Modul Etika dan Filsafat Komunikasi

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
Etika dan Filsafat
Komunikasi
Etika Komunikasi Antar
Persona dan Kelompok Kecil
Fakultas
Program Studi
Fakultas Ilmu
Komunikasi
Bidang Studi
Advertising and
Marketing
Communication
Online
14
Kode MK
Disusun Oleh
MK85009
Muhamad Rosit, S.Sos, M.Si
Abstract
Kompetensi
Dalam konteks komunikasi interpersonal, adanya etika akan
membuat suatu hubungan antara pribadi menjadi baik dan sehat,
sehingga akan tercipta kebahagiaan, kesejahteraan, terpenuhinya
kebutuhan dasar manusia, terciptanya keadilan dan kepedulian
serta membantu perkembangan individu-individu yang terlibat
dalam hubungan interpersonal tersebut. Dan etika juga dibutuhkan
dalam komunikasi dalam kelompok kecil.
Mahasiswa mampu
memahami Etika dalam
komunikasi antar persona
dan kelompok kecil
Pendahuluan
Kata komunikasi berasal dari bahasa latin “acommunication” dengan asal kata
communis yang berarti sama dalam arti sama makna di antara pihak-pihak yang
berkomunikasi, itu adalah pengertian komunikasi secara etimologis. Sedangkan secara
etimologis komunikasi merupakan proses penyampaian pesan antar manusia baik secara
langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan media. Menurt Lasswell komunikasi
itu “who says what in which channel to whom with what effect” artinya: siapa mengatakan
apa melalui media kepada siapa dengan efek apa.
Diatas merupakan pengertian-pengertian komunikasi, bentuk-bentuk komunikasi
tidak hanya Satu, ada 6 bentuk-bentuk komunikasi, yaitu:
1. Komunikasi intra pribadi (intrapersonal) atau juga biasa disebut komunikasi
insani yang berarti komunikasi yang terjadi dalam diri satu orang. Jadi dalam
komunikasi intra pribadi selain bertindak sebagai komunikator juga merangkap
sebagai komunikan.
2. Komunikasi antar pribadi (antarpersonal) yaitu komunikasi yang terjadi antara
dua orang.
3. Komunikasi kelompok, bentuk komunikasi yang terdiri dari beberapa pelaku
komunikasi, tiap subyek atau pelaku komunikasi memiliki peluang yang sama
dalam mentransaksikan pesan, persepsi subyek atas subyek yang lain masih
penting dan menentukan makna pesan, umpan balik juga bersifat langsung, bila
jumlah subyek antara 3 sampai 7 orang maka dinamakan kelompok kecil dan
apabila lebih dari 7 orang maka disebut komunikasi kelompok besar.
4. Komunikasi publik.
5. Komunikasi organisasi adalah komunikasi yang melibatkan banyak subyek atau
pelaku komunikasi, latar sosio-kultural subyek bersifat heterogen, komunitas ini
berbeda dalam sebuah sistem dan struktur, sistem dan struktur ini membawa
konsekwensi adanya hirarki, hirarki ini yang mempengaruhi alur komunikasi dan
distribusi pesan.
6. Komunikasi massa.
‘13
2
Etika dan Filsafat Komunikasi
Muhamad Rosit, S.Sos, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Komunikasi Antar Persona
Komunikasi antar persona dapat diartikan sebagai bentuk komunikasi yang terjadi
dalam keadaan dimana pelaku atau subyek komunikasi bertatap muka (face to face), umpan
balik cenderung bersifat langsung (direct feedback) pesan yang disampakan transaksional,
persepsi masing-masing pelaku komunikasi interpersonal juga cenderung melibatkan aspek
emosional dan empatik, berpeluang lebih lebih besar untuk mengubah sikap dan tingkah
laku.
