BAB I-BAB IV - Karya Tulis Ilmiah

advertisement
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Sejak dicanangkannya MDGs ( Millenium Development Goals) , AKI di
Indonesia memang telah mengalami penurunan, tetapi akibat komplikasi kehamilan
atau persalinan yang belum sepenuhnya dapat ditangani, masih terdapat 20.000 ibu
yang meninggal setiap tahunnya, Badan Pusat Statistik (BPS) memproyeksikan
bahwa pencapaian AKI baru mencapai angka 163 kematian ibu melahirkan per
100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 , sedangkan target MDGs pada tahun 2015
tersebut adalah 102.( tim Penyusunan Laporan Tujuan Pembangunan Millenium
(MDGs) Indonesia, 2009).
WHO memperkirakan bahwa sekitar 15% dari seluruh wanita yang hamil
akan mengalami komplikasi yang berkaitan dengan kehamilannya serta dapat
mengancam jiwanya .Sebagian besar dari 5.600.000 orang wanita hamil di Indonesia
,akan mengalami suatu komplikasi atau masalah yang berakibat fatal .Data tersebut
menunjukkan ,untuk bisa efektif dalam meningkatkan keselamatan ibu dan bayi baru
lahir , maka asuhan antenatal harus lebih difokuskan (WHO,2001)
Beberapa pendapat mendefinisikan bidan meliputi antara lain yaitu, bidan
adalah seorang wanita yang mengikuti pendidikan kebidanan yang diakui oleh
pemerintah dan telah menyelesaikan pendidikan tersebut dan lulus ujian yang
2
ditentukan, serta memperoleh ijazah yang terdaftar sebagai persyaratan selama
untuk melakukan praktik sesuai profesinya (Marsifan, 2007).
Untuk membantu pemerintah dalam mencapai penurunan AKI di Indonesia,
maka pemerintah Propinsi Aceh mempunyai target cakupan pelayanan antental (K4)
84% dengan akses pelayanan antenatal (K4) 92,2% cakupan antenatal (K4) tahun
2004 mencapai 81,75% sudah hampir memenuhi target yang ditetapkan oleh
pemerintah Propinsi Aceh. Sedang target cakupan pelayanan antenatal (K4) di
Kabupaten Aceh Utara 82% baru terlaksana 78,73%. Adapun akses pelayanan
antenatal (K1) 85,7% (Dinkes Propinsi Aceh, 2004).
Di Puskesmas Bayu sendiri mempunyai target cakupan pelayanan antenatal
(K4) 80%, target akses pelayanan antenatal (K1) 88%. Sedangkan jumlah akses
(K1) pada bulan Januari di Puskesmas Bayu sendiri adalah 6,5%, cakupan
pelayanan antenatal (K4) bulan Januari 5,8% ( Puskesmas Bayu, 2011 )
Dengan target cakupan pelayanan antenatal yang telah ditetapkan oleh
pemerintah Propinsi Aceh dan Kabupaten Aceh Utara serta Puskesmas Bayu
khususnya dapat membantu pemerintah dalam menurunkan AKI di Indonesia
melalui pelayanan antenatal. Pelayanan antenatal diberikan oleh petugas kesehatan
baik yang bekerja di instansi pemerintah maupun swasta. Pelayanan antenatalpun
diberikan di Puskesmas-Puskesmas yang tersebar di Indonesia. Saat ini dalam
pelaksanaannya, Puskesmas menghadapi banyak masalah ( Dinkes,Aceh Utara,2011
)
3
Puskesmas
dalam
memberikan
pelayanan
antenatal
hendaknya
menggunakan asuhan standar minimal yang telah ditetapkan oleh pemerintah sejak
tahun 1999 menjadi standar “7T” yang dahulunya hanya “5T”. Standar minimal ibu
hamil “7T” tersebut yaitu timbang berat badan, ukur tekanan darah, ukur tinggi
fundus uteri, pemberian imunisasi TT, pemberian tablet Fe, tes penyakit menular
seksual serta temu wicara dalam rangka persiapan rujukan ( Rukiyah dkk, 2007).
Dari data pra survey yang dilakukan di Puskesmas Bayu Kabupaten Aceh
Utara, pelaksanaan pelayanan 7T di wilayah kerja Puskesmas Bayu rata-rata
60,05% pada bulan Januari sampai Desember 2010 . Untuk rata-rata kunjungan ibu
hamil di wilayah kerja Puskesmas Bayu Kabupaten Aceh Utara setiap bulannya 45
orang dari Januari sampai September 2011 ,ibu hamil yang berkunjung untuk
memeriksakan kehamilannya ( Data Puskesmas Bayu, 2011).
