BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan dijelaskan mengenai teori–teori yang berkaitan dengan pengaruh, biaya, coporate social responsibility, dan laba perusahaan. Pengaruh itu sendiri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:849) adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (barang atau benda) yang ikut memberi watak, kepercayaan, atau perbuatan seseorang. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan dalam penelitian penulis mengenai seberapa besar daya yang ada atau timbulkan dari biaya corporate social responsibility terhadap tingkat laba perusahaan. 2.1 Biaya Untuk mengelola suatu perusahaan diperlukan informasi biaya yang sistematik dan komparatif. Informasi ini membantu manajemen untuk dapat menetapkan sasaran laba perusahaan di masa yang akan dating. Menetapkan target departemen menuju pencapaian sasaran akhir, mengevaluasi keefektifan rencana, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, akan sangat penting bagi manajemen untuk mengetahui pengertian, objek serta penggolongan biaya secara lebih mendalam. 10 11 2.1.1 Pengertian Biaya Biaya memiliki berbagai macam arti tergantung maksud dari pemakai istilah tersebut. Mulyadi membedakan pengertian biaya ke dalam arti luas dan arti sempit antara lain sebagai berikut (Mulyadi, 2012: 3): Dalam arti luas biaya adalah pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau mungkin terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam arti sempit biaya merupakan bagian dari harga pokok yang dikorbankan dalam usaha untuk memperoleh penghasilan. Supriyono juga membedakan biaya ke dalam dua pengertian yang berbeda yaitu biaya dalam arti cost dan biaya dalam arti expense (Supriyono, 2011: 14): Biaya dalam arti cost (harga pokok) adalah jumlah yang dapat diukur dalam satuan uang dalam rangka pemilikan barang dan jasa yang diperlukan perusahaan, baik pada masa lalu (harga perolehan yang telah terjadi) maupun pada masa yang akan datang (harga perolehan yang akan terjadi). Sedangkan expense (beban) adalah Biaya yang dikorbankan atau dikonsumsi dalam rangka memperoleh pendapatan (revenues) dalam suatu periode akuntansi tertentu. Dari definisi-definisi biaya tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa biaya adalah suatu sumber ekonomi yang dapat diukur dengan satuan moneter yang dikorbankan perusahaan untuk memperoleh penghasilan. 12 2.1.2 Klasifikasi Biaya Pembagian biaya dapat dihubungkan dengan suatu proses produksi dalam perusahaan industri baik yang mempunyai hubungan langsung maupun tidak langsung, yaitu berhubungan dengan: 1. Produk. 2. Volume produksi. 3. Departemen manufaktur. 4. Periode akuntansi. 5. Keputusan, tindakan, dan evaluasi. Klasifikasi biaya sangat penting guna membuat ikhtisar yang berarti atas data biaya. Hal tersebut berguna untuk manajemen memperoleh informasi dalam mengambil keputusan atau kebijaksanaan bagi perusahaan. Beberapa hal yang dihubungkan dengan biaya adalah sebagai berikut: 1. Biaya dalam hubungannya dengan produk Pembagian biaya dalam hubungannya dengan produk terdiri dari: a. Biaya Manufaktur. Biaya manufaktur disebut juga biaya produksi atau biaya pabrik. Biaya manufaktur biasanya didefinisikan sebagai jumlah dari tiga elemen biaya: 1. Biaya bahan baku langsung 13 Berikut beberapa definisi menurut para ahli tentang bahan baku langsung: Menurut Mulyadi (2010:275) bahan baku merupakan bahan yang membentuk bagian menyeluruh produk jadi. Bahan baku yang diolah dalam perusahaan manufaktur dapat diperoleh dari pembelian lokal, impor atau dari pengolahan sendiri. Sedangkan menurut Carter (2009:40) yang diterjemahkan oleh Krista adalah bahan baku langsung adalah semua bahan baku yang membentuk bagian integral dari produk jadi dan dimasukkan secara eksplisit dalam perhitungan biaya produk. Berdasarkan pendapat dari para ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa bahan baku merupakan unsur paling pokok dalam proses produksi. 