1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan secara

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan secara umum perkembangan perusahaan teknologi
informasi rintisan, hal-hal yang mendukung perkembangannya, ketertarikan
investor terhadap perusahaan teknologi informasi rintisan, dan proses investasi
yang berjalan selama ini di Indonesia terhadap perusahaan teknologi informasi
rintisan. Bab ini terdiri dari tujuh sub bab, yaitu Latar Belakang, Keaslian
Penelitian, Rumusan Masalah, Pertanyaan Penelitian, Tujuan Penelitian, Manfaat
Penelitian, dan Sistematika Penulisan.
1.1 Latar Belakang
Teknologi menjadi kebutuhan berbagai lapisan masyarakat, tidak hanya
digunakan untuk membantu mempermudah pekerjaan, juga sebagai simbol dari
kemajuan suatu negara atau periode tertentu. Perkembangan teknologi juga tidak
lepas dari industri yang mendukungnya, seperti tenaga kerja, perusahaan, produk
yang dihasilkan dan pasar yang semakin baik. Indonesia dengan jumlah angkatan
kerja yang besar kuantitasnya dan potensi sumber daya manusia yang baik menjadi
salah satu kontributor perkembangan teknologi. Hal ini memunculkan banyak
perusahaan baru yang bergerak di bidang teknologi informasi dan mengembangkan
ide-ide baru yang biasanya berasal dari permasalahan yang terjadi di masyarakat.
Perusahaan teknologi informasi rintisan atau startup mulai berkembang di
Indonesia. Inisiator perkembangan startup Indonesia diawali oleh warga negara
Indonesia yang kuliah dan bekerja di luar Indonesia. Para inisiator melihat bahwa
1
pasar di Indonesia sudah mampu untuk mengembangkan bisnis di bidang teknologi
informasi, sehingga warga negara Indonesia yang telah mengembangkan bisnis pada
bidang teknologi informasi di luar Indonesia kembali pulang ke tanah air dan
berhasil mengembangkannya hingga saat ini.
Tabel 1.1 Peringkat 10 Besar Negara Startup Terbanyak di Seluruh Dunia
Negara
Jumlah Startup yang Tercatat
Amerika Serikat
5.149
India
2.389
Indonesia
965
Inggris
954
Brazil
626
Spanyol
610
Kanada
506
Jerman
415
Nigeria
407
Italia
404
Sumber: http://www.startupranking.com/countries (Akses 12 Feb 2016, 17:00)
Tabel 1.1 menunjukkan data negara-negara yang memiliki startup terbanyak
di dunia. Indonesia berada pada posisi ketiga negara yang memiliki startup paling
banyak di dunia. Angka tersebut belum termasuk startup yang tidak terdaftar pada
situsnya. Apabila diperhatikan pertumbuhan startup berbanding lurus dengan
populasi pengguna internet di seluruh Indonesia. Terhitung tanggal 30 Juni 2014
telah mencapai sekitar 71.190.000, angka ini naik sebesar 355 persen dibanding awal
tahun 2000 yang hanya kisaran 2.000.000 pengguna. Contohnya Asia, serta
pertumbuhan jumlah pengguna internet lainnya dapat dilihat pada Tabel 1.2.