Berdasarkan banyaknya kunjungan ibu hamil di Puskesmas Bayu dan
anjuran Pemerintah untuk melaksanakan standar pelayanan kebidanan 7T dan
menurunnya cakupan K4 di puskesmas Bayu maka penulis tertarik untuk
mengetahui Bagaimana Pengetahuan dan Sikap Bidan Terhadap Pelaksanaan 7T
pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Bayu Kabupaten Aceh Utara.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka rumusan
masalah pada karya tulis ilmiah ini yaitu bagaimana gambaran pelaksanaan Bidan
4
terhadap 7 T Pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Bayu Kabupaten Aceh
Utara pada tahun 2011?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1
Tujuan Umum
Untuk mengetahui bagaimana gambaran pelaksanaan bidan terhadap
7T pada ibu hamil di Puskesmas bayu Kabupaten Aceh Utara pada tahun
2011.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Untuk
mengidentifikasikan
pengetahuan
bidan
terhadap
pelaksanaan 7T di Puskesmas Bayu Kabupaten Aceh Utara
pada tahun 2011.
b. Untuk mengidentifikasikan Sikap bidan terhadap pelaksanaan 7
T di Puskesmas Bayu Kabupaten Aceh Utara pada tahun 2011.
1.4 Manfaat penelitian
1.4.1
Bagi Peneliti
Sebagai penerapan mata kuliah Metodologi Penelitian dan menambah
pengalaman dalam penulisan KTI, serta sebagai masukan pengetahuan
tentang pelayanan/asuhan standar 7T (timbang berat badan, ukur tekanan
5
darah, pemberian imunisasi TT, pemberian tablet Fe, tes PMS, dan temu
wicara) dan sebagai bekal saat pelaksanaan profesi kelak juga sebagai syarat
untuk menyelesaikan studi Akademi Kebidanan U`budiyah Banda Aceh.
1.4.2
Bagi Teoritis
Dapat memberi nilai, sumber keperpustakaan dan pengetahuan tentang
pelayanan/asuhan standar “7T” (timbang berat badan, ukur tekanan darah,
pemberian imunisasi TT, pemberian tablet Fe, tes PMS, dan temu wicara)
dan diharapkan dapat dijadikan referensi bagi peneliti yang akan datang.
1.4.3
Bagi Praktisi
Diharapkan penelitian ini bisa bermamfaat terhadap pelayanan/asuhan
standar “7T” (timbang berat badan, ukur tekanan darah, pemberian imunisasi
TT, pemberian tablet Fe, tes PMS, dan temu wicara), sehingga dapat
mengubah presepsi tentang masalah yang ditemukan dalam waktu
penelitian.
6
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1
Kehamilan
2.1.1 Definisi Kehamilan
Kehamilan adalah suatu keadaan dimana terjadi pembuahan ovum
oleh spermatozoa yang kemudian mengalami nidasi pada uterus dan
berkembang sampai janin lahir, dimana lamanya hamil normal 32-37
minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir (Billington,2007,).
Kehamilan matur (cukup bulan) berlangsung kira-kira 40 minggu
(280 hari) dan tidak lebih dari 43 minggu (300 hari). Kehamilan yang
berlangsung antara 28 dan 36 minggu disebut kehamilan prematur,
sedangkan bila lebih dari 43 minggu disebut kehamilan postmatur
(Mansjoer, dkk, 2001).
Proses
terjadinya
kehamilan merupakan mata rantai
berkesinambungan dan terdiri dari :
a. Ovulasi pelepasan ovum
b. Terjadinya migrasi sperma dan ovum
c. Terjadinya konsepsitas dan pertumbuhan zigot
d. Terjadi nidasi pada uterus
e. Pembentukan plasenta
yang
7
f. Tumbuh kembang hasil konsepsi sampai hamil (Manuaba, 2005).
2.2
Asuhan Antenatal (ANC) Ibu Hamil
Pelayanan antenatal ibu hamil adalah pelayanan kesehatan yang diberikan
pada ibu selama kehamilan yang sesuai dengan pedoman pelayanan antenatal yang
diperlukan
Menurut Saifuddin, dkk (2002) tujuan asuhan antenatal adalah sebagai
berikut:
a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh
kembang bayi.
b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik mental dan sosial ibu dan
bayi.
c. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang terjadi
selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan
pembedahan.
d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat ibu
maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
e. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian asi
ekslusif.
f. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar
dapat tumbuh kembang secara normal.