2. Tenaga kerja langsung Berikut beberapa definisi menurut para ahli tentang tenaga kerja langsung: Menurut Bastian Bustami dan Nurlela (2010:12) biaya tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang digunakan dalam merubah atau mengkonversi bahan baku menjadi produk selesai dan dapat ditelusuri secara langsung kepada produk selesai, dan menurut Sunarto (2003:5) biaya tenaga kerja adalah biaya yang timbul karena pemakaian tenaga kerja yang dipergunakan untuk mengolah bahan menjadi barang jadi, biaya tenaga kerja langsung merupakan gaji dan upah yang diberikan tenaga kerja yang terlibat langsung dalam pengolahan barang. Sedangkan menurut Carter (2009:40) yang diterjemahkan oleh Krista, biaya tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang melakukan konversi bahan baku langsung menjadi produk jadi dan dapat 14 dibebankan secara layak ke produk tertentu. Berdasarkan pendapat dari para ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa tenaga kerja langsung merupakan faktor penting berupa sumber daya manusia yang mempengaruhi proses pengelolaan bahan baku menjadi barang jadi pada suatu proses produksi dan biaya tenaga kerja merupakan upah yang diberikan kepada tenaga kerja dari usaha tersebut. 3. Overhead pabrik Berikut ini merupakan beberapa pengertian menurut para ahli mengenai biaya overhead: Menurut Carter (2009:40) yang diterjemahkan oleh Krista, biaya overhead pabrik terdiri atas semua biaya manufaktur yang tidak secara langsung ditelusuri ke output tertentu. Misalnya biaya energi bagi pabrik seperti gas, listrik, minyak dan sebagainya. Sedangkan menurut Bastian Bustami dan Nurlela (2010:13) Biaya Overhead dapat dikelompokkan menjadi beberapa elemen: Bahan tidak langsung (bahan pembantu atau penolong) adalah bahan yang digunakan dalam penyelesaian produk tetapi pemakaiannya relatif lebih kecil dan biaya ini tidak dapat ditelusuri secara langsung kepada produk selesai. Contoh: amplas, pola kertas, oli dan minyak pelumas, paku, sekrup dan mur,staples, asesoris pakaian, vanili, garam, pelembut, pewarna. 15 Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung adalah biaya tenaga kerja yang membantu dalam pengolahan produk selesai, tetapi dapat ditelusuri kepada produk selesai. Contoh: Gaji satpam pabrik, gaji pengawas pabrik, pekerja bagian pemeliharaan, penyimpanan dokumen pabrik, gaji operator telepon pabrik, pegawai pabrik, pegawai bagian gudang pabrik, gaji resepsionis pabrik, pegawai yang menangani barang. Biaya tidak langsung lainnya adalah biaya selain bahan tidak langsung dan tenaga kerja tidak langsung yang membantu dalam pengolahan produk selesai, tetapi tidak dapat ditelusuri kepada produk selesai. Contoh : Pajak bumi dan bangunan pabrik, listrik pabrik, air, dan telepon pabrik, sewa pabrik, asuransi pabrik, penyusutan pabrik, peralatan pabrik, pemeliharaan mesin dan pabrik, gaji akuntan pabrik, reparasi mesin dan peralatan pabrik. Berdasarkan pendapat dari para ahli tentang overhead dapat disimpulkan bahwa biaya overhead adalah biaya penolong atau pembantu yang tidak dapat ditelusuri terhadap produk jadi karena pemakaiannya bahan yang relatif kecil. Bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung keduanya disebut biaya utama (prime cost). Sedangkan tenaga kerja langsung dan overhead pabrik keduanya disebut biaya konversi. b. Beban Komersial. 