Politeknik Kelapa Sawit Citra Widya Edukasi BAB VI. ORIENTASI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT 1. PENDAHULUAN Pembukaan lahan dan penanaman merupakan salah satu kegiatan dengan tahapan-tahapan pekerjaan yang sudah tertentu sehingga jadwal kerja harus dilaksanakan sesuai waktunya. Sebelum pelaksanaan pembukaan areal dimulai, dilaksanakan studi kasus kelayakan terlebih dahulu. Studi kelayakan ini membahas perencanaan luas kebun yang akan dibangun serta tata ruangnya. Satu kebun dibagi dalam beberapa afdeling yang luasnya 600 - 800 ha/afdeling, tiap afdeling terdiri dari blok tanaman yang luasnya 16 - 40 ha/blok tergantung kondisi areal. Blok ini sangat penting sebagai satuan luas adminstrasi dan semua pekerjaan akan diperhitungkan dalam satuan blok demi blok. Untuk areal yang rata atau berombak mudah membagi blok tersebut tetapi untuk kondisi bergelombang atau berbukit akan memiliki blok yang lebih kecil dan tidak jarang sebagai batas blok dipakai batas alam seperti sungai, jalan dan hutan. Jadwal atau perencanaan juga harus sudah dibuat karena banyak pekerjaan atau hal-hal tertentu yang harus dilaksanakan atau dipesan beberapa bulan sebelumnya, misalnya pemesanan kecambah dilakukan 3 - 6 bulan sebelum pembibitan dimulai dan pembibitan dimulai 1 tahun sebelum penanaman dilapangan. Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian sebelum melakukan pembukaan lahan baru: 1.1. Perizinan Lahan Perizinan lahan merupakan tugas dan tanggung jawab Dept. Legal.. Selanjutnya Bagian Survey melakukan survey areal. Hasil survey areal mencakup informasi : a. Jalan masuk (access road) ke areal baru. b. Sumber air yang cukup (pembibitan, pemukiman dan PKS) c. Taksiran luas lahan yang mempunyai potensi masalah sosial. Pengantar Ilmu Perkebunan Kelapa Sawit 28 Politeknik Kelapa Sawit Citra Widya Edukasi 1.2. Survey Areal Maksud survey areal adalah untuk menentukan batas dan mengukur areal yang akan dibuka sawit, sesuai dengan program luas areal yang akan diusahakan. Pekerjaan ini bertujuan untuk mengetahui luasan, situasi vegetasi, topografi dan batas konsesi areal yang dimaksud. Dari hasil penentuan batas dan pengukuran aeal tersebut dapat digunakan sebagai dasar penyusunan peta rencana kerja yang meliputi sistem, waktu dan penggunaan tenaga kerja yang dikaitkan dengan efisiensi biaya yang digunakan. Disamping itu hasil survey ini dapat dipergunakan sebagai : Dasar penentuan sistem pengawetan tanah dan air Perencanaan sistem jaringan jalan, emplasmen, kantor, perumahan dan pabrik. Setelah diperoleh peta dan data kesesuaian lahan dari survey areal, selanjutnya mempersiapkan master plan yang mencakup : Pembentukan unit kebun berdasarkan luas areal konsesi baru yang akan dikelola Waktu dan biaya yang dibutuhkan untuk proyek pembangunan seluruh areal konsesi baru tersebut sampai tanaman menghasilkan Proyek produksi 10 tahun. Berdasar peta kerja hasil pengukuran tersebut dibuat jadwal pelaksanaan pekerjaan pembukaan areal antara lain rencana pelaksanaan kerja, sistem pengawetan tanah dan air, pembuatan rencana jaringan jalan dan jembatan dan pengaturan tata letak emplasmen, kantor dan pabrik. 