8
2.3
Pelayanan/Asuhan Standar “7T”
2.3.1
Timbang berat badan
Pada dasarnya ibu hamil dianjurkan untuk makan empat sehat
lima sempurna. Karena kebutuhan akan protein dan bahan makanan tinggi,
dianjurkan tambahan sebuah telur sehari. Nilai gizi ibu hamil dapat
ditentukan dengan bertambahnya berat badan sekitar 6,5 sampai 15 kg
selama hamil (Manuaba, 2005).
Berat badan diukur dalam kg tanpa sepatu dan memakai pakaian
yang seringan-ringannya . Berat badan yang bertambah terlalu besar atau
kurang perlu mendapatkan perhatian khusus karena memungkinkan terjadi
penyulit kehamilan. Kenaikan berat badan tidak boleh lebih dari ½
kg/minggu segera rujuk (IBI,2005).
2.3.2
Ukur tekanan darah
Mengukur tekanan darah dengan posisi ibu hamil duduk atau
berbaring, posisi tetap sama pada pemeriksaan pertama maupun berikutnya.
Letakkan tensimeter di permukaan yang dasar setinggi jantungnya.
Gunakan ukuran manset yang sesuai. Tekanan darah di atas 140/90 mmHg
atau peningkatan distol 15 mmHg/lebih sebelum kehamilan 20 minggu atau
paling sedikit pada pengukuran dua kali berturut-turut pada selisih waktu 1
jam berarti ada kenaikan nyata dan ibu perlu dirujuk (IBI,2005).
9
Tekanan darah adalah suatu desakan dari dinding pembuluh darah
berdasarkan kontraksi-kontraksi kembang kempisnya jantung. Keterangan:
a. Jika jantung menguntup (berkontraksi) didapatkan tekanan darah
tertinggi pada arteri. Tekanan ini dinamakan “systole”. Tekanan systole
yang normal adalah 120 mmHg.
b. Waktu jantung mengembang (berdilatasi) didapatkan tekanan terendah
di dalam arteri dan tekanan ini disebut “Diastole”. Diastole yang
normal adalah 80 mmHg.
c. Antara tekanan systole dan diastole terdapat perbedaan 40 mmHg. Bila
perbedaan ini lebih dari 10 mmHg atau kurang dari 10 mmHg masih
dianggap normal. Perbedaan ini disebut “Pulse Pressure” (Salmah ,dkk
2008)
2.3.3
Ukur tinggi fundus uteri
Pertumbuhan janin dimulai dari tingginya fundus uteri. Semakin tua
umur kehamilan, maka semakin tinggi fundus uteri; namun pada umur
kehamilan 9 bulan fundus uteri akan turun kembali karena kepala janin
telah turun/masuk panggul. Pada kehamilan 12 minggu fundus uteri
biasanya sedikit di atas tulang pubis. Pada kehamilan 24 minggu fundus
uteri teraba bulat. Secara kasar dapat dipakai pegangan bahwa setiap
bulannya fundus naik 2 jari, tetapi perhitungan tersebut sering kurang tepat
10
karena ukuran jari pemeriksaan sangat bervariasi (Pedoman Pelayanan
Kebidanan Dasar, 2000).
Tinggi fundus uteri ditentukan dalam cm yaitu jarak antara
symphisis dan puncak tinggi fundus uteri menunjukkan umur kehamilan.
Tinggi fundus uteri menunjukkan umur kehamilan. Tinggi fundus uteri
mulai dapat diukur dengan pita pengukur yang terbuat dari kain (centimeter
: cm) pada umur kehamilan 12 minggu (Depkes, 2000).
Contoh Umur Kehamilan
12 Minggu
16 Minggu
20 Minggu
24 Minggu
28 Minggu
32 Minggu
36 Minggu
Tinggi Fundus
12 cm
16 cm
20 cm
24 cm
28 cm
32 cm
36 cm
Jika hasilnya berbeda dengan perkiraan umur kehamilan (dalam
minggu) lebih dari 3 cm, atau pertumbuhan janin lambat/tidak ada, ibu
perlu dirujuk (SPK, 2002).