16 Beban komersial terdiri atas dua klasifikasi besar: beban pemasaran dan beban administratif. Beban pemasaran yaitu mulai dari titik dimana biaya manufaktur berakhir. Sedangkan beban administratif termasuk beban yang terjadi dalam mengarahkan dan mengendalikan organisasi. 2. Biaya dalam hubungannya dengan volume produksi Beberapa jenis biaya berubah secara proporsional terhadap perubahan dalam volume produksi atau output, sementara yang lainnya tetap relatif konstan dalam jumlah. Kecenderungan biaya untuk berubah terhadap output harus dipertimbangkan oleh manajemen jika manajemen ingin sukses dalam merencanakan dan mengendalikan biaya. a. Biaya variabel. Jumlah total biaya variabel berubah secara proporsional terhadap perubahan aktivitas dalam rentang yang relevan (relevant range). b. Biaya tetap. Biaya tetap bersifat konstan secara total dalam rentang yang relevan. Dengan kata lain, biaya tetap per unit semakin kecil seiring dengan meningkatnya aktivitas dalam rentang yang relevan. c. Biaya semi-variabel. Biaya semivariabel memiliki elemen biaya tetap dan biaya variabel. 17 3. Biaya dalam hubungannya dengan departemen produksi. Dalam sistem klasifikasi biaya ini, departemen adalah objek biayanya. Suatu bisnis biasanya dibagi menjadi beberapa segmen atau departemen, yang berfungsi sebagai dasar untuk mengklasifikasikan dan mengakumulasikan biaya dan membebankan tanggung jawab untuk pengendalian biaya. Saat produk melalui suatu suatu departemen, unit tersebut dibebankan dengan biaya yang dapat ditelusuri langsung dan biaya tidak langsung. a. Departemen produksi dan departemen jasa. Kegiatan operasi manual dan operasi mesin seperti pembentukan dan perakitan dilakukan secara langsung dalam departemen produksi pada produk atau bagian-bagian produk. Departemen jasa yang umum di beberapa organisasi adalah departemen pemeliharaan, departemen penggajian, dan departemen pemrosesan data. Jika suatu biaya dapat ditelusuri ke suatu departemen dimana biaya tersebut berasal, maka biaya tersebut disebut biaya langsung departemen, seperti gaji supervisor dan biaya penyusutan mesin dari departemen pemeliharaan merupakan biaya langsung dari departemen pemeliharaan. Sementara jika suatu biaya digunakan bersama oleh beberapa departemen yang memperoleh manfaat dari biaya tersebut, maka biaya itu disebut biaya tidak langsung departemen, seperti biaya sewa gedung dan biaya penyusutan gedung kantor. b. Biaya Bersama (common cost) dan biaya gabungan (joint cost). 18 Biaya bersama dan biaya gabungan adalah jenis biaya tidak langsung. Biaya bersama biasanya ada di organisasi dengan banyak departemen atau segmen. Biaya gabungan terjadi ketika produksi dari suatu produk menghasilkan satu atau beberapa produk lain tanpa dapat dihindari. 4. Biaya dalam Hubungannya dengan Periode Akuntansi a. Pengeluaran Modal (Capital Expenditure). Pengeluaran ini ditujukan untuk memberikan manfaat di masa depan dan dilaporkan sebagai aktiva. b. Pengeluaran Pendapatan (Revenue Expenditure). Pengeluaran ini memberikan manfaat untuk periode sekarang dan dilaporkan sebagai beban. c. Biaya dalam Hubungannya dengan suatu Keputusan, Tindakan atau Evaluasi. Dalam membuat pilihan diantara beberapa alternatif yang mungkin dilakukan, adalah penting untuk mengidentifikasi biaya (pendapatan, pengurangan biaya, penghematan) yang relevan terhadap pilihan tersebut. Biaya diferensial