disini - Library Binus

advertisement
BAB 2
DATA DAN ANALISA
2.1 Data & Literatur
Data dan informasi mengenai flu burung berikut ini diperoleh dari :
o Buku
o Surat kabar
o Majalah
o Website
2.2 Hasil Survey
Bila dilihat sejarahnya, flu burung sudah terjadi sejak 1960-an. Berikut kilasannya:
(Patu, I., 2006, Flu Burung di Indonesia, www.infeksi.com)
o 1968: Penularan virus influenza asal unggas ke manusia sudah dilaporkan sejak
1968.
o 1997: Flu burung pertama kali melewati "halangan spesies” dari unggas ke manusia.
Sebelumnya, flu ini hanya menyerang burung, bukan manusia. Pertama kali muncul
di Hongkong dengan 18 orang dirawat di rumah sakit dan enam orang diantaranya
meninggal dunia, kemudian menyebar ke Vietnam dan Korea. Jenis yang diketahui
menjangkiti manusia adalah influenza A sub jenis H5N1.
6
7
o 1999: Satu varian dari H5N1 yang disebut H9N2, kembali mengguncang Hongkong
dengan menginfeksi dua orang.
o 20 Mei 2001: Untuk mencegah penyebaran flu burung, 40 ribu ekor ayam
dimusnahkan di Hongkong dengan menggunakan karbondioksida.
o 7 Februari 2002: Ratusan ribu ekor ayam dan itik dimusnahkan di Hongkong.
Pemerintah setempat meminta penjualan dan impor ayam dihentikan, menyusul
merebaknya wabah flu burung. Sejak saat itu pula, H5N1 mulai menyebar di luar
teritorialnya.
o April 2003: Penyakit flu burung mewabah di Belanda.
o 15 April 2003: Kantor Kesehatan Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, akan memeriksa
secara ketat semua jenis unggas dan bahan makanan hasil olahan dari unggas yang
berasal dari Belanda. Peraturan itu diberlakukan hingga negeri kincir angin itu bebas
dari penyakit flu burung. Instruksi itu sendiri dikeluarkan oleh Dirjen
Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Depkes.
o Nopember 2003: Tujuh juta ekor ayam dimusnahkan di Thailand. Sekitar 4,7 juta
ayam di Indonesia mati, 40 persen diantaranya terkena virus flu burung dan virus
New Castle.
o Desember 2003: Virus ini kembali menunjukkan aksinya di Hongkong dan
memakan satu korban.
o 22 Desember 2003: Virus flu burung menyerang unggas di Korea Selatan. Kasus flu
burung yang pertama di Korsel, ini ditemukan di peternakan itik dekat Kota
Eumseong. Korea Selatan yang sedang berusaha mengatasi penyakit flu burung (bird
flu) yang tingkat penyebarannya tinggi, menyetujui langkah-langkah untuk menahan
perkembangan penyakit tersebut dan membatasi dampaknya pada industri
8
peternakan. Virus itu, yang dapat mematikan manusia, muncul di antara ayam-ayam
di kandang peternakan sekitar 80 km (50 mil) tenggara ibukota Seoul.
o 24 Desember 2003: Pemerintah Korea Selatan memusnahkan sekitar 600 ribu ekor
ayam dan itik akibat menyebarnya virus H5N1, penyebab flu burung.
o Sepanjang 2003: Ditemukan tiga kasus flu burung pada manusia di Vietnam dan
ketiganya meninggal dunia. Dua kasus di Hongkong dengan satu diantaranya
meninggal. Kedua kasus itu mempunyai riwayat perjalanan dari Cina. Virus yang
ditemukan adalah Avian Influenza A (H5N1). Ditemukan 83 kasus pada pekerja
peternakan di Netherland, termasuk keluarganya dengan satu diantaranya meninggal.
