PELAJARAN 14 HIDUP BERSAMA ORANG LAIN TUJUAN PEMBELAJARAN Pada akhir pelajaran siswa mampu: 1. menjelaskan makna manusia sebagai mahluk sosial 2. menyebutkan faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam berelasi dengan orang lain 3. menjelaskan azas-azas hidup bersama berdasarkan kutipan Mat 7: 12; 22: 37-39 dan GS 25 4. menyebutkan contoh keterlibatan dirinya dalam hidup bersama. BAHAN KAJIAN 1. 2. 3. 4. pengertian manusia sebagai mahluk sosial faktor pendukung dan penghambat dalam membangun relasi dengan sesama azas hidup bersama menurut pandangan Kristiani bentuk keterlibatan dalam hidup bersama. SUMBER BAHAN 1. A.M. Mangunhardjana, Yang Muda yang Ceria, Kanisius, Yogyakarta. 2. Robert E. Vallet, Aku Mengembangkan Diriku, Cipta Loka Caraka. Jakarta, 1989. 3. E. Martasudjita Pr, Persahabatan Secara Kristiani, Kanisius, Yogyakarta: 2002. 4. Julius Chandra, Hidup Bersama Orang Lain, Cetakan ke 11, Kanisius, Yogyakarta: 1998. 5. Dwijawiyata, dkk., Sopan Santun di Dalam Pergaulan, Cet. 21, KanisiusYogyakarta: 2001. 6. Ben Handaya, Etiket dan Pergaulan, Cet. 17, Kanisius-Yogyakarta: 2001. METODE : Diskusi kelompok – refleksi – dinamika kelompok – tugas. SARANA 1. teks Mat 7: 12; 22: 37-39 dan GS 25 2. kertas folio yang sudah diberi gambar. WAKTU : 2 X 45 menit. PEMIKIRAN DASAR Ungkapan “No Man is an Island” mengandung makna yang dalam. Ungkapan tersebut yang mengungkapkan bahwa manusia tidak pernah dapat hidup sendiri. Setiap orang membutuhkan orang lain untuk dapat mengembangkan dirinya. Bahkan orang tidak hanya membutuhkan, melainkan juga dibutuhkan oleh sesamanya untuk ikut memperkembangkan mereka. Orang lain yang dimaksud, ialah: orang tua, saudara sekandung, teman, guru, dan sebagainya. Itulah sebabnya dikatakan bahwa manusia itu makhluk sosial. Manusia adalah mahluk yang sejak diciptakan mempunyai ketergantungan terhadap sesama. Sikap Pendidikan Agama Katolik SMP 1 saling ketergantungan ini mengandaikan masing-masing orang menyadari kehadiran sesamanya dan memperlakukan mereka sebagaimana mestinya. Dengan kata lain, diperlukan suatu azas hidup bersama yang dijunjung tinggi sehingga dalam relasi satu sama lain dapat berjalan baik. Dalam Perjanjian Baru, Yesus memperlihatkan bahwa azas hidup bersama yang dimaksud di atas bukan sekedar etiket pergaulan. Tetapi itulah yang sesungguhnya harus dilakukan setiap orang dalam hidup bersama. “Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka” (Mat 7:12). Adil, jujur dan tidak egois, antara lain merupakan prasyarat yang harus dijunjung tinggi. Tapi Yesus juga menujukkan unsur lain yang lebih penting dari sekedar itu semua, yakni bahwa dalam relasi antar manusia, hendakya kasih menjadi landasan yang paling utama (bdk. Mat 22: 34-40). Tindakan kasih tersebut diharapkan merupakan pengejawantahan dari kasih Allah sendiri, yang telah lebih dahulu mengasihi sesama. Unsur penting itulah yang seharusya mendorong semua orang untuk memperlakukan orang lain sebagai pribadi yang berharga dan bermartabat, bukan sekedar pelengkap (bdk. GS 29c). Pada dasarnya remaja sudah mempuyai kesadaran bahwa diriya membutuhkan dan dibutuhkan sesama. Itulah sebabnya relasi mereka dengan orang lain makin meluas. Tetapi dalam banyak kasus terlihat dengan jelas bahwa masih banyak remaja yang menganggap orang lain yang seharusnya lebih banyak berperan bagi mereka. Sebaliknya kesadaran bahwa dirinya dibutuhkan masih perlu mendapat pendampingan. Oleh karena itu melalui pelajaran ini, siswa diajak untuk makin menyadari bahwa bila mereka dapat berkembang berkat kehadiran orang lain, sudah selayaknya pulalah mereka juga mulai sadar untuk turut serta hadir dan mengembang sesama. Pembukaan = Pembelajaran dibuka dengan doa, misalnya: Allah, Bapa yang Mahakasih, sejak semula Engkau tak pernah membiarkan kami sendirian. Hidup kami selalu bertumbuh berkat bantuan sesama. Kami hidup dan berkembang berkat orang tua, saudara, teman, guru dan setiap orang yang kami jumpai. Kami percaya, mereka-mereka itulah yang telah Kauutus sebagai bukti pemeliharaan-Mu kepada kami. Ajarilah kami yaTuhan,agar kami