MEA Dan Perekonomian Indonesia - Yanuar Rizky

advertisement
Peran BUMN
Dalam Mitigasi Resiko Jangka Pendek
Uang Beredar Perekonomian
YANUAR RIZKY
CHAIRMAN BIG
(BEJANA INVESTIDATA GLOBALINDO)
[email protected]
Agenda
1.
Analisa Profil Uang Beredar Perekonomian Indonesia

Identifikasi Faktor Yang Mempengaruhi BIrate sebagai policy rate stabilitas
Perekonomian Indonesia
Identifikasi Faktor Yang Mempengaruhi Uang Beredar Dalam Arti Luas (M2 = M1
(Giral Di Perbankan) + Pasar Keuangan) di Indonesia
Identifikasi Pengaruh Dominasi, Eksternalitas Bank Sentral Dominan (The Fed)
terhadap struktur Uang Beredar
Pemetaan Strategi Perbankan Indonesia

Point of View: Resiko Jangka Pendek Perekonomian Indonesia



2.
Peran BUMN Dalam Mitigasi Resiko Jangka Pendek Perekonomian




Upaya Yang Telah Dilakukan BUMN, Dan Catatan Kritis Untuk Optimasi Aksi
IDE: Budaya Investasi Lokal via Sekuritisasi Aset (EBA) untuk menjaga stabilitas
Uang Beredar dan Menanamkan Kembali Akar Ekonomi Nasional
IDE: Sinergi BUMN untuk masalah penting dan genting (pangan dan energi)
Strategy is Action: Konsolidasi Perekonomian Nasional (Fiskal-MoneterBUMN) menanamkan kembali akar nasionalisme perekonomian
Yanuar Rizky ι [email protected] ι http://rizky.elrizky.net
Uang Beredar Perekonomian Indonesia
(mom: Januari 2002 – Desember 2014)
 Uang Beredar Inti Di Masyarakat (M0) cenderung tumbuh stagnan dan
Bergejolak Disaat terjadi Fluktuasi Pasar Keuangan
 Uang Beredar di Perbankan (Giral, M1) cenderung berhimpit dengan M0 dan
tumbuh stagnan di atas M0
 Uang beredar dalam Arti Luas (M1 + Pasar Keuangan) Tumbuh Agresif dan
semakin lebar jaraknya dengan M0 dan M1
Yanuar Rizky ι [email protected] ι http://rizky.elrizky.net
M2 di Indonesia: “Who Moved My Cheese”?
-dari sisi suku bunga
Fed- rate
B
B’
B’
B
Nasdaq
Dow Jones
B
B’
Awal dari arus
dana di pasar
finansial global:
The Fed
menurunkan
bunga acuan (Fed
rate) secara agresif
dari kisaran 5,5%
(awal 2001) ke
kisaran 1,25%
(awal 2002)
 di turun sejak
Indonesia, BI rate
pun drastis awal
2002
B
rate
BI
B’
A
A’
B
IHSG
B
A
A’
B
B’
 Ruang turunnya BIrate teridentifikasi tergantung Fedrate, dan jikapun
turun uang beredar pindah dari perbankan (M1) ke Pasar Keuangan (M2)
Yanuar Rizky ι [email protected] ι http://rizky.elrizky.net
M2 di Indonesia: “Who Moved My Cheese”?
-dari sisi postur cadangan devisa
 Ketika The Fed menghidupkan kebijakan bunga rendah yang diimbangi
kebijakan uang beredar (QE: Quantitative Easing), ekses likuiditasnya juga
mengalir ke uang beredar di Indonesia
 Harga yang harus dibayar adalah Gejolak Nilai Tukar Rupiah atas US
Dolar menjadi “game theory The Fed”
Yanuar Rizky ι [email protected] ι http://rizky.elrizky.net
Resikonya, M2 bertumbuh dari Ekternal Berakibat
Fluktuasi Pasar Keuangan
1
2
3
Ketika terjadi “perang harga minyak” dibalik kenaikan kembali Fedrate tahun 2005,
Volatilitas pasar (kurs) juga naik, diikuti Inflasi
2. Ketika terjadi “crash bursa new york” 2008, juga berdampak ke volatilitas pasar
keuangan Indonesia
3. Ketika Tapering Off QE The Fed dilakukan di 2013, volatilitas pasar keuangan Indonesia
pun meningkat (bahkan lebih tinggi)
1.
Yanuar Rizky ι [email protected] ι http://rizky.elrizky.net
Ada Apa Dengan Uang Beredar Di Indonesia?
 Dalam setiap volatilitas (krisis), yang terjadi adalah
naiknya bunga (BIrate) untuk meredam Inflasi
 Posisi M0 dan M1 semakin jauh berjarak dengan
M2: Indikasi ekses likuiditas saat perekonomian
stabil (BIrate turun) tidak ke sektor riil, tapi ke pasar
keuangan
 Persoalan struktural Perbankan?