1.2.1. Alat yang Dipergunakan Peralatan yang diperlukan di dalam survey antara lain : Alat Pengukur Alat MerIntis Pembuatan Peta : Theodolit, Abney level, Planimeter, Pantograp dan kompas : Kapak, parang, patok kayu, cat dll : Kertas milimeter, kertas kalkeur dan paralatan Pengantar Ilmu Perkebunan Kelapa Sawit 29 Politeknik Kelapa Sawit Citra Widya Edukasi gambar 1.2.2. Tenaga yang Dibutuhkan Peralatan yang diperlukan di dalam survey antara lain : Juru ukur Pembantu juru ukur PerIntis : Norma 1,25 hk/ha : Norma 1,25 hk/ha : Norma 2,50 hk/ha 2 DESAIN PERKEBUNAN Maksud Tujuan Waktu pembuatan peta Dasar pembuatan desain : merencanakan tata ruang kebun dan afdeling yang terbagi tahun tanam, varietas, blok, pembibitan, jaringan jalan, saluran air, lokasi pabrik, kantor, perumahan, bangunan sosial dan fasilitas umum lainnya yang dituangkan ke dalam peta induk. : sebagai pedoman tahapan kegiatan pelaksanaan yang berkesinambungan, efektif dan efisien. : setelah selesai survey dan pengukuran : Peta situasi areal dan topografi hasil survey pengalokasian areal/ha efektif 2.1. Lokasi kantor dan tempat tinggal pengurus proyek Manager proyek segera mengidentifikasikan lokasi yang sesuai untuk bangunan kantor dan tempat tinggal sementara. Tata letaknya harus disesuaikan dengan luas areal, jarak ke lokasi tanaman, sumber air dan jumlah karyawan. Penetapan lokasi ini diupayakan menjadi lokasi kantor, gudang dan emplasmen setelah mendapat persetujuan Pihak Manajemen. 2.2. Lokasi pembibitan Manager proyek mengidentifikasikan lokasi yang akan digunakan dengan pertimbangan persyaratan lokasi pembibitan. Setelah lokasi disetujui Pihak Manajemen, segera disusun rencana kerja dan prakiraan biaya untuk pembibitan. Pengantar Ilmu Perkebunan Kelapa Sawit 30 Politeknik Kelapa Sawit Citra Widya Edukasi 2.3. Lokasi jalan masuk dan keluar Perencanaan pembuatan jaringan jalan harus selaras dengan disain kebun dan disesuaikan dengan kondisi (topografi) dan kebutuhan (luas areal). Manager proyek bersama Bagian Legal menentukan lokasi jalan masuk dengan mempertimbangkan hasil survey areal. Lahan untuk jalan masuk dan keluar dibebaskan minimal selebar 50 m ditambah pembuatan parit batas 2 x 2 x 1,5 m di sepanjang sisi kiri dan kanan searah jalan. 3. PELAKSANAAN PEMBUKAAN AREAL Pembukaan areal adalah pekerjaan membuka lahan dan membersihkan dari vegetasi yang tumbuh untuk diolah dan disiapkan unutk penanaman. 3.1. Pra Pembukaan Areal Baru Pembuatan areal dilaksanakan pada areal hutan atau tanah cadangan. Dikenal pembagian hutan berdasarkan geografis, vegetasi dan intensitas kayu. Pembagian hutan berdasarkan geografis : # Hutan Payau # Hutan pematang/lapisan tanah gambut # Hutan Rawa # Hutan daratan dan pegunungan Pembagian hutan berdasarkan vegetasi : Hutan Primer : terdapat pohon berdiameter >> 30 cm dengan kerapatan 100 pohon/ha dan pohon yang berdiameter << 30 cm dengan populasi sekitar 2.500 pohon/ha Hutan Sekunder : terdapat pohon berdiamter << 30 cm dengan kerapatan << 25-100 pohon/ha Pembagian hutan berdasarkan intensitas kayu : Hutan Berat : adalah hutan dengan jenis kayu keras masih utuh atau baru sebagian kecil diambil oleh pengusaha kayu. Pengantar Ilmu Perkebunan Kelapa Sawit 31 Politeknik Kelapa Sawit Citra Widya Edukasi Hutan