adalah salah satu nama dari biaya yang relevan untuk suatu pilihan diantara banyak alternatif. Pengertian biaya diferensial menurut Supriyono (2001:259) adalah biaya yang akan datang yang berbeda diantara berbagai alternatif keputusan yang mungkin dipilih. Sedangkan Carter dan Usry (2009:322) menyatakan bahwa biaya diferensial adalah 19 biaya yang harus dikeluarkan untuk menyelesaikan suatu usulan proyek atau memperluas aktivitas yang telah dilakukan. Sementara itu suatu biaya yang telah terjadi tidak relevan terhadap pengambilan keputusan disebut biaya tertanam. 2.1.3 Pengukuran Biaya Pengukuran biaya adalah sebagai dasar untuk mengola sumber daya organisasi karena biaya sangat penting untuk mengukur sumber daya yang diperoleh atau tersedia dan digunakan. Berikut beberapa metode pengukuran menurut (Lasniroha, Tetty. 2002:36): Throughput Costing Variable Costing Absorption Costing 2.2 Corporate Social Responsibility 2.2.1 Pengertian Corporate Social Responsibility Dalam peraturan perusahaan Bank Indonesia mengeluarkan tentang CSR mengenai perusahaan perbankan melalui Prograam Sosial Bank Indonesia atau PSBI merupakan bentuk kepedulian atau empati social Bank Indonesia untuk kontribusi dalam membantu memecahkan masalah sosial ekonomi yang dihadapi masyarakat. 20 Melalui program sosial. Bank Indonesia juga berupaya meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat terhadap pelaksanaan tugas dan pencapaian tujuan Bank Indonesia. PSBI meliputi dua jenis program, yakni Program Strategis dan Kepedulian Sosial. Program Strategis mencakup program pengembangan ekonomi dan program peningkatan pengetahuan serta pemahaman masyarakat tentang tujuan dan pelaksaan tugas Bank Indonesia. Sementara Program Kepedulian Sosial, merupakan kepedulian atau empati terhadap permasalahan masyarakat di bidang pendidikan, kesehatan lingkungan hidup, kebudayaan, keagamaan, dan penanganan musibah dan bencana alam. 2.2.2 Perkembangan Konsep CSR Periode 1980-an – Saat ini Perkembangan menurut Caroll (1978) dalam buku CSR Transformasi Konsep Sustainability management dan Implementasi di Indonesia (Karini, Dwi. 2009:14), konsep CSR memuat komponen-komponen sebagai berikut: 1. Economic responsibilities Tanggung jawab social utama perusahaan adalah tanggung jawab ekonomi, karena lembaga bisnis terdiri dari aktivitas ekonomi yang menghasilkan barang dan jasa bagi masyarakat secara menguntungkan. 21 2. Legal responsibilities Masyarakat berharap bisnis dijalankan dengan mentaati hukum dan peraturan yang berlaku yang pada hakikatnya dibuat oleh masyarakat melalui lembaga legislatif. 3. Ethical responsibilities Masyarakat berharap perusahaan menjalankan bisnis secara etis. Menurut Epstein (1989: 584-585), etika bisnis menunjukan refleksi moral yang dilakukan oleh pelaku bisnis secara perorangan maupun secara kelembagaan (organisasi) untuk menilai suatu isu di mana penilaian ini merupakan pilihan terhadap nilai yang berkembang dalam suatu masyarakat. Melalui pilihan nilai tersebut, individu, atau organisasi akan memberikan penilain apakah sesuatu yang dilakukan itu benar akan memberikan penilaian apakah sesuatu yang dilakukan itu benar atau salah, adil atau tidak serta memiliki kegunaan (utilitas) atau tidak. 