Inilah pertanyaan kunci soal intermediasi, disaat Perbankan
sendiri harus bertahan dengan menjaga nilai CAR nya
 Jawablah prasangka dengan Riset (data)
Yanuar Rizky ι [email protected] ι http://rizky.elrizky.net
BIrate, M2 dan CAR Perbankan
- Riset Yanuar Rizky (2015)
 Riset ini dilakukan secara simultan dari data bulan ke bulan (Januari 2002 –
Desember 2014) dari data makro dan laporan keuangan seluruh Bank di Indonesia
Yanuar Rizky ι [email protected] ι http://rizky.elrizky.net
Peran BIrate
BIrate tersandera ekternalitas: korelasi hubungan negatif antara Kurs dengan BIrate di
seluruh periode amatan
 BIrate menjadi pengendali likuiditas Perbankan M1: Kompensai Inflasi
 BIrate selalu bereaksi terhadap tekanan Inflasi, yang identik dengan volatilitas kurs (net
importir)
 Menjaga uang beredar di Perbankan (M1) menyebabkan sektor riil tidak tumbuh
berkelanjutan (indikator net Ekspor)
 PolitikEkonomi BIrate rendah akan sulit: sepanjang volatilitas pasar
keuangan sangat ditentukan eksternalitas  memicu fluktuasi inflasi di satu
sisi dan godaan wealth management via ekses likuiditas ke pasar keuangan

Yanuar Rizky ι [email protected] ι http://rizky.elrizky.net
Keterlanjuran Ekses Likuiditas dana Asing,
Ketergantungan finetuning BIrate-Fedrate

Faktor Pertumbuhan M2 di Indonesia secara
jangka panjang dipicu oleh:


4

1

3
2

5
Naiknya selisih suku bunga antara BIrate-Fedrate (1)
Kebijakan QE The Fed (suply dan absorb) - (2),
dengan biaya yang ditanggung BI (Cadev dan
Operasi Pasar Terbuka) - (3)
Posisi ini menyebabkan Volatilitas di Kurs dan Pasar
Keuangan menjadi sumber “return dana asing”
(menggoreng asetnya) (4)
Fenomena menarik, setelah tersedia data pasar
sekunder Obligasi: peran selisih BIrate-FedRate
menjadi “Negatif” dan digantikan oleh Transaksi
Obligasi di Pasar Sekunder, khususnya Obligasi
Pemerintah (5)
Peluang sekaligus tantangan, manajemen
moneter akan ditentukan oleh stabilitas harga
Obligasi, serta respon fiskal dalam menggerakan
dana obligasi untuk menggerakan sektor riil
(M0, M1 dari dana Domestik)  Indonesia ke
depan butuh mitigasi resiko dan ekspansi
QE Domestik (harmonisasi fiskalmoneter)
Yanuar Rizky ι [email protected] ι http://rizky.elrizky.net
Peta Strategi Perbankan
 Perbankan Indonesia masih
disibukan oleh:
3
Yanuar Rizky ι [email protected] ι http://rizky.elrizky.net
Efektifitas pengelolaan pendapatan
dari aset yang dimiliki (ROA negatif
terhadap CAR): Naiknya pendapatan
perbankan rentan terhadap kondisi
pasar (1)
 Efisiensi biaya operasional: sisi ini
positif Perbankan terus melakukan
strategi Cost Reduction Program di
BOPO untuk Pertumbuhan CAR (2)
 Intermediasi tidak menjadi pilihan
likuiditas, pasar uang antar Bank dan
Obligasi lebih menjadi pilihan (3)
 Mitigasi Resiko Jangka pendek
Perbankan: Peluang sekaligus
Tantangan perbankan adalah
stabilitas harga obligasi 
mendesak inovasi Obligasi
mengarah ke intermediasi

1
2
Strategi Bank BUMN:
“Berani Tambil Beda”
Bank BUMN menunjukan perannya sebagai
agent of development dengan berperan di
pasar keuangan (M2) – 1, meski sama
halnya dengan operasi moneter BI juga
berupa biaya (negatif korelasi CAR dengan
M2), serta berperan di intermediasi (LDR)
– 4 meski mengaggung resikonya berupa
korelasi negatif CAR dengan NPL -5;
dimana sumber pembiayan juga dari
penerbitan obligasi (LOA) – 5
 Bank BUMN pun harus terus berbenah
dalam Cost Reduction Program (BOPO) -2
dan menjaga Leverage antara modal dan
hutangnya
 Strategi Bank BUMN setelah tahun
2010 menunjukan peran sebagai
enabler pasar keuangan dan
perekonomian (agent of
development), dengan seluruh
resikonya.