Munurut Dean Barnlund menjabarkan komunikasi antarpersona sebagai orang-orang
pada pertemuan tatap muka dalam situasi sosial informal yang melakukan interaksi terfokus
lewat pertukaran isyarat verbal dan nonverbal yang saling berbalasan. Komunikasi
antarpersona telah dibedakan oleh Gerald Miller menjadi dua, yaitu:
1. Komunikasi non-antarpersona, artinya informasi yang diketahui antara partisipan
tentang
satu
sama
lainnya
terutama
bersifat
kultural
atau
sosiologis
(keanggotaan kelompok),
2. Komunikasi antarpersona yang tentunya kebalikan dari komunikasi non-antar
persona, dalam komunikasi antar persona partisipan melandaskan persepsi dan
reaksi mereka pada karakteristik psikologis yang unik dari personalitas individu
masing-masing.
‘13
3
Etika dan Filsafat Komunikasi
Muhamad Rosit, S.Sos, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
John Stewart dan Gary D’Angelo melihat esensi komunikasi antar persona
berpusat pada kualitas komunikasi antar partisipan. Partisipan perlu berhubungan
satu sama lain lebih sebagai person (unik, mampu memilih, mempunyai perasaan,
bermanfaat, dan merefleksikan diri sendiri) dari pada sebagai objek atau benda.
Sebagian pandangan etika yang telah kita pelajari sebelumnya jelas pada
komunikasi antarpersona yang didefinisikan dalam salah satu cara diatas.
Dalam komunikasi interpersonal, etika menjadi penting karena
etika dapat menjadi suatu “golden rule” sehingga interaksi
yang terjadi adalah suatu interaksi yang menguntungkan
kedua belah pihak dalam bentuk kesenangan, kepercayaan,
bantuan, kerjasama, dll.
‘13
4
Etika dan Filsafat Komunikasi
Muhamad Rosit, S.Sos, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Etika Antar Persona Condon
John Condon mengkaji beberapa isu-isi etika yang muncul dalam suasana
komunikasi antar persona keterusterangan, keharmonisan sosial, ketepatan,
kecurangan, konsistensi kata dan tindakan, menjaga kepercayaan, dan manghalangi
komunikasi. Dalam membahas tema-tema etika ini, Condon menekankan, tema
tertentu manapun mungkin bertentangan dengan tema lain dan kita mungkin harus
memilih satu dari yang lainnya dalam situasi tertentu. Walaupun Condon tidak
merumuskan kriteria etika spesifik. Pandangan Condon dalam bentuk pedoman
potensial yang mungkin dapat dipertimbangkan:
1.
Jujur dan terus terang dalam keyakinan dan perasaan pribadi yang sama-sama
dimiliki.
2.
Dalam setiap kelompok dan budaya dimana saling kebergantungan dinilai lebih
baik dari individualisme, menjaga keharmonisan hubungan sosial mungkin lebih
etis dari pada menyatakan pikiran kita.
3.
Informasi harus disampaikan dengan tepat, tanpa adanya hambatan (noise)
misalnya kehilangan atau penyimpangan makna dari makna yang dimaksudkan.
4.
Kecurangan yang disengaja umumnya tidak etis.
5.
Petunjuk verbal dan non verbal, kata-kata dan tindakan harus konsisten dalam
makna yang disampaikan.
6.
Biasanya tidak etis apabila dengan sengaja menghalangi proses komunikasi,
seperti memotong pembicaraan seseorang sebelum ia selesai berbicara,
mengganti subyek ketika orang lain benar-benar masih mempunyai banyak hal
untuk dikatakan, atau secara non verbal mengalihkan orang lain dari subyek
yang dimaksudkan.
Setelah terjadinya interaksi komunikasi, umumnya akan lahir
hubungan diantara kedua orang tesebut dengan tingkat
keeratan yang terus meningkat sejalan dengan semakin
banyaknya interaksi yang terjadi.