Sedang : merupakan hutan primer yang telah dimabil kayu-kayunya, terutama yang berdiamter >> 30 cm Hutan Ringan dengan : vegetasi yang ada semak belukar serta sisa-sisa kayu sheet peladangan lalang. dan tidak Umumnya dijumpai merupakan lagi sisa kayu-kayu hutan yang bekas berdiamter >> 30 cm 3.2. SYARAT SEBELUM PEMBUKAAN AREAL 3.2.1. Peninjauan Lapangan dan Tata Batas. Kegiatan land clearing harus mempertimbangkan konservasi tanah, air dan tingkat kesuburan tanah. Semuanya itu akan mempengaruhi proses pertumbuhan dan produktifitas. 3.2.2. Areal Mineral (Tanah Mineral) Untuk areal atau lahan miring harus dibuat teras. Kemiringan yang cukup curam melebihi 250 tidak direkomendasikan untuk ditanam. Areal darat dapat dibagi berdasarkan tingkat kemiringannya : Tabel 7. Perlakuan Teras Berdasarkan Kemiringan Lahan. Kemiringan ( 0) Keterangan << 5 Ditanam dengan jarak standar dan tidak perlu teras/tapak kuda Teras lebar minimal 2 m dengan interval 35 m, tidak perlu tapak kuda dan ditanam sesuai standar. Solum tanah yang dalam : lebar teras 4,5 m Solum tanah yang sedang : lebar teras 4 m Lebar teras minimal 3,5 m tergantung kondisi tanah serta kedalaman tanah. Tidak direkomendasikan untuk ditanam. >> 5 - 8 >> 8 - 12 >>12 - 25 >> 25 3.2.3. Tanah Gambut Areal gambut berdasarkan kedalamanya, diklasifikasikan atas 3 kelas : Pengantar Ilmu Perkebunan Kelapa Sawit 32 Politeknik Kelapa Sawit Citra Widya Edukasi - Gambut dangkal : kedalaman << 1m - Gambut sedang : kedalaman 1-3 m - Gambut dalam : kedalaman >>> 3 m (tidak direkomendasikan untuk ditanam) Pada areal gambut hal penting yang perlu dilakukan sebelun penanaman kelapa sawit yaitu pembuatan drainase. Pada dasarnya sistem drainase terdiri dari main drain, collection drain dan field drain dengan ukuran masing-masing sebagai berikut : Tabel 8. Ukuran Parit Jenis Parit (m) Main Drain Collection Drain Field Drain Lebar atas (m) Lebar bawah (m) Kedalaman (m) 4,0 3,0 4,0 3,0 2,5 3,0 1,0 0,75 1,0 Note : Lebar Out let drain sesuai kebutuhan. 3.3. Pelaksanaan Pembukaan Perkebunan kelapa sawit dapat dibangun di daerah hutan (murni atau bekas), alang-alang dan perkebunan. Daerah-daerah tersebut memiliki topografi berbedabeda. Namun, yang perlu diperhatikan dalam pembukaan areal perkebunan adalah tetap terjaganya lapisan olah tanah (top soil). Selain itu, harus memperhatikan urutan pekerjaan, alat dan teknik pelaksanaannya. 3.3.1. Pembukaan Areal Hutan Pembukaan areal perkebunan dengan cara membakar hutan dilarang oleh pemerintah dengan dikeluarkannya SK Dirjen Perkebunan No. 38 tahun 1995, tentang pelarangan membakar hutan. Pembukaan hutan dengan cara membakar akan berdampak buruk terhadap polusi lingkungan hidup. Di Malaysia, pembukaan areal perkebunan dilakukan tanpa pembakaran (zero bruning). Di Indonesia disebut PLTB yaitu pembukaan lahan tanpa bakar. Pengantar Ilmu Perkebunan Kelapa Sawit 33 Politeknik Kelapa Sawit Citra Widya Edukasi Pembukaan areal hutan dapat dilakukana dengan cara meknis atau khemis. Tahap awal pengerjaan pembukaan areal khususnya hutan primer dan sekunder dapat dimulai dengan melakukan penghimasan. Penghimasaan merupakan pekerjaan pemotongan dan penebasan semua jenis kayu maupun semak belukar