BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era modernisasi dan globalisasi saat ini, kebutuhan informasi dan teknologi semakin meningkat sejalan dengan persaingan semakin ketat pada setiap sektor bisnis dan organisasi perusahaan. Oleh karena itu, strategi perusahaan untuk menunjang proses bisnis nya yaitu memanfaatkan sistem informasi dan teknologi sebagai salah satu sumber daya utama. Tiap perusahaan memiliki tujuan yang berbeda-beda. Namun bagi perusahaan yang berorientasi pada laba, tujuan utamanya adalah memperoleh laba semaksimal mungkin diharapkan dapat mendukung kegiatan operasional perusahaan sehari-hari serta memperkuat struktur permodalan dan memperbesar investasi perusahaan, Sehingga keberlanjutan atau kelangsungan hidup perusahaan dapat terjaga. Agar perusahaan dapat mencapai tingkat laba yang memuaskan semua pihak maka salah satu cara yang ditempuh perusahaan adalah dengan memberikan kontribusi positif terhadap lingkungan sosial perusahaan yang dikenal dengan Corporate Social Responsibility. Corporate Social Responsibility merupakan klaim agar perusahaan tidak hanya beroperasi untuk kepentingan para pemegang saham (shareholders), tetapi juga untuk kemaslahatan pihak stakeholders dalam praktik bisnis yaitu para pekerja, komunitas lokal, pemerintah, LSM, konsumen dan lingkungan. CSR merupakan wujud aktivitas 1 2 perusahaan dalam mencapai tujuannya saat ini dan jangka panjang, perusahaan harus mendasarkan keputusannya tidak semata hanya berdasarkan fakor keuangan, tetapi juga harus berdasarkan konsekuensi sosial dan lingkungan. Berdasarkan hal tersebut, maka tanggung jawab sosial perusahaan berhubungan erat dengan pembangunan berkelanjutan. Dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007: tentang Perseroan Terbatas yang mengatur tentang laporan tahunan, disebutkan bahwa direksi harus menyampaikan laporan tahunan yang sekurangkurangnya memuat laporan pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Lebih jauh lagi, dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007: bab V tentang Tanggung Jawab Sosial pada pasal 74, disebutkan bahwa: “Perusahaan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan yaitu berupa biaya yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaanya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran. Apabila perusahaan tidak melakukan kewajiban tersebut maka akan dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan perundang-undangan”. Sanksi pidana mengenai pelanggaran CSR pun terdapat didalam Undang-Undang No. 23 Tahun 1997; tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPLH). Pasal 41 ayat (1) yang menyatakan: “Barangsiapa yang melawan hukum dengan sengaja melakukan perbuatan yang mengakibatkan pencemaran dan atau perusakan lingkungan hidup, diancam dengan pidana penjara paling lama sepuluh tahun dan denda paling banyak lima ratus juta rupiah”. 3 Selanjutnya, Pasal 42 ayat (1) menyatakan: “Barangsiapa yang karena kealpaannya melakukan perbuatan yang mengakibatkan pencemaran dan atau perusakan lingkungan hidup, diancam dengan pidana penjara paling lama tiga tahun dan denda paling banyak seratus juta rupiah” (Sutopoyudo, 2009). Corporate Social Responsibility (Tanggung Jawab Sosial Perusahaan) sering dianggap inti dari etika bisnis, yang berarti bahwa perusahaan tidak hanya mempunyai kewajiban-kewajiban ekonomi dan legal (artinya kepada pemegang saham atau shareholder) tetapi juga kewajiban-kewajiban terhadap pihak-pihak lain yang berkepentingan (stakeholder) yang jangkauannya melebihi kewajiban kewajiban di atas (ekonomi dan legal). Tanggung jawab sosial dari perusahaan (Corporate Social Responsibility) merujuk pada semua hubungan yang terjadi antara sebuah perusahaan dengan semua stakeholder, termasuk didalamnya adalah pelanggan atau customers, pegawai, komunitas, pemilik