12 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi Tanaman Cabai TM-999 Menurut Prajnanta (2007), tanaman cabai (Capsicum annum ) merupakan tanaman sayuran yang tergolong tanaman tahunan, berbentuk perdu dari famili terong-terongan (Solanaceae). Tanaman cabai TM-999 merupakan salah satu cabai keriting hibrida yang sangat aditif, baik ditanam di dataran rendah maupun dataran sedang, produktivitasnya tinggi, pertumbuhan tanaman kompak, berbiji banyak, dan mempunyai daya simpan relatif lama (Prajnata, 2007). Tanaman cabai TM-999 mampu tumbuh tinggi, memiliki pertumbuhan yang kuat dan kokoh, pembungaannya berlangsung terus-menerus sehingga menghasilkan buah yang dapat dipanen dalam jangka waktu yang panjang, mampu membentuk percabangan yang banyak, toleran terhadap kekeringan, mampu beradaptasi dengan luas sehingga mengakibatkan berat kering brangkasan yang dihasilkan tinggi (Prajnata, 2007). Menurut Wiryanta (2002), akar pada tanaman cabai tergolong akar tunggang yang terdiri atas akar utama (primer) dan akar lateral (skunder). Sedangkan menurut Prajnanta (2007), panjang akar primer berkisar 35-50 cm dan panjang akar lateral menyebar berkisar 35-45 cm. 13 Bentuk batang melingkar, berkayu, tegak lurus, tinggi batang utama mencapai 30 - 37,5 cm, batang berdiameter 2 – 4 cm, dan batang berwarna coklat kehijauan. Tinggi tanaman antara 110-140 cm dan lebar tajuk tanaman 50-90 cm. Cabai TM-999 mempunyai warna daun hijau terang. Umur tanaman mulai berbunga 65 HST sedangkan umur tanaman mulai panen 90 HST. Ukuran panjang buah cabai TM-999 berkisar 9 - 13 cm, diameter buah 0,8 – 1,5 cm, bentuk buah ramping dan ujung buah runcing (Prajnata, 2007). 2.2 Syarat Tumbuh Wiryanta (2002) menyatakan bahwa kondisi iklim yang paling cocok untuk tanaman cabai bersuhu antara 25-300 C, kelembaban udara rata-rata 80%, penyinaran matahari 12 jam/hari atau minimal 10 jam/hari, dan curah hujan optimum antara 1.500-2.500 mm/tahun. Toleransi pH yang baik sebagai syarat tumbuh yaitu antara 6,0-6,5 namun pada tanah dengan pH 5,5 cabai masih dapat tumbuh baik (Prajnanta, 2007). 2.3 Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Pertumbuhan adalah suatu proses pertambahan ukuran dan volume serta jumlah sel secara irreversibel, yaitu tidak dapat kembali ke bentuk semula. Perkembangan adalah proses perubahan secara kualitatif yang mengikuti pertumbuhan tanaman atau bagian-bagiannya, seperti sel menjadi jaringan dan akhirnya menjadi organ. 14 Faktor-faktor pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan, diantaranya : 1. Faktor Genetik 2. Faktor Internal, terdiri dari: A. Auksin atau AIA (Asam Indol Asetat) B. Gibberellin C. Gas Etilen D. Sitokinin E. Asam traumalin F. Kalin 3. Faktor Eksternal A. Nutrisi B. Air C. Cahaya D. Suhu dan Temperatur E. Kelembaban F. Oksigen 2.4 Pemupukan Pemupukan adalah usaha pemberian pupuk yang bertujuan menambah unsur hara yang dibutuhkan tanaman, juga dapat berperan dalam meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman (Rinsema, 1986). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa unsur hara diperlukan di dalam pembentukan jaringan tanaman, apabila pada proses tersebut terjadi ketidakseimbangan hara di dalam tanah maka proeses pembentukan jaringan dapat terganggu. Beberapa faktor yang mempengaruhi 15 ketersediaan hara antara lain ikim, tanah, tanaman, dan interaksi antar faktor tersebut (Fageria dkk., 2009). Faktor-faktor tersebut perlu diperhatikan sehingga hara dapat tersedia dan tanaman dapat memanfaatkan hara tersebut untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari perombakan bahan organik oleh mikroba yang mengandung senyawa C organik yang tinggi (Murbando, 2000). Pemupukan dengan menggunakan pupuk organik terus meningkat dari tahun ke tahun sehingga perlu ada regulasi atau peraturan mengenai persyaratan yang harus dipenuhi oleh pupuk organik agar memberikan manfaat maksimal bagi pertumbuhan tanaman dan tetap menjaga kelestarian lingkungan. 