senantiasa mengasihi mereka. Amin PENGALAMAN BELAJAR 1. Menggali pengalaman hidup bersama orang lain = Guru mengajukan beberapa pertanyaan untuk memancing pengetahuan dan pemahaman siswa tentang manusia sebagai mahluk sosial, dengan bantuan pertanyaan berikut: Apakah manusia bisa hidup sendiri? Mengapa? Bila demikian, apa yang harus dilakukan oleh setiap manusia? Pendidikan Agama Katolik SMP 2 = Sejak kapan dan sampai kapan manusia membutuhkan sesama/orang lain? Guru merangkum jawaban siswa: Tak seorang pun dapat hidup sendiri. Semua manusia selalu membutuhkan orang lain untuk hidupnya. Ia bisa hidup dan berkembang karena ada orangorang yang berperan dalam hidupnya. Hal ini melibatkan banyak sekali orang, yakni orangtua, saudara, teman, guru, dokter, dan sebagainya. Ketergantungan itu sudah berlangsung jauh sebelum ia dilahirkan ke dunia, bahkan sampai mati pun manusia masih membutuhkan sesama. Itulah sebabnya manusia disebut makhluk sosial. Oleh karena itu manusia harus selalu berelasi dengan sesama. Relasi yang bagaimana yang harus dikembangkan? Kita akan mendalami melalui permainan berikut: = Guru mengajak siswa untuk mendalami pengalaman hidup bersama melalui dinamika kelompok, dengan langkah sebagai berikut: Bagilah siswa menjadi 4-5 kelompok, sesuai dengan keadaan kelas. Guru menyediakan setiap kelompok masing-masing 1 lembar kertas ukuran folio yang sudah dibubuhi gambar, misalnya gambar sebuah titik, sebuah garis lurus, sebuah garis lengkung, lingkaran, kotak, dan menempelkannya di papan tulis atau di dinding. . = Penentuan gambar kelompok dapat dilakukan dengan sistem undian. Siswa berbaris menurut kelompoknya di depan gambar yang harus diselesaikan oleh kelompok. Mereka diminta memperhatikan gambar yang menjadi milik kelompok, lalu mintalah mereka masing-masing membayangkan/berimajinasi: Bertolak dari gambar yang ada, gambar apa yang engkau inginkan ? Hasil imajinasi ini tidak boleh dikatakan pada teman dalam kelompoknya. Dalam keadaan diam masing-masing siswa harus menorehkan satu garis atau apa saja secara bergantian, sehingga pada akhirnya terbentuk sebuah gambar yang mempuyai arti/ berwujud. Tetapi dengan syarat: tidak boleh mengatakan ia hendak menggambar apa, orang lain hanya boleh menafsirkan dalam hati, lalu meneruskan menggambar sesuai dengan tafsirannya masing-masing. Misalnya dari gambar awal sebuah lingkaran dapat dilengkapi menjadi wajah seseorang, dan seterusnya. Waktu yang disediakan untuk masing-masing kelompok hanya 10 menit. Bila waktu sudah habis, mintalah siswa kembali ke tempat duduk dalam kelompoknya masing-masing. Refleksi atas dinamika kelompok Guru meminta semua siswa untuk menjawab dan mensharingkan, jawaban atas pertanyaan berikut: Pendidikan Agama Katolik SMP 3 = Perasaan atau pikiran apa saja yang bergejolak dalam dirimu selama kegiatan tadi? Apakah gambar yang diinginkan dalam permainan tadi dapat terwujud? Mengapa hal itu terjadi? Kesulitan apa yang dihadapi dalam menyelesaikan tugas tadi? Gagasan atau kesimpulan apa yang diperoleh melalui kegiatan tadi? Setelah sharing, masing-masing kelompok merumuskan syarat agar hidup bersama dapat berjalan lancar, melalui bantuan pertanyaan berikut: Apa saja yang harus dilakukan agar hidup bersama dapat berjalan dengan baik dan lancar? = Setelah pleno, sejauh diperlukan guru dapat memberikan penegasan berikut: Karena sifat ketergantungan dan saling membutuhkan, sudah seharusnya manusia saling bekerja sama agar tercipta suasana kehidupan bersama yang baik dan lancar, yang memungkinkan setiap pribadi dapat mengembangkan dirinya secara utuh. Masing-masing perlu menyadari bahwa dirinya tidak hanya membutuhkan orang lain, tetapi sekaligus dibutuhkan. Kerjasama akan berjalan bila tumbuh saling pengertian antarpribadi. Ia harus berusaha memahami keinginan sesamanya dan juga tidak memaksakan kehendaknya sendiri. Tetapi dalam kenyataannya hidup bersama dengan orang lain tidak selamanya berjalan mulus. Banyak faktor dapat merusak kehidupan bersama misalnya: 1. ketidakjujuran 2. egoisme/mementingkan diri sendiri 3. sikap tidak peduli terhadap orang lain 4. sikap acuh tak acuh dalam hidup bersama 5. sikap sombong 6. sikap tidak adil, dan sebagainya. Untuk mencapai hidup bersama yang selaras, dibutuhkan suatu azas hidup bersama, baik yang berbentuk aturan adat, aturan kelompok, hukum dan perundang-undangan, hukum agama. 