Karya Tulis Ilmiah : Pengetahuan dan Sikap Bidan Terhadap

advertisement
This page was exported from Karya Tulis Ilmiah [ http://karyatulisilmiah.com ]
Export date: Tue Jul 18 6:36:32 2017 / +0000 GMT
Karya Tulis Ilmiah : Pengetahuan dan Sikap Bidan
Terhadap Pelaksanaan 7T pada Ibu Hamil
LINK DOWNLOAD [54.40 KB]
Karya Tulis Ilmiah : Pengetahuan dan Sikap Bidan Terhadap Pelaksanaan 7T pada Ibu Hamil
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Sejak dicanangkannya MDGs ( Millenium Development Goals) , AKI di Indonesia memang telah mengalami
penurunan, tetapi akibat komplikasi kehamilan atau persalinan yang belum sepenuhnya dapat ditangani, masih
terdapat 20.000 ibu yang meninggal setiap tahunnya, Badan Pusat Statistik (BPS) memproyeksikan bahwa
pencapaian AKI baru mencapai angka 163 kematian ibu melahirkan per 100.000 kelahiran hidup pada tahun
2015 , sedangkan target MDGs pada tahun 2015 tersebut adalah 102.( tim Penyusunan Laporan Tujuan
Pembangunan Millenium (MDGs) Indonesia, 2009).
WHO memperkirakan bahwa sekitar 15% dari seluruh wanita yang hamil akan mengalami komplikasi yang
berkaitan dengan kehamilannya serta dapat mengancam jiwanya .Sebagian besar dari 5.600.000 orang wanita
hamil di Indonesia ,akan mengalami suatu komplikasi atau masalah yang berakibat fatal .Data tersebut
menunjukkan ,untuk bisa efektif dalam meningkatkan keselamatan ibu dan bayi baru lahir , maka asuhan
antenatal harus lebih difokuskan (WHO,2001)
Beberapa pendapat mendefinisikan bidan meliputi antara lain yaitu, bidan adalah seorang wanita yang
mengikuti pendidikan kebidanan yang diakui oleh pemerintah dan telah menyelesaikan pendidikan tersebut dan
lulus ujian yang ditentukan, serta memperoleh ijazah yang terdaftar sebagai persyaratan selama untuk melakukan
praktik sesuai profesinya (Marsifan, 2007).
Untuk membantu pemerintah dalam mencapai penurunan AKI di Indonesia, maka pemerintah Propinsi Aceh
mempunyai target cakupan pelayanan antental (K4) 84% dengan akses pelayanan antenatal (K4) 92,2% cakupan
antenatal (K4) tahun 2004 mencapai 81,75% sudah hampir memenuhi target yang ditetapkan oleh pemerintah
Propinsi Aceh. Sedang target cakupan pelayanan antenatal (K4) di Kabupaten Aceh Utara 82% baru terlaksana
78,73%. Adapun akses pelayanan antenatal (K1) 85,7% (Dinkes Propinsi Aceh, 2004).
Di Puskesmas Bayu sendiri mempunyai target cakupan pelayanan antenatal (K4) 80%, target akses pelayanan
antenatal (K1) 88%. Sedangkan jumlah akses (K1) pada bulan Januari di Puskesmas Bayu sendiri adalah 6,5%,
cakupan pelayanan antenatal (K4) bulan Januari 5,8% ( Puskesmas Bayu, 2011 )
Dengan target cakupan pelayanan antenatal yang telah ditetapkan oleh pemerintah Propinsi Aceh dan Kabupaten
Aceh Utara serta Puskesmas Bayu khususnya dapat membantu pemerintah dalam menurunkan AKI di Indonesia
melalui pelayanan antenatal. Pelayanan antenatal diberikan oleh petugas kesehatan baik yang bekerja di instansi
pemerintah maupun swasta. Pelayanan antenatalpun diberikan di Puskesmas-Puskesmas yang tersebar di
Indonesia. Saat ini dalam pelaksanaannya, Puskesmas menghadapi banyak masalah ( Dinkes,Aceh Utara,2011 )
Puskesmas dalam memberikan pelayanan antenatal hendaknya menggunakan asuhan standar minimal yang telah
ditetapkan oleh pemerintah sejak tahun 1999 menjadi standar “7T” yang dahulunya hanya “5T”. Standar minimal
ibu hamil “7T” tersebut yaitu timbang berat badan, ukur tekanan darah, ukur tinggi fundus uteri, pemberian
imunisasi TT, pemberian tablet Fe, tes penyakit menular seksual serta temu wicara dalam rangka persiapan
rujukan ( Rukiyah dkk, 2007).
