Nuri Achmad A. 2016. 1402020002.

advertisement
Pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dalam Masyarakat
Ekonomi Asean
(Mengulas Berita Harian Kompas, 10 Oktober 2016)
Oleh: Nuri Achmad A1
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)
Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) adalah usaha yang dimiliki oleh seseorang
atau badan usaha sesuai dengan kriteria usaha2. Kriteria usaha mikro memiliki kekayaan
bersih maksimal Rp 50 juta dan hasil penjualan maksimal Rp 300 juta. Kriteria usaha kecil
memiliki kekayaan bersih > Rp 50 juta sampai dengan Rp 500 juta dengan hasil penjualan >
Rp 300 juta sampai dengan Rp 2,5 miliar. Sedangkan kriteria usaha menengah memiliki
kekayaan bersih > Rp 500 juta sampai dengan Rp 10 miliar dengan hasil penjualan Rp 2,5
miliar sampai dengan Rp 50 miliar. Hal ini sesuai dengan peraturan Undang-Undang Nomor
20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.
Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Pasal 2, UMKM berasaskan
kekeluargaan, demokrasi ekonomi, kebersamaan, efisiensi berkeadilan,
berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, keseimbangan kemajuan dan
kesatuan ekonomi nasional. (HukumOnline.com)
Namun kenyataannya kegiatan UMKM tidak berasaskan kekeluargaan sampai dengan
kesatuan ekonomi nasional melainkan asas liberalisme dan asas kapitalisme3. Akibatnya para
pelaku usaha kaya akan semakin kaya dan para pelaku usaha miskin akan semakin miskin.
Hal ini membuat pelaku usaha mikro bahkan mini-mikro pun akan sulit untuk bersaing dan
berkembang jika melawan pelaku usaha liberalis dan kapitalis tersebut.
Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan UKM (2012-2013), populasi usaha
mikro, kecil dan menengah (UMKM) jumlahnya mencapai 57,9 juta unit atau 99,99 persen
dari keseluruhan pelaku bisnis di tanah air. UMKM memberikan kontribusi yang signifikan
terhadap penyerapan tenaga kerja, yaitu sebesar 117,6 juta orang atau 96,99 persen.
Sementara itu, kontribusi UMKM terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 57,56
persen.
Mahasiswa Semester 5, Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas
Wisnuwardhana Malang.
2 Kriteria usaha yaitu kriteria kekayaan dan kriteria penjualan.
3 Liberalisme yaitu kebebasan, kapitalisme yaitu pemilik modal.
1
1
Menghadapi Era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)
Tahun 2016, era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) resmi diberlakukan. Indonesia
lebih bebas mengekspor barang dan jasa ke negara-negara anggota ASEAN. Sebaliknya,
barang dan jasa dari negara-negara anggota ASEAN lebih bebas masuk ke Indonesia4. MEA
sebagai peluang namun juga tantangan untuk Indonesia. Harus diakui banyak kalangan yang
belum paham dengan MEA, terutama di kalangan UMKM. UMKM kita selama ini banyak
bergerak disektor informal di pedesaan dan cenderung belum well inform. Peran pemerintah
dalam mensosialisasi potensi dan peluang MEA masih perlu terus di dorong, terutama di
kalangan UMKM agar mampu bersaing dengan pelaku UMKM negara lain. UMKM sendiri
merupakan bagian penting dari perekonomian ASEAN
Personal Growth melakukan survei kecil mengenai MEA dan Indonesia dengan
jumlah responden 46 orang Warga Negara Indonesia (WNI), mayoritas berdomisili
di Jakarta dengan rentang usia 15 s/d >56 tahun. Hasilnya, 65% responden
mengatakan Indonesia tidak siap menghadapi MEA, 26% responden mengatakan
Indonesia siap menghadapi MEA, dan 9% responden lainnya menjawab lain-lain
(tidak tahu, atau 50-50). (Rubik.Okezone, 2016)
Survei kecil ini tidak mampu menggambarkan opini seluruh penduduk Indonesia
yang saat ini berjumlah sekitar 250 juta. Dengan demikian survei ini dapat menjadi sampel
opini masyarakat Indonesia bahwa mayoritas respon yang muncul menyangsikan kesiapan
Indonesia menghadapi MEA. Namun kenyataannya, MEA tidak dapat dihindari. Kondisi
serupa juga dialami oleh beberapa negara ASEAN lainnya. Myanmar, misalnya juga
menghadapi kendala yang tidak jauh berbeda. Bahkan para pengusaha Myanmar sendiri
mengaku belum siap untuk bergabung dalam pasar Masyarakat Ekonomi Asean (MEA).
