16 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini

advertisement
16
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Saat ini dunia usaha tidak lagi hanya memperhatikan catatan keuangan
perusahaan semata (single bottom line), juga aspek sosial dan lingkungan yang
biasa disebut triple bottom line. Sinergisitas dari tiga elemen ini merupakan
kunci dari konsep pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development)
(Wibisono,2007). Seiring dengan hal tersebut berbagai kalangan swasta,
pemerintah, organisasi masyarakat dan dunia pendidikan berupaya merumuskan
dan mempromosikan tanggung jawab sosial sektor usaha dalam hubungannya
dengan masyarakat dan lingkungan. Wacana Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan (Corporate Social Responsibility) yang kini menjadi isu sentral
yang semakin populer dan bahkan ditempatkan pada posisi yang penting, karena
itu kian banyak pula kalangan dunia usaha dan pihak-pihak terkait mulai
merespon wacana ini, tidak sekedar mengikuti tren tanpa memahami esensi dan
manfaatnya.
Program CSR merupakan investasi bagi perusahaan demi pertumbuhan
dan keberlanjutan (sustainability) perusahaan dan bukan lagi dilihat sebagai
sarana biaya (cost centre) melainkan sebagai sarana meraih keuntungan (profit
centre). Program CSR merupakan komitmen perusahaan untuk mendukung
terciptanya pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Disisi lain
masyarakat mempertanyakan apakah perusahaan yang berorientasi pada usaha
1
17
memaksimalisasi keuntungan-keuntungan ekonomis memiliki komitmen moral
untuk mendistribusi keuntungan-keuntungannya membangun masyarakat lokal,
karena seiring waktu masyarakat tak sekedar menuntut perusahaan untuk
menyediakan barang dan jasa yang diperlukan, melainkan juga menuntut untuk
bertanggung jawab sosial. Hal ini di maksudkan bahwa perusahaan bukan hanya
dituntut untuk mencari profit tetapi juga dituntut untuk fokus dalam
mengembangkan hubungan sosial pada kondisi eksternal perusahaan yang
merupakan tanggung jawab sosial perusahaan kepada stakeholders, akan tetapi
perusahaan sering kali lupa melaksanakan tanggung jawab sosial tersebut
dengan alasan stakeholders tidak memberikan kontribusi langsung terhadap
perusahaan. Jumlah perusahaan di Indonesia saat ini sangat banyak namun yang
memiliki kesadaran untuk mengalokasikan CSR baru sedikit.
Baru-baru ini muncul masalah ketimpangan ekonomi di masyarakat yakni
banyaknya pengangguran dan penduduk miskin yang mana nantinya CSR
merupakan mekanisme untuk mengatasi ketimpangan ekonomi tersebut. Melalui
CSR, kesejahteraan dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat lokal maupun
masyarakat luas akan lebih terjamin. Kondisi ini pada gilirannya akan menjamin
kelancaran seluruh proses atau aktivitas produksi perusahaan serta pemasaran
hasil-hasil produksi perusahaan. Sedangkan terjaganya kelestarian lingkungan
dan alam selain menjamin kelancaran proses produksi juga menjamin
ketersediaan pasokan bahan baku produksi yang diambil dari alam. Bila CSR
benar-benar
meningkatkan
dijalankan
akumulasi
secara
efektif
modal
sosial
maka
dapat
dalam
memperkuat
rangka
atau
meningkatkan
18
kesejahteraan masyarakat. Modal sosial, termasuk elemen-elemennya seperti
kepercayaan, gotong royong, jaringan dan kolaborasi sosial memiliki pengaruh
yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi. Melalui beragam mekanismenya,
modal sosial dapat meningkatkan rasa tanggung jawab terhadap kepentingan
publik, meluasnya partisipasi dalam proses demokrasi, menguatnya keserasian
masyarakat dan menurunnya tingkat kekerasan dan kejahatan.
Program CSR sudah mulai bermunculan di Indonesia seiring telah
disahkannya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman
Modal.