Dari data pra survey yang dilakukan di Puskesmas Bayu Kabupaten Aceh Utara, pelaksanaan pelayanan 7T di
wilayah kerja Puskesmas Bayu rata-rata 60,05% pada bulan Januari sampai Desember 2010 . Untuk rata-rata
kunjungan ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Bayu Kabupaten Aceh Utara setiap bulannya 45 orang dari
Januari sampai September 2011 ,ibu hamil yang berkunjung untuk memeriksakan kehamilannya ( Data
Puskesmas Bayu, 2011).
Berdasarkan banyaknya kunjungan ibu hamil di Puskesmas Bayu dan anjuran Pemerintah untuk melaksanakan
standar pelayanan kebidanan 7T dan menurunnya cakupan K4 di puskesmas Bayu maka penulis tertarik untuk
mengetahui Bagaimana Pengetahuan dan Sikap Bidan Terhadap Pelaksanaan 7T pada Ibu Hamil di Wilayah
Kerja Puskesmas Bayu Kabupaten Aceh Utara.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah pada karya tulis ilmiah ini
yaitu bagaimana gambaran pelaksanaan Bidan terhadap 7 T Pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas
Bayu Kabupaten Aceh Utara pada tahun 2011?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1
Tujuan Umum
Untuk mengetahui bagaimana gambaran pelaksanaan bidan terhadap 7T pada ibu hamil di Puskesmas
bayu Kabupaten Aceh Utara pada tahun 2011.
1.3.2
Tujuan Khusus
1. Untuk mengidentifikasikan pengetahuan bidan terhadap pelaksanaan 7T di Puskesmas Bayu Kabupaten
Aceh Utara pada tahun 2011.
2. Untuk mengidentifikasikan Sikap bidan terhadap pelaksanaan 7 T di Puskesmas Bayu Kabupaten Aceh
Utara pada tahun 2011.
1.4 Manfaat penelitian
1.4.1
Bagi Peneliti
Sebagai penerapan mata kuliah Metodologi Penelitian dan menambah pengalaman dalam penulisan KTI, serta
sebagai masukan pengetahuan tentang pelayanan/asuhan standar 7T (timbang berat badan, ukur tekanan darah,
pemberian imunisasi TT, pemberian tablet Fe, tes PMS, dan temu wicara) dan sebagai bekal saat pelaksanaan
profesi kelak juga sebagai syarat untuk menyelesaikan studi Akademi Kebidanan U`budiyah Banda Aceh.
1.4.2
Bagi Teoritis
Dapat memberi nilai, sumber keperpustakaan dan pengetahuan tentang pelayanan/asuhan standar “7T” (timbang
berat badan, ukur tekanan darah, pemberian imunisasi TT, pemberian tablet Fe, tes PMS, dan temu wicara) dan
diharapkan dapat dijadikan referensi bagi peneliti yang akan datang.