‘13
5
Etika dan Filsafat Komunikasi
Muhamad Rosit, S.Sos, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Etika Antar Persona Kontekstual
Pada pendekatan kontekstual, dalam etika antarpersona, Ronald Arnet
berpendapat bahwa walaupun beberapa pedoman konkret diperlukan dalam
keputusan etika, kita secara simultan harus tetap fleksibel terhadap tuntutan waktu
yang kontekstual. Meskipun Sistem etika kita telah mapan, tetapi ia harus terbuka
terhadap perubahan dalam lingkungan yang dihadapi. Ia menyarankan, kita tidak
boleh mengambil sikap mutlak maupun dogmatis, tidak juga terlalu relativis, yang
bergantung pada situasi. Berdasarkan pandangan ini. Arnet memunculkan tiga dalil,
yaitu:
1. Dalil satu: kita harus terbuka terhadap informasi yang merefleksikan perubahan
konsepsi diri sendiri atau orang lain. Tetapi bukan berarti setuju dengan
perubahan tersebut,
keterbukaan
seperti itu hanya berusaha
memahami alam pemahaman orang lain. Kita juga harus peka terhadap
tanggung jawab peran kita sendiri dan peran orang lain dalam situasi yang
konkret.
2. Dalil dua: aktualisasi diri atau pemenuhan diri partisipan harus didukung jika
semuanya memungkinkan akan tetapi keputusan yang baik mungkin lebih
membutuhkan
pengorbanan dari sesuatu yang penting untuk satu
atau lebih partisipan.
3. Dalil tiga: kita harus memperhitungkan emosi dan perasaan kita sendiri, tetapi
emosi tidak dapat dijadikan tuntunan perilaku satu-satunya. Pada saatnya
tanggapan atau tindakan yang baik memerlukan pekerjaan atas apa yang secara
emosional tidak dirasakan baik. Dari penjelasan diatas kesimpulan dari etika
antarpersona kontekstual adalah dengan menekankan bahwa etika kontekstual
tidak mengenal aktualisasi diri dan berhubungan dengan
seseorang sebagai fungsi utama komunikasi antarpersona.
‘13
6
Etika dan Filsafat Komunikasi
Muhamad Rosit, S.Sos, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
perasaan
Etika Bagi Kepercayaan Antar Persona
Sesuatu yang penting untuk komunikasi antarpersona adalah kepercayaan
pada tingkat terendah diantara partisipan komunikasi. Kim Griffin dan Richard
barnes menawarkan suatu etika kepercayaan antarpersona yang berdasarkan pada
pandangan khusus sifat manusia. Mereka berasumsi bahwa walaupun manusia
pada dasarnya baik, terdapat batasan realistis dan keadaan yang mendesak yang
sering membatasi pencapaian potensi manusia ideal.
Suatu etika yang
meningkatkan kepercayaan
satu sama lain
adalah menyenangkan, karena kepercayaan kita
terhadap orang lain cenderung merangsang kepercayaan pada kita, karena citra
pribadi kita dapat diperbaiki, dan kesehatan psikologis kita terpelihara.
Mereka tentu mengetahui bahaya mempercayai masyarakat. Orang lain dapat
menggunakan kepercayaan kita untuk menipu kita dan pengalaman yang berlanjut
akan kepercayaan yang dirusak, menimbulkan keterasingan dari orang lain dan
kepercayaan diri yang melemah.
Rules and Expectations
Dari sisi rules dan expectations dari suatu hubungan, hubungan sendiri dapat
dikategorikan menjadi:

Communal sharing, yang menekankan keintiman, saling mengasihi,
perhatian yang diterima dan dilakukan oleh semua pihak;

authority ranking, yang menekankan pada power dan sub-ordinasi, dan
kepemimpinan;

Equality matching, yang menekankan konsep sosial exchange demi
benefit yang diterima kedua belah pihak; dan

market pricing, yang menekankan hubungan demi mendapatkan suatu
tujuan personal oleh suatu pihak.