2.3.4 Pemberian imunisasi (tetanus toksoid) TT lengkap
Imunisasi TT diberikan 2x yaitu pada kunjungan pertama dan
kemudian interval 4 mg, tanpa pandang usia kehamilan. Bila pernah
menerima TT 2x pada kehamilan terdahulu, maka hanya diberi TT 1x
imunisasi TT bertujuan melindungi bayi dan ibu terhadap penyakit tetanus
(Depkes ,2000).
11
Vaksin TT diberikan sedini mungkin dengan dosis pemberian 0,5 cc
I.M (intra muskulair) di lengan atas/paha/bokong. Khusus untuk calon
pengantin diberikan imunisasi TT 2x dengan interval 4 minggu. Usahakan
TT1 dan TT2 diberikan sebelum menikah (Depkes, 2000).
Antigen
TT1
TT2
TT3
TT4
TT5
Interval (Selama waktu
Perlindungan
Lama Perlindungan
Minimal)
(%)
Pada kunjungan antenatal
pertama
4 minggu setelah TT1
3 tahun
80
6 minggu setelah TT2
5 tahun
95
1 tahun setelah TT3
10 tahun
99
1 tahun setelah TT4
25 tahun/seumur
99
hidup
Keterangan: artinya apabila dalam waktu 3 tahun WUS tersebut melahirkan,
maka bayi yang dilahirkan akan terlindung daari TN (tetanus
neonatorum).
2.3.5
Pemberian tablet zat besi
WHO menganjurkan pemberian ferro sulfat 320 mg (setara dengan
60 mg zat besi) 2 kali sehari bagi semua ibu hamil. Jika Hb 9 gr% atau
kurang dari pada salah satu kunjungan tingkatkan tablet zat besi menjadi 3
kali 1 tablet/hari sampai akhir masa kehamilannya. Kebijakan program
KIA di Indonesia saat ini menetapkan:
a. Pemberian tablet Fe (320 mg Fe sulfat dan 0,5 mg asam folat) untuk
semua ibu hamil sebanyak 1 kali 1 tablet selama 90 hari. Jumlah
12
tersebut mencukupi kebutuhan tambahan zat besi selama kehamilan,
yaitu 100 mg.
b. Bila ditemukan anemia pada ibu hamil, diberikan tablet zat besi 2-3
kali 1 tablet/hari selama 2-3 bulan, dan dilakukan pemantauan Hb.
c. Pemeriksa sampel tinja untuk melihat kemungkinan adanya cacing
tambang dan parasit lainnya.
d. Periksa darah tepi terhadap parasit malaria (di daerah endemik)
(Depkes RI, 2000).
Pada setiap kali kunjungan mintalah ibu untuk meminum tablet zat
besi yang cukup, hindari meminum teh/kopi 1 jam sebelum/sesudah makan
karena dapat mengganggu penyerapan zat besi. Tablet zat besi lebih dapat
diserap jika disertai dengan mengkonsumsi vitamin C yang cukup. Jika
vitamin C dikonsumsi ibu dalam makanannya tidak tercukupi berikan
tablet vitamin C 250 mg per hari (Depkes RI, 2000).
2.3.6
Tes terhadap penyakit menular seksual
Pelayanan kebidanan berkaitan erat dengan penyakit melalui
hubungan seksual. Penyakit ini tidak hanya berpengaruh terhadap ibu akan
tetapi juga terhadap bayi yang dikandung atau dilahirkan. Beberapa contoh
penyakit melalui hubungan seksual:
a. Infeksi monilial penyebabnya adalah jamur candida albicans
b. Infeksi trichomnial disebabkan oleh trichomonas vaginalis
13
c. Sifilis disebabkan oleh infeksi treponema pallidum
d. Gonorrea penyebabnya adalah neisseria gonorea
e. Herpes genitalis disebabkan oleh virus simleks
f. Hepatitis disebabkan oleh virus hepatitis
g. HIV/AIDS, HIV adalah penyebab AIDS
Penyakit hubungan seksual perlu diperiksa/ditangani karena dapat
menyebabkan:
1. Abortus
2. Cacat bawaan
3. IUGR-BBLR
4. IUFD (bayi mati dalam kandungan)
Jika pemeriksaan penyakit hubungan seksual dilakukan sejak dini
pada ibu hamil kemungkinan masih dapat diobati untuk mencegah
terjadinya komplikasi terhadap ibu dan bayi yang dikandungnya.(Depkes
RI,2000)
2.3.7
Temu wicara pada persiapan rujukan
Pada saat kunjungan antenatal, petugas kesehatan harus
menjelaskan pada klien dan suami tentang kondisi ibu dan janinnya, dan
jika penyulit terjadi beritahu ibu suami dan keluarga serta ajak ibu, suami
dan keluarga untuk membahas rujukan dan rencana rujukan. Rujukan tepat
14
waktu merupakan unggulan asuhan sayang ibu dalam mendukung
keselamatan ibu.