2
Tabel 1.2 Statistik Pengguna Internet di Seluruh Dunia
Wilayah
Dunia
Populasi
Pengguna
Pengguna
Pertumbuhan
Persentase
(Est 2015)
31 Des 2010
31 Agust 2015
2000-2015
Pengguna
Afrika
1.158.353.014
4.514.400
318.633.889
6958,20%
10,30%
Asia
4.032.654.624
114.304.000
1.405.121.036
1129,30%
45,60%
Eropa
827.566.464
105.096.093
582.441.059
454,20%
18,90%
Timur Tengah
236.137.235
3.284.800
113.609.510
3358,60%
3,70%
Amerika Utara
357.172.209
108.096.800
310.322.257
187,10%
10,10%
Amerika Latin
615.583.127
18.068.919
322.422.164
1684,40%
10,50%
37.157.120
7.620.480
26.789.942
251,60%
0,90%
TOTAL
7.264.623.793 360.985.492 3.079.339.857
753,00%
Sumber: http://www.internetworldstats.com/stats.htm (Akses 26 Sept 2015, 15:00)
100,00%
Australia
Internet sangat penting untuk negara maju dan negara berkembang,
contohnya sebagai sarana pendidikan karena ilmu pengetahuan yang ada di internet
sifatnya tidak terbatas, bahkan beberapa ilmu pengetahuan yang tidak didapat di
kursi pendidikan formal bisa ditemukan di internet. Lebih lanjut internet sebagai
jembatan komunikasi karena bisa menghubungkan siapa saja, di mana saja, dan
kapan saja. Adapun internet sebagai sumber pendapatan tanpa batas, hal ini terkait
sumber informasi dan kemudahan akses serta komunikasi. Hal ini, memungkinkan
bertemunya antara penjual dan pembeli secara maya tanpa harus bertemu secara
langsung atau tatap muka untuk melakukan transaksi. Perkembangan teknologi
terkait jumlah pengguna internet juga diikuti dengan tumbuh pesatnya industri ini,
seperti perusahaan e-commerce yang bergerak di bidang Business-to-Customer
(B2C) dan Customer-to-Customer (C2C), media online, serta perusahan rintisan
atau startup digital yang mulai terlihat keberadaannya di bidang teknologi ini.
The Asian Internet Statistics (30 November 2015) mencatat bahwa 30,5
persen dari seluruh penduduk Indonesia atau 78 juta orang adalah pengguna
3
internet. Pengguna terbanyak adalah pada bidang e-commerce yang menjadi sektor
potensial saat ini dan masa mendatang.
Triliun
(Rupiah)
350
300
250
200
150
100
50
0
2013
2014
2016
Tahun
Sumber: http://kominfo.go.id (Akses 11 Nov 2015, 08:30)
Grafik 1.1 Nilai Transaksi E-Commerce Indonesia
Pertumbuhan nilai transaksi e-commerce di Indonesia menurut data dari
Menkominfo menyebutkan bahwa nilai transaksi e-commerce pada tahun 2013
mencapai angka USD8 miliar atau Rp116 triliun dan pertumbuhan pada tahun 2014
mencapai USD12 miliar atau Rp174 triliun ($1 = Rp14.500). Diperkirakan pada
tahun 2016 pertumbuhannya mencapai lebih dari USD20 miliar.
Munculnya banyak pengembang web dan aplikasi mobile atau sering
dikenal dengan software house adalah salah satu dari perkembangan teknologi di
bidang pengembang teknologi informasi. Software house ini yang membantu klien
untuk membangun solusi teknologi yang disesuaikan dengan permasalahan yang
berkembang. Contoh hasil dari software house adalah produk e-commerce, elearning, dan website perusahaan untuk sistem manajemen terintegrasi.
4
Meskipun pertumbuhan ke arah trend positif, namun banyak juga
perusahaan rintisan atau startup tersebut mengalami dinamika dalam proses
usahanya. Hal ini disebabkan banyak hal antara lain kompetitifnya pasar terhadap
layanan atau produk dari startup yang menjadi pilihan konsumen atau pengguna,
pendanaan terhadap startup, dan kurang baiknya manajemen dalam mengelola
setiap laporan, termasuk laporan keuangan yang juga menjadi penyebab startup
sulit berkembang atau bahkan tutup. Startup merupakan tahap awal setelah bisnis
telah dirancang. Produknya secara umum masih belum teruji dan tidak memiliki
pasar yang mapan. Nilai startup ini terletak sepenuhnya pada potensi
pertumbuhannya di masa mendatang. Input harus diperkirakan dan cenderung
memiliki kesalahan yang cukup besar jika salah memperhitungkan input nya
(Damodaran, 2012: 643-653).