1
2
3
4
5
6
Yanuar Rizky ι [email protected] ι http://rizky.elrizky.net
Suka tidak Suka,
Surat Utang (Obligasi) adalah Kunci
 Hasil riset: Jangka pendek Uang Beredar Perekonomian
Indonesia akan menghadapi gejolak eksternal
 Kenapa sekarang tidak terjadi Bank gagal seperti Bank Global
(2005) dan Bank Century (2008), padahal di 2013 volatilitas
sudah tinggi serta terjadi korelasi negatif M1 dengan BIrate?


Hasil riset: Koliner posisi harga dan transaksi obligasi di pasar sekunder
dengan Cadangan Devisa  perubahan orientasi stabilitas oleh BI ke
arah menjaga Obligasi  tekanan terhadap CAR bisa dimitigasi oleh BI
Hanya saja, mitigasi BI dan Perbankan di pasar keuangan berdampak
kepada tingginya bunga (BIrate) untuk menjaga Rupiah dan M1 
sektor riil susah bergerak
 Dalam jangka Pendek, revolusi mental dari
“menambah suply US Dolar” harus dirombak dengan
“menambah suply Rupiah”  perlu terobosan
mitigasi pasar keuangan dengan jiwa “negara
berbisinis” (Fiskal-Moneter-BUMN)
Yanuar Rizky ι [email protected] ι http://rizky.elrizky.net
Peran Bank BUMN di Pasar Keuangan
 Snapshoot pasar uang antar
Bank (PUAB) menunjukan
peran Bank BUMN
(Persero) sebagai “Liquidity
Provider” yang dominan 
disamping peran BI, Bank
BUMN juga berperan untuk
industrinya
 Hanya saja, jika dilihat dari
sisi intermediasi tentu ini
tidak positif, karena yang
dibutuhkan ekonomi rakyat
adalah intermediasi
Yanuar Rizky ι [email protected] ι http://rizky.elrizky.net
Peran Intermediasi
Yang Telah Dilakukan BUMN
 Jika dilihat secara keseluruhan,
Industri Perbankan tidak dalam
posisi mengambil intermediasi
(LDR) sebagai strategi pengelolaan
likuiditas CAR, dan lebih ke surat
berharga (obligasi) dan pasar uang
antar Bank
 Posisi “perang” expected return
pasar keuangan vs bunga, telah
berdampak Kredit mahal..
Kalaupun BIrate diturunkan, maka
resiko justru di likuiditas perbankan
(M1)
 Dilema itulah yang diselesaikan
KUR, yang dilakukan Bank BUMN,
untuk menjaga uang beredar
produktif di Masyrakat
Yanuar Rizky ι [email protected] ι http://rizky.elrizky.net
Sumber: Rilis Kementrian BUMN
Catatan:
Realisasi KUR baru 76% dari target, ini
mengindikasikan masalah bisa saja datang
dari sektor usaha yang menjadi target
KUR tidak tercapai  perlu Inkubator
Bisnis untuk usaha kecil dan mikro
Dana Kemitraan BUMN dan Inkubator Mikro
 Dalam posisi ekonomi tertekan, peran dana PKBL
BUMN (CSR) berguna untuk uang beredar di M0,
baik dari sisi biaya lingkungan maupun dana
produktif kemitraan
Catatan:
Sumber: Rilis Kementrian BUMN
Yanuar Rizky ι [email protected] ι http://rizky.elrizky.net
Realisasi Dana Kemitraan
antara program dan target
gap-nya masih besar  ke
depan jika fokus dan sinkron
dana ini akan sangat potensial
menjadi sumber dana
Inkubator Bisnis untuk
usaha kecil dan mikro
yang menopang efektifitas
KUR maupun Sekuritisasi
Pasar Keuangan
Kenapa Penting Inisiatif Sinergi BUMN-Mikro
 Ada 2 catatan strategis:
 Peluang untuk mengambil peran dalam stabilisasi pasar
keuangan, melalui Obligasi yang Efektif