Persiapan-persiapan dan informasi yang dapat dimasukkan dalam
rencana rujukan:
a. Siapa yang akan menemani ibu atau bayi baru lahir
b. Tempat rujukan mana yang lebih disukai ibu dan keluarga (jika ada
lebih dari satu kemungkinan tempat rujukan, pilih tempat rujukan yang
paling sesuai berdasarkan jenis asuhan yang diperlukan)
c. Sarana transportasi yang akan digunakan dan siapa yang akan
mendampingi mengendarainya. Transportasi harus tersedia segera, baik
siang maupun malam.
d. Orang yang ditunjuk menjadi donor darah, jika tranfusi darah
diperlukan
e. Uang yang disisihkan untuk asuhan medis, transportasi, obat-obatan
dan bahan-bahan.
f. Siapa yang akan tinggal dan menemani anak-anak yang lain pada saat
ibu tidak di rumah (APN, 2003).
2.4
Bidan
2.4.1 Pengertian
Beberapa pendapat mendefinisikan bidan meliputi antara lain yaitu,
bidan adalah seorang wanita yang mengikuti pendidikan kebidanan yang
15
diakui oleh pemerintah dan telah menyelesaikan pendidikan tersebut dan
lulus ujian yang ditentukan, serta memperoleh ijazah yang terdaftar sebagai
persyaratan selama untuk melakukan praktik sesuai profesinya (Marsifan,
2007).
Bidan adalah seseorang yang mengikuti secara teratur suatu
program pendidikan yang di akui oleh pemerintah dimana pendidikan
tersebut berada dengan baik menyelesaikan semua pelajaran dalam
kebidanan yang ditentukan serta telah memperoleh dan memenuhi syaratsyarat kecakapan yang diperlukan untuk dicabut (register) dan diberikan
izin secara sah untuk menjalankan praktek sebagai bidan (IBI).
Definisi bidan menurut International Confedetion of Midwives
(ICM) adalah seseorang yang telah berhasil dan sukses menyelesaikan
pendidikan bidan yang terakreditasi dan di akui negara, telah memperoleh
kualifikasi yang dibutuhkan untuk didaftarkan mendapat sertifikat dan
secara resmi
di beri lisensi untuk melakukan praktek kebidanan
(Estiwidani, 2008).
Definisi bidan di Indonesia adalah seorang wanita yang telah
mengikuti dan menyelesaikan pendidikan kebidanan yang telah di akui
pemerintah dan telah lulus ujian sesuai dengan persyaratan yang berlaku
dan memperoleh kualifikasi untuk registrasi dan memperoleh izin untuk
melaksanakan praktek kebidanan (Estiwidani, 2008).
16
2.4.2 Peran Bidan
Menurut Henderson C (2006) dalam buku konsep kebidanannya
mengungkapkan peran bidan meliputi area kehamilan, persalinan dan masa
nifas, seperti yang dicerminkan dalam definisi seorang bidan yang dibuat
oleh PBB yaitu “Bidan memiliki tugas penting dalam member konseling
dan penyuluhan tentang kesehatan, tidak hanya kepada para pasien, tetapi
juga di dalam keluarga dan komunitas”.
Sementara Purwandani (2008) mengelompokkan peran bidan
sebagai berikut:
a. Peran sebagai pelaksana
b. Peran sebagai pengelola
c. Peran sebagai pendidik
d. Peran sebagai peneliti
2.4.3 Wewenang Bidan
Wewenang seorang bidan telah diatur dalam Kep MenKes No
900/MenKes/SK/VII/2002 tentang registrasi dan praktek bidan, disini
bidan berwewenang untuk melakukan atau memutuskan sesuatu hal yang
berhubungan dengan pekerjaannya. Jadi, dalam menjalankan tugasnya
bidan mempunyai wewenang, antara lain:
a. Wewenang umum yaitu wewenang yang diberikan untuk melaksanakan
tugas yang dapat dipertanggung jawabkan secara mandiri.