4. Discretionary responsibilities Masyarakat mengharapkan keberadaan perusahaan dapat memberikan manfaat bagi mereka. Ekspektasi masyarakat tersebut dipenuhi oleh perusahaan melalui berbagai program yang bersifat filantropis. Dalam kaitan ini perusahaan juga ingin dipandang sebagai warga negara yang baik (good citizen) di mana kontribusi yang mereka berikan kepada masyarakat akan mempengaruhi reputasi perusahaan. Oleh sebab itu aktivitas yang dilakukan perusahaan sebagai 22 manifestasi discretionary responsibilities sering juga disebut sebagai Corporate Citizenship. Tabel 2.1 Kategori Tanggung Jawab Sosial dan Aktivitas CSR Discretionary Corporate giving/charity, corporate citizenship, Responsibilities community development. Ethical Responsibilities Memproduksi produk makanan yang bergizi dan aman bagi konsumen. Legal Responsibilities Membayar pajak, mentaati undang-undang ketenaga kerjaan. Economic Melaksanakan good corporate governance yang Responsibilities memungkinkan perusahaan memperoleh maksimalisasi laba. Sumber: Kartini, Dwi. 2009. buku CSR Transformasi Konsep Sustainability management dan Implementasi di Indonesia, diadaptasi dari Archie B. Carrol, A Three-Dimensional Conceptual Model of Corporate Performance,The Academy of Management Review. 2.2.3 Pedoman (Guidelines) dan Tata Etika (Codes of Conduct) Selain ISO 26000 yang mengatur tentang standar CSR, ada berbagai Guidelines atau pedoman sangat diperlukan dalam pelaksanaan strategi CSR oleh 23 perusahaan. Di beberapa institusi global telah menetapkan pedoman yang baik serta efektif mengenai apa saja yang berhubungan dengan CSR, salah satunya dari institusi yang bernama World Business Council for Sustainable Development. Tetapi yang paling menjadi acuan utama adalah UN Global Compact yang diinisiasi oleh mantan Sekjen PBB Kofi Anan. Konten dari UN Global Compact dalam buku CSR Transformasi Konsep Sustainability management dan Implementasi di Indonesia (Kartini, Dwi. 2009:47) adalah sebagai berikut: Hak Azasi Manusia 1. Mendukung dan menghormati perlindungan HAM. 2. Menghindari keterlibatan di dalam pelanggaran HAM. Aturan Perburuhan 3. Mempertahankan kebebasan berserikat dan perjanjian kolektif. 4. Penghapusan kerja paksa. 5. Penghapusan kerja oleh kanak-kanak. 6. Peniadaan diskriminasi dalam penempatan tenaga penugasan. Lingkungan 7. Mendukung kehati-hatian dalam penanganan lingkungan. 8. Penyebarluasan tanggung jawab lingkungan. 9. Mendorong penggunaan teknologi ramah lingkungan. Anti Korupsi kerja dan 24 10. Secara aktif melawan segala bentuk korupsi, termasuk pemerasan dan penyuapan. Beberapa negara telah menjadikan UN Global Compact ini menjadi suatu kebijakan yang disesuaikan lagi dengan kebijakan negara mereka masing-masing. Sehingga dengan adanya pedoman ini, korporasi, pemerintah dan masyarakat paham mengenai ruang lingkup serta apa yang menjadi substansi CSR itu sendiri. 2.2.4 Promosi Kegiatan Sosial (Cause Promotion) Biaya promosi dapat ditetapkan oleh perusahaan sesuai dengan kebutuhan dan anggaran yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Yang sering terjadi dalam sebuah perusahaan adalah ketika perusahaan menggunakan biaya promosi tinggi, maka volume penjualan harusnya semakin tinggi pula (Kurniawan, Ryan. 2013:1). Dalam aktivitas CSR ini, perusahaan menyediakan dana atau sumber daya lainnya yang dimiliki perusahaan untuk meningkat kesadaran masyarakat terhadap suatu kegiatan sosial atau untuk mendukung pengumpulan dana, partisipasi dari masyarakat atau perekrutan tenaga sukarela untuk kegiatan tertentu. Beberapa tujuan komunikasi persuasif yang ingin dicapai oleh perusahaan melalui pelaksaan cause promotion menurut (Kohler dan Lee, 2005:51), adalah sebagai berikut: 25 1. Menciptakan kesadaran dan perhatian dari masyarakat terhadap suatu masalah dengan menyajikan angka-angka statistik serta fakta-fakta yang menggugah. 