1.4.3
Bagi Praktisi
Diharapkan penelitian ini bisa bermamfaat terhadap pelayanan/asuhan standar “7T” (timbang berat badan, ukur
tekanan darah, pemberian imunisasi TT, pemberian tablet Fe, tes PMS, dan temu wicara), sehingga dapat
mengubah presepsi tentang masalah yang ditemukan dalam waktu penelitian.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1
Kehamilan
2.1.1 Pengertian / Definisi Kehamilan
Pengertian Kehamilan adalah suatu keadaan dimana terjadi pembuahan ovum oleh spermatozoa yang kemudian
mengalami nidasi pada uterus dan berkembang sampai janin lahir, dimana lamanya hamil normal 32-37 minggu
dihitung dari hari pertama haid terakhir (Billington,2007,).
Kehamilan matur (cukup bulan) berlangsung kira-kira 40 minggu (280 hari) dan tidak lebih dari 43 minggu (300
hari). Kehamilan yang berlangsung antara 28 dan 36 minggu disebut kehamilan prematur, sedangkan bila lebih
dari 43 minggu disebut kehamilan postmatur (Mansjoer, dkk, 2001).
Proses terjadinya kehamilan merupakan mata rantai yang berkesinambungan dan terdiri dari :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Ovulasi pelepasan ovum
Terjadinya migrasi sperma dan ovum
Terjadinya konsepsitas dan pertumbuhan zigot
Terjadi nidasi pada uterus
Pembentukan plasenta
Tumbuh kembang hasil konsepsi sampai hamil (Manuaba, 2005).
2.2 Asuhan Antenatal (ANC) Ibu Hamil
Pelayanan antenatal ibu hamil adalah pelayanan kesehatan yang diberikan pada ibu selama kehamilan yang
sesuai dengan pedoman pelayanan antenatal yang diperlukan
Menurut Saifuddin, dkk (2002) tujuan asuhan antenatal adalah sebagai berikut:
1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi.
2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik mental dan sosial ibu dan bayi.
3. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang terjadi selama hamil, termasuk
riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan.
4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat ibu maupun bayinya dengan
trauma seminimal mungkin.
5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian asi ekslusif.
6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang
secara normal.
2.3 Pelayanan/Asuhan Standar “7T”
2.3.1 Timbang berat badan
Pada dasarnya ibu hamil dianjurkan untuk makan empat sehat lima sempurna. Karena kebutuhan akan protein
dan bahan makanan tinggi, dianjurkan tambahan sebuah telur sehari. Nilai gizi ibu hamil dapat ditentukan
dengan bertambahnya berat badan sekitar 6,5 sampai 15 kg selama hamil (Manuaba, 2005).
Berat badan diukur dalam kg tanpa sepatu dan memakai pakaian yang seringan-ringannya . Berat badan yang
bertambah terlalu besar atau kurang perlu mendapatkan perhatian khusus karena memungkinkan terjadi penyulit
kehamilan. Kenaikan berat badan tidak boleh lebih dari ½ kg/minggu segera rujuk (IBI,2005).
2.3.2 Ukur tekanan darah
Mengukur tekanan darah dengan posisi ibu hamil duduk atau berbaring, posisi tetap sama pada pemeriksaan
pertama maupun berikutnya. Letakkan tensimeter di permukaan yang dasar setinggi jantungnya. Gunakan
ukuran manset yang sesuai. Tekanan darah di atas 140/90 mmHg atau peningkatan distol 15 mmHg/lebih
sebelum kehamilan 20 minggu atau paling sedikit pada pengukuran dua kali berturut-turut pada selisih waktu 1
jam berarti ada kenaikan nyata dan ibu perlu dirujuk (IBI,2005).
Tekanan darah adalah suatu desakan dari dinding pembuluh darah berdasarkan kontraksi-kontraksi kembang
kempisnya jantung. Keterangan:
1. Jika jantung menguntup (berkontraksi) didapatkan tekanan darah tertinggi pada arteri. Tekanan ini
dinamakan “systole”. Tekanan systole yang normal adalah 120 mmHg.
2. Waktu jantung mengembang (berdilatasi) didapatkan tekanan terendah di dalam arteri dan tekanan ini
disebut “Diastole”. Diastole yang normal adalah 80 mmHg.