Startup mulai berkembang pada akhir tahun 1990-an hingga tahun 2000,
istilah startup banyak disamakan dengan segala yang berhubungan teknologi, web,
internet dan yang berhubungan dengan bidang teknologi informasi. Founder adalah
pemilik startup, yang mulai dari awal mendirikan dan menjalankan operasional
startup. Startup memiliki peranan penting dalam stabilitas perekonomian suatu
negara, seperti halnya di Jerman yang memperhatikan perkembangan startup.
Terbukti ketika krisis di Eropa tahun 2012 Jerman terbebas dari krisis karena
memiliki pasar domestik yang aman.
Startup yang ingin berkembang tentunya memperhatikan fundamental dari
sistem tata kelola perusahaan tersebut. Memiliki laporan keuangan yang baik
merupakan salah satu cara melihat masa depan perusahaan, apakah semakin baik
5
atau justru menunggu waktu untuk menutup usaha selamanya. Perusahaan yang
baik adalah perusahaan yang memiliki nilai atau value. Ini merupakan tujuan dari
penilaian perusahaan (business valuation) untuk melakukan proses perhitungan
sehingga memperoleh perkiraan dari nilai perusahaan tersebut. Valuasi perusahaan
bertujuan untuk mengestimasi fair market value suatu perusahaan dan makanya
bagi perusahaan tersebut (Nurhayati, 2009).
Pertumbuhan startup digital secara pesat dan merata di Indonesia, membuat
investor ataupun Venture Capital (VC) melihat ada peluang besar sehingga berani
untuk berinvestasi dengan menanamkan modalnya. Bagi penggiat dunia startup
mendapatkan pendanaan akan sangat berguna demi keberlangsungan dan
pertumbuhan startup. Namun di sisi yang lain, investor maupun VC juga tidak ingin
gegabah memberikan modalnya kepada startup yang dianggap memiliki potensi
rendah dan bahkan tinggi risiko. Terbatasnya startup yang berkualitas dan layak di
Indonesia untuk mendapatkan modal dari investor atau VC, tidak jarang banyak
contoh startup yang berulang kali ditolak oleh calon investor. Alasannya beragam
mulai dari ide yang tidak menarik, manajemen yang bukan diisi oleh orang-orang
berkompetensi, bahkan alasan teknis seperti tidak memiliki laporan keuangan.
Landasan seorang investor atau VC percaya menanamkan modalnya berasal
dari founder, selain dari potensi bisnis yang dimiliki startup tersebut. Laporan
keuangan bisa juga menjadi pertimbangan yang akan memengaruhi VC berinvestasi
atau tidak, karena laporan keuangan akan memperlihatkan apakah startup mengarah
ke positif atau cenderung berisiko tinggi dari segi pendapatan. Investasi dalam
kemitraan modal ventura memiliki sifat tidak likuid. Investor mendapatkan
6
keuntungan dari investasi melalui distribusi modal yang dilakukan oleh kemitraan
ketika kemitraan berhasil mendapatkan keuntungan melalui penjualan perusahaan
atau penawaran umum perdana. Jadi, investasi dalam modal ventura hanya tepat jika
berada dalam posisi keuangan yang tidak mengejar likuiditas.
Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang menuju kematangan
ekonomi dan perkembangan zaman, memiliki peluang mendapatkan arus informasi
secara cepat dan akurat. Indonesia merupakan salah satu tujuan investasi dari VC.
Dilihat dari keuntungan demografi yaitu memiliki 53 persen dari seluruh jumlah
penduduk Indonesia yang berumur di bawah 30 tahun atau umur produktif. Hal ini
yang membuat VC berlomba berinvestasi pada sektor e-commerce, media informasi
online, dan startup pengembang aplikasi.