2. Menggali pandangan iman Kristiani tentang azas hidup bersama. = Siswa mempelajari teks Mat 7:12, Mat 22: 37-40 dan GS 29c. JALAN YANG BENAR (Mat 7: 12) “Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka.” HUKUM YANG TERUTAMA (Mat 22: 37-40) “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah Pendidikan Agama Katolik SMP 4 sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.” GAUDIUM ET SPES ARTIKEL 29 C Dari sifat sosial manusia nampaklah bahwa pertumbuhan pribadi manusia dan perkembangan masyarakat sendiri saling tergantung. Sebab asas, subyek, dan tujuan semua lembaga sosial ialah dan memang seharusnyalah pribadi manusia; berdasarkan kodratnya ia sungguh-sungguh memerlukan hidup kemasyarakatan. Maka karena bagi manusia hidup kemasyarakatan itu bukanlah tambahan melulu, oleh karena itu melalui pergaulan dengan sesama, dengan saling berjasa, melalui dialog dengan sesama saudara, manusia berkembang dalam segala bakat-pembawaannya, dan mampu menanggapi panggilannya. = Siswa diminta mendalami kutipan dengan penuntun sebagai berikut: = Coba rumuskan dengan kata-katamu sendiri tentang azas apa saja yang diperlukan dalam hidup bersama yang tersirat dalam kutipan-kutipan di sekolah atas! Sejauhmana hal itu sudah terealisir dalam kehidupan di kelasmu? Bila diperlukan guru dapat menambahkan gagasan-gagasan berikut: Hidup bersama akan terjamin bila ada azas hidup bersama dipahami dan dijalankan bersama. Azas hidup bersama berisi syarat dan prasyarat bagaimana masing-masing anggota masyarakat memperlakukan orang lain seperti kita memperlakukan diri sendiri. Umumnya azas yang berlaku dalam masyarakat secara sederhana bisa dirumuskan melalui perumpamaan ini “Kalau dicubit itu sakit, janganlah mencubit orang lain, karena orang lain pun pasti akan merasa sakit.” Azas di atas nampak adil. Tetapi bagi Yesus azas adil saja tidak cukup. Karena azas yang paling utama dalam hidup bersama dengan orang lain adalah azas kasih. Azas itu mengarahkan semua orang untuk dapat mencintai sesama sebagaimana mencintai diri sendiri. Semuanya itu dilakukan sebagai perwujudan dan ungkapan atas kasih yang telah dialaminya sendiri dari Allah. 3. Mengembangkan hidup bersama sehari-hari. = Guru mengajak kembali siswa untuk menuliskan hal-hal yang akan dilakukan dalam mengembangkan hidup bersama yang lebih baik di lingkungan kelas mereka. = Guru meminta siswa melakukan observasi/pengamatan tentang kehidupan bersama dalam kelompok-kelompok kegiatan remaja, misalnya: Remaja Katolik, Karangtaruna, dan sebagainya. 4. Evaluasi 1. Setiap kali ada tugas kelompok, kelompok Budi selalu selesai pertama dan paling baik. Hal itu terjadi karena dalam kelompoknya, Budi memang anak terpandai di sekolah itu. Maka ketika guru memberi tugas, Budilah yang paling banyak bekerja dan berpikir, sedangkan yang lainnya hanya ikut- Pendidikan Agama Katolik SMP 5 ikutan. Bahkan seringkali usul dari teman-teman tidak diperhatikan oleh Budi. Bagaimana pendapatmu tentang sikap Budi tersebut bila dikaitkan dengan azas hidup bersama? 2. Uraikanlah satu contoh yang memperlihatkan perwujudan azas bersama yang sesuai dengan pandangan iman Kristiani! 3. Bentuk keterlibatan hidup bersama apa saja yang dapat kamu lakukan di lingkungan RT atau RW? 4. Sebagai rasa cintanya kepada sekolah, siswa-siswi Kelas IA SLTP Santo Laurentius yang berjumlah 30 orang, akan mengadakan kegiatan membuat taman di sekolahnya. Biaya yang dibutuhkan untuk membuat patung, tembok, tanah subur dan tanaman hias sebesar Rp. 600.000,00. Salah seorang siswa mengusulkan agar biaya tersebut dibagi sama rata, masing-masing Rp. 20.000,00. Bagaimana pendapatmu tentang usul tersebut bila dikaitkan prinsip hidup bersama secara Kristiani? PENUTUP = Pembelajaran ditutup dengan doa yang bertema kerukunan. Pendidikan Agama Katolik SMP 6