‘13
7
Etika dan Filsafat Komunikasi
Muhamad Rosit, S.Sos, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Dalam kehidupan sehari-hari, seringkali hubungan yang ada merupakan
kombinasi dari tipe-tipe hubungan ini.
Dalam hubungan interpersonal, etika menjadi hal yang diperhatikan ketika
terjadi pelanggaran dari rules dan expectation (hal-hal) yang diharapkan dalam
hubungan tersebut, misalnya: teman diharapkan loyal, mendukung, sedangkan
suami-istri diharapkan setia,
percaya satu sama lain, dll.
Rules dan expectation yang ada dalam suatu hubungan juga
bukan merupakan suatu hal yang baku, melainkan dinamis
dan berubah sesuai dengan situasi dan kondisi serta
keinginan kedua belah pihak.
‘13
8
Etika dan Filsafat Komunikasi
Muhamad Rosit, S.Sos, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Komunikasi Kelompok
Kelompok merupakan suatu kumpulan orang-orang tertentu yang memiliki
satu pemikiran yang sama dan juga tujuan yang sama, kelompok juga merupakan
suatu wadah dan alat untuk dapat mewujudkan harapan serta mewujudkan
keinginannya berbagi dan memperoleh informasi dalam hampir semua aspek
kehidupan. Kelompok disebut wadah atau alat juga karena kelompok dapat
manambah pengetahuan para anggota kelompok tersebut, kelompok dapat
membantu memecahkan masalah yang dialami oleh anggotanya. Maka kelompok
merupakan kebutuhan kehidupan tidak dapat dihindarkan.
Komunikasi kelompok, yaitu bentuk komunikasi yang terdiri atas beberapa
pelaku komunikasi, tiap subyek atau pelaku komunikasi memiliki peluang yang sama
dalam mentraksasikan pesan, persepsi subyek atas subyek yang lain masih penting
dan menentukan makna pesan, umpan balik juga bersifat langsung, bila jumlah
subyek antara 3 sampai 7 orang maka dinamakan kelompok kecil dan apabila lebih
dari 7 orang maka disebut komunikasi kelompok besar.
Pengertian Lain Komunikasi Kelompok
Komunikasi kelompok ialah komunikasi antara seseorang dengan kelompok
orang dalam situasi tatap muka. Kolompok tersebut bisa kecil, dapat juga besar,
tetapi berapa jumlah orang yang termasuk kelompok kecil dan berapa jumlahnya
yang termasuk kelompok besar tidak ditentukan dengan perhitungan secara eksak,
dengan ditentukan secara berdasarkan ciri dan sifat komunikan dalam hubungannya
dengan proses komunikasi. Di sini yang dimaksudkan dengan komunikasi kelompok
adalah komunikasi secara tatap muka, seperti komunikasi yang terjadi pada rapat,
brieving, dan upacara bendera.
Robert F. Bales dalam bukunya, Interaction Process Analysis, mendefinisikan
kelompok kecil sebagai: “Sejumlah orang yang terlibat dalam interaksi satu sama
lain dalam suatu pertemuan yang bersifat tatap muka (face to face meeting) di mana
setiap peserta mendapat kesan atau penglihatan antara satu sama lainnya yang
cukup
kentara,
sehingga
dia
—baik
saat
timbulnya
pertanyaan
maupun
sesudahnya— dapat memberikan tanggapan kepada masing-masing sebagai
‘13
9
Etika dan Filsafat Komunikasi
Muhamad Rosit, S.Sos, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
perseorangan. ”Berbeda dengan kelompok besar, individu-individu dalam kelompok
kecil bersifat rasional sehingga setiap pesan yang disampaikannya akan ditanggapi
secara kritis.