Pada kondisi berbeda ada saat di mana startup merasa tidak adil atau tidak
mendapatkan kejujuran dari investor, ini bisa disebabkan karena mayoritas founder
startup diisi oleh orang-orang yang memiliki latar belakang secara teknikal, dan
belum sepenuhnya memahami tentang jalur investasi, penilaian, atau sistem
manajerial. Menilai startup untuk mendapat nilai wajar bukanlah hal yang
sederhana, banyak variabel yang mempengaruhinya. Terlebih jika startup tersebut
memiliki laporan keuangan yang belum sesuai dengan Pernyataan Standar Akutansi
Keuangan (PSAK) atau bahkan belum memiliki sama sekali catatan laporan
keuangan dari startup yang dimilikinya.
Menurut SPI 2013 khusus penilaian bisnis yaitu SPI 330, pada ayat 4.1
menyatakan bahwa penilaian bisnis biasa digunakan sebagai pengakuan awal dan
atau pengukuran aset dan atau liabilitas di dalam laporan keuangan. Kemudian pada
7
ayat 5.18 bahwa kegunaan laporan keuangan terdapat dua tujuan dalam analisis dan
penyesuaian keuangan, yaitu pemahaman hubungan yang ada dalam laporan labarugi dan laporan posisi keuangan termasuk tren dari masa ke masa untuk
mengevaluasi risiko yang timbul dalam operasional bisnis dan pengaruhnya pada
prospek kinerjanya di masa mendatang. Sebagai perbandingan dengan bisnis yang
sejenis untuk mengevaluasi risiko dan parameter nilai. Sebagai tambahan bagi
perusahaan rintisan atau perusahaan mikro, pada ayat 5.20 dikatakan bahwa untuk
penilaian Badan Usaha Mikro sampai dengan Usaha Kecil, sebagaimana
didefinisikan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008
Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, laporan keuangan dapat memakai
laporan keuangan yang tidak diaudit.
Dari hal-hal yang sudah dipaparkan di atas, penulis tertarik untuk
melakukan sebuah penelitian sehubungan dengan “Penentuan Nilai Wajar
Perusahaan Teknologi Informasi Rintisan.” Hasil dari penelitian ini diharap mampu
untuk menjawab bagaimana melakukan penilaian pada perusahaan rintisan/startup
dengan keterbatasan data dan informasi yang ada. Nilai tersebut bisa dijadikan
acuan bagi founders/pemilik ketika ada investor ingin berinvestasi masuk ke
perusahaan rintisannya.
1.2 Rumusan Masalah
Penilaian startup merupakan salah satu cara melihat perkembangan dari
startup itu sendiri. Nilai dari startup akan merepresentasikan nilai dari harapan cash
flow dari pendapatan aset dan operasi. Investor tertarik untuk berinvestasi tidak
hanya melihat dari potensi sebuah startup saja, juga melihat dari aspek pelaporan
8
keuangan dan manajemen dari startup. Terdapat kesulitan untuk melakukan
penilaian startup antara lain jauhnya perbedaan antara pemasukan dan pengeluaran,
pemasukan dari operasi cenderung selalu negatif, sangat terbatas informasi tentang
pelaporan dari operasi, sedikitnya pembanding startup sejenis, dan terbatasnya
informasi yang akurat sehingga menyebabkan standar penilaian bisnis sulit diukur.
Pada dasarnya tipikal dari sebuah startup adalah tidak memiliki catatan dan
pasar yang tidak terduga. Selain itu, produk startup belum teruji di pasar, tidak
mengetahui struktur biaya, tidak mengetahui waktu implementasi, penerimaan
pasar yang tidak diketahui, jalur penjualan yang belum jelas, persaingan yang tidak
diketahui, manajemen yang sederhana, dan harapan yang tidak realistis. Jadi untuk
menilai startup atau perusahaan sangat tergantung dari seberapa baik atau bagus
startup tersebut dan berapa lama startup tersebut melakukan bisnisnya (Goldman,
2008).