2.5 Peran Pupuk Kandang Pupuk kandang merupakan kotoran padat dan cair dari hewan ternak yang tercampur dengan sisa-sisa makanan maupun alas kandang. Pupuk kandang mempunyai kandungan unsur hara lebih sedikit dibandingkan dengan pupuk buatan. Selain menambah unsur hara ke dalam tanah, pupuk kandang dapat meningkatkan keadaan humus, memperbaiki struktur tanah sehingga meningkatkan air yang tersedia bagi tanaman dan dapat mendorong kehidupan jasad renik tanah (Hakim dkk., 1986). Pemberian pupuk kandang dapat meningkatkan kadar bahan organik. Meningkatkannya bahan organik tanah dapat memperbaiki kapasitas infiltrasi sehingga daya tanah untuk menyerap dan memegang air meningkat. Selain itu, 16 aktivitas mikroba akan mempercepat proses dekomposisi bahan organik tanah sehingga unsur hara yang dikandung terlepas dan tersedia bagi tanaman (Hartatik dan Widowati, 2006). Hakim dkk. (1986) mengemukakan bahwa pupuk kandang mempunyai sifat dan ciri-ciri sebagai berikut : 1. Lebih lambat bereaksi karena sebagian besar zat makanan harus mengalami berbagai perubahan terlebih dahulu sebelum diserap oleh tanaman. 2. Memiliki efek residu yaitu hanya dapat berangsur-angsur menjadi bebas dan tersedia bagi tanaman. 3. Dapat memperbaiki struktur tanah dan menambah bahan organik tanah. Pupuk kandang yang matang memiliki ciri-ciri yaitu tidak berbau kotoran, dingin, telah mengalami proses fermentasi kurang lebih 2 bulan, suhunya stabil berwarna gelap dan kadar airnya relatif rendah serta rasio antara C dan N rendah (Marsono dan Sigit, 2005). Komposisi hara di dalam pupuk kandang sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti jenis dan umur hewan, jenis makanannya, alas kandang, dan penyimpanan atau pengelolaan (Hartatik dan Widowati, 2006). Kandungan hara dalam pupuk kandang sangat menentukan kualitas pupuk kandang. 17 Tabel 1. Kandungan unsur hara pada beberapa jenis pupuk kandang. Unsur Hara Makro Unsur Hara Mikro N P K Ca Mg Mn Fe Cu Zn --------------------%------------------- --------------%------------Ayam 1,72 1,82 2,18 9,23 0,86 610 3475 160 501 Sapi 2,04 0,76 0,82 1,29 0,48 528 2597 56 239 Kambing 2,43 0,73 1,35 1,95 0,56 468 2891 42 291 Domba 2,03 1,42 1,61 2,45 0,62 490 2188 23 225 Sumber : Budidaya Sayuran Organik di Malaysia (2005) Jenis Hewan 2.5.1 Pupuk Kandang Sapi Pupuk kandang sapi berasal dari kotoran padat dan cair (urine) ternak sapi yang telah bercampur dengan sisa-sisa makanan dan material alas kandang (Musnamar, 2004). Pupuk kandang sapi merupakan pupuk organik yang sangat berperan dalam memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Pupuk kandang sapi dapat meningkatkan pH, C-organik, ketersediaan nitrogen, fosfor, kalium dan unsur mikro bagi tanaman. Pupuk kandang sapi umumnya digunakan petani karena mudah diperoleh dan sebagian besar petani juga memelihara ternak sapi (Setyorini dkk., 2006). Pupuk kandang yang berasal dari sapi mengandung mikroorganisme pengurai yang bermanfaat untuk meningkatkan jenis dan populasi mikroorganisme tanah (Novizan, 2007). Pupuk kandang sapi segar belum mengalami proses dekomposisi yang baik. Sifat pupuk kandang sapi segar tercampur urine dan sisasisa makanan sehingga menyebabkan mudah mengerasnya pupuk tersebut. 