Secara regulatori, BUMN dinyatakan memilik salah satu tujuan “Turut
aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan ekonomi
lemah, koperasi, dan masyarakat,” sebagaimana yang termaktub dalam butir e,
Pasal 2 UU Nomor 19 Tahun 2003. Artinya, mengelola kegiatan sosial sudah
dinyatakan secara eksplisit sebagai tujuan pendirian BUMN. Memang, masih
ada 4 tujuan yang lain, termasuk mengejar keuntungan, sebagaimana yang
dinyatakan dibutir b pasal yang sama, namun pengelolaan sosial tak bisa
dilepaskan begitu saja. Apalagi butir e menyatakan secara kuat “turut aktif,”
yang artinya bukan sekadar memberikan donasi. Kalau kemudian ditimbang lagi
bahwa majoritas BUMN itu berbentuk PT, maka Pasal 74 UU Perseroan
Terbatas dan PP 47/2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan juga
berlaku untuk BUMN. Pengelolaan sosial, menurut UU dan PP tersebut adalah
kewajiban.
19
Pelaksanaan CSR oleh BUMN
sumber pendanaannya berasal dari laba
perusahaan. Menurut PER-05/MBU/2007 Dana Program Kemitraan bersumber
dari Penyisihan laba setelah pajak maksimal sebesar 2 % (dua persen), Jasa
administrasi pinjaman/marjin/bagi hasil, bunga deposito dan/atau jasa giro dari
dana Program Kemitraan setelah dikurangi beban operasional, Pelimpahan dana
Program Kemitraan dari BUMN lain, jika ada. Sedangkan dana Program Bina
Lingkungan bersumber dari Penyisihan laba setelah pajak maksimal sebesar 2 %
(dua persen), Hasil bunga deposito dan atau jasa giro dari dana Program Bina
Lingkungan.
Mempertanggung jawabkan dana Program Kemitraan dan Bina Lingkungan
(PKBL) tidaklah sulit, kecuali kalau BUMN itu menyalahgunakannya. Dalam
Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara No. PER‐05/MBU/2007 tentang
Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program
Bina Lingkungan, pertanggungjawaban yang diminta hanyalah rencana realisasi
dana. Kinerja yang harus diukur hanyalah efektivitas dan kolektabilitas dana
kemitraan, alias dana kredit mikro dan kecil yang harus dikembalikan oleh
penerimanya. Sementara, untuk Bina Lingkungan tak ada kinerja yang harus
dipertanggungjawabkan kecuali penyaluran yang sesuai rencana. Dengan bentuk
pertanggungjawaban yang demikian, kebanyakan BUMN telah lolos audit PKBL.
Bahkan, mereka yang progresif sudah membuat laporan PKBL secara terpisah,
dan menaruh laporan tersebut di ranah publik, sebagai bentuk akuntabilitas.
Beberapa
BUMN
sudah
pula
menyadari
bahwa
seharusnya
mereka
mendefinisikan kinerja secara lebih kuat, yaitu dampak yang ditimbulkan dari
20
kegiatan yang dibiayai dan dibina. Jadi, alih-alih sulit melaporkan, berbagai
BUMN malahan sudah melampaui apa yang diminta oleh regulasi.
Sebagian besar pengelolaan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan
(PKBL) lemah dibeberapa BUMN, namun demikian, terdapat beberapa BUMN
yang bukan saja telah mengelola PKBL dengan baik, melainkan juga telah
memiliki kinerja yang memuaskan. BUMN seperti Telkom dan Antam telah
berulang kali mendapatkan penghargaan untuk inisiatif CSR yang mereka
lakukan, bukan hanya di tingkat nasional tetapi juga di tingkat internasional.
Artinya, beberapa BUMN mulai diakui keahliannya dalam menjalankan CSR,
walaupun sebagian besar BUMN masih kesulitan dalam menjalankan PKBL.
