BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Bidan adalah sosok wanita terpercaya dalam mendampingi dan menolong ibu yang melahirkan. Peran dan posisi bidan dimasyarakat sangat dihargai dan dihormati karena tugasnya yang sangat mulia, memberi semangat, membesarkan hati, mendampingi, serta menolong ibu yang melahirkan sampai ibu dapat merawat bayinya dengan baik. Bidan sebagai pekerja profesional dalam menjalankan tugas dan prakteknya, bekerja berdasarkan keilmuan, metode kerja, standar praktik pelayanan serta kode etik yang dimilikinya. B. TUJUAN Tujuan dari wawancara dengan seorang bidan adalah sebagai berikut : 1. Agar mengetahui profesi bidan. 2. Untuk mengetahui Tugas-tugas seorang bidan. 3. Kehidupan bidan dalam keluarga dan masyarkat. 4. Agar mengetahui apa itu dukun. 5. Bagaimana cara menangani persalinan. 6. Kehidupan dukun dimasyarakat. C. NARASUMBER Sebagai narasumber untuk wawancara adalah Ibu Ruswati Handayani Amd, Keb seorang bidan dilingkungan Desa Plelen kecamatan Gringsing dan juga bertugas di Puskesmas kecamatan Gringsing. Dan Mbah Juwariyah biasa disapa Mbah Ju seorang dukun beranak di Desa Penaruban Kecamatan Weleri. 1 BAB II PEMBAHASAN A. PENGERTIAN BIDAN Bidan adalah seorang yang telah menjalani program pendidikan bidan yang diakui oleh negara tempat ia tinggal, dan telah berhasil menyelesaikan studi terkait serta memenuhi persyaratan untuk terdaftar dan atau memiliki izin formal untuk praktek bidan. Yang diakui sebagai seorang profesional yang bertanggungjawab, bermitra dengan perempuan dalam memberikan dukungan, asuhan dan nasehat yang diperlukan selama kehamilan, persalinan dan nifas, memfasilitasi kelahiran atas tanggung jawabnya sendiri serta memberikan asuhan kepada bayi baru lahir dan anak. B. PENGERTIAN DUKUN BAYI Menurut DepKes RI (1994 ) Paraji adalah seorang anggota masyarakat pada umumnya seorang wanita yang mendapat kepercayaan serta memiliki keterampilan dalam menolong persalinan secara tradisional dan memperoleh keterampilan tersebut dengan secara turun temurun, belajar secara praktis atau dengan cara lain yang menjurus kearah peningkatan keterampilan bidan serta melalui petugas kesehatan”. Paraji adalah orang yang dianggap terampil dan dipercaya oleh masyarakat untuk menolong persalinan dan perawatan ibu dan anak sesuai kebutuhan masyarakat”. 2 C. ISI WAWANCARA DENGAN BIDAN 1. Apa sekolah ibu sebelum menjadi bidan ? Sekolah yang dijalani yaitu D1 Sekolah Perawat Kesehatan. Kemudian melanjutkan di Akademi Kebidanan Pemerintah Kabupaten Kendal ke jenjang D3. 2. Berapa lama untuk sekolah dalam bidang kebidanan ? Untuk jenjang D1 ditempuh selama satu tahun. Sedangkan untuk D3 ditempuh selama tiga tahun. 3. Apa yang diajarkan dalam sekolah kebidanan ? Disekolah kebidanan diajarkan berbagai ilmu tentang kesehatan, terutama kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, nifas, KB, BBL, dan anak. 4. Apa syarat menjadi bidan ketika telah lulus sekolah ? Setelah lulus, untuk menjadi seorang bidan harus mengajaukan permohonan kepihak berwenang agar mendapat status bidan resmi serta lisensi untuk membuka praktek sebagi bidan SIKB. Syarat untuk mendapatkan Surat Izin Kerja Bidan (SIKB) dan Surat Izin Praktek Bidan (SIPB) adalah Surat Tanda Registrasi (STR).Sedangkan syarat untuk mendapatkan STR adalah sumpah atau janji bidan dan uji kompetensi. SIKB untuk bidan yang bekerja di desa atau yang punya wilayah kerja dan tidak diperbolehkan untuk menolong persalinan diluar wilayah kerjanya.Sedangkan SIPB, diterapkan bagi bidan yang bekerja di Rumah sakit (RS), Bidan Praktek Swasta (BPS) dan Puskesmas yang tidak mempunyai wilayah kerja. 5. Apa tugas utama bidan ? Tugas mandiri bidan yaitu a. Menetapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan yang diberikan. 3 b. Memberi pelayanan dasar pra nikah pada remaja dengan melibatkan mereka sebagai klien. c. Memberi asuhan kebidanan kepada klien selama kehamilan normal. d. Memberikan asuhan kebidanan kepada klien dalam masa persalinan dengan melibatkan klien /keluarga. e. Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir. f. Memberikan asuhan kebidanan kepada klien dalam masa nifas dengan melibatkan klien /keluarga. g. Memberikan asuhan kebidanan pada wanita usia subur yang membutuhkan pelayanan KB. h. Memberikan asuhan kebidanan pada wanita dengan gangguan sistem reproduksi dan wanita dalam masa klimakretium dan nifas. 6. Apa ada tantangan ketika awal menjadi bidan ? Pada awal bertugas didesa tantangan utama adalah tidak dipercaya oleh masyarakat sekitar. 7. Apakah setiap desa memiliki bidan masing-masing? Iya masing masing desa mempunyai bidan. 8. Apakah ada persaingan antara sesama bidan di desa? Tidak ada. Pasien berhak menentukan pada siapa bidan yang dipercaya. 9. Apa ibu tergabung dalam Ikatan Bidan Indonesia (IBI)? Ya. Pasti. Karena ketika kita menjadi seorang bidan maka kita akan terdaftar di keanggotaan IBI. 10. Sejak kapan ibu masuk dalam keanggotaan IBI? Sejak saya menjadi bidan yaitu pada tahun 1991. 4 11. Apakah ibu mengalami kesulitan dalam membagi waktu untuk keluarga selama menjadi bidan? Tidak. Karena saya membuka praktek dirumah jadi tidak mengganggu waktu saya dengan keluarga. D. ISI WAWANCARA DENGAN DUKUN BAYI 1. Sudah berapa lama ibu menjadi dukun bayi? Saya menjadi dukun bayi kira-kira sudah 20 tahun lebih. 2. Apakah ada pelatihan khusus sebelum menjadi dukun bayi? Ada. Saya mendapat ketrampilan dari ibu mertua saya. Kemudian saya sekolah, saya mendapat pelatihan dari puskesmas dan dari bidan desa. 3. Apakah ada surat keterangan atau sertifikat yang di dapat setelah mengikuti pelatihan? Ada. Tetapi surat tersebut masih di bidan tempat kami mendapat pelatihan. 4. Bagaimana ibu melakukan perawatan pada bayi baru lahir? Pertama kali memotong tali pusar, diberi betadine, dimandiin, dibedakin, dipakaikan baju kemudian di bedong. 5. Apakah ada mantra-mantra yang dipakai pada dukun bayi? Untuk yang diucapkan tidak ada. Hanya keyakinan dalam diri dan doa untuk keselamatan ibu dan bayi. 6. Apakah di setiap desa terdapat dukun bayi? Di desa Penaruban hanya saya yang menjadi dukun bayi yang memiliki sertifikat. 7. Apakah ada penerus dari keluarga mbah? Belum ada. Karena anak saya laki-laki dan yang perempuan masih muda. 8. Apakah sampai sekarang masih menolong persalinan? 5 Masih tapi sekarang dengan didampingi oleh bidan setempat agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. 9. Apa kesibukan ibu selain menjadi dukun bayi? Biasanya saya memijat ibu yang mengeluh perutnya sakit dan bayi. 10. Apakah ada perkumpulan antar dukun bayi? Iya ada. Biasanya berkumpul di puskesmas Weleri setiap hari Rabu pahing. Kadang juga pada hari jum’at. 6 BAB III PENUTUP A. SIMPULAN Bidan adalah seorang yang lulus sekolah kebidanan yang diakui oleh negara tempat ia tinggal, dan telah berhasil menyelesaikan studi terkait serta memenuhi persyaratan untuk terdaftar dan atau memiliki izin formal untuk praktek bidan. Bidan adalah pelayan kesehatan yang berkonsentrasi pada kesehatan ibu dan bayi. Dengan ditempatkan diwilayh desa tentulah merupakan pelayan kesehatan tingkat dasar sebuah masayarakat. Dukun bayi adalah seorang anggota masyarakat, pada umumnya seorang wanita yang mendapat kepercayaan serta memiliki ketrampilan menolong persalinan secara tradisional, dan memperoleh ketrampilan tersebut dengan : secara turun temurun, belajar secara praktis, atau cara lain yang menjurus ke arah peningkatan ketrampilan tersebut serta melalui petugas kesehatan. B. SARAN Pemerintah mendukung program bidan dengan cara meningkatkan kwalitas sumber daya manusia melalui penyediaan fasilitas kesehatan yang memadai. Penyuluhan juga perlu dilakukan untuk membuka mata masyarakat agar melakukan persalinan pada tenanga kesehatan yang ada. 7 DAFTAR PUSTAKA http://www.bascommetro.com/2011/04/definisi-dukun-bayi.html http://phiaka.blogspot.com/p/pengertian-filosofi-dan-definisi-bidan.html 8 LAMPIRAN A. Dokumentasi dengan ibu Ruswati Handayani Amd, Keb B. Dokumentasi dengan Mbah Juwariyah (Dukun Bayi) 9