18 Air, tanah dan udara yang melapukan pupuk menjadi sukar menembus ke dalam tanah (Djaja, 2008). Pupuk kandang sapi sebagai sumber bahan organik memiliki kelebihan yaitu (1) pupuk kandang sapi dapat meningkatkan kadar bahan organik tanah, (2) meningkatkan nilai tukar kation, (3) memperbaiki struktur tanah, (4) meningkatkan aerasi dan kemampuan tanah dalam memegang air dan (5) menyediakan lebih banyak macam unsur hara seperti nitrogen, fosfor, kalium dan unsur mikro lainnya, serta (6) penggunaannya tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan (Rinsema,1986 ). Selain kelebihan tersebut pupuk kandang sapi juga memiliki kekurangan antara lain (1) kandungan unsur haranya yang rendah, (2) tersedia bagi tanaman secara perlahan-lahan sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama, (3) membutuhkan biaya transportasi yang besar (Rinsema, 1986 ). 2.5.2 Pupuk Kandang Kambing Setyamidjaja (1986) mengemukakan bahwa pupuk kandang yang berasal dari kambing memiliki ciri yaitu kandungan N tinggi, kadar airnya rendah oleh karena itu proses pelapukannya cepat sehingga lebih cepat matang. Unsur hara yang berasal dari pupuk kandang kambing dimanfaatkan langsung oleh tanaman setelah mengalami proses dekomposisi. Tekstur dari kotoran kambing yaitu berbentuk butiran-butiran yang agak sukar dipecah secara fisik sehingga sangat berpengaruh terhadap proses dekomposisi dan proses penyediaan haranya. Pupuk kandang kambing memberi manfaat yang lebih baik pada musim kedua pertanaman. 19 Kadar pupuk kandang kambing mengandung kalium lebih tinggi dibanding dengan pupuk kandang lainnya. Sedangkan untuk kadar N dan P hampir sama dengan pupuk kandang lainnya (Hartatik dan Widowati, 2006). Pupuk kandang dari kotoran kambing memiliki kandungan unsur hara relatif lebih tinggi dan lengkap dibandingkan pupuk alam lainnya karena kotoran kambing bercampur dengan air seninya, hal tersebut biasanya tidak terjadi pada jenis pupuk kandang lain seperti kotoran sapi. Bercampurnya air seni yang juga mengandung unsur hara dengan kotoran padat membuat kandungan unsur haranya seimbang. 2.5.3 Pupuk Kandang Ayam Pupuk kandang ayam broiler mempunyai kadar hara P yang relatif lebih tinggi dari pupuk kandang lainnya. Kadar hara sangat dipengaruhi oleh jenis konsentrat yang diberikan. Selain itu pula dalam kotoran ayam tercampur sisa-sisa makanan ayam serta sekam sebagai alas kandang yang dapat menyumbangkan tambahan hara ke dalam pupuk kandang (Hartatik dan Widowati, 2006). Beberapa hasil penelitian, aplikasi pupuk kandang ayam selalu memberikan respon tanaman yang terbaik pada musim pertama. Hal ini terjadi karena pupuk kandang ayam relatif lebih cepat terdekomposisi serta mempunyai kadar hara yang cukup pula jika dibandingkan dengan jumlah unit yang sama dengan pupuk kandang lainnya (Hartatik dan Widowati, 2006). Syukur (2005) mengatakan bahwa pemberian pupuk kandang kotoran ayam dengan dosis 20 ton/ha dapat meningkatkan ketersedian K bagi tanaman. 20 Penambahan pupuk kandang ayam dengan dosis yang tepat akan memacu pertumbuhan tanaman sehingga proses fotosintesis berlangsung lancar. Manfaat pupuk kandang ayam telah banyak diteliti dan memberikan efek yang sangat besar terhadap pertumbuhan tanaman bahkan lebih besar dari kotoran hewan besar (Hakim dkk., 1986). Pupuk kandang ayam di samping mengandung unsur hara makro juga mengandung unsur mikro seperti Cu dan sejumlah kecil Mn, Co dan Bo yang sangat penting untuk pertumbuhan tanaman (Adimihardja dkk., 2000). 