BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.1. Kesimpulan Dalam penelitian ini, manajemen laba diukur dengan pendekatan akrual dan diproksikan dengan absolute discretionary accruals menggunakan Modified Jones Model. Rasio ini digunakan untuk mengetahui pengaruh beberapa faktor terhadap manajemen laba, yaitu struktur kepemilikan (kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional), penerapan good corporate govarnance (proporsi komisaris independen dan keberadaan komite audit), financial leverage, total aktiva, dan kualitas audit (ukuran kantor akuntan publik dan opini auditor). Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, didapat beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Rata-rata absolute discretionary accruals yang didapat bernilai negatif mengindikasikan rata-rata perusahaan dalam setiap sektor industri keuangan melakukan manajemen laba dalam bentuk penurunan laba dalam melaporkan kinerja. Penurunan laba yang dilakukan dapat disebabkan karena keadaan perekonomian secara global yang pada saat tahun 2008 mengalami krisis yang berdampak terhadap kondisi perekonomian nasional yang diperkirakan pada tahun 2009 dampak krisis tersebut masih akan dirasakan oleh setiap industri terutama industri keuangan. Sedangkan rata-rata absolute discretionary accruals pada sektor keuangan bank bernilai positif mengindikasikan rata-rata perusahaan dalam setiap sektor industri keuangan melakukan manajemen laba dengan cara 114 115 menaikkan laba, sebaliknya rata-rata absolute discretionary accruals sektor industri non bank bernilai negatif mengindikasikan rata-rata perusahaan dalam setiap sektor industri keuangan melakukan manajemen laba dalam bentuk penurunan laba. 2. Pada dasarnya semua variabel mempunyai pengaruh terhadap manajemen laba. Dalam sektor industri keuangan, variabel kepemilikan manajerial, keberadaan komite audit dan proporsi komisaris independen tidak mempunyai pengaruh terhadap manajemen laba. Namun, mengacu pada hasil penelitian Carina (2010) mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi manajemen laba pada semua sektor industri selain industri keuangan dengan periode tahun 2008, menujukkan keempat variabel tersebut mempengaruhi manajemen laba pada sektor industri tertentu. 3. Pada pengujian hipotesis semua variabel pada sektor industri keuangan secara keseluruhan, diketahui bahwa setiap variabel mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap manajemen laba di setiap industri, baik industri keuangan secara keseluruhan maupun sektor keuangan bank dan sektor keuangan non bank sesuai dengan karakteristik masing-masing sektor industri. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi praktik manajemen laba secara signifikan untuk industri secara keseluruhan adalah kepemilikan institusional, financial leverage, total aktiva, ukuran kantor akuntan publik dan opini auditor. Sedangkan variabel-variabel lainnya yaitu kepemilikan manajerial, proporsi komisaris independen dan keberadaan komite audit tidak terbukti berpengaruh terhadap praktik manajemen laba. 115 116 a. Kepemilikan institusional pada sektor keuangan non bank memiliki pengaruh signifikan terhadap praktik manajemen laba, sedangkan pada industri keuangan bank kepemilikan institusional tidak. Hal ini disebabkan karena industri keuangan bank memiliki regulasi yang ketat dari regulator dalam hal ini Bank Indonesia dibandingkan dengan dalam industri keuangan non bank. Besar atau tidaknya proporsi kepemilikan institusional dalam suatu bank tidak mempengaruhi pelaporan keuangan bank. b. Ukuran kantor akuntan publik dan opini auditor pada sektor keuangan bank memiliki pengaruh signifikan terhadap praktik manajemen laba dibandingkan dengan industri keuangan non bank. Hal ini disebabkan karena sebagian besar (64%) perusahaan dalam industri keuangan bank diaudit oleh auditor “big four” dan memperoleh opini auditor wajar tanpa pengecualian. Auditor “big four” memiliki reputasi yang baik dan dapat mendeteksi praktik-praktik yang mencurigakan yang akan membatasi ruang gerak manajemen untuk menggunakan akuntansi accruals yang agresif. c. Variabel financial leverage memiliki pengaruh yang signifikan terhadap industri keuangan bank dan industri keuangan non bank secara terpisah. Rasio financial leverage yang tinggi terbukti mempengaruhi perusahaan untuk melakukan manajemen laba di semua industri, semakin