2. Membujuk masyarakat untuk memperoleh informasi lebih banyak mengenai suatu isu sosial dengan mengunjungi website tertentu. 3. Membujuk orang untuk menyumbangkan waktunya, untuk membantu mereka yang membutuhkan. 4. Membujuk orang menyumbangkan uangnya untuk kemanfaatan masyarakat melalui pelaksanaan program sosial perusahaan. Sebagai contoh, SCTV membentuk Pundi Amal SCTV untuk membantu masyarakat miskin melalui pelaksanaan program beasiswa, pengobatan gratis. 5. Membujuk orang untuk menyumbangkan sesuatu yang mereka miliki selain uang. Misalnya, took buku Gramedia menyediakan kotak khusus untuk menampung sumbangan buku bekas guna disumbangkan ke kelompok masyarakat lain yang membutuhkan buku-buku tersebut. Berbagai benefit yang dapat diperoleh perusahaan dengan melaksanakan kegiatan cause promotions, menurut (Kohler dan Lee, 2005) adalah sebagai berikut: 1. Pelaksanaan cause promotions oleh perusahaan akan memperkuat positioning merk perusahaan. 2. Pelaksanaan cause promotions dapat turut menciptakan jalan bagi ekspresi loyalitas konsumen terhadap suatu masalah, sehingga bisa meningkatkan loyalitas konsumen terhadap peerusahaan penyelenggara promosi. 26 3. Memberikan peluang kepada para karyawan perusahaan untuk terlibat dalam suatu kegiatan sosisal yang menjadi kepedulian mereka. 4. Cause promotions dapat menciptakan kerjasama antara perusahaan dengan pihak-pihak lain ( misalnya media), sehingga memperbesar dampak pelaksanaan promosi. 5. Aktivitas cause promotions dapat meningkatkan citra perusahaan (corporate image), dimana citra perusahaan yang baik akan dapat memberikan berbagai pengaruh positif lainnya, misalnya meningkatkan kepuasan dan loyalitas karyawan yang dapat memberikan kontribusi positif peningkatan kinerja finansial perusahaan. 2.2.5 Reward bagi Korporat yang Melaksakan CSR 2.2.5.1 Reward Finansial bagi Perusahaan Mungkin hitungan-hitungan incremental capital-output ratio untuk setiap rupiah yang dikeluarkan untuk investasi CSR belum bisa dibuat secara baku, tetapi keterlibatan perusahaan dalam inisiatif CSR di era sekarang ini tidak akan sia-sia, oleh karena itu ada beberapa reward yang akan dinikmati (Kartini, Dwi. 2009:84). Reward itu berupa: Menurunkan Biaya Operasional Perusahaan Meningkatkan Volume Penjualan dan Pangsa Pasar 27 Menarik Calon Investor Pertumbuhan Nilai Saham yang Signifikan Membuat Kesejahteraan Karyawan Lebih Baik Mencegah Resiko dari Dampak Sosial Mencegah Resiko dari Dampak Alam 2.2.5.2 Reward Non Financial bagi Perusahaan Reward non finansial bertendensi adanya pergerakan CSR dari suatu perusahaan yang menghasilkan, tidak berbentuk uang tetapi berbentuk peningkatan kapasitas dan kapabiliti perusahaan tersebut secara kualitatif, dan tentu sangat menguntungkan bagi perusahaan itu sendiri. Inti reward dari pelaksanaan CSR non financial bagi perusahaan adalah „Memperkuat Reputasi Perusahaan.’ Ada 5 elemen yang membantu proses “Memperkuat Reputasi Perusahaan” menurut (Kartini, Dwi. 2009:88) yakni: Kepercayaan Kredibilitas Responsibility Akuntabilitas Mengelola Risiko Bisnis Secara Lebih Tanggap dan Terperinci. 28 2.2.6 Pelaporan CSR Undang-undang PT No. 40 Tahun 2007 pasal 66 (2007:32) menyatakan bahwa: “Laporan Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan termasuk dalam laporan tahunan yang harus disampaikan oleh direksi kepada RUPS setelah ditelaah oleh dewan Komisaris dalam jangka waktu paling lambat 6 (enam) bulan setelah tahun buku persero terakhir.” Pemerintah belum menerbitkan peraturan pelaksanaan mengenai bentuk laporan pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan, tetapi ISRA 2008 telah menggunakan kriteria penilaian yang merujuk pada rerangka Global Reporting Initiative (GRI) –Sustainibility Reporting Guidelines versi 3.0. Sustainibility Reporting Guidelines berisi, Reporting Principles, Reporting Guidelines, dan standar disclosure. 