atau investor, pemerintah, supplier bahkan juga kompetitor. Dalam CSR terdapat pemahaman dengan 3P (profit, people, planet), yaitu tujuan bisnis tidak hanya mencari laba (profit), tetapi juga mensejahterakan orang (people), dan menjamin keberlanjutan hidup planet ini (Dahli dan Siregar, 2008). Pengembangan program-program sosial perusahaan dapat berupa bantuan fisik, pelayanan kesehatan, pembangunan masyarakat (community development), outreach, beasiswa dan sebagainya. Dalam perkembangannya, terdapat terobosan baru mengenai gagasan CSR yang terkenal dengan sebutan The Triple Botton Line. Perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggungjawab yang berpijak pada singgle botton line, yaitu nilai perusahaan 4 yang direfleksikan dalam kondisi keuangan saja. Tanggungjawab perusahaan harus berpijak pada triple botton line, yaitu tidak hanya pada aspek keuangan saja melainkan juga pada sosial dan lingkungan. Kondisi keuangan saja tidak cukup menjamin nilai perusahaan tumbuh secara berkelanjutan (Eklington, 2004). Menurut (Nurkhin, 2009) Eksistensi perusahaan di tengah lingkungan berperan mengubah dua kondisi, yaitu positif (positive externalities) dan negatif (negative externalities). Positive externalities, perusahaan memberi manfaat peningkatan ekonomi, sosial, dan lingkungan dalam bentuk peningkatan kesejahteraan, infrasturktur, tata sosial, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Dampak negatif (negative externalities), keberadaan perusahaan memunculkan ketimpangan sosial, adanya diskriminasi, pencemaran lingkungan dengan adanya pemasangan jaringan kabel di area pemukiman, global warming dan sejenisnya. Keseluruhan dari dampak negatif tersebut merupakan kesalahan pada pengalokasian sumber daya manusia dan alam. Oleh karena itu perusahaan perlu berkontribusi untuk menjaga lingkungan dan masyarakat sekitar melalui Program Pengungkapan Corporate Sosial Responsibility dewasa ini sangat berperan di dalam perusahaan. Hal ini disebabkan karena banyak timbulnya dampak negatif dari kegiatan produksi sebuah perusahaan. Beberapa kasus berskala nasional dan internasional, seperti : global warming, pencemaran lingkungan adalah sederetan negative externalities. Dalam kasus tersebut pihak yang dirugikan adalah masyarakat, terutama masyarakat kelas bawah karena mereka tidak secara langsung memperoleh kontra prestasi langsung dari industrialisasi ataupun perusahaan jasa, namun mereka yang menanggung dampak sosial dan lingkungan. 5 Secara yuridis formal, pemerintah memberikan pengakuan dan anjuran terhadap partisipasi pengelolaan lingkungan bagi semua pihak lewat Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas Bab IV pasal 66 ayat 2b dan Bab V pasal 74 yang menjelaskan bahwa laporan tahunan perusahaan harus mencerminkan tanggung jawab sosial, bahkan perusahaan yang kegiatan usahanya berkaitan dengan sumber daya alam harus melaksanakan CSR. Secara lebih operasional, Menteri BUMN mengeluarkan Surat Keputusan Nomor KEP- 04/MBU/2007 tentang Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan. Dengan demikian menunjukkan keseriusan dan perhatian pemerintah terhadap dunia bisnis, khususnya BUMN dan perusahaan yang pengoperasiannya berkaitan dengan eksploitasi sumber daya alam agar melaksanakan praktik CSR. Selain itu, melalui PKBL Perusahaan memiliki peranan dalam pembangunan ekonomi secara Nasional. Suatu perusahaan jasa telekomunikasi didorong untuk maju, hal ini dikarenakan adanya persaingan-persaingan dari perusahaan jasa telekomunikasi yang sejenis. Kemampuan bersaing dan agar mencapai laba yang maksimal, faktor-faktor kritis dalam perusahaan seperti strategi dan keputusan yang dibuat harus optimal dan efektif. Laba yang dilaporkan perusahaan dalam tahun tertentu merupakan refleksi dari keberhasilan suatu strategi