besar hutang suatu perusahaan semakin besar pula resiko yang hadapi oleh investor, implikasinya investor akan meminta tingkat keuntungan yang lebih tinggi sehingga perusahaan cenderung akan melakukan praktik manajemen laba. 116 117 d. Financial leverage berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Dengan demikian, perusahaan yang memiliki rasio leverage yang tinggi cenderung akan melakukan manajemen laba lebih besar karena perusahaan terancam gagal bayar (default). Perusahaan tersebut akan berusaha menghindarinya dengan membuat kebijakan yang dapat meningkatkan pendapatan atau laba. e. Dalam industri keuangan bank total aktiva tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap praktik manajemen laba, sedangkan pada industri keuangan non bank variabel ini berpengaruh signifikan terhadap praktik manajemen laba. Hal ini dapat disebabkan total aktiva tidak memiliki pengaruh terhadap praktik manajemen laba dapat disebabkan karena industri keuangan bank merupakan industri yang diawasi secara ketat oleh regulator dalam hal ini Bank Indonesia. Semua regulasi yang telah ditetapkan oleh regulator harus terpenuhi baik untuk bank yang memiliki total aktiva besar maupun kecil. V.2 Rekomendasi Berdasarkan hasil penelitian dan temuan yang didapat, maka saran dan rekomendasi untuk penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut: 1. Periode penelitian sebaiknya diperpanjang untuk memperoleh hasil yang lebih akurat. Penelitian ini hanya menganalisis data pada tahun 2008 pada saat terjadinya krisis, sehingga tidak menganalisa manajemen laba dengan membandingkan periode pada saat terjadinya krisis dan periode setelah terjadinya krisis untuk mengetahui dampak krisis terhadap perusahaan. 117 118 2. Pengguna laporan keuangan harus lebih waspada dalam membaca dan menggunakan informasi laporan keuangan agar tidak mengalami kesalahan dalam pengambilan keputusan ekonomi. 3. Penelitian ini hanya mengambil sampel dari industri-industri keuangan. Penelitian selanjutnya dapat diperluas dengan membandingkannya dengan sampel perusahaan dari industri lain di luar industri keuangan karena perlakuan terhadap industri keuangan yang sarat dengan berbagai regulasi berbeda dengan industri lainnya. 4. Penggunaan alternatif yang berbeda sebagai proksi masing-masing variabel. Sebagai contoh, penggunaan nilai penjualan atau nilai laba bersih sebagai proksi dari ukuran perusahaan menggantikan variabel total aktiva karena tidak semua kekayaan perusahaan tercermin melalui total aktivanya. Untuk financial leverage, terdapat banyak alternatif pengukuran selain rasio total hutang per total aset, misalnya total hutang per total ekuitas atau hutang jangka panjang per total ekuitas. 5. Untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya menggunakan variabel-variabel baru untuk mengetahui faktor-faktor lain yang mempengaruhi manajemen laba, seperti asimetri informasi, profitabilitas, pertumbuhan asset dan umur perusahaan. 6. Penelitian ini diharapkan mempunyai kontribusi bagi pihak regulator dalam hal gambaran tentang implementasi good corporate governance dalam pengaruhnya terhadap manajemen laba yang sering dilakukan perusahaan. Hasil penelitian ini diharapkan juga bisa menjadi masukan bagi pihak regulator untuk meregulasi 118 119 implementasi good corporate governance pada perusahaan-perusahaan di Indonesia 7. Bagi Investor hendaknya memilih perusahaan yang memiliki rasio financial leverage yang rendah, karena terbukti financial leverage memberikan pengaruh terhadap pelaporan keuangan berupa peningkatan laba. V.3 Keterbatasan Keterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Periode pengamatan hanya satu tahun. Pendeknya periode pengamatan akan mempengaruhi temuan yang didapat, seperti tidak diketahui trend manajemen laba yang terjadi. 2. Dalam penelitian ini menggunakan perusahaan perbankan sebagai sampel sehingga hasil penelitian ini tidak dapat digeneralisasikan pada jenis perusahaan lain seperti manufaktur, transportasi atau telekomunikasi. 3. Penelitian ini memiliki keterbatasan yaitu variabel corporate governance diwakilkan oleh komposisi komisaris, ukuran komisaris, dan keberadaan komite audit. Ketiga variabel ini kurang dapat mengukur secara komprehensif praktik corporate governance dalam perusahaan, sehingga perlu adanya indeks tertentu yang mencerminkan praktik corporate governance secara lebih tepat. 119