ats--tsawabit

advertisement
Muhammadiyah
Menghadapi Tantangan
Sekularisme, Liberalisme,
Pluralisme, Radikalisme dan
Fundamentalisme
Oleh
Dr. H. Yunahar Ilyas, Lc., M.A.
Sekularisme Objektif
• Bila secara struktural atau institusional
terdapat pemisahan antara agama dengan
lembaga-lembaga lain. Misalnya dalam
politik, diwujudkan dalam pemisahan
antara negara dan agama. Contoh: Turki
dengan Kemalisme.
Sekularisme Subjektif
• Bila pengalaman sehari-hari tidak dapat
lagi dipetakan dalam agama, ada
pemisahan antara pengalaman hidup
dengan pengalaman keagamaan. Orang
sekular mengadakan subjektivikasi pada
pengalamannya, dan orang beriman
mengadakan internalisasi.
Sekularisme Ateis
• Akal dapat menentukan nilai baik buruk,
benar salah, sehingga tidak diperlukan
wahyu Tuhan.
• Dalam bahasa Arab, sekularisme ateis
disebut la diniyah, sedangkan sekularisme
objektif dinamai ‘ilmaniyah.
Liberalisme
• Kebenaran ditentukan semata-mata oleh
akal pikiran
• Dalam konteks agama, kebenaran ajaran
agama hanya hanya dapat diterima
apabila dibenarkan oleh akal pikiran
• Kebenaran akal pikiran absolutely relative
• Kebenaran dapat selalu berubah, sesuai
dengan perobahan zaman, tidak ada yang
absolutely absolute
Tema-tema Islam Liberal
• Kritik terhadap ontentitas dan validitas Teks Suci
(Al-Qur’an dan Hadits)
• Diperlukan Al-Qur’an Edisi Kritis
• Hukum Tuhan tidak ada, semua diserahkan
kepada manusia
• Ayat-ayat Madaniyah mansukhah dengan ayatayat Makkiyah
• Pengamalan Islam Nabi di Madinah hanya
contoh saja, tidak harus diikuti
• Pluralisme Agama dan lain-lain
Pluralisme Agama Positif
• Mengakui keberadaan semua agama,
tetapi hanya mengakui kebenaan satu
agama saja yaitu Islam
• Dalam agama-agama lain bisa terdapat
kebenaran, tetapi hanya kebenaran parsial
• Selain agama sendiri, ada agama lain
yang harus dihormati
• Masing-masing pemeluk agama harus
tetap memegang teguh agamanya
Pluralisme Agama Negatif
• Tidak hanya mengakui keberadaan semua
agama, tetapi juga kebenarannya.
• Yang penting hanyalah pengakuan tentang
adanya Tuhan, sedangkan nama, sifat dan
persepsi manusia tentang Tuhan, serta cara
beribadah kepada-Nya boleh saja berbeda-beda
• Bila mengumpamakan agama itu seperti baju,
boleh gonta-ganti. Seolah ganti agama bukan
persoalan besar, kalau dilakukan atas nama
nasionalisme, demokrasi, HAM atau atas nama
lainnya.
Radikalisme dan Fundamentalisme
• Radikalisme dan Fundamentalisme adalah dua
istilah yang kontrovesial, dapat dimaknai positif
dan dapat juga negatif
• Dalam konteks agama Islam, radikalisme dan
fundamentalisme agama yang positif adalah
apabila dimaknai sebagai pemahaman dan
pengalaman Islam secara komprehensif dan
total dengan tetap memberi ruang kepada
perbedaan pendapat dan keragaman
pemahaman
Kekerasan dan Pemaksaan
Kehendak
• Radikalisme dan Fundamentalisme yang
negatif adalah apabila dimaknai sebagai
pemahaman dan pengamalan agama
yang hegemonik, tidak memberi ruang
bagi perbedaan dan keberagaman
• Menggunakan kekerasan atas nama
agama atau atas nama Tuhan atau atas
nama ideologi tertentu
Tajdid Pemahaman dan Gerakan
• Tajdid alam arti purifikasi dan dinamisasi
ajaran
• Purifikasi aqidah, ibadah dan nilai-nilai
baik dan buruk
• Purifikasi nilai-nilai yang fleksibel dan
elastis, umumnya dalam aspek mu’amalat
dunyawiyah
• Jangan salah pasang antara purifikasi dan
dinamisasi, karena dapat berakibat fatal
Amar Ma’ruf Nahi Munkar
Sanksi Hukum
Sistem Kehidupan:
Sosial, Politik, Ekonomi, Hukum,
Pendidikan, Seni, Budaya, Militer dll
Arkan al-Islam
Arkan al-Iman
Ats-Tsawabit dan al-Mutaghayyirat
• Identifikasi dan aplikasi ajaran-ajaran yang
masuk kategori ats--tsawabit dan almutaghayyirat
• Penyimpangan pemahaman dan
pengamalan ajaran Islam salah satunya
disebabkan oleh kekeliruan dalam
melakukan identifikasi dua sifat ajaran
tersebut
Download