dan keputusan yang dibuat oleh manajer selama tahun tersebut dan pada tahun sebelumnya. Keputusan seorang manajer hari ini akan berimbas pada laba perusahaan di tahun berikutnya. Tujuan utama dari kegiatan yang dilakukan perusahaan adalah laba. Laba merupakan syarat perusahaan dapat terus hidup dan berkembang. (Permanasari, 2009). Namun untuk memperoleh laba yang 6 maksimal maka perusahaan harus menjalankan kegiatan operasionalnya untuk menghasilkan suatu produk dengan menggunakannya secara efektif dan efisien. Laba digunakan untuk modal dan pembagian dividen kepada pemilik saham, laba atau profit sebaiknya dianggarkan untuk melakukan kegiatan CSR sebagai bentuk kepedulian perusahaan terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat sekitar. Di tengah masyarakat yang semakin kritis dan peduli terhadap keberlangsungan lingkungan dalam jangka panjang dan menjunjung nilai estetika, CSR merupakan suatu bentuk kewajiban bagi perusahaan (Nurkhin, 2009). Dari CSR, perusahaan memperoleh manfaat yang sangat berkaitan dengan manajemen reputasi. Peneliti memilih topik ini dikarenakan sistem penerapan CSR melalui Program Kemitraan dan Bina Lingkungan yang menarik untuk diteliti. Setting penelitian yang digunakan adalah PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. (“TELKOM” atau “Perusahaan”) di Surabaya merupakan perusahaan InfoComm yang memiliki layanan paling lengkap dan jaringan terbesar di Indonesia, saat ini telah memperluas portofolio bisnisnya menjadi Telekomunikasi, Informasi, Media dan Edutainment (TIME). Dengan meningkatkan infrastruktur, memperluas teknologi Next Generation Network (NGN) dan memobilisasi sinergi di seluruh jajaran TELKOM Group, TELKOM dapat mewujudkan dan memberdayakan pelanggan ritel dan korporasi dengan memberikan kualitas, kecepatan, kehandalan dan layanan pelanggan yang lebih baik. Selama 2009, pertumbuhan pelanggan TELKOM adalah sebesar 21,2%, yang mencapai 105,1 juta pelanggan, terdiri dari 8,4 juta pelanggan telepon tidak bergerak kabel, 15,1 juta pelanggan telepon tidak bergerak nirkabel, dan 81,6 juta 7 pelanggan telepon selular. TELKOM memiliki visi dan misi dalam penerapan CSR, visi nya yaitu untuk menjadi pelopor dalam penerapan tanggung jawab sosial perusahaan di Asia dan misi (1) mengambil peran aktif dalam menciptakan masyarakat yang lebih cerdas melalui pendidikan teknologi InfoComm, (2) mengambil peran aktif dalam meningkatkan kualitas hidup dalam kehidupan masyarakat, (3) mengambil peran aktif dalam memelihara keseimbangan alam. (http:// www.telkom-csr.com). Pada sebuah perusahaan, sebelum melakukan investasi, investor perlu memastikan apakah modal yang ditanam mampu memberikan tingkat pengembalian (rate of return) yang diharapkan atau tidak, yaitu dengan cara mengetahui kinerja perusahaan. Perusahaan yang berkinerja baik akan dapat memberikan tingkat pengembalian yang lebih diharapkan daripada berinvestasi pada perusahaan yang memiliki kinerja tidak baik. Untuk itu diperlukan suatu penilaian kinerja pada perusahaan yang dijadikan sebagai tempat investasi. Kinerja perusahaan merupakan sesuatu yang dihasilkan oleh suatu perusahaan dalam periode tertentu dengan mengacu pada standar yang ditetapkan. Kinerja perusahaan dapat diukur menggunakan salah satunya Return On Equity (ROE) yang merupakan salah satu indikator penting bagi investor untuk menilai prospek perusahaan di masa yang akan datang dengan melihat pertumbuhan profitabilitas perusahaan, sehingga investor dapat melihat tingkat pengembalian atas investasi yang diukur dengan membandingkan laba bersih terhadap penjualan dan laba bersih terhadap ekuitas saham biasa. (Mawarni, 2010). 