Dari macam-macam pengertian di atas maka komunikasi kelompok dibagi
menjadi dua berdasarkan jumlahnya:
1. Komunikasi kelompok kecil (small group communication), adalah komunikasi
yang terdiri dari 3 hingga 7 orang. Misalnya: komunikasi yang terjadi pada suatu
perusahaan yakni antara sorang menejer atau administrator dengan sekelompok
karyawan yang memungkinkan terdapatnya kesempatan bagi salah seorang
untuk memberikan tanggapan secara verbal. Dengan lain perkataan, dalam
komunikasi kelompok kecil si pemimpin dapat melakukan komunikasi antar
persona dengan salah seorang peserta kelompok.
2. Komunikasi kelompok besar (large group communication), yaitu komunikasi yang
terdiri kebih dari 7 orang. Kelompok besar (large group) adalah kelompok
komunikan yang karena jumlahnya yang banyak, dalam suatu situasi komunikasi
hampir tidak terdapat kesempatan untuk memberikan tanggapan secara verbal.
Dengan lain perkataan, dalam komunikasi dengan kelompok besar, kecil sekali
kemungkinannya
bagi
komunikator
untuk
berdialog
dengan
komunikan.
Adapun keuntungan dan kerugian berkomunikasi dengan kelompok kecil
adalah sebagai berikut:
Keuntungan dari berkomunikasi kelompok kecil:
1. Terdapat kontak pribadi.
2. Umpan balik bersifat langsung.
3. Suasana lingkungan komunikasi dapat diketahui.
Kerugian dari berkomunikasi pada kelompok kecil:
1. Frame or reference komunikan tidak diketahui secara individual.
2. Kondisi fisik dan mental komunikan tidak dipahami secara individual.
Dalam mencapai dan melancarkan komunikasi kelompok kecil pada saat bertatap
muka perlu diperhatikan hal-hal berikut:
1. Adakanlah persiapan yang seksama sebelum berkomunikasi.
2. Bangkitkanlah perhatian begitu komunikasi dimulai.
‘13
10
Etika dan Filsafat Komunikasi
Muhamad Rosit, S.Sos, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
3. Peliharalah kontak pribadi selama berkomunikasi.
4. Tunjukan diri sebagai komunikator terpercaya.
5. Bicaralah dengan tegas, jelas dan meyakinkan.
6. Kemukakanlah fakta dan opini dalam uraian yang sistematis dan logis.
7. Hormatilah kritik komunikan.
8. Jangan bersifat super.
9. Jangan mengkritik.
10. Jangan “ngotot”
11. Jangan emosional.
Petunjuk-petunjuk tersebut perlu dipahami oleh setiap pemimpin untuk
mencegah terjadinya kehilangan ethos. Ethos adalah paduan nilai-nilai yang
terdapat
pada
diri
seseorang
yang
mencakup
kehormatan,
kemampuan,
kepercayaan, kejujuran, moral dan itikad baik. Gagalnya komunikasi dapat
mengakibatkan hilangnya ethos seorang pemimpin.
Perspektif Politik Untuk Diskusi Kelompok
Ada beberapa pendapat menganjurkan standar etika untuk jenis komunikasi
kelompok kecil yang berorientasi pada tugas guna mencapai keputusan atau
penyelesaian masalah yang sama-sama dapat disetujui. Ernest Bormann mengambil
perspektif politik yang berdasarkan nilai-nilai yang berpusat pada demokrasi
perwakilan Amerika, khususnya pada ”empat moralitas” yang dikembangkan Karl
Wallace. Berikut ini adalah pedoman etika utama yang ditegaskan Borman, yaitu:
1. Partisipan harus dibolehkan memutuskan pihaknya sendiri tanpa dicirangi,
ditipu ataupun dimanipulasi.
2. Partisipan harus didorong untuk menumbuhkan dan mengembangkan
potensinya sendiri.
3. Alasan yang logis dan penilaian yang relevan haruslah didukung.
4. Konflik dan ketidak setujuan yang lebih berfokus pada partisipan sebagai
person alih-alih pada ide atau informasi haruslah dihindari.
‘13
11
Etika dan Filsafat Komunikasi
Muhamad Rosit, S.Sos, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
5. Partisipan yang memanipulasi anggota kelompok yang semata-mata untuk
kepentingan sendiri adalah tidak etis.
