu bahwa tindakan
para teroris selama ini adalah salah dan bertentangan dengan agama dan
hukum negara.
3. Memberikan pemahaman agama yang benar terutama tentang makna jihad.
Tokoh-tokoh
agama
dan
masyarakat
diharapkan
dapat
memberikan
penjelasan dan pemahaman yang benar di berbagai forum tentang makna
jihad yang benar sehingga tidak disalahtafsirkan dalam tindakan radikalisme
dan terorisme karena hal ini sering kali terjadi berawal
dari salah tafsir
terhadap pengertian jihad yang sebenarnya terutama banyak dilakukan oleh
kalangan muda yang lemah dan dangkal pemahaman agamanya. Dari sinilah,
tokoh agama dan masyarakat bisa menjelaskan prinsip-prinsip jihad yang
benar. Mereka harus memberikan pengertian bahwa jihad bukan berarti harus
melakukan pengeboman dan pembunuhan secara membabi buta walaupun
kepada non muslim tetapi jihad yang sebenarnya adalah bertahan dan
menghalau serangan musuh yang menyerang terlebih dahulu.
Disamping itu, masyarakat terutama orang tua harus mengawasi
pendidikan dan pergaulan anak-anaknya dari pengaruh-pengaruh ajaran dan
aliran-aliran agama yang sesat dan menyimpang. Orang tua hendaknya
selalu mengontrol secara ketat terhadap pergaulannya dan memberikan
pemahaman yang baik dan benar sejak masih kecil sehingga anak tidak
mudah terpengaruh dengan aliran-aliran agama tersebut dan sudah
mempunyai benteng dan filter yang kuat dari berbagai pengaruh yang negatif.
4. Pemerintah juga harus dapat menutup ruang gerak para teroris dan
membendung akses mereka dari dalam maupun luar Indonesia. Pihak aparat
dibantu masyarakat harus bergerak cepat dalam menutup pergerakan mereka
misalnya memantau dan membubarkan tempat-tempat yang disinyalir
dijadikan markas kegiatan terorisme. Masyarakat juga harus tanggap dan
proaktif bila melihat gelagat yang mencurigakan tentang aktivitas yang
menjurus tindakan terorisme. Banyak cara yang dapat ditempuh dalam
2012
16
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Drs. SUMARDI, M. Pd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
mempersempit ruang gerak mereka seperti menutup situs-situs di internet
yang mempropaganda gerakan mereka. Pemerintah juga dapat memperketat
pengawasan dan penjagaan di tempat-tempat pintu masuk yang dapat
dijadikan akses para terorisme seperti di bandara, hotel, stasiun maupun
fasilitas-fasilitas yang mudah dilalui. Cara lain yang dilakukan pemerintah
adalah dengan memblokir aliran-aliran dana dari bank-bank yang dicurigai
untuk membiayai kegiatan terorisme dan melacak asal dana tersebut.
5. Menjalin kerja sama dan kordinasi. Untuk memberantas radikalisme dan
terorisme perlu ada kerja sama yang erat antara polisi, TNI, dan segenap
masyarakat. Penanganan terorisme menjadi tanggung jawab sepenuhnya
Polri, sementara TNI AD hanya membantu (memback up). Kerjasama yang
dilakukan pihak TNI AD dan Polri berupa saling tukar-menukar informasi serta
melakukan diteksi dan cegah dini terhadap kegiatan-kegiatan terorisme.
Tentunya Polri, TNI dan masyarakat harus aktif dan melibatkan diri
dalam penanganan ini. Masyarakat harus memberikan informasi yang akurat
dan mau bekerja sama dengan aparat yang berwenang bila melihat kegiatankegiatan yang mengarah pada tindakan terorisme. Masyarakat sebagai
pelapor dan polisi menindaklanjuti laporan tersebut sesuai dengan fakta yang
ada di lapangan dengan memperhatikan tugas dan tanggung jawabnya
masing-masing secara jelas dan transparan. Seperti penggerebekan anggota
terorisme di beberapa daerah selama ini berawal dari informasi dan laporan
masyarakat yang ditindaklanjuti oleh polisi dengan densus 88-nya sehingga
berhasil menggagalkan serangan mereka. Ini berarti sudah ada kerja sama
antara masyarakat dan aparat. Bila perlu, pemerintah memberi penghargaan
dan imbalan yang menarik kepada masyarakat yang dapat memberikan
informasi pelaku dan kegiatan terorisme di suatu tempat sehingga
masyarakat lebih bersemangat untuk bekerja sama dengan aparat yang
menanganinya.
6. Pemerintah hendaknya miliki peran tersendiri dalam melakukan deradikalisasi
dengan melakukan pemberdayaan potensi para anggota terorisme sehingga
mereka mau mengakui kesalahannya dan kembali berbaur dengan
masyarakat hidup normal seperti biasa. Mereka juga manusia yang bisa salah
menentukan pilihan hidupnya. Dari sini, pemerintah dituntut kearifannya untuk
membimbing mereka dengan cara yang lemah lembut dan persuasif sehingga
2012
17
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Drs. SUMARDI, M. Pd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
rasa permusuhan dan kebencian dari kelompok mereka menjadi rasa
persahabatan dan persaudaraan. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah
dengan pemberdayaan dan pengembangan potensi mereka sebagaimana
yang dilakukan oleh KH. Elon Syudja’i yang dengan pesantrennya mau
membantu kalangan radikal saat itu untuk meninjau kembali sikap radikalnya
dan kembali berbaur untuk membangun masyarakat, dengan pesantren
sebagai pusatnya. Program ini baru dilembagakan dalam sebuah organisasi
non struktural : ICDW (Indonesian Center for Deradicalisation and Wisdom)
pada November 2009. Berbagai kegiatan yang diprogramkan diantaranya
memberi mereka pekerjaan dan ketrampilan hidup yang layak bagi mereka.
Daftar Pustaka
Adian Husaini. (28 November 2005). Radikalisme dan Terorisme. Majalah
Hidayatullah
KH. Amin Ma’ruf. ( 20 Maret 2010). Paham Menyimpang Di Indonesia Serta
Kaitannya Dengan Masalah Pendekatan Dan Pemikiran Umat Di Rantau Ini,
(Makalah ini disampaikan dalam Konvensi Pengukuhan Aliran Ahli Sunnah Wal
2012
18
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Drs. SUMARDI, M. Pd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Jamaah (ASWJ) Sebagai Arus Perdana di Negeri Selangor, di Selangor Malaysia,
pada tanggal 20 Maret 2010)
Imam Mustofa. (27 Mei 2010). Isu Terorisme dan Ponpes. Koran Radar lampung
Imam
Mustofa.
(5
Mei
2009).
Terorisme,
Fundamentalisme
Dan
Dialog
Antarperadaban. Artikel di mushthava.blogspot.com
Munwir Haris Irfani, Msi. (01 Apr 2010). Merekonstruksi Fundamentalisme Agama.
Harian Pelita
2012
19
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Drs. SUMARDI, M. Pd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download