3. Antara tekanan systole dan diastole terdapat perbedaan 40 mmHg. Bila perbedaan ini lebih dari 10
mmHg atau kurang dari 10 mmHg masih dianggap normal. Perbedaan ini disebut “Pulse Pressure”
(Salmah ,dkk 2008)
2.3.3 Ukur tinggi fundus uteri
Pertumbuhan janin dimulai dari tingginya fundus uteri. Semakin tua umur kehamilan, maka semakin
tinggi fundus uteri; namun pada umur kehamilan 9 bulan fundus uteri akan turun kembali karena kepala janin
telah turun/masuk panggul. Pada kehamilan 12 minggu fundus uteri biasanya sedikit di atas tulang pubis. Pada
kehamilan 24 minggu fundus uteri teraba bulat. Secara kasar dapat dipakai pegangan bahwa setiap bulannya
fundus naik 2 jari, tetapi perhitungan tersebut sering kurang tepat karena ukuran jari pemeriksaan sangat
bervariasi (Pedoman Pelayanan Kebidanan Dasar, 2000).
Tinggi fundus uteri ditentukan dalam cm yaitu jarak antara symphisis dan puncak tinggi fundus uteri
menunjukkan umur kehamilan. Tinggi fundus uteri menunjukkan umur kehamilan. Tinggi fundus uteri mulai
dapat diukur dengan pita pengukur yang terbuat dari kain (centimeter : cm) pada umur kehamilan 12 minggu
(Depkes, 2000).
Contoh Umur Kehamilan
12 Minggu
Tinggi Fundus
12 cm
16 Minggu
16 cm
20 Minggu
20 cm
24 Minggu
24 cm
28 Minggu
28 cm
32 Minggu
32 cm
36 Minggu
36 cm
Jika hasilnya berbeda dengan perkiraan umur kehamilan (dalam minggu) lebih dari 3 cm, atau pertumbuhan
janin lambat/tidak ada, ibu perlu dirujuk (SPK, 2002).
2.3.4 Pemberian imunisasi (tetanus toksoid) TT lengkap
Imunisasi TT diberikan 2x yaitu pada kunjungan pertama dan kemudian interval 4 mg, tanpa pandang
usia kehamilan. Bila pernah menerima TT 2x pada kehamilan terdahulu, maka hanya diberi TT 1x imunisasi TT
bertujuan melindungi bayi dan ibu terhadap penyakit tetanus (Depkes ,2000).
Vaksin TT diberikan sedini mungkin dengan dosis pemberian 0,5 cc I.M (intra muskulair) di lengan
atas/paha/bokong. Khusus untuk calon pengantin diberikan imunisasi TT 2x dengan interval 4 minggu.
Usahakan TT1 dan TT2 diberikan sebelum menikah (Depkes, 2000).
Antigen
TT1
TT2
TT3
TT4
TT5
Interval (Selama waktu
Minimal)
Pada kunjungan antenatal
pertama
4 minggu setelah TT1
6 minggu setelah TT2
1 tahun setelah TT3
1 tahun setelah TT4
-
Perlindungan
(%)
-
3 tahun
80
5 tahun
95
10 tahun
99
Lama Perlindungan
25 tahun/seumur hidup 99
Keterangan: artinya apabila dalam waktu 3 tahun WUS tersebut melahirkan, maka bayi yang dilahirkan akan
terlindung daari TN (tetanus neonatorum).
2.3.5 Pemberian tablet zat besi
WHO menganjurkan pemberian ferro sulfat 320 mg (setara dengan 60 mg zat besi) 2 kali sehari bagi semua ibu
hamil. Jika Hb 9 gr% atau kurang dari pada salah satu kunjungan tingkatkan tablet zat besi menjadi 3 kali 1
tablet/hari sampai akhir masa kehamilannya. Kebijakan program KIA di Indonesia saat ini menetapkan:
1. Pemberian tablet Fe (320 mg Fe sulfat dan 0,5 mg asam folat) untuk semua ibu hamil sebanyak 1 kali 1
tablet selama 90 hari. Jumlah tersebut mencukupi kebutuhan tambahan zat besi selama kehamilan, yaitu
100 mg.