6. Dalam peranannya sebagai penasihat, partisipan harus menyajikan informasi
secara jujur, wajar, dan akurat. Mereka harus menyebutkan sumbersumbernya. Mereka haerus memperbolehkan orang lain mencermati bukti
serta argumennya. Kebohongan adalah tidak etis karena kebohongan dapat
merusak kepercayaan bagi partisipan yang informasi.
7. Berkenaan dengan kekompok atau individu eksternal, partisipan dalam
kelompok tersebut harus membela “pernyataan yang benar tentang fakta,
pernyataan nilai yang patut dipuji, dan nasihat yang masuk akal”.
8. Partisipan harus berkomunikasi satu sama lain sebagaimana ia menginginkan
orang lain berkomunikasi dengannya.
9. Praktik-praktik komunikasi dalam kelompok seharusnya dinilai dalam
kerangka semua kriteria etika yang relevan, bukan semata-mata atau
terutama berdasarkan nilai tujuan atau sasaran, yang ingin dicapai. kriteria
etika Gandhi berbunyi: “kejahatan berarti, bahkan untuk tujuan yang baik pun
memberikan hasil yang jahat”.
Penghargaan Terhadap Nilai Orang Lain
Halbert Gulley mendukung pernyataan dasar Tomas Nilsen mengenai konsep yang
baik yang penting dalam budaya kita: komunikasi yang meningkatkan dan memelihara
personalitas manusia adalah baik.; komunikasi yang merusak, menurunkan atau
melumpuhkan personalitas manusia adalah buruk. Gulley mengidentifikasi sejumlah
pedoman untuk komunikasi etis dalam diskusi kelompok. Pedoman tersebut adalah:
1. Kebijakan kelompok yang ia sendiri ikut serta mempertimbangkannya
dengan matang. Jika ia tidak mampu, ia harus dengan tegas menolak
mendukungnya pada waktu keputusan itu dicapai.
2. Seorang komunikator bertanggung jawab untuk punya informasi yang baik
dan akurat. “Menyajikan beberapa fakta sebagai cerita keselurihan.
Penemuan sementara sebagai kesimpulan yang benar-benar mantap,
atau
pemahaman
parsial
sebagai
otoritatif
kelompok.”
‘13
12
Etika dan Filsafat Komunikasi
Muhamad Rosit, S.Sos, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
berarti
menyesatkan
3. Seorang
komunikator
bertanggung
jawab
untuk
mempertahankan
keputusan-keputusan seorang komunikator mempunyai tanggung jawab
mendorong secara aktif komentar orang lain dan mencari semua sudut
pandang, termasuk yang tidak popular.
4. Seorang komunikator secara terbuka harus menyatakan bias-bhiasnya
sendiri, dan harus menjelaskan sumber informasinya dan setiap
prasangka terhadap sumber tersebut.
5. “Kebohongan yang disengaja, perekayasaan bukti, pemalsuan sumber,
sengaja salah mengutip, dan pemalsuan fakta adalah praktik-praktik tidak
jujur yang nyara”.
6. “Anggota kelompok yang etis tidak berupaya untuk memanipulasi
pembicaraan dengan cara tidak wajar supaya tujuannya sendiri terlayani
dan harapan kelompok gagal”.
7. Komunikator yang etis menghindari penggunaan taktik dengan sengaja
mengaburkan analisis: mengejek, bahasa yang sarat emosi, kesalahan
disebabkan asosiasi, generalisasi yang tergesa-gesa, mengubah definisi,
dan terlalu menyederhanakan alternative “kalau tidak ini berarti itu”.