17
b. Wewenang khusus yaitu wewenang untuk melaksanakan kegiatan yang
memerlukan pengawasan dokter, tanggung jawab pelaksanaannya
berada pada dokter yang memberikan wewenang tersebut.
c. Wewenang kedaruratan yaitu untuk melakukan pertolongan pertama
untuk menyelamatkan tindakan darurat bidan diwajibkan membuat
laporan ke Puskesmas di wilayah kerjanya.
Wewenang tambahan yaitu wewenang yang dapat diberi oleh
atasannya dalam pelasanaan kesehatan masyarakat lainnya, sesuai dengan
program Pemerintah, Pendidikan dan Pelatihan yang diterima.
2.1 Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap
suatu stimulus tertentu atau objek. Sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya
dapat di tafsirkan terlebih dahulu dari prilaku yang tertutup. Neucomb salah seorang
psikologis sosial menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan
untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu, sikap belum
merupakan pre disposisi tindakan atau prilaku (Notoatmojo, 2003).
Sikap merupakan suatu pandangan, tetapi dalam hal itu masih berbeda suatu
objek baru menjadi sikap apabila pengetahuan itu disertai kesiapan untuk bertindak
sesuai dengan pengetahuan terhadap objek itu. Sikap dapat bersifat positif dan dapat
pula bersifat negatif. Dalam sikap positif, kecenderungan sikap adalah mendekati,
menyenangi, mengharapkan objek tertentu, sedangkan dalam sikap negatif terdapat
18
kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci dan tidak menyukai objek
tertentu (Notoadmojo,2003)
Dalam bagian lain Alfort (1945) dalam Sukidjo Notoadmojo (1996)
menjelaskan bahwa setiap mempunyai komponen pokok yaitu kepercayaan
(kayakinan), keluarga dan konsep terhadap suatu objek, kehidupan emosional
terhadap suatu objek, kecenderungan untuk bertindak. Sikap terdiri dari berbagai
tindakan:
1. Menerima (receiving)
Diartikan bahwa orang atau subjek mau dan memperhatikan stimulasi
yang diberikan atau objek.
2. Merespon (responding)
Yaitu jawaban apabila ditanya mengerjakan sesuatu dan menyelesaikan
tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
3. Menghargai (valving)
Yaitu mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan
dengan orang lain terhadap suatu masalah.
19
2.2 Pengetahuaan
2.2.1 Pengertian
Menurut Notoadmodjo (2003), pengetahuan merupakan hasil dari
setelah seorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Sebahagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan atau kongnitif merupakan domonan (kawasan) yang sangat
penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior).
Notoadmodjo (2003), bahwa pengetahuan dipengaruhi oleh pendidikan
, media, dan keterpaparan informasi. Semakin tinggi tingkat pendidikan akan
menyebabkan seseorang akan semakin cepat mengerti dan paham terhadap
informasi yang disampaikan dan tanggapan terhadap lingkungannya. Selain
itu, tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang memotivasi individu
dalam berprilaku, dimana semakin tinggi tingkat pendidikan, diharapkan
perilaku kesehatan semakin baik.
2.2.2 Tingkat Pengetahuan
Tingkat pengetahuan yang tercakup dalam dominan kongnitif
mempunyai 6 ( enam) tingkatan menurut Notoadmodjo (2003) yaitu:
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini
adalah mengingat kembali (recall) suatu yang spesifik dari seluruh bahan
yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
20
b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah
paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan
contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang
dipelajari.
c. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi adalah kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek kedalam komponen – komponen, tetapi masih didalam struktur
organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menujuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian–bagian didalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru.
f. Evaluasi ( Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek, Penilaian -
21
penilaian itu di dasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri
menggunakn kriteria – kriteria yang telah ada.
2.2.3
Sumber pengetahuan
Adapun sumber dari pengetahuan menurut Meliono (2007),
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :
a. Pendidikan
Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku
seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia melalui
upaya pengajaran dan pelatihan, maka jelas dapat kita kerucutkan sebuah
visi pendidikan yaitu mencerdaskan manusia.
b. Media
Media yang secara khusus di desain untuk mencapai masyarakat
yang sangat luas. Jadi contoh dari media massa ini adalah televisi, radio,
koran, dan majalah.
c. Keterpaparan informasi
Informasi adalah sesuatu yang dapat diketahui. Namun ada pula
yang menekankan informasi sebagai transfer pengetahuan. Selain daripada
istilah itu informasi juga memiliki arti yang lain sebagaimana diartikan
oleh RUU teknologi informasi yang mengartikannya sebagai suatu teknik
untuk mengumpulkan, menyiapkan, memanipulasi, mengumumkan,
menganalisa
22
BAB III
KERANGKA KONSEP
3.1
Variabel Penelitian
Adapun kerangka konsep dengan menggunakan kerangka konsep dari
Notoatmojo 2003, yaitu menilai bidan – bidan di Puskesmas Bayu dalam
pelaksanan 7 T.