Terdapat masalah yang timbul jika sebuah startup tidak memiliki
catatan/pelaporan keuangan dan nilai. Apabila investor ingin menginvestasikan
dananya ke sebuah startup akan sulit menentukan berapa besaran dan persentase
pembagian setelah melakukan investasi. Isu tentang startup di Indonesia menjadi
menarik karena selain sebagai salah satu anggota Masyarakat Ekonomi ASEAN
(MEA) di tahun 2016, Indonesia juga menjadi tujuan utama investor atau VC
karena melihat begitu besarnya penduduk Indonesia dan banyak pembeli potensial
barang atau jasa. Oleh karena itu, penilaian startup dan perkiraan perkembangan
startup menjadi isu penting, dan di saat startup siap maka investor percaya
melakukan proses investasi.
9
1.3 Keaslian Penelitian
Penelitian dan jurnal sebelumnya yang berhubungan erat dengan
perhitungan nilai perusahaan baru, dinamika startup, juga perubahan tata kelola
perusahaan setelah akuisi/merger yang pernah dilakukan oleh peneliti-peneliti juga
penulis-penulis sebelumnya, antara lain sebagai berikut.
1. Goldman (2008), meneliti tentang metode penilaian startup. Metode serta alat
analisis yang digunakan adalah secara metode kualitatif dan pendekatan studi
kasus. Berdasarkan penelitiannya, hasil temuannya meliputi karakteristik dari
sebuah startup, evaluasi kinerja tim manajemen, menganalisa pertumbuhan dari
sudut pandang analisis sekuritas dan mengeksplorasi dari catatan laporan
keuangan, alat analisis penghitungan menggunakan metode pendekatan aset dan
metode pendekatan pendapatan.
2. Gavious dan Schwartz (2009), menggunakan metode informatif dari database,
mengambil data dari pasar, dan informasi dari pihak kedua. Hasil temuan yang
diperoleh oleh Gavious dan Schwartz adalah menjelaskan betapa pentingnya
laporan keuangan dan bagi investor yang berhubungan dengan pendanaan
ventura bagi startup. Selain itu, juga laporan keuangan bisa meningkatkan
pertumbuhan penjualan dengan kebijakan-kebijakan yang dibuat berdasarkan
hasil dari laporan keuangan tersebut.
3. Stankeviciene dan Zinyte (2012), berdasarkan penelitiannya mendapatkan
temuan bahwa bagaimana sebuah perusahaan rintisan menjalankan proses
investasinya secara efektif serta bagaimana susahnya melakukan penghitungan
10
startup tanpa memiliki data akutansi. Stankeviciene dan Zinyte dalam
penelitiannya menggunakan metode deskriptif kualitatif.
4. Putri R. (2011), melalui penelitiannya menemukan perbedaan hasil nilai dengan
menggunakan FCFF dan Net Asset. Selain itu juga kinerja keuangan perusahaan
yang mengakuisisi lebih baik dari pada yang diakuisisi. Putri R. melakukan
penelitian ini menggunakan analisis kinerja keuangan dan metode yang
digunakannya adalah Free Cash Flow to the Firm (FCFF) dan net asset.
5. Octaviani (2010), dengan menggunakan metode dan alat analisis penilai
Discounted Cash Flow menggunakan FCFE dan FCFF. Hasil temuannya bahwa
corporate action diharapkan bisa menaikkan harga saham, penilaian pasar
undervalue bila dibanding perhitungan FCFE dan FCFF, nilai perhitungan FCFE
lebih tinggi dibanding perhitungan menggunakan FCFF, dan biasanya nilai
akuisisi didorong oleh lebih besarnya potensi arus kas masa depan dibandingkan
harga saat akuisisi.