Kepekaan Etika
Dennis
Gouran
menyatakan
secara
tegas
bahwa
“kepekaan
etika”
merupakan fungsi kepemimpinan yang setiap peserta diskusi kelompok kecil harus
bersedia melakukannya. “kelompok tidak selalu sadar akan implikasi keetikaan dari
keputusannya apakah seorang anggota menganggap kemungkinan ini sebagai
perhatian temannya, dalam beberapa hal mereka mungkin sampai pada keputusan
yang berbeda.”peserta yang secara etis peka berusaha menghindari keputusan tidak
etis yang disengaja dan berusaha meningkatkan penelaahan isu-isu lebih dari sudut
pandang yang murni pragmatis. Dari pada memberikan penilaian etika yang tergesagesa, dogmatis, “kalau tidak ini berarti itu”, peserta diskusi yang peka mengajukan
pertanyaan tentang ide dan tindakan yang dapat dibenarkan secara etis.
Gouran mengemukakan lima pertimbangan untuk menuntun penilaian derajat
‘13
13
Etika dan Filsafat Komunikasi
Muhamad Rosit, S.Sos, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
tanggung jawab etis yang diperlihatkan dalam proses pengambilan keputusan
kelompok kecil tertentu, yaitu:
1. Apakah kita memperlihatkan ketertarikan yang dibutuhkan pada orang
yang akan dipengaruhi oleh keputusan kita?
2. Apakah kita mengkaji pertanyaan diskusi sesuai dengan tanggung jawab
yang mampu dilakukan?
3. Apakah kita salah menggambarkan sikap atau sakah menggunakan
sumber informasi?
4. Apakah kita mengatakan atau melakukan sesuatu yang tidak perlu yang
mungkin mengurangi perasaan harga diri peserta?
5. Apakah setiap orang dalam kelompok diberi penghargaan yang sesuai?
Terdapat istilah groupthink dalam bahasan kelompok yaitu situasi dimana sebuah kelompok
melepaskan diri dari realita, dimana mereka melebihkan pada aplikasi moral yang terdapat
di internal, dan rasionalitas. Menurut Janis, bahkan kelompok yang dikenal memiliki tingkat
profesionalitas yang baik, dapat terjerumus dalam diskusi yang mengarah pada keputusan
yang salah, dan keputusan ini tidak diketahui salah atau tidaknya karena para anggota
biasanya tidak dapat melihatnya karena rasa keterikatan dan kepercayaan yang berlebihan
pada kemampuan anggotanya.
‘13
14
Etika dan Filsafat Komunikasi
Muhamad Rosit, S.Sos, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Etika “Group-think”
Terdapat istilah groupthink dalam bahasan kelompok yaitu situasi dimana
sebuah kelompok melepaskan diri dari realita, dimana mereka melebihkan pada
aplikasi moral yang terdapat di internal, dan rasionalitas. Menurut Janis, bahkan
kelompok yang dikenal memiliki tingkat profesionalitas yang baik, dapat terjerumus
dalam diskusi yang mengarah pada keputusan yang salah, dan keputusan ini tidak
diketahui salah atau tidaknya karena para anggota biasanya tidak dapat melihatnya
karena rasa keterikatan dan kepercayaan yang berlebihan pada kemampuan
anggotanya.
Menurut Aldag dan Fuller, hampir seluruh kelompok akan terlibat dalam kasus
groupthink karena memang tidak dapat dihindarkan. Salah satu pemicunya adalah
rendahnya interaksi dengan pihak eksternal. Hal ini akan membuat kemampuan
anggota dalam menyerap informasi menjadi sangat rendah. Dilanjutkan bahwa hal
ini tidak etis secara konsekuensi dan inherent. Isolasi dapat menyebabkan sudut
pemikiran menjadi tidak bervariasi, yang akan mengarah pada terjadinya
pelanggaran prosedur.
Salah satu contoh yang ada adalah kebijakan yang banyak dilakukan pada
zaman Bush, yang diasumsikan salah dan banyak melanggar karena pemerintahnya
tidak banyak berkolaborasi dengan negara lain.