2. Bila ditemukan anemia pada ibu hamil, diberikan tablet zat besi 2-3 kali 1 tablet/hari selama 2-3 bulan,
dan dilakukan pemantauan Hb.
3. Pemeriksa sampel tinja untuk melihat kemungkinan adanya cacing tambang dan parasit lainnya.
4. Periksa darah tepi terhadap parasit malaria (di daerah endemik) (Depkes RI, 2000).
Pada setiap kali kunjungan mintalah ibu untuk meminum tablet zat besi yang cukup, hindari meminum teh/kopi
1 jam sebelum/sesudah makan karena dapat mengganggu penyerapan zat besi. Tablet zat besi lebih dapat diserap
jika disertai dengan mengkonsumsi vitamin C yang cukup. Jika vitamin C dikonsumsi ibu dalam makanannya
tidak tercukupi berikan tablet vitamin C 250 mg per hari (Depkes RI, 2000).
2.3.6 Tes terhadap penyakit menular seksual
Pelayanan kebidanan berkaitan erat dengan penyakit melalui hubungan seksual. Penyakit ini tidak hanya
berpengaruh terhadap ibu akan tetapi juga terhadap bayi yang dikandung atau dilahirkan. Beberapa contoh
penyakit melalui hubungan seksual:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Infeksi monilial penyebabnya adalah jamur candida albicans
Infeksi trichomnial disebabkan oleh trichomonas vaginalis
Sifilis disebabkan oleh infeksi treponema pallidum
Gonorrea penyebabnya adalah neisseria gonorea
Herpes genitalis disebabkan oleh virus simleks
Hepatitis disebabkan oleh virus hepatitis
HIV/AIDS, HIV adalah penyebab AIDS
Penyakit hubungan seksual perlu diperiksa/ditangani karena dapat menyebabkan:
1.
2.
3.
4.
Abortus
Cacat bawaan
IUGR-BBLR
IUFD (bayi mati dalam kandungan)
Jika pemeriksaan penyakit hubungan seksual dilakukan sejak dini pada ibu hamil kemungkinan masih dapat
diobati untuk mencegah terjadinya komplikasi terhadap ibu dan bayi yang dikandungnya.(Depkes RI,2000)
2.3.7 Temu wicara pada persiapan rujukan
Pada saat kunjungan antenatal, petugas kesehatan harus menjelaskan pada klien dan suami tentang
kondisi ibu dan janinnya, dan jika penyulit terjadi beritahu ibu suami dan keluarga serta ajak ibu, suami dan
keluarga untuk membahas rujukan dan rencana rujukan. Rujukan tepat waktu merupakan unggulan asuhan
sayang ibu dalam mendukung keselamatan ibu.
Persiapan-persiapan dan informasi yang dapat dimasukkan dalam rencana rujukan:
1. Siapa yang akan menemani ibu atau bayi baru lahir
2. Tempat rujukan mana yang lebih disukai ibu dan keluarga (jika ada lebih dari satu kemungkinan tempat
rujukan, pilih tempat rujukan yang paling sesuai berdasarkan jenis asuhan yang diperlukan)
3. Sarana transportasi yang akan digunakan dan siapa yang akan mendampingi mengendarainya.
Transportasi harus tersedia segera, baik siang maupun malam.