Virus yang ditemukan adalah Avian Influenza A (H7N7). Ditemukan seorang anak
tanpa kematian di Hongkong terserang virus Avian Influenza A (H9N2).
o Januari 2004: Penyakit flu burung menyebar sampai Jepang, Korea Selatan, Vietnam
dan Thailand dengan satu identifikasi mereka menyebar dari Kamboja, Hongkong
dan Taiwan.
o 13 Januari 2004: Flu burung menewaskan jutaan ayam di Korea Selatan, Vietnam
dan Jepang.
o 24 Januari 2004, PBB memperingatkan, flu burung lebih berbahaya dari SARS,
karena kemampuan virus ini yang mampu membangkitkan hampir keseluruhan
respon bunuh diri dalam sistem imunitas tubuh manusia.
o 25 Januari 2004, Departemen Pertanian membenarkan adanya flu burung yang
masuk ke Indonesia.
o 26 Januari 2005, Wabah penyakit flu burung yang sesungguhnya telah menyerang
perunggasan nasional sejak Agustus 2003 lalu kini resmi diakui oleh pemerintah.
9
Penyebab wabah penyakit tersebut adalah virus Avian Influenza (AI) tipe A dan
dinyatakan pula telah membunuh 4,7 juta ayam di Indonesia
o 29 Januari 2004, Pemerintah menetapkan flu burung sebagai bencana darurat
nasional dan meminta persetujuan DPR untuk pengucuran dana sebesar Rp. 212
milyar untuk penanggulangannya. Pemerintah juga akan memusnahkan hewan dan
unggas lain yang positif terkena virus Avian Influensa.
2.3 Pengetahuan Dasar Flu Burung
Penyakit flu burung atau flu unggas adalah (Bird Flu, Avian Influenza) adalah suatu
penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dan ditularkan oleh
unggas. Penyakit flu burung yang disebabkan oleh virus Avian Influenza jenis H5N1
pada unggas dikonfirmasikan telah terjadi di Republik Korea, Vietnam, Jepang,
Thailand, Kamboja, Taiwan, Laos, China, Indonesia dan Pakistan. Sumber virus diduga
berasal dari migrasi burung dan transportasi unggas yang terinfeksi.
Di Indonesia pada bulan Januari 2004 dilaporkan adanya kasus kematian ayam
ternak yang luar biasa (terutama di Bali, Botabek, Jawa Timur, Jawa Tengah,
Kalimantan Barat dan Jawa Barat). Awalnya kematian tersebut disebabkan oleh karena
virus new castle, namun konfirmasi oleh Departemen Pertanian disebabkan oleh virus
flu burung (Avian Influenza (AI)). Jumlah unggas yang mati akibat wabah penyakit flu
burung di 10 propinsi di Indonesia sangat besar, yaitu 3.842.275 ekor dan yang paling
tinggi jumlah kematiannya adalah propinsi Jawa Barat (1.451.247 ekor). Pada bulan Juli
2005, penyakit flu burung telah merenggut 3 nyawa warga Tangerang Banten. Hal ini
10
didasarkan pada hasil pemeriksaan laboratorium Badan Penelitian dan Pengembangan
Depkes Jakarta dan laboratorium rujukan WHO di Hongkong.
1. Penyebab
Penyebab flu burung adalah virus influenza tipe A. Virus influenza termasuk famili
Orthomyxoviridae. Virus influenza tipe A dapat berubah-ubah bentuk (Drift, Shift) dan
dapat menyebabkan epidemi dan pandemi. Virus influenza tipe A terdiri dari
Hemaglutinin (H) dan Neuramidase (N), kedua huruf ini digunakan sebagai identfikasi
kode subtype flu burung yang banyak jenisnya. Pada manusia hanya terdapat jenis
H1N1, H2N2, H3N3, H5N1, H9N2, H1N2, H7N7. Sedangkan pada binatang H1-H5 dan
N1-N9.
Strain yang sangat virulen/ganas dan menyebabkan penyakit flu burung adalah dari
tipe subtype A H5N1. Virus tersebut dapat bertahan hidup di air sampai 4 hari pada suhu
22 ° C dan lebih dari 30 hari pada 0° C. Virus akan mati pada pemanasan 60° C selama
30 menit atau 56° C selama 3 jam dan dengan detergent, disinfektan, misalnya formalin,
serta cairan yang mengandung iodine.