 Pentingnya, Inkubator bisnis dari Dana BUMN untuk
Efektifitas Program
 Di Malaysia, “venture capital” usaha mikro dan
inkubator oleh Khazanah telah lama dilakukan, ini
yang harus kita kejar  jika tidak, industri kita kalah
efisien dibanding negara lain karena rantai nilai
tambah domestiknya terputus
 IDE: Bahasa Finansial Untuk Terobosan Sektor Riil
Yanuar Rizky ι [email protected] ι http://rizky.elrizky.net
SEKURITISASI
PASAR KEUANGAN
SBI
PASAR
UANG
WARKAT
ANTAR BANK
PASAR
KEUANGAN
SAHAM
(kepemilikan
korporasi)
PASAR
MODAL
Solusi Sektor Mikro
-Belum Optimal-
OBLIGASI
(surat utang
korporasi)
Efek Beragun Aset
(Aset/proyek)
Yanuar Rizky ι [email protected] ι http://rizky.elrizky.net
OPTIMASI EBA
SOLUSI INTERMEDIASI SEKTOR RILL
ASET/
PROYEK
BUMN
BANK
LEGAL
GUARANTOR
SEKURITISASI
TERM
KEPATUTAN BISNIS
UNDERWRITER
EBA
VALUASI BISNIS
YIELD
FULL COMITMENT
-STANDING BUYERUNDER SUBCRIBE AGEN PENJUAL
-IPOBROKER
-PASAR SEKUNDERMASYARAKAT
PEMODAL
Yanuar Rizky ι [email protected] ι http://rizky.elrizky.net
OVER SUBCRIBE
LANGSUNG
DANA
MASYARAKAT
REKSA DANA
Kenapa EBA?
 Kita tidak punya konsensus, gamang dalam tatadunia
baru..
 Kalau jual saham persepsi jual negara, kalau jual Obligasi
dianggap berhutang dan lambat laun akan jual aset juga
(hostile take over)
 Itu tidak salah, karena kita juga tidak fokus di penyerapan
dana Obligasi ke sektor riilnya (tanpa ide, sekedar gali
lubang tutup lubang)
 EBA dengan melakukan utilisasi aset, dengan skema bagi
hasil tentu “rasa berbeda”
 Dana lokal pun harus jadi prioritas, jadi insentif Pajak
misalnya untuk WNI dan atau Bank yang membelinya, atau
dihitung dalam LDR-GWM (QE ala Indonesia)
Yanuar Rizky ι [email protected] ι http://rizky.elrizky.net
Mampukah Kita Untuk EBA?
Sumber: Rilis Kementrian BUMN
 Revaluasi Aset, peluang besar BUMN untuk mengkapitalisasi EBA
 Sayangnya, pemerintah masih melihatnya dari jangka pendek (pajak saat
revaluasi), tapi bukan potensi pajak masa depan dari sekuritisasi Aset sebagai
alat “QE ala Indonesia”
 Jangan takut tekanan pasar, BUMN masih punya aset untuk
menggerakan Ekonomi  alat sinkronisasi Fiskal – Moneter dengan uang
ketiga (insentif dana Lokal: masyarakat dan Bank)  dengan catatan,
optimasi hanya dapat dilakukan dengan “fokus prioritas” yang tepat
Yanuar Rizky ι [email protected] ι http://rizky.elrizky.net
Intinya...
 Kesepahaman Inisiatif Strategi Negara via BUMN
dalam mitigasi resiko pasar keuangan (yang telah
dan akan kita hadapi)
 BUMN harus memberi sinyal “ekonomi partisipatif”
dengan sinergi ke masalah UKM, Mikro dan Kecil
Kampanye budaya investasi lokal: merubah
paradigma “suply USD” menjadi “Suply Rupiah” 
BUMN sebagai alat harmonisasi fiskalmoneter
Yanuar Rizky ι [email protected] ι http://rizky.elrizky.net
Inisiatif baru, selalu ada resiko
Hasil riset menunjukan posisi Kurs Rupiah atas US Dolar menyandera stabilitas makro
Indonesia
 Jika fokus ke “terobosan intermediasi” menjaga uang beredar (M2), maka tekanan di
daya beli masyarakat tetap ada (genting),karena posisi inflatoir dari Kurs dan Harga
Pangan