Variabel Independent
Variabel Dependent
Pengetahuan
Pelaksanaan 7 T pada Ibu hamil
Sikap
Gambar III.1. kerangka Konsep
23
3.2 Definisi Operasional
No.
Variabel
Cara
Ukur
Alat
Ukur
Skala
Ukur
Hasil
Ukur
Segala bentuk
pelayanan Bidan
kepada Ibu Hamil
yang sesuai
standardan
tahapannya
Penyebaran
Kuisoner
Kuesioner
Ordinal
Melaku
kan
Tdk
melakuk
an
Definisi
Operasional
Dependent
1.
Pelaksanaan 7
T pada Ibu
Hamil
Independent
1.
Pengetahuan
Segala sesuatu
yang diketahui oleh
Bidan dalam
melaksanakan
pemberian
pelayanan pada Ibu
Hamil
Penyebaran
Kuesioner
Kuesioner
Ordinal
Baik
Cukup
Kurang
2.
Sikap
Respon atau prilaku
dari bidan dalam
memberikan
pelayanan
pemeriksaan
kehamilan sesuai
standar 7 T
Penyebaran
Kuesioner
Kuesioner
Ordinal
Positif
Negatif
24
3.2
Metode Pengukuran Variabel
1. Penilaian pengetahuan responden
Untuk mengetahui pengetahuan bidan tentang pelaksanaan 7 T pada ibu
hamil diukur dengan mengajukan 7 pertanyaan. Untuk setiap pertanyaan
kriteria penilaian adalah jika dilakukan nilainya 1 dan jika tidak dilakukan
nilainya 0 (Arikunto, 2006).
Hasil penelitian ini dikatagorikan sesuai dengan ketentuan menurut
Machfoedz (2009), yaitu :
1. Baik : Bila responden mampu menjawab 76-100%, dari seluruh
pertanyaan yang diberikan pada kuesioner.
2. Cukup : Bila responden mampu menjawab 56-75%, dari seluruh
pertanyaan yang diberikan pada kuesioner.
3. Kurang : Bila responden mampu menjawab < 56%, dari seluruh
pertanyaan yang diberikan pada kuesioner.
Untuk mengukur pengetahuan dan sikap Bidan dalam pelaksanaan 7T
digunakan 20 pertanyaan :
1. Variabel pengetahuan
Pengukuran pengetahuan berupa pertanyaan yang berjumlah 10
pertanyaan dengan membuat kuesioner pengetahuan.
Untuk setiap pertanyaan kriteria penilaiannya adalah sebagai berikut :
a. Jika menjawab dengan benar diberi skor 1
25
b. Jika menjawab dengan salah diberi skor 0
Kemudian setelah dilakukan perhitungan maka dapat dikategorikan
berdasarkan kriteria menurut Nursalam (2003) sebagai berikut :
a) Baik
: Bila subjek mampu menjawab dengan benar 76 % - 100
b) Cukup
: Bila subjek mampu menjawab dengan benar 56 % - 75 %
c) Kurang : Bila subjek mampu menjawab dengan benar 40 % - 55 %
2. Variabel Sikap
Pengukuran sikap berupa pertanyaan yang berjumlah 10 pertanyaan
dengan membuat kuesioner sikap atau pendapat.
Pengukuran sikap dilakukan dengan skala likert yaitu : sangat Setuju
(SS), Setuju (S), Ragu-ragu (RR), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju
(STS).
Untuk mengetahui sikap berdasarkan dari jawaban yang telah diberikan
atas pertanyaan maka diperoleh kategori sikap yaitu : positif, bila x ≥ mean dan
negatif, bila x ≤ mean. Dengan menggunakan rumus mean :
x
x
n
Keterangan : x
: rata-rata
∑ x : jumlah variabel
n
: jumlah kasus dari data variabel (Notoatmojo, 2003)
26
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1
Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif analitik yaitu hanya menggambarkan
bagaimana pengetahuan dan Sikap Bidan terhadap pelaksanaan 7 T pada ibu
hamil.