2. Gejala
Gejala flu burung dapat dibedakan pada unggas dan manusia.
a. Gejala pada unggas
o Jengger berwarna biru
o Borok di kaki
o Kematian mendadak
b. Gejala pada manusia
11
o Demam (suhu badan di atas 38° C)
o Batuk dan nyeri tenggorokan
o Radang saluran pernapasan atas
o Pneumonia
o Infeksi mata
o Nyeri otot
3. Masa Inkubasi
o Pada unggas : 1 minggu
o Pada manusia : 1-3 hari, masa infeksi 1 hari sebelum sampai 3-5 hari sudah
timbul gejala. Pada anak sampai 21 hari.
4. Penularan
Flu burung menular dari unggas ke unggas, dari unggas ke manusia. Penyakit ini
dapat menular melalui udara yang tercemar virus H5N1 yang berasal dari kotoran atau
sekreta burung atau unggas yang menderita flu burung. Penularan dari unggas ke
manusia juga dapat terjadi jika manusia telah menghirup udara yang mengandung virus
flu burung atau kontak langsung dengan unggas yang terinfeksi flu burung.
Sampai saat ini tidak ada bukti yang menyatakan bahwa virus flu burung dapat
menular dari manusia ke manusia dan menular melalui makanan. (Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan, Depkes RI, 2005, Flu Burung, www.litbang.depkes.go.id)
12
2.4 Flu Burung di Indonesia
Ada dugaan kuat perjalanan unggas yang terinfeksi flu burung melalui Jalur
Pantura-Indonesia, khususnya Kabupaten Indramayu yang menjadi daerah yang rawan
terhadap berjangkitnya virus penyebab penyakit berbahaya flu burung. Hal itu
disebabkan wilayah udaranya selama ini menjadi jalur lalu lintas migrasi jutaan burung
setiap pergantian musim. Burung dari Australia atau Eropa, dalam perjalanan migrasinya
yang menempuh ribuan kilometer, mengambil Kepulauan Rakit sebagai tempat
peristirahatan atau transit. Pulau Rakit Utara, Gosong dan Rakit Selatan atau Pulau
Biawak menjadi tempat persinggahan burung-burung itu. Di pulau-pulau itu, jutaan ekor
burung tinggal cukup lama, 2-2,5 bulan. Di tempat peristirahatan itu, burung - burung
bereproduksi, kawin dan banyak juga yang sampai menetaskan telurnya. (Patu, I., 2006,
Flu Burung di Indonesia, www.infeksi.com)
Indonesia merupakan negara paling parah terserang penyakit mematikan yang
disebabkan oleh virus H5N1. Sejak kasus flu burung pertama ditemukan pertengahan
2005 lalu di Indonesia, telah 84 orang terjangkit, 64 diantaranya meninggal. Jumlah
korban meninggal di Indonesia ini merupakan yang tertinggi di dunia. (widhoroso,
Minggu, 11 Februari 2007, Korban Meninggal akibat Flu Burung Bertambah,
www.media-indonesia.com). Sembilan provinsi yang beresiko tinggi menjadi daerah
jangkitan flu burung yakni DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Lampung,
Sumatera Barat, Sumatera Utara, Sulawesi Selatan dan Jawa Timur (www.pdpersi.co.id).
13
2.5 Dampak Flu Burung
Wabah flu burung (avian influenza) melanda berbagai negara di dunia. Hal ini
membuat negara-negara di dunia sibuk melakukan berbagai langkah antisipasi dan
pengobatan. Jumlah korban akibat penyakit ini pun terus berjatuhan.
Kondisi serupa juga terjadi di Indonesia. Jumlah pasien suspect flu burung semakin
banyak yang dirawat di RS Penyakit Infeksi Sulianto Saroso, Jakarta. Beberapa di antara
mereka berhasil disembuhkan. Namun banyak pula yang jiwanya tak tertolong.