2.5.4 Pengaruh Pupuk Kandang Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Hasil Penelitian Marlina (2010) menunjukkan bahwa pemanfaatan pupuk kandang ayam berpengaruh terhadap tinggi tanaman, umur berbunga, bobot buah per tanaman, dan bobot kering berangkasan tanaman cabai. Hal ini disebabkan pupuk kandang ayam lebih cepat terdekomposisi dibandingkan pupuk kandang sapi dan pupuk kandang kambing. Dengan cepatnya pupuk kandang ayam terdekomposisi, maka dapat menyumbangkan hara yang dapat dimanfaatkan tanaman cabai. 2.6 Peran Pupuk Anorganik Pupuk anorganik yang paling banyak digunakan adalah yang mensuplai unsur hara N, P, K. Sumber N dapat diperoleh dari urea dan ZA, sumber P dapat diperoleh dari SP-36, sedangkan sumber K dapat diperoleh dari pupuk KCl (Rinsema, 1986). 21 Rinsema (1986) menyatakan bahwa pupuk anorganik sangat berperan dalam penyediaan unsur hara yang cepat tersedia bagi tanaman. Dalam pemakaiannya, pupuk buatan terbukti mempunyai kelebihan positif yaitu : 1. Pupuk buatan dapat memberikan berbagai unsur tanaman dalam jumlah dan perbandingan yang kita kehendaki. 2. Unsur hara yang berasal dari pupuk buatan bekerja lebih cepat daripada pupuk organik, tersedia dalam bentuk yang lebih mudah larut, dan diberikan dalam waktu yang paling tepat. 3. Pupuk buatan lebih mudah diatur pengaturannya daripada pupuk organik. 2.6.1 Peran Kalium Bagi Tanaman Kalium merupakan unsur penting yang bervalensi satu (K+) sebab bergabung dengan enzim tertentu serta mengaktifkannya sehingga berperan penting pada fotosintesis, respirasi, pembentukan karbohidrat dan pati. Unsur ini berlimpah jumlahnya hingga menjadi penentu potensial osmotik sel dan tekanan turgor. (Salisbury dan Ross, 1995). Novizan (2007) menyatakan bahwa kalium bersifat sangat dinamis (mudah bergerak) sehingga siap dipindahkan dari organ satu ke organ lain yang membutuhkan. Kalium berperan dalam menutup dan membukanya stomata. Bila kandungan kalium tinggi maka stomata tanaman akan menutup demikian juga sebaliknya. Selama kekeringan dan temperatur yang berlebihan, stomata pada tanaman yang dipupuk kalium dengan cukup akan menutup lebih cepat sehingga mengurangi kehilangan air sebaliknya tanaman yang kahat kalium tidak mampu 22 menutup stomata selama hari panas sehingga transpirasi akan meningkat (Salisbury dan Ross, 1995). 2.6.2 Pupuk KCl Pupuk KCl mengandung 45% K2O dan khlor, bereaksi agak asam, dan bersifat higroskopis. Khlor berpengaruh negatif terhadap tanaman yang membutuhkannya, misalnya kentang, wortel dan tembakau. Khlor dapat diserap hingga jumlahnya mencapai 10 % dalam tanaman, namun hal ini dapat menimbulkan gangguan pada tanaman. Bila kandungan Cl berkisar antara 4 - 5% dalam daun, akan mengakibatkan terhambatnya metabolisme karbohidrat. Kelebihan Cl menunjukkan gejala daun menjadi hijau tua, sangat tebal, tepi daun menekuk ke atas dan permukaan daun licin (McCants dan Woltz, 1967). Selain itu kandungan Cl yang tinggi dalam daun dapat mengakibatkan penurunan mutu, dan aroma, serta semakin menurunkan daya bakar (Akehurst, 1981). 2.6.3 Pengaruh Unsur Kalium Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Hasil penelitian Dona (2008) menunjukkan bahwa perlakuan dosis pupuk KCl 100 kg/ha berpengaruh terhadap bobot kering berangkasan tanaman jagung. Menurut Thomson (2008), kalium diketahui sebagai unsur hara yang berkualitas dalam meningkatkan ukuran, bentuk, warna, rasa, masa simpan serta ukuran kualitas tanaman lainnya. Menurut hasil penelitian Syakir (2012), pupuk kalium mampu meningkatkan jumlah cabang tanaman nilam pada umur 6 BST yang dihasilkan berkisar 5,2-8,8 yang ditunjukkan oleh perlakuan kalium dengan dosis 60 kg/ha.