yang ukuran diameternya kurang dari 10 cm. Pemotongan kayu harus dilakukan serapat mungkin dengan permukaan tanah. Manfaat dari penghimasan untuk memudahkan tenaga kerja penumbangan berikutnya dalam melaksanakan pekerjaannya sehingga pada saat penumbangan, tenaga kerja tidak akan terhalangi kayu-kayu kecil tersebut dan perkerjaan dapat dilakukan lebih cepat. Setelah beberapa blok areal sudah selesai dihimas, maka pekerjaan dilanjutkan dengan penumbangan batang-batang kayu yang berdiameter lebih dari 10 cm, khususnya untuk jenis hutan prmer dan sekunder. Penumbangan dilakukan dengan menggunakan gergaji mesin (chain saw) dengan arah yang sejajar. Artinya jika arah penumbangan yang pertama dilakukan dari utara ke selatan maka penumbangan yang berikutnya juga harus dilakukan dengan arah yang sama sehingga susunan kayu hasil tumbangan tidak akan tumpang tindih. Untuk memudahkan pekerjaan perumpukan (penumpukan) kayu oleh alat berat, sebaiknya batang-batang kayu yang terlalu panjang dan besar dipotongpotong sehingga panjang rata-ratanya menjadi sekitar 6 - 8 m. Untuk batangbatang kayu yang relatif sedang, baik panjang maupun diameter batangnya mata pemotongan hanya dilakukan pada bagian ujung batang yang berbatasan dengan pangkal cabang, sehingga cabang dan tajuk tanaman dapat terpisah dari batangnya. Namun, untuk batang-batang kayu yang berukuran kecil dan pendek tidak perlu dilakukan pemotongan lagi. Pada areal bergelombang sampai dengan berbukit, penumbangan harus dari bagian kaki bukit menuju ke atas bukit dengan metode yang sama seperti pada daerah datar. Ketinggian batang kayu tumbangan dari atas permukaan tanah juga sangat bervariasi, artinya semakin besar diameter batang kayu yang akan ditumbang maka semakin tinggi pula tunggul kayu yang ditinggalkan (tidak dipotong) Pengantar Ilmu Perkebunan Kelapa Sawit 34 Politeknik Kelapa Sawit Citra Widya Edukasi 3.3.2. Pembukaan Areal Lalang Pembukaan perkebunan kelapa sawit pada areal alang-alang dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara mekanis (manual) dan khemis. Secara mekanis dengan cara membajak dan menggaru. Pembajakan dilakukan 2 kali sedangkan penggaruan dilakukan 3 kali. Dilakukan berselang-seling dengan waktu antara 2 3 minggu. Bila alang-alang masih tumbuh, perlu diberantas secara khemis dengan herbisisda. Seara khemis dilakukan penyemprotan alang-alang dengan racun antara lain herbisida berbahan aktif Dalapon atau Glyphosate. Penyemrotaan dengan Dalapon dilakukan tiga tahap dengan interval waktu 3 minggu. Dosisi semprot per ha 7,5 kg Dalapon per 1000 liter air untuk sekali semprot. Bila menggunakan Glyphosate, penyemprotan hanya dilakukan sekali dengan dosis semprot 600 700 liter air yang dicampur 6 - 7 liter Glyposhate untuk tiap ha. 3.3.3. Konversi dan Replanting Konversi adalah pembukaan areal perkebunan kelapa sawit dari bekas perkebunan tanamana lain (karet, teh dan coklat), sedangkan replanting atau disebut juga peremajaan adalah pembukaan areal dari bekas perkebunan kelapa sawit yang sudah tua dan tidak produktif lagi. Pembukaan areal perkebunan ini lebih mudah dilakukan sebab jumlah pohon yang akan ditebang relatif lebih sedikit dan seragam. Selain itu, jalan-jalan dan