Etika “Group-think”
“Groupthink” (berpikir kelompok) adalah penamaan kolektif yang digunakan
psikolog sosial Irving Janis untuk mendeskripsikan sifat kelompok kecil yang proses
penyelesaian masalah dan penentuan kebijakannya secara khas menghasilkan
ketidakefektifan, keputusan yang bermutu rendah dan gagal mencapai sasaran.
Janis menganalisis catatan-catatan historis, laporan-laporan pengamat
tentang pembicaraan, dan memoir para partisipan tentang sejumlah keputusan
sebenarnya yang menimbulkan bencana-bencana semacam itu. Ia mengidentifikasi
‘13
15
Etika dan Filsafat Komunikasi
Muhamad Rosit, S.Sos, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
delapan gejala utama yang menandai “berpikir kelompok”. Janis menjabarkan
proses sifat ini dengan sederhana dan tidak memandangnya sebagai standar etika.
Meskipun demikian, jabaran ini mungkin bermanfaat bagi kita untuk
mengubahnya menjadi pedoman etika diskusi kelompok kecil yang sehat,
manusiawi, dan berorientasi pada tugas yang masuk akal.
Sejauh
mana
ia
dapat
diaplikasikan,
sehingga
anda
dapat
mempertimbangkannya sebagai pedoman etika yang potensial.
1. Hindari ilusi “kekebalan” yang mendukung ”optimisme yang berlebihan
dan mendorong pengambilan resiko yang ekstrem”
2. Hindari rasionalis yang menghalangi anggota menilai kembali asumsi
dasar mereka sebelum menegaskan lagi komitmenterhadap keputusan
sebelumnya.
3. Hindari “kepercayaan tanpa keraguan terhadap moralitas yang melekat
pada kelompok”, kepercayaan yang mencondongkan anggota untuk
“mengabaikan konsekuensi-konsekuensi etika dan moral dari keputusan
mereka”
4. Hindari menstereotipkan pandangan lawan sebagai ”terlalu jahat untuk
menjamin upaya-upaya sejati untuk bernegoisasi, atau sebagai terlalu
lemah dan bodoh” untuk menggagalkan usaha anda melawan mereka.
5. Hindari tekanan yang membuat para anggota merasa tidak loyal jika
mereka mengunkapkan “argument-argumen yang kuat terhadap setiap
stereotip, ilusi, atau komitmen kelompok”.
6. Hindari penyensoran sendiri yang meminimumkan pentingnya keraguan
atau argument bandingan mereka sendiri bagi setiap orang.
7. Hindari “ilusi kebulatan suara bersama mengenai penilaian yang sesuai
dengan pandangan mayoritas”. Ilusi ini hasil dari “penyensoran sendiri
atas penyimpangan” dan dari “asumsi yang salah bahwa diam berarti
setuju”.
8. Hindari timbulnya “penjaga pikiran yang diangkat sendiri”, yaitu anggotaangota “yang melindungi kelompok dari informasi berlawanan yang
mungkin menghancurkan kepuasan diri tentang efektivitas dan moralitas
mereka”.
‘13
16
Etika dan Filsafat Komunikasi
Muhamad Rosit, S.Sos, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka
Mufid, Muhamad. Etika dan Filsafat Komunikasi. Jakarta: Kencana, 2009
Sinaga, Bravo. Komunikasi Antarpersona dan Diskusi Kelompok Kecil.
Bravo
Sinaga Blogspot, 2011 http://bravosinaga.blogspot.com/2011/01/komunikasiantarpersona-dan-diskusi.html
Pratama, Andito Gilang. Etika Komunikasi Antar Pribadi serta Kelompok Kecilnya.
http://komunikasi.us/index.php/mata-kuliah/dmnm/6888-etika-komunikasiantar-pribadi-serta-kelompok-kecilnya
Abbram Mika Teguh S, Etika Kecil. http://komunikasi.us/index.php/matakuliah/dmnm/6897-etika-kecil
‘13
17
Etika dan Filsafat Komunikasi
Muhamad Rosit, S.Sos, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download