4. Orang yang ditunjuk menjadi donor darah, jika tranfusi darah diperlukan
5. Uang yang disisihkan untuk asuhan medis, transportasi, obat-obatan dan bahan-bahan.
6. Siapa yang akan tinggal dan menemani anak-anak yang lain pada saat ibu tidak di rumah (APN, 2003).
2.4
Bidan
2.4.1
Pengertian Bidan
Beberapa pendapat mendefinisikan bidan meliputi antara lain yaitu, bidan adalah seorang wanita yang
mengikuti pendidikan kebidanan yang diakui oleh pemerintah dan telah menyelesaikan pendidikan tersebut dan
lulus ujian yang ditentukan, serta memperoleh ijazah yang terdaftar sebagai persyaratan selama untuk melakukan
praktik sesuai profesinya (Marsifan, 2007).
Bidan adalah seseorang yang mengikuti secara teratur suatu program pendidikan yang di akui oleh
pemerintah dimana pendidikan tersebut berada dengan baik menyelesaikan semua pelajaran dalam kebidanan
yang ditentukan serta telah memperoleh dan memenuhi syarat-syarat kecakapan yang diperlukan untuk dicabut
(register) dan diberikan izin secara sah untuk menjalankan praktek sebagai bidan (IBI).
Definisi bidan menurut International Confedetion of Midwives (ICM) adalah seseorang yang telah
berhasil dan sukses menyelesaikan pendidikan bidan yang terakreditasi dan di akui negara, telah memperoleh
kualifikasi yang dibutuhkan untuk didaftarkan mendapat sertifikat dan secara resmi di beri lisensi untuk
melakukan praktek kebidanan (Estiwidani, 2008).
Definisi bidan di Indonesia adalah seorang wanita yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan
kebidanan yang telah di akui pemerintah dan telah lulus ujian sesuai dengan persyaratan yang berlaku dan
memperoleh kualifikasi untuk registrasi dan memperoleh izin untuk melaksanakan praktek kebidanan
(Estiwidani, 2008).
2.4.2
Peran Bidan
Menurut Henderson C (2006) dalam buku konsep kebidanannya mengungkapkan peran bidan meliputi
area kehamilan, persalinan dan masa nifas, seperti yang dicerminkan dalam definisi seorang bidan yang dibuat
oleh PBB yaitu “Bidan memiliki tugas penting dalam member konseling dan penyuluhan tentang kesehatan,
tidak hanya kepada para pasien, tetapi juga di dalam keluarga dan komunitas”.
Sementara Purwandani (2008) mengelompokkan peran bidan sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
2.4.3
Peran sebagai pelaksana
Peran sebagai pengelola
Peran sebagai pendidik
Peran sebagai peneliti
Wewenang Bidan
Wewenang seorang bidan telah diatur dalam Kep MenKes No 900/MenKes/SK/VII/2002 tentang
registrasi dan praktek bidan, disini bidan berwewenang untuk melakukan atau memutuskan sesuatu hal yang
berhubungan dengan pekerjaannya. Jadi, dalam menjalankan tugasnya bidan mempunyai wewenang, antara lain:
1. Wewenang umum yaitu wewenang yang diberikan untuk melaksanakan tugas yang dapat dipertanggung
jawabkan secara mandiri.
2. Wewenang khusus yaitu wewenang untuk melaksanakan kegiatan yang memerlukan pengawasan
dokter, tanggung jawab pelaksanaannya berada pada dokter yang memberikan wewenang tersebut.
3. Wewenang kedaruratan yaitu untuk melakukan pertolongan pertama untuk menyelamatkan tindakan
darurat bidan diwajibkan membuat laporan ke Puskesmas di wilayah kerjanya.
Wewenang tambahan yaitu wewenang yang dapat diberi oleh atasannya dalam pelasanaan kesehatan
masyarakat lainnya, sesuai dengan program Pemerintah, Pendidikan dan Pelatihan yang diterima.
2.1 Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus tertentu atau
objek. Sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat di tafsirkan terlebih dahulu dari prilaku yang
tertutup. Neucomb salah seorang psikologis sosial menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau
kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu, sikap belum merupakan pre
disposisi tindakan atau prilaku (Notoatmojo, 2003).