4.2
Populasi dan Sampel
4.2.1
Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah Bidan – bidan yang ada di
wilayah kerja puskesmas Bayu yaitu 46 orang pada Tahun 2011.
4.2.2
Sampel
Sampel dalam penelitian ini diambil secara total sampling, seluruh
populasi dijadikan sampel.
4.3
Lokasi dan Waktu Penelitian
4.3.1
Lokasi
Lokasi yang dipilih dalam penelitian ini adalah di Wilayah Kerja
Puskesmas Bayu Kabupaten Aceh Utara Tahun 2011.
4.3.2 Waktu
Waktu penelitian direncanakan bulan Oktober Tahun 2011.
27
4.4
Pengumpulan Data
Data yang dikumpul adalah data primer berupa kuesioner dengan cara
menyebarkan kuesioner langsung dengan responden,juga data sekunder yang
diambil dari tempat penelitian. Instrument yang digunakan dalam penelitian ini
adalah kuesioner yang bersifat pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh
responden,untuk pertanyaan pengetahuan terdiri 10 pertanyaan ,untuk Sikap terdiri
10 pertanyaan
4.5
Tehnik Pengolahan Data
Tehnik yang dilakukan dengan cara manual melalui langkah langkah
sebagai berikut:
a. Pemeriksaan data (editing)
Data yang dikumpulkan diperiksa kelengkapannya dan apabila ada
kesalahan atau kekurangan data, maka di cek ulang dan dilakukan
pengumpulan data kembali.
b. Pemberian kode (coding)
Dengan memberikan tanda atau kode atas jawaban dari pertanyaan yang
diajukan dalam kuesioner.
c. Penyusunan data (tabulating)
Data yang telah ditabulasi atau dikumpulkan menjadi satu, lalu disajikan
dalam bentuk tabel frekuensi.
28
4.6
Analisa Data
Data yang di dapat dari hasil penelitian akan dianalisa dengan
menggunakan rumus presentase.( Budiarto,2002)
F
P=
x 100 %
N
Keterangan :
P : Presentase
F : Frekuensi
N : Jumlah responden
29
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Metodelogi Penelitian. Jakarta, EGC,2006
APN,Asuhan Persalinan Normal Jakarta,Yayasan Bina Pustaka,2003
Budiarto, Biostatistik untuk Kedokteran dan Kesehatan masyarakat Jakarta,
EGC,2002
Depkes RI, Pedoman Pelaksanaan Standar Pelayanan Kebidanan, dicetak ulang
UNICEF, Jakarta,2000
Dwiana, E Konsep Kebidanan. Jakarta, Fitramaya,2009
IBI, Standar Pelayaanan Kebidanan, Jakarta UNICEF,2005
Manuaba, IBG Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetrik Ginekologi,
Jakarta, EGC,2005
Manjoer, dkk ,Buku Ajar Kebidanan, Jakarta, EGC,2001
MDGs,Tim Penyusun Laporan Tujuan Rencana Millenium Indonesia,2009
Marsifan, Konsep Kebidanan , Jakarta, EGC,2007
Machfoed I, Metode Penelitian Kesehatan Keperawatan, kebidanan dan
Kedokteran, Jakarta Fitramaya,2009
Nursallam, Konsep dan penyerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan
Jakarta, EGC,2002
Notoadmojo, Pendidikan dan Prilaku Kesehatan, Jakarta, Rineka Cipta,2003
, Metodelogi Penelitian Ilmu keperawatan, Jakarta, Salemba medika,2003
30
Pratiwi, S.H, Pelayanaan Pada Saat Pemeriksaan Kehamila.
(http://www.bkkbn.90.id/article detail.php?aid:266, diakses pada tanggal 10 Juli
2011)
Purwandani,dkk, Konsep Kebidanan , Jakarta, EGC, 2008
Rukiyah,dkk ,Asuhan Kebidanan II Jakarta,Trans Info Media ,2002
Salmah,dkk, Asuhan Kebidanan Ante Natal ,Jakarta,EGC,2002
Saifuddin, dkk Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal Neonatal,
Jakarta, Tridasa Printer,2002
Wiknjosastro, dkk
Pelayanan Kebidanan; Kesehatan Ibu Hamil Jakarta.
(http://www.pelayanan kebidanan.html, diakses pada tanggal 10 juli 2011)
Download