2.2.7 Komponen Biaya CSR Menurut Septina dan Emrinaldi (2012:72) komponen biaya corporate social responsibility yaitu: 1. Biaya Kesejahteraan Karyawan 29 Mencakup praktik ketenagakerjaan, melalui program kesejahteraan karyawan yang dapat ditentukan melalui penelusuran akun-akun laporan keuangan terkait dengan pelaksaan program ini seperti akun gaji, upah, bonus, tunjangan dan kesejahteraan karyawan. 2. Biaya Bina Lingkungan Mencakup lingkungan, dilakukan melalui program bina lingkungan yang dapat ditentukan dengan menelusuri akun-akun terkait dengan kegiatan ini dalam laporan keuangan, seperti akun sumbangan, iuran, pelatihan dan pendidikan, hubungan masyarakat dan bina lingkungan. 3. Biaya Kemitraan Mencakup pelibatan dan pengembangan masyarakat melalui program kemitraan dapat ditentukan melalui penelusuran akun-akun terkait dengan kegiatan ini pada laporan keuangan, seperti akun program kemitraan, dana pinjaman, ikatan kerjasama dan sponsor 2.3 Laba 2.3.1 Pengertian Laba Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan laba. Laba merupakan indikator prestasi atau kinerja perusahaan yang besarnya tampak di laporan keuangan, 30 tepatnya laba rugi. (Wild, Subramanyam, dan Halsey. 2005: 25) mendefenisikan laba sebagai berikut: Laba (earnings) atau laba bersih (net income) mengindikasikan profitabilitas perusahaan. Laba mencerminkan pengembalian kepada pemegang ekuitas untuk periode bersangkutan, sementara pos-pos dalam laporan merinci bagaimana laba didapat. Laba terdiri dari empat elemen utama yaitu pendapatan (revenue), beban (expense), keuntungan (gain), dan kerugian (loss). Defenisi dari elemen-elemen laba tersebut telah dikemukakan oleh (Stice, dan Skousen 2004: 230). 1. Pendapatan (revenue) adalah arus masuk atau peningkatan lain dari aktiva suatu entitas atau pelunasan kewajibannya (atau kombinasi dari keduanya) dari penyerahan atau produksi suatu barang, pemberian jasa, atau aktivitas lain yang merupakan usaha terbesar atau usaha utama yang sedang dilakukan entitas tersebut. 2. Beban (expense) adalah arus keluar atau penggunaan lain dari aktiva atau timbulnya kewajiban (atau kombinasi keduanya) dari penyerahan atau produksi suatu barang, pemberian jasa, atau pelaksanaan aktivitas lain yang merupakan usaha terbesar atau usaha utama yang sedang dilakukan entitas tersebut. 3. Keuntungan (gain) adalah peningkatan dalam ekuitas (aktiva bersih) dari transaksi sampingan atau transaksi yang terjadi sesekali dari suatu entitas dan 31 dari semua transaksi, kejadian, dan kondisi lainnya yang mempengaruhi entitas tersebut, kecuali yang berasal dari pendapatan atau investasi pemilik. 4. Kerugian (loss) adalah penurunan dalam ekuitas (aktiva bersih) dari transaksi sampingan atau transaksi yang terjadi sesekali dari suatu entitas dan dari semua transaksi, kejadian, dan kondisi lainnya yang mempengaruhi entitas tersebut, kecuali yang berasal dari pendapatan atau investasi pemilik. 2.3.2 Jenis-jenis Laba 1. Laba kotor Menurut Wild, Subramanyam, dan Halsey (2005: 120) laba kotor merupakan “pendapatan dikurangi harga pokok penjualan”. Apabila hasil penjualan barang dan jasa tidak dapat menutupi beban yang langsung terkait dengan barang dan jasa tersebut atau harga pokok penjualan, maka akan sulit bagi perusahaan tersebut untuk bertahan. 