Dampak ekonomi flu burung sekarang mulai dikhawatirkan oleh puluhan peternak
unggas, terutama ayam, di Indonesia. Mereka mengalami kerugian puluhan juta rupiah
akibat penularan virus tersebut. Sebagian besar peternak yang mengalami kerugian
adalah peternak kecil, sehingga mereka tidak mampu melakukan penanggulangan secara
benar. Para peternak kecil itu hanya mampu melakukan pemusnahan massal, karena
tidak mampu membeli vaksin impor yang bisa menetralisir virus flu burung. Selain itu,
Pemerintah harus melakukan tindakan pencegahan agar virus tidak menular kepada
manusia. Apabila hal itu terjadi, maka negara ini akan mengalami masalah lebih serius.
Saat ini dampak ekonomi penyebaran flu burung secara nasional memang belum
terasa secara langsung. Namun masalah ini berkembang lebih serius, ketika banyak
peternak unggas yang mempertanyakan nasib mereka pasca pemusnahan ternak, lantaran
kerugian yang dialaminya tidak sedikit. (Anton A. Setyawan, 2005, Dampak Ekonomi
Flu Burung, www.suaramerdeka.com)
14
2.6 Upaya Pencegahan
Upaya pencegahan pada unggas : pemusnahan unggas/burung yang terinfeksi flu
burung, vaksinasi pada unggas yang sehat.
Upaya pencegahan pada manusia kelompok berisiko tinggi (pekerja peternakan dan
pedagang): mencuci tangan dengan desinfektan dan mandi sehabis bekerja, hindari
kontak langsung dengan ayam atau unggas yang terinfeksi flu burung, menggunakan alat
pelindung diri. (contoh : masker dan pakaian kerja), meninggalkan pakaian kerja
ditempat kerja, membersihkan kotoran unggas setiap hari, imunisasi.
Upaya pencegahan pada masyarakat umum: menjaga daya tahan tubuh dengan
memakan makanan bergizi & istirahat cukup, mengolah unggas dengan cara yang benar,
yaitu : pilih unggas yang sehat (tidak terdapat gejala-gejala penyakit pada tubuhnya),
memasak daging ayam sampai dengan suhu ± 800 °C selama 1 menit dan pada telur
sampai dengan suhu ± 640 °C selama 4,5 menit. Basuh tangan sesering mungkin,
penjamah sebaiknya juga melakukan disinfeksi tangan (dapat dengan alcohol 70%, atau
larutan pemutih/khlorin 0,5%untuk alat2/instrumen). Lakukan pengamatan pasif
terhadap kesehatan mereka yang terpajan dan keluarganya. Perhatikan keluhan-keluhan
seperti Flu, radang mata, keluhan pernafasan.
Petunjuk bagi penduduk yang tinggal di daerah yang tertular flu burung
1. Sebaiknya menghindari kontak dengan ayam, bebek dan unggas lainnya kecuali
sangat perlu. Ini adalah cara terbaik untuk mencegah infeksi oleh flu burung.
2. Anak anak memiliki resiko yang lebih tinggi karena mungkin mereka bermain di
tempat di mana unggas berada.
15
3. Hindari kontak dengan unggas jenis apapun, dengan bulu bulunya, kotoran maupun
limbahnya.
4. Jangan memelihara unggas sebagai hewan kesayangan.
5. Cucilah tangan dengan air dan sabun setiap sesudah bersentuhan dengan unggas.
6. Jangan tidur di dekat tempat pemeliharaan unggas.
7. Jangan memindahkan unggas baik yang hidup maupun yang mati dari satu tempat ke
tempat lain, bahkan sekalipun anda kira unggas tersebut sehat.
8. Menangani
unggas
di
daerah
tertular
harus
dilakukan
ditempat,
tanpa
memindahkannya ke luar dari area tersebut.
9. Jangan memasak unggas berasal dari daerah tertular untuk makanan keluarga
maupun hewan peliharaan anda.