Sikap merupakan suatu pandangan, tetapi dalam hal itu masih berbeda suatu objek baru menjadi sikap
apabila pengetahuan itu disertai kesiapan untuk bertindak sesuai dengan pengetahuan terhadap objek itu. Sikap
dapat bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif. Dalam sikap positif, kecenderungan sikap adalah mendekati,
menyenangi, mengharapkan objek tertentu, sedangkan dalam sikap negatif terdapat kecenderungan untuk
menjauhi, menghindari, membenci dan tidak menyukai objek tertentu (Notoadmojo,2003)
Dalam bagian lain Alfort (1945) dalam Sukidjo Notoadmojo (1996) menjelaskan bahwa setiap
mempunyai komponen pokok yaitu kepercayaan (kayakinan), keluarga dan konsep terhadap suatu objek,
kehidupan emosional terhadap suatu objek, kecenderungan untuk bertindak. Sikap terdiri dari berbagai tindakan:
1. Menerima (receiving)
Diartikan bahwa orang atau subjek mau dan memperhatikan stimulasi yang diberikan atau objek.
2. Merespon (responding)
Yaitu jawaban apabila ditanya mengerjakan sesuatu dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah
suatu indikasi dari sikap.
3. Menghargai (valving)
Yaitu mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu
masalah.
2.2 Pengetahuaan
2.2.1 Pengertian
Menurut Notoadmodjo (2003), pengetahuan merupakan hasil dari setelah seorang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Sebahagian besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kongnitif merupakan domonan (kawasan) yang sangat penting dalam
membentuk tindakan seseorang (overt behavior).
Notoadmodjo (2003), bahwa pengetahuan dipengaruhi oleh pendidikan , media, dan keterpaparan
informasi. Semakin tinggi tingkat pendidikan akan menyebabkan seseorang akan semakin cepat mengerti dan
paham terhadap informasi yang disampaikan dan tanggapan terhadap lingkungannya. Selain itu, tingkat
pendidikan merupakan salah satu faktor yang memotivasi individu dalam berprilaku, dimana semakin tinggi
tingkat pendidikan, diharapkan perilaku kesehatan semakin baik.
2.2.2 Tingkat Pengetahuan
Tingkat pengetahuan yang tercakup dalam dominan kongnitif mempunyai 6 ( enam) tingkatan menurut
Notoadmodjo (2003) yaitu:
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam
pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari
atau rangsangan yang telah diterima.
1. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang
diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek
atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya
terhadap objek yang dipelajari.
1. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi adalah kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi
real (sebenarnya).
1. Analisis (Analysis)
Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen – komponen,
tetapi masih didalam struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.
1. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menujuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian–bagian
didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
1. Evaluasi ( Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu
materi atau objek, Penilaian - penilaian itu di dasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri menggunakn
kriteria – kriteria yang telah ada.
2.2.3
Sumber pengetahuan
Adapun sumber dari pengetahuan menurut Meliono (2007), dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :
1. Pendidikan
Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok dan
juga usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, maka jelas dapat kita kerucutkan
sebuah visi pendidikan yaitu mencerdaskan manusia.
1. Media
Media yang secara khusus di desain untuk mencapai masyarakat yang sangat luas. Jadi contoh dari media massa
ini adalah televisi, radio, koran, dan majalah.
1. Keterpaparan informasi
Informasi adalah sesuatu yang dapat diketahui. Namun ada pula yang menekankan informasi sebagai transfer
pengetahuan. Selain daripada istilah itu informasi juga memiliki arti yang lain sebagaimana diartikan oleh RUU
teknologi informasi yang mengartikannya sebagai suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan,
memanipulasi, mengumumkan, menganalisa
Post date: 2014-07-24 03:49:49
Post date GMT: 2014-07-24 03:49:49
Post modified date: 2016-05-14 07:44:30
Post modified date GMT: 2016-05-14 07:44:30
Powered by [ Universal Post Manager ] plugin. MS Word saving format developed by gVectors Team www.gVectors.com
Download