Yanuar Rizky ι [email protected] ι http://rizky.elrizky.net
Sinergi BUMN untuk Pangan
 Petani sejahtera, Konsumen berdaya beli: tujuan ideal pemerintahan
 Jika harga impor pangan lebih murah dibanding HET petani  masalahnya
ada di inefisiensi matarantai ongkos produksi, distribusi, dan manjemen
logistik
Ambil contoh, pupuk yang menjadi “vitamin untuk panen”:
Harga internasional saat ini rendah (USD2-4/mmbtu)  industri pupuk kita kalah
bersaing, karena harga Gas jauh lebih mahal(USD6-10/mmbtu, melalui paket
kebijakan yang telah dikeluarkan akan menjadi USD7/mmbtu) resiko terdekat
saat MEA, Malaysia telah akan selesai pabrik pupuk kapasitas besar dengan harga
gas hanya USD4/mmbtu
 Sinergi BUMN harusnya menyelesaikan masalah inefesiensi harga dalam mata
rantai Industri sesama BUMN, diatas itu semua kunci kebijakan pemerintah
dalam daya siang industri juga harus JELAS
 Hal lain, harga yang diakibatkan keterlambatan keputusan logistik pangan
(antara impor dan jumlah panen) adalah masalah data perlu digitalisasi data
dari hulu ke hilr  caranya sinergi BUMN dengan memanfaatkan satelit BRI
agar digitalisasi data dapat ditempuh
Yanuar Rizky ι [email protected] ι http://rizky.elrizky.net
Dilema Harga Komoditas (Energi)
 Outlook pasar keuangan global akan “terancam”
likuiditasnya, jika Fedrate naik (ekses likuiditas perbankan vs
pasar keuangan)
 Fedrate akan naik, jika inflasi naik  ada kesan, pasar
keuangan meningkatkan volatilitas dan menekan harga
komoditas, dengan motif (1) ekpektasi bunga dari sisi wealth
management akan semakin tinggi; (2) mendelegitimasi
kenaikan Fedrate dikarenakan inflatoir harga komoditas
rendah; (3) Konsolidasi sumberdaya, dengan menciptakan
momentum “hostile take over” perusahan energi
 Ekspor Indonesia berbasis Komoditas akan tertekan, BUMN
komoditas juga dalam tekanan disaat tuntutan publik pun
harga energi murah
Yanuar Rizky ι [email protected] ι http://rizky.elrizky.net
Sinergi BUMN – Mikro Untuk Energi
 Holdingnisasi diperlukan agar BUMN per sektor memiliki
kekuatan Finansial untuk sustain (Investment Holding)
 IDE: di Cina, gas menjadi murah juga karena ada gasifikasi
batubara  BUMN batubara ditengah harga internasional
rendah, lebih baik dipakai sendiri untuk bahan baku BUMN
lainnya  gasifikasi masih mahal, insentif pemerintah diperlukan
 IDE: BUMN sinergi dengan swasta dan mikro: misal sampah,
diproses untuk gasifikasi (listrik) dan sisanya untuk pupuk
Organik  sinergi BUMN – UKM – Pemda
 Belajar dari Samsung (Frankfurt Deal, 1994), kita perlu
melangkah ke depan dengan “cara baru” tapi bersepakat bersama
dan berbagi peran (BUMN sebagai Agent of Development)
Yanuar Rizky ι [email protected] ι http://rizky.elrizky.net
Konklusi
 Kalau kita bergerak dari paradigma lama “tersandera US Dolar dalam
Uang Beredar”, kita habis tenaga di pasar keuangan, dan semakin jauh
dari konsolidasi modal nasional serta industrialisasi ekonomi nasional
 Untuk itu, Kampanye Budaya Investasi Lokal adalah peluang dengan
lebih memfokuskan apa yang telah dilakukan BUMN, dalam pasar uang
antar Bank, KUR, dana Kemitraan, dan Revaluasi Aset
 Dukungan harmonisasi fiskal-moneter untuk Kampanye Budaya
Investasi lokal untuk menjalankan ekonomi partisipatif dan sinergi
BUMN-Swasta-UKM (QE ala Indonesia)  soft power dengan pasar
finansial sendiri (via Obligasi sebagai kunci uang beredar dan operasi
moneter)
 Yang penting dan genting, soal harga pangan dan energi, BUMN akan
mampu mengatasinya dengan sinergi serta fokus pemerintah dalam
kebijakan industrialisasi
Yanuar Rizky ι [email protected] ι http://rizky.elrizky.net
Terima Kasih
Kita Bisa, Asal Kompak!
Yanuar Rizky ι [email protected] ι http://rizky.elrizky.net
Download