petak-petak perkebunan sudah terbentuk. Cara pembukaannya dapat dilakukan dengan cara mekanis maupun khemis tergantung jenis tanaman asli. 4. JARINGAN JALAN 4.1. Jalan Panjang dan kualitas jalan dikebun merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan dalam menjamin kelancaran pengangkutan bahan, alat dan produksi serta pengontrolan lapangan. Rencana pembuatan jaringan jalan harus selaras Pengantar Ilmu Perkebunan Kelapa Sawit 35 Politeknik Kelapa Sawit Citra Widya Edukasi dengan desain kebun secara keseluruhan yang disesuaikan dengan kondisi topografi dan kebutuhan kebun. Berdasarkan kebutuhan dilapangan terdapat beberapa jenis jalan : Jalan utama (Main Road) Jalan yang menghubungkan antar afdeling maupun pabrik serta langsung ke jalan luar/umum. Letak Waktu Konstruksi : didalam atau diluar lokasi kebun : pembentukan jalan dan peningkatan badan jalan (dikeraskan) pada masa TBM. Pelaksanaan pengerasan pada TBM 1 sekitar 40 %, TBM 2 dan 3 masing-masing 40 % dan 20 %. : badan jalan dikeraskan dengan sirtu/batu belah 5/7 dengan ketebalan 7 cm dan lebar jalan 6 m. Jalan utama dilalui kendaraan lebih sering dan lebih berat termasuk kendaraan umum. Jalan utama biasanya dibangun secara terpadu dengan infrastruktur lain seperti perumahan, bengkel dan kantor. Jalan Produksi (Collection Road) Berfungsi sebagai sarana mengangkut produski TBS dari TPH, terdapat di antara blok dan berhubungan dengan jalan utama. Letak Waktu Konstruksi : posisi jalan terdapat di blok tanaman : pembangunan jalan dilakukan tahun O sementara pengerasan jalan dilaksanakan pada perioede TBM : badan jalan dikeraskan dengan sirtu/batu belah 5/7 dengan ketebalan 7 cm dan lebar jalan 5 m. Jalan Kontrol (Control Road) Terdapat di setiap blok. Berfungsi untuk memudahkan pengontrolan areal pada tiap blok dan sebagai batas pemisah antar blok tanaman. Letak Waktu Konstruksi : didalam areal tanaman dengan arah silang U-S dan T-B : pembuatan jalan pada masa TBM 1 semester 1 : lebar jalan 3-4 m, konstruksi dicangkul/diratakan kondisi tetap bersih 4.2. Jembatan dan Gorong-gorong Pengantar Ilmu Perkebunan Kelapa Sawit 36 Politeknik Kelapa Sawit Citra Widya Edukasi Pada daerah yang terdapat aliran sungai, pembutan jaringan jalan diusahakan melalui bagian sungai yang tersempit, agar pembangunan jembatan lebih mudah dan efisiens. Pada sungai kecil dan dangkal cukup dibuat gorong-gorong. Pada tempat rendah dan tempat penyaluran air dari parit dibuatkan gorong-gorong sesuai dengan ukuran parit. Jenis gorong-gorong yang umum digunakan adalah goronggorong yang terbuat dari semen, akan tetapi jika memungkinkan disaranakan yang terbuat dari PVC. Tanah timbunan gorong-gorong minimal setebal gorong-gorong, agar jangan pecah jika dilalui kendaraan. Sebagai contoh gorong-gorong ukuran diameter 60 cm ditimbun tanah minimal 60 cm. Jalan dan tanah diatasnya harus rata. 5. PENGAWETAN TANAH Kondisi topografi areal yang bergelombang mengharuskan dibangunnya bangunan konservasi tanah/air yang memadai. Selain bermanfaat sebagai alat konversi tanah/air, bangunan ini juga mempunyai peranan penting dalam kelancaran kegiatan pemeliharaan dan panen kelapa sawit. Ketiadaan bangunan konservasi tanah/air sering menjadi penyebab rusaknya struktur tanah, drainase terhambat dan kurang efektifnya pemupukan dan perawatan tanaman, tidak terlaksananya panen secara benar, serta sulitnya pengawsan. Pengawetan tanah meliputi pengawetan tanah secara fisik, kimia maupun biologi. Pada umumnya pengawetan tanah secara kimia tidak banyak dilakukan karena memerlukan biaya tinggi. 