2. Laba operasi Menurut (Stice, Stice dan Skousen 2004: 243) “laba operasi mengukur kinerja operasi bisnis fundamental yang dilakukan oleh sebuah perusahaan dan didapat dari laba kotor dikurangi beban operasi”. Laba operasi menunjukkan seberapa efisien dan efektif perusahaan melakukan aktivitas operasinya. 32 3. Laba sebelum pajak Laba sebelum pajak menurut Wild, Subramanyam, dan Halsey (2005: 25) merupakan “laba dari operasi berjalan sebelum cadangan untuk pajak penghasilan”. 4. Laba bersih Laba bersih menurut Wild, Subramanyam, dan Halsey (2005: 25) merupakan “laba dari bisnis perusahaan yang sedang berjalan setelah bunga dan pajak”. 2.4 Kerangka Pemikiran Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Biaya Corporate Social Responsibility Corporate Social Responsibility Berdasarkan Citra Perusahaan Meningkat kerangka pemikiran Kepercayaan Masyarakat Meningkat Laba Meningkat tersebut memperlihatkan penulis sebagaimana CSR mempengaruhi tingkat laba, yaitu dalam hal berprilaku etis perusahaan diharuskan memberikan tanggung jawab bagi lingkungan sekitar perusahaannya seperti konsumen, karyawan, pemegang saham, dan lingkungan segala aspek operasional perusahaan yang mencakup aspek ekonomi, sosial dan lingkungan. 33 Yang memang diharapkan sebagaimana perusahaan bertanggung jawab atas lingkungan sekitarnya yaitu dengan perusahaan yang mengeluarkan biaya corporate social responsibility yang dapat memberikan dampak positif bagi perusahaan, dimana dengan melakukan aktivitas CSR perusahaan dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap produk perusahaan sehingga reputasi perusahaan juga meningkat dimata masyarakat. Jadi masyarakat akan berkeinginan untuk membeli produk perusahaan. Semakin laku produk perusahaan di pasaran maka laba (profit) yang dapat dihasilkan perusahaan akan semakin meningkat. Dengan meningkatnya profit akan dapat menarik investor, karena profitabilitas menjadi pertimbangan penting bagi investor dalam keputusan investasinya, kemudian mendapatkan perhatian dari masyarakat akan perusahaan yang bertanggung jawab bukan hanya bertanggung jawab kepada pihak internal perusahaan melainkan eksternal perusahaan. Hal tersebut menjadikan masyarakat sekitar maupun luas memberikan kepercayaan mereka terhadap perusahaan, yang secara berbarengan memberikan peningkatan laba bagi perusahaan itu sendiri. 2.5 Hipotesis Penelitian Menurut epistomologi, hipotesis berasal dari kata hipo (hypo) dan tesis (thesis). Hipo artinya belum, tesis artinya dalil. Hipotesis artinya belum jadi dalil, atau calon dalil. Untuk menjadi dalil, hipotesis harus diuji secara empiris melalui penelitian. Jika setelah diuji, didukung dengan data, maka hipotesis tersebut menjadi 34 dalil (printciple atau law). Hasil penelitian berupa dalil inilah yang dianggap akan memberikan sumbangan kepada ilmu pengetahuan, dan menjadi bagian dari himpunan ilmu atau himpunan pengetahuan (a body of science atau a body of knowledge) (Sigit, 2001) dalam (Nuryaman dan Veronica, 2015:69). Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah diuraikan di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Ho : Biaya Corporate Social Responsibility tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap Tingkat Laba Perusahaan. Ha : Biaya Corporate Social Responsibility mempunyai pengaruh signifikan terhadap Tingkat Laba Perusahaan. Jika hipotesis nol (Ho) ditolak, maka hipotesis alternatif (Ha) diterima yang artinya biaya corporate social responsibility berpengaruh terhadap tingkat laba perusahaan.