Simpulan dari beberapa referensi terdapat kesamaan yaitu menentukan
sebuah nilai dengan beberapa pendekatan seperti pendekatan pendapatan,
pendekatan pasar, dan pendekatan aset. Saat melakukan estimasi potensi startup
atau perusahaan baru dapat berkembang atau tidak, maka biasanya penilai melihat
dari sejauh mana kompetensi dari manajemen bisa sukses melihat peluang. Peluang
terkait dari potensi besar startup, apakah produknya bisa diterima oleh konsumen,
memiliki nilai tambah produk yang lebih baik, kemampuan untuk produk bisa
bertahan, masih besarnya potensi pembeli, dan apakah produk tersebut akan cepat
berkembang di pasar. Selain itu, peluang tersebut harus memperhatikan aspek
11
keuangan dan manajemen dari startup atau perusahaan itu sendiri. Sulitnya
menemukan tesis dan jurnal yang berhubungan dengan penilaian startup, membuat
penulis mencari sumber lain yang bersumber dari luar negeri.
1.4 Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang muncul meliputi
sulitnya menilai startup dan prospek startup di masa depan, maka pertanyaan
penelitiannya adalah sebagai berikut.
1. Berapakah estimasi nilai wajar perusahaan rintisan PT XYZ?
2. Bagaimana prospek PT XYZ sebagai perusahaan rintisan di masa depan?
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan pertanyaan penelitian yang sudah dirumuskan seperti nilai
wajar dan prospek PT XYZ di masa depan, maka tujuan penelitian yang dibuat
adalah:
1. menentukan nilai wajar perusahaan rintisan PT XYZ;
2. memberikan informasi mengenai prospek bisnis PT XYZ di masa yang akan
datang.
1.6 Manfaat Penelitian
Penelitian diharapkan menghasilkan manfaat yang dijelaskan sebagai
berikut.
1. Bagi founder dan manajemen startup.
Manajemen startup dalam hal ini founder mengetahui bagaimana cara melakukan
penilaian untuk sebuah startup dan mengerti instrumen apa saja yang digunakan
12
untuk menilai startup. Kendala-kendala yang dihadapi sebelum melakukan
proses penilaian.
2. Bagi investor dan Venture Capital (VC).
Investor dan VC akan lebih mudah menganalisa startup yang bisa dijadikan
tujuan investasi, serta memiliki prospektif model bisnis yang bagus. Investor dan
VC yang berasal dari luar Indonesia juga akan mengerti kendala yang dihadapi
ketika ingin melakukan investasi pada startup di Indonesia. Termasuk instrumen
yang dijadikan sebagai data dalam proses investasi, merger atau akuisisi.
3. Bagi pelaku dunia digital.
Pelaku dunia startup digital menjadi mengerti alur, tahapan, dan alat ukur apa
saja yang digunakan dalam menghitung nilai sebuah startup. Kemudian pelaku
startup bisa lebih mempersiapkan jika ingin melakukan penilaian startup.
4. Bagi akademisi dan penelitian selanjutnya.
Hasil dari penelitian ini mampu memperkaya pengetahuan pada profesi penilaian,
terutama bidang keuangan agar dapat mengetahui cara menghitung nilai sebuah
perusahaan rintisan atau startup.
1.7 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan tesis ini terdiri dari 5 bab. Bab I Pendahuluan,
memuat latar belakang, rumusan masalah, keaslian penelitian, pertanyaan
penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. Bab II
Tinjauan Pustaka dan Landasan Teori, memuat teori, tinjauan terhadap penelitian
yang pernah ada, model penelitian dan kerangka penelitian. Bab III Metode
Penelitian, memuat desain penelitian, metode pengumpulan data, metode
13
pengambilan sample, definisi startup dan investor/venture capital, definisi
pendekatan pendapatan dan pendekatan pasar, formula penyelesaian, instrumen
penelitian, dan metode analisis data. Bab IV Analisis Data dan Pembahasan, berisi
tentang gambaran secara umum tentang PT XYZ, sejarah singkat, proses penilaian
nilai wajar menggunakan analisis pendekatan pendapatan discounted cash flow
(DCF) dan pendekatan pasar relative valuation, dan prospek usaha PT XYZ.
Bab V Simpulan dan Saran, memuat simpulan, keterbatasan penelitian, dan
implikasi hasil dari penelitian yang dilakukan.
14
Download