5.1. Pengawetan Tanah Secara Fisik Dapat dilakukan dengan beberapa cara, salah satunya adalah secara mekanis. Tindakan pengawetan tanah secara mekanis dilakukan di areal dengan bentuk wilayah berombak sampai berbukit dengan kemiringan lereng 8 - 30 % yaitu dengan pembutan teras kontour, teras individu (tapak kuda) dan rorak. Penentuan cara pengawetan tanah didasarkan atas kemiringan lereng : Pengantar Ilmu Perkebunan Kelapa Sawit 37 Politeknik Kelapa Sawit Citra Widya Edukasi Datar-berombak, kemiringan lereng: < < 8 % Berombak-bergelombang, kemiringan lereng: 8 – 15 % Bergelombang – berbukit, kemiringan lereng: 15 – 30 % Berbukit-bergunung, kemiringan lereng: >> 30 % 5.2. Rorak/Benteng Rorak dibuat setiap 12 – 24 meter untuk kemiringan lereng 8 – 30 %. Rorak dibuat dengan ukuran lebar 50 cm dan kedalaman 60 cm. Masing-masing rorak mempunyai panjang 4 m yang disambung satu sama lain dengan penyekat antar galian sepanjang 30 cm. Sebelum pembutan, areal yang akan dibuat rorak/benteng terlebih dahulu dipancang sehingga seluruh rorak yang akan dibuat berada pada titik ketinggian yang sama (water pass). Benteng dibuat dengan jarak 10 cm dari bibir rorak. Ukuran benteng lebar 40 cm dan tinggi 30 cm berbentuk trapesium. Benteng harus dipadatkan dengan alat yang terbuat dari kayu balok atau papan tebal. 5.3. Pembutan Parit Drainase Parit drainase dibuat pada lahan yang memiliki kemiringan lereng datar sampai berombak (<< 8 %) atau lahan yang memiliki drainse terhambat sampai tergenang. Parit drainse ini berperan untuk : Mencegah supaya air tidak tergenang di lapangan Menurunkan permukaan air tanah sehingga perkembangan akar tanaman tidak terganggu Mencegah pencucian pupuk Terdapat beberapa jenis parit drainase, yaitu field drain, collection drain, main drain, outlet drain (parit pembuangan keluar) dan parit jalan. Seluruh parit drainase ini sebaiknya sudah dibangun sebelum penanaman kelapa sawit dilaksanakan. Hal tersebut dimaksudkan agar tanaman kelapa sawit dapat Pengantar Ilmu Perkebunan Kelapa Sawit 38 Politeknik Kelapa Sawit Citra Widya Edukasi tumbuh optimal, diusahakan permukaan air tanah berada pada kedalaman 80 cm dari permukaan tanah. 5.4. Pengawetan Tanah Secara Biologi Pengawetan tanah secara biologi yang umum dilakukan adalah dengan menanam tanaman penutup tanah (LCC = Legume Cover Crop). Penanaman LCC dilakukan sebelum penanaman kelapa sawit. Beberapa manfaat LCC : Menekan pertumbuhan gulma Melindungi tanah terhadap penyinaran langsung sinar matahari Melindungi tanah dari tetesan langsung air hujan Mengurangi aliran permukaan Menjaga kelembaban tanah Adapun beberapa syarat LCC adalah : 1) Bukan menjadi pesaing bagi tanaman kelapa sawit dalam pemanfaatan ruang tumbuh, unsur hara dan sinar matahari 2) Mudah diperbanyak 3) Bukan merupakan tanaman inang hama/penyakit 4) Mampu tumbuh cepat, tahan kekeringan, naungan