Aturan Holding BUMN Perkebunan Segera Terbit Margin laba akan didongkrak menjadi 15 persen. JAKARTA. Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan menyatakan induk usaha (holding) BUMN di bidang perkebunan akan segera terbentuk. Sebab, Presiden telah member persetuuan prinsip atas rencana penggabungan 14 BUMN perkebunan dalam satu perusahaan. Saat ini, prosesnya tinggal menunggu penerbitan peraturan pemerintah (PP). Rencananya, PP itu akan terbit maksimal akhir Juli ini atau setelah pelaksanaan pemilihan presiden pada 9 Juli mendatang. “Seluruh proses yang sudah dilakukan sejak 2012 akan segera terwujud.” Katanya di Jakarta kemarin. Menurut dia, pembentukan induk usaha akan membuat pengelolaan BUMN perkebunan semakin efisien. Beberapa kendala, seperti pembayaran utang, nantinya bisa dilakukan oleh perusahaan induk. Bahkan Dahlan yakin siapa pun presiden yang terpilih nanti tentu akan menyebutui usulan pembentukan BUMN perkebunan. “Jika menunggu waktu tiga bulan lagi sesudah presiden terpilih, kan memakan waktu lebih lama lagi.” BUMN perkebunan itu adalah PT Perkebunan Nusantara (PTPN) I sampai XIV. Rencana awalnya, PTPN III akan didapuk menjadi induk usaha dari 13 PTPN lainnya. Jika nantinya holding sudah terbentuk, kata Dahlan, rencana PTPN V dan PTPN VII untuk melantai di Bursa Efek Indonesia akan bisa segera direalisasi. Rencana penawaran perdana saham publik (IPO) dua PTPN itu sudah mencuat sejak akhir tahun lalu. “Sebab, hasil rapat komite privatisasi terakhir itu keputusannya holding dulu baru boleh IPO.” Menurut dia, holding BUMN perkebunan akan meningkatkan total nilai ase, dari sebelumnya Rp 60 triliun menjadi Rp 120 triliun dalam waktu lima tahu. Selain itu, pembentukan holding tersebut akan meningkatkan margin laba hingga 15 persen. Saat ini, margin laba BUMN perkebunan tidak kompetitif karena hanya sebesar 3,4 persen. Angka itu sangat rendah dibanding perusahaan perkebunan sejenis, seperti PT Astra Agro Lestari Tbk, yakni anak usaha Grup Astra yang membukukan margin laba sebesar 14 persen. “Saya yakin dalam lima net profit margin-nya bisa menyemai perusahaan perkebunan besar lainnya,” Dahlan menambahkan. Hingga kini, PTPN belum menyampaikan laporan keuangan tahunan per 2013. Berdasarkan laporan keuangan semester I 2013 dari 14 PTPN, sebanyak enam perusahaan mencatatkan kerugian. Mereka adalah PTPN I, II, VI, X, XIII, dan XIV. Laba tahun berjalan terbesar dibukukan PTPN III sebesar Rp 110,2 miliar. Deputi Bidang Usaha Industri Primer Kementeian BUMN, Muhammad Zamkhai, meminta agar para pegawai dan serikat pekerja di PTPN tidak perlu khawatair dengan pembentukan holding. Soalnya, pembentukan holding tidak akan berdampak terhadap pengurangan karyawan. Justru sebaliknya, aka nada penambahan karyawan karena perusahaan makin membesar. “Kebutuhan tenaga makin banyak.” Anggota Dewan Perwakilan Rakyat yang membidangi BUMN, Ferrari Romawi, menganjurkan agar peraturan pemerintah tiak diterbitkan pada pemerintahan sekarang. Sebab, dia menilai rencana pembentukan holding ini masih belum jelas dan memerlukan banyak pertimbangan. Apalagi kinerja BUMN perkebunan menyangkut ribuan hektar lahan yang asal-usulnya dari pemerintah kolonial dan tanah ulayat! “Sebagian malah belum clear pembebasan lahannya.” Tak hanya itu, beberapa bidang tanah bahkan berpotensi sengketa. Ferrari khawatir bila nantinya salah satu anak usaha holding BUMN Perkebunan itu mekukan IPO. Soalnya, hal tersebut justru akan menciptakan masalah baru. “Jadi, sebaiknya ditunda dulu biar dibicarakan pemerintahan dan DPR periode mendatang,” katanya. Meski begitu, dia mengakui pembentukan holding ini tiak memerlukan persetujaun DPR. Pembentukan holding BUMN merupakan rencana lama pada era Menteri BUMN Sugiharto. Namun, hingga kini, ihwal itu belum kunjung terealisasi. Dahlan menambahkan, selain BUMN perkebunan, Presiden menyetujui pembetnukan holding BUMN kehutanan yang akan menggabungkan enam perusahaan, yakni PT Perhutani dan lima perusahaan PT Inhutani. Kinerja Inhutani semakin merosot karena sudah tiak bisa melakukan penebangan hutan untuk menjual kayu log. “Saat ini, nilai penjualan dari BUMN kehutanan sebanyak 92 persen disumbang oleh Perhutani.” Koran TEMPO, Rabu 2 Juli 2014