8 Penggunaan Return On Equity digunakan untuk mengukur apakah perusahaan telah efisien dalam memanfaatkan ekuitas atau modalnya pada kegiatan operasional perusahaan, selain itu ROE dianggap memberikan ukuran yang lebih baik atas profitabilitas perusahan karena menunjukkan efektivitas manajemen dalam menggunakan ekuitas untuk memperoleh pendapatan (Permanasari, 2009). Dalam penelitian (Marpaung, 2010) menuliskan bahwa manfaat yang diperoleh perusahaan dalam pelaksanaan CSR antara lain produk semakin disukai oleh konsumen dan perusahaan diminati investor. CSR dapat digunakan sebagai alat marketing baru bagi perusahaan bila itu dilaksanakan berkelanjutan. Penelitian pada PT Telekomunikasi Indonesia dilakukan untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai sistem penerapan CSR melalui Program Kemitraan dan Bina Lingkungan. Dengan melaksanakan CSR, nilai perusahaan akan semakin baik sehingga loyalitas konsumen semakin tinggi. Seiring meningkatnya loyalitas konsumen dalam waktu yang lama, maka pertumbuhan perusahaan akan semakin membaik, dan pada akhirnya dengan pelaksanaan CSR, diharapkan tingkat profitabilitas perusahaan juga meningkat. Memperhatikan latar belakang tersebut, dalam penelitian ini diangkat judul penelitian “ Penerapan Corporate Social Responsibility Dalam Meningkatkan Nilai serta Kinerja Perusahaan ( studi pada PT Telekomunikasi Indonesia )”. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan fenomena latar belakang yang telah dijelaskan pada sub bab sebelumnya, maka dapat diambil beberapa permasalahan yang dapat dirumuskan 9 sebagai berikut: (1) Bagaimana penerapan dan pelaporan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) sebagai wujud tanggung jawab sosial PT Telekomunikasi Indonesia? (2) Bagaimana pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap peningkatan Nilai PT Telekomunikasi Indonesia? (3) Bagaimana pengaruh Penerapan Corporate Social Responsibility Dalam Meningkatkan Kinerja Perusahaan dan pertumbuhan pada PT Telekomunikasi Indonesia?. 1.3 Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan yang diajukan, maka tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk : 1. Menganalisis bentuk penerapan dan pelaporan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) sebagai wujud tanggung jawab sosial PT Telekomunikasi Indonesia,Tbk. 2. Menganalisis pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap peningkatan nilai perusahaan pada PT Telekomunikasi Indonesia,Tbk. 3. Menganalisis pengaruh pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility terhadap kinerja perusahaan dan tingkat pertumbuhan perusahaan pada PT Telekomunikasi Indonesia,Tbk. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Manfaat penelitian ini secara terperinci dapat dijabarkan sebagai berikut: 10 1. Manfaat bagi perusahaan Penelitian ini dapat memberikan suatu masukan bagi perusahan dalam penyusunan laporan keuangan lingkungan dan mengukur keberhasilan penerapan CSR perusahaan dalam meningkatkan nilai serta kinerja perusahaan. 2. Manfaat bagi penulis Sebagai penerapan ilmu dari teori ke praktik sehingga dapat digunakan penulis untuk memperdalam pengetahuan tentang penerapan CSR dan sistem pelaporannya. 3. Manfaat bagi pihak lain Penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan wawasan mengenai penerapan CSR perusahaan dan sebagai sumbangan ilmu pengetahuan dan referensi yang dapat memberikan perbandingan dalam melakukan penelitian selanjutnya. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Batas-batas masalah dalam penelitian ini adalah dilakukan di perusahaan jasa PT Telekomunikasi Indonesia dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan metode studi kasus dengan menjabarkan bentuk Corporate Social Responsibility melalui Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) berdasarkan sudut pandang penerapan dan tingkat keberhasilannya serta pengaruhnya terhadap profitabilitas, nilai, kinerja dan tingkat pertumbuhan perusahaan.