dan dapat menekan pertumbuhan gulma 5) Mampu menghasilkan bahan organik yang banyak 6. Bisnis Process 6.1. Pembibitan Untuk mendukung keberhasilan penanaman kelapa sawit diperlukan adanya bibit yang bermutu baik. Bibit tersebut diperoleh bila kecambah yang digunakan berasal dari produsen yang diakui oleh pemerintah. Penggunaan bibit yang tidak jelas sumbernya bisa menyebabkan akan timbulnya kerugian bagi pemilik kebun atau perusahaan. Selain itu penanganan bibit dari pembibitan awal hingga ke pembibitan utama merupakan faktor yang tidak dapat dikesampingkan. Pengantar Ilmu Perkebunan Kelapa Sawit 39 Politeknik Kelapa Sawit Citra Widya Edukasi Bibit merupakan produk yang dihasilkan dari suatu proses pengadaan bahan tanaman dapat berpengaruh terhadap pencapaian hasil produksi pada masa selanjutnya. Dengan demikian pembibitan m,rupakan langkah awal dari seluruh rangkaian kegiatan pembudidayaan pada tanaman kelapa sawit. Pembibitan kelapa sawit dengan benih yang telah dikecambahkan dapat dilaksanakan dengan dua cara, yaitu : (1) dua tahap melalui Pre Nursery (pendederan) dan Nursery (pembibitan) dan (2) hanya satu tahap yaitu langsung ke pembibitan tanpa melalui pendederan lebih dahulu 6.2. Tanaman Belum Menghasilkan Tanaman belum menghasilkan (TBM) adalah tanaman yang dipelihara sejak bulan penanaman pertama sampai dipanen pada umur 25-30 bulan. Selama masa TBM diperlukan beberapa jenis pekerjaan perawatan tanaman yang teratur. Perawatan tanaman merupakan salah satu tindakan yang sangat penting dan menentukan masa produktif tanaman. Perawatan bukan hanya ditujukan terhadap tanaman, tetapi juga pada media tumbuh (tanah). Perawatan tersebut meliputi, konsolidasi, penyisipan, pembuatan piringan, pemeliharaan LCC, pemupukan, tunas pasir, PHT, persiapan sarana panen serta pemeliharaan jalan dan parit drainase. Pemeliharaan masa TBM merupakan lanjutan dan penyempurnaan pekerjaan pembukaan lahan dan persiapan untuk mendapatkan tanaman yang berkualitas baik. 6.3. Tanaman Menghasilkan Penentuan sistem panen pada tanaman kelapa sawit bertujuan untuk memperoleh jumlah minyak (redemenn) yang tinggi serta mutu minyak baik atas pertimbangan kandungan asam lemak bebas (Free Fatty Acid). Tujuan ini dapat dicapai dengan mengikuti ketentuan panen yang telah ditetapkan seperti kriteria panen, rotasi panen, pengumpulan brondolan dan lain- lain. Panen merupakan rangkaian terakhir dari kegiatan budidaya kelapa sawit dan merupakan kegiatan memotong tandan buah pada tingkat kematangan yang Pengantar Ilmu Perkebunan Kelapa Sawit 40 Politeknik Kelapa Sawit Citra Widya Edukasi optimum, mengutip semua brondolan yang jatuh berada di dalam atau di luar piringan, kemudian mengumpulkannya ke tempat yang sudah disediakan. Kelapa sawit yang ditanam di satu areal atau blok tertentu dapat dialihkan dari TBM ke TM apabila 60 % dari tegakannya sudah berbuah dengan berat tandan rata-rata 3-3.5 Kg. Tandan buah disebut matang panen apabila brondolannya telah lepas dan jatuh secara alami dari tandannya. Tandan yang sudah dipanen disebut tandan buah segar ( TBS ). Pada kondisi normal, panen dapat dimulai setelah 28 atau 30 bulan sejak penanaman . Pengantar Ilmu Perkebunan Kelapa Sawit 41