Memang banyak BUMN bermasalah dalam menjalankan PKBL, namun
jalan keluar dari kondisi ini bukanlah menyerahkan begitu saja seluruh dana
PKBL ke berbagai pihak lain yang dianggap ahli, melainkan meningkatkan
kualitas seluruh BUMN agar bisa menjalankannya dengan benar, sesuai dengan
regulasi yang berlaku, dan menjadikan tanggung jawab sosial sebagai budaya
perusahaan dan salah satu dasar keunggulan bersaing.
Pengeluaran dana Corporate Social Responsibilty (CSR) yang kerap
dikeluarkan BUMN harus lebih dipikirkan manfaatnya untuk masyarakat. Bukan
hanya sekadar memberikan sumbangan untuk memenuhi target CSR perusahaan.
Seharusnya dana CSR yang cukup besar ini bisa digunakan secara optimal, maka
akan lebih banyak lagi masyarakat yang bisa merasakan manfaatnya, apapun
bentuk programnya.
21
PT. Semen Gresik (Persero) Tbk, sejak tahun 1990 merupakan Badan Usaha
Milik Negara yang pertama kali melakukan go public. Sebagai perusahaan publik,
bertanggung jawab untuk memenuhi harapan pemegang saham dan masyarakat
serta diharapkan menjadi pendorong pertumbuhan perekonomian masyarakat
disekitarnya. Untuk mewujudkan pertumbuhan perekonomian dan pemerataan
pembangunan maka dibentuklah Organisasi Perusahaan, yaitu Bagian Program
Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL). Tanggung jawab sosial di bidang sosial
ekonomi yang difokuskan pada upaya pengembangan pola pendampingan usaha
kecil dan koperasi, baik terikat atau tidak dengan bisnis perusahaan melalui
penyaluran dana dan
pembinaan
yang berkesinambungan,dengan
aspek
pemerataan, kemandirian, professional, dan etika. Sedangkan tanggung jawab
sosial dibidang lingkungan dalam menunjang pembangunan masyarakat yang
berkelanjutan dan berwawasan lingkungan hidup. Perusahaan sangat menyadari
bahwa pencapaian kerja finansial dan sosial, tidak akan efektif tanpa didukung
oleh kepedulian untuk menjaga keberlanjutan lingkungan.
Berdasarkan uraian tersebut dapat dilakukan penelitian dengan judul
“Efektifitas Penyaluran Dana Csr Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan
Sebagai Bentuk Akuntabilitas Publik Studi Kasus Pada PT.Semen Gresik
(Persero) Tbk ”.
22
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dapat dirumuskan
permasalahannya yaitu: “Bagaimana mengukur efektivitas penyaluran dana CSR
dalam bentuk Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) yang digunakan
sebagai tanggung jawab sosial pada PT. Semen Gresik serta penggunaannya
sudah sesuaikah dengan akuntabilitas publik?”
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai latar belakang dan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas penyaluran dana CSR dalam
bentuk Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) sebagai tanggung
jawab sosial apa telah dijalankan dengan baik dan sesuai peraturan yang berlaku.
1.4 Manfaat Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang dan rumusan masalah sehingga dapat
disimpulkan manfaat penelitian yaitu:
a. Kontribusi Praktis
Dalam penelitian ini dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk mengambil
keputusan dalam penggunaan dana yang dipakai sebagai tanggung jawab
sosial perusahaan.
23
b. Kontribusi Teoretis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi apabila nantinya ada
yang meneliti dengan objek yang sejenis, sehingga hasil dari penelitian ini
lebih sempurna.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini digunakan untuk menjelaskan batas-batas dari
pokok permasalahan. Oleh karena itu, yang dibahas adalah tentang indikator
pengukuran efektivitas dalam memberikan dana Program Kemitraan dan Bina
Lingkungan (PKBL) kepada masyarakat sekitar perusahaan yang digunakan
sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan, serta menganalisisa
akuntabilitas perusahaan terkait dengan program CSR yang dijalankan.
Download