10. Apabila anda secara tidak sengaja kontak dengan unggas di daerah tertular, seperti
misalnya menyentuh badan unggas, feses atau kotoran unggas yang lain, atau
berjalan di atas tanah di mana ada kotoran unggasnya, cucilah tangan sampai bersih
memakai air dan sabun sesudah setiap kontak. Lepaskan sepatu di luar rumah dan
dibersihkan. Periksa suhu tubuh anda sekali setiap hari selama 7 hari. Apabila anda
demam ( di atas 37.5 oC), periksakan diri anda ke dokter atau ke rumah sakit
terdekat dengan segera.
11. Anak anak di jaga agar tidak mendekati unggas yang sakit atau mati.
12. Apabila anda harus menangani unggas yang mati atau sakit, pakailah alat pelindung,
seperti masker, goggle (pelindung mata), sepatu boot, sarung tangan
13. Apabila anda baru pertama kali mendapati unggas yang sakit atau mati dan tidak
yakin situasinya, segera beritahu petugas yang berwenang dan serahkan penangan
unggas tersebut kepada ahlinya.
16
14. Apabila mungkin, mintalah jasa petugas yang ahli untuk membantu dekontaminasi
kebun atau kandang ayam.
15. Unggas yang mati harus dikubur dengan aman
16. Pembersihan yang efektif akan menghilangkan bulu bulu atau feses yang tertinggal
di kandang.
17. Lakukan semua tindakan pencegahan untuk memastikan bahwa unggas atau produk
asal unggas diproses dengan benar dan aman untuk di konsumsi. Ayam diproses
secara higienis dan di masak sampai matang, contohnya: sudah tidak ada lagi cairan
berwarna kemerahan, ayam dianggap aman untuk di makan. Telur juga bisa
membawa bibit penyakit, seperti misalnya virus flu burung di bagian dalam telur
maupun di kulit luarnya. Telur mentah dan kulit telur harus ditangani dengan hati
hati. Cucilah kulit telur dengan air sabun dan cucilah tangan setelahnya. Telur yang
dimasak sampai matang (direbus selama 5 menit pada temperature 70oC) tidak akan
menularkan virus flu burung apabila dimakan.
Pengobatan bagi penderita flu burung adalah: oksigenasi bila terdapat sesak napas,
hidrasi dengan pemberian cairan parenteral (infus), pemberian obat anti virus oseltamivir
75 mg dosis tunggal selama 7 hari, Amantadin diberikan pada awal infeksi, sedapat
mungkin dalam waktu 48 jam pertama selama 3-5 hari dengan dosis 5 mg/kg BB perhari
dibagi dalam 2 dosis. Bila berat badan lebih dari 45 kg diberikan 100 mg 2 kali sehari
(www.iwandarmansjah.web.id).
17
2.7 Profil Penyelenggara
Departemen Kesehatan merupakan unsur pelaksana Pemerintah di bidang kesehatan,
dipimpin oleh Menteri Kesehatan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Presiden. Departemen Kesehatan mempunyai tugas membantu Presiden dalam
menyelenggarakan sebagian tugas pemerintahan di bidang kesehatan.
Dalam melaksanakan tugasnya, Departemen Kesehatan menyelenggarakan fungsi :
1. pelaksanaan urusan pemerintahan di bidang kesehatan
2. pembinaan dan koordinasi pelaksanaan tugas serta pelayanan administrasi
Departemen
3. pelaksanaan penelitian dan pengembangan terapan serta pendidikan dan pelatihan
tertentu dalam rangka mendukung kebijaksanaan di bidang kesehatan
4. pelaksanaan pengawasan fungsional
18
2.8 Data-data Penelitian dari organisasi yang menangani virus flu burung di
Indonesia
Data dari Koalisi untuk Indonesia Sehat
Korban meninggal akibat flu burung di Indonesia bertambah lagi. Sampai dengan 26
Januari 2007, di Indonesia tercatat jumlah 81 kasus flu Burung, dan 63 diantaranya
meninggal dunia (www.depkes.go.id). Data WHO hingga 4 November 2006
menunjukan telah terjadi 256 kasus flu burung dan 151 di antaranya meninggal dunia.
Indonesia adalah negara dengan angka kematian tertinggi akibat flu burung, 55 kematian
dari 72 pasien. Sebagai perbandingan, di Vietnam dari 93 penderita yang terinfeksi,
hanya 42 orang yang meninggal (Kompas, 12/6).
Beberapa negara yang juga terjangkit flu burung adalah Vietnam, Thailand, China, Turki
dan Kamboja (Kompas, 4/10). Tanggal 21 Januari 2007, tercatat korban positif flu
burung di Indonesia menjadi 80 orang. Pada hari yang sama, salah seorang orang pasien
berinisial O meninggal di Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso(Suara
Pembaruan, 21/1).
Menteri Kesehatan Mengungkapkan Angka kematian (CFR) di Indonesia mencapai
75 persen. Dari semua provinsi yang ada, 27 Provinsi dinyatakan sebagai daerah Endemi
Flu Burung sedangkan delapan provinsi lainnya ditetapkan sebagai wilayah terinfeksi flu
burung (Kompas, 20/6). Secara keseluruhan, tercatat 178 daerah Kabupaten/Kota telah
tertular. Dari semua daerah ini, terdapat sembilan daerah yang menjadi perhatian khusus
penanganan pemerintah yakni Jambi, Lampung, Banten, Jabar, DKI Jakarta, Jateng,
Jatim, Yogyakarta, dan Sulsel (Kompas, 14/6). Sementara itu, Menteri Pertanian Anton
Apriyantono mengungkapkan, wilayah yang tertular virus flu burung, sejak Agustus
19
2003 hingga Januari 2007, mencapai 30 provinsi, yang mencakup 223 kabupaten/kota
(Suara Pembaruan, 31/1)
Data dari Departemen Kesehatan RI
Sampai dengan 7 Februari, berdasarkan hasil pemeriksaan Laboratorium Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Depkes dan NAMRU-2, jumlah
kasus flu burung positif bertambah 2 kasus yakni dari Jakarta Pusat dan Bantargebang
Kab. Bandung, Jabar. Dengan demikian sampai 7 Februari 2007, total jumlah kasus
positif Flu Burung di Indonesia mencapai 83 kasus, 63 diantaranya meninggal dunia.
Demikian laporan perkembangan Flu Burung di Indonesia yang diterima Pusat
Komunikasi Publik dari Posko Flu Burung Ditjen PP dan PL Departemen Kesehatan,
Rabu, 7 Februari 2007.
Tambahan 2 kasus positif adalah Ds (L, 30 th), alamat Bantar Gebang Kab. Bandung,
mulai sakit 28 Januari 2007 dengan gejala panas, batuk, sesak napas dan ada riwayat
kontak dengan unggas. Masuk Rumah sakit HS Bandung 31 Januari 2007, saat ini yang
bersangkutan masih dirawat di RS tersebut.
I (P, 15 th) alamat Jl. Bandung 10 Menteng Jakarta, mulai sakit 31 Januari 2007 dengan
gejala panas, batuk, sakit tenggorokan dan batuk serta ada riwayat kontak dengan
unggas yang mati. Masuk rumah sakit P Jakarta tanggal 5 Februari 2007, saat ini yang
bersangkutan masih dirawat di RS tersebut.
Total penyebaran kasus positif terjangkit H5N1 pada manusia adalah : DKI Jakarta
dengan 21 kasus, 18 meninggal, Banten dengan 12 kasus, 10 meninggal, Jawa Barat
dengan 27 kasus, 21 meninggal, Jawa Tengah dengan 5 kasus, 4 meninggal, Jawa Timur
dengan 5 kasus, 3 meninggal, Sumatera Utara dengan 7 kasus, 6 meninggal, Sumatera
20
Barat dengan 2 kasus (hidup), Lampung dengan 3 kasus (hidup), Sulawesi Selatan
dengan 1 kasus meninggal.
Data Kasus Flu Burung di Indonesia
Positif
Meninggal
DKI Jakarta
21
18
Banten
12
10
Jawa Barat
27
21
Jawa Tengah
5
4
Jawa Timur
5
3
Sumatera Utara
7
6
Sumatera Barat
2
0
Lampung
3
0
Sulawesi Selatan
1
1
Download