Artinya Indonesia bukan satu satunya negara ASEAN yang masih memerlukan persiapan
lebih banyak. MEA memberikan banyak peluang sekaligus tantangan bagi UKM.
Kolaborasi Antar UMKM dalam MEA
Peluang kolaborasi antar usaha kecil dan menengah di Asia Tenggara setelah
kesepahaman Masyarakat Ekonomi ASEAN berlaku terbuka lebar. Selama ini, para pelaku
usaha kecil dan menengah sudah menjalin hubungan dalam bentuk pameran bersama dan
forum bisnis. Namun, UKM Indonesia harus tetap waspada. Menurut Nina5, pelaku UKM
Indonesia harus terus menjaga pasar dalam negeri yang besar sambil pada saat yang sama
melirik peluang menggarap pasar di negara tetangga.
Tujuan dibentuknya MEA adalah untuk meningkatkan stabilitas perekonomian di kawasan ASEAN.
Ketua Bidang UKM, Perempuan Pengusaha, Perempuan Pekerja Jender, dan Urusan Sosial Asosiasi
Pengusaha Indonesia Nina Tursinah
4
5
2
Melalui kolaborasi tersebut, UKM Indonesia dan UKM dari negara-negara tetangga
dapat saling memanfaatkan jaringan untuk memasarkan produk unggulan mereka.
Peningkatan daya saing UKM dibutuhkan agar jangan sampai pelaku UKM negara tetangga
yang justru menggarap pasar besar Indonesia dengan produk unggulan mereka. Pelaku UKM
di negara tetangga pun dapat dukungan dari dalam negeri mereka, seperti suku bunga
pinjaman dan tarif energi yang kompetitif.
Menurut Kamar Dagang dan Industri (Kadin)6 Indonesia mengkaji ada peningkatan
ekspor Indonesia ke beberapa negara ASEAN selain Malaysia, Thailand, dan
Singapura pada periode Januari-Agustus 2016. Ekspor ke Singapura, Malaysia, dan
Thailand pada Januari-Agustus 2016 turun. Namun, ekspor Indonesia di luar ketiga
negara tersebut meningkat besar. (Kompas, 2016)
Dalam menghadapi MEA, UMKM didesak untuk mampu berintegrasi dengan pasar
bebas Asean (MEA) menjadi sebuah kesempatan untuk tumbuh. Masyarakat ekonomi Asean
memberikan kesempatan bagi UKM untuk menjadi pemain utama di pasar ASEAN dan
memungkinkan untuk terintegrasi dalam jaringan produksi regional dan rantai nilai global.
Tantangan tersebut, bukan hanya menjadi tanggungjawab UMKM saja, tetapi juga
pemerintah. Daya saing perekonomian secara makro juga harus mampu bersaing dengan
negara lain. Daya saing ini di harapkan mampu mendorong manajemen UMKM membuat
struktur bisnis yang diperlukan yang dapat mendukung operasi lebih efisien dan
mengembangkan kemampuan yang lebih fleksibel dalam bersaing di kawasan intra ASEAN.
Dengan kemampuan bersaing ini, UMKM Indonesia akan mampu menjadi pemain
regional dan global yang kompetitif dan meningkatkan produktivitasnya menghadapi pasar
bebas ASEAN. Selain itu ada banyak tantangan dalam meningkatkan daya saing
perekonomian nasional. Hingga kini kita masih menghadapi persaingan dengan negara lain
terkait dengan daya saing infrastruktur, kesiapan sumber daya manusia, pembiayaan
lembaga keuangan dan perbankan dalam mendukung perkembangan UMKM.
Persiapan UMKM di Indonesia
Menurut Harian Kompas (2016), sejumlah persiapan dan perkembangan MEA oleh
Pemerintah Indonesia yaitu Pemerintah telah menetapkan 85 Standar Kompetensi Kerja
Nasional Indonesia (SKKNI) dan akreditasi 725 Balai Latihan Kerja dan Lembaga Pelatihan
Kerja Swasta (LPKS), melakukan pelatihan wirausaha dan keterampilan kerja bagi 717.454
calon tenaga kerja, serta melakukan sertifikasi terhadap 167 Lembaga Sertifikasi Profesi
(LSP). Pasca pemberlakuan MEA, jumlah tenaga kerja asing (TKA) yang masuk ke Indonesia
terlihat turun dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Kementerian
6
Ketua Komite Tetap Pengembangan Ekspor Kadin Indonesia Handito Joewono.
3
Koperasi dan Usaha Kecil Menengah melakukan pembekalan pelatihan SDM pariwisata
melalui sertifikasi, SDM KUKM bidang ekspor dan ritel koperasi, serta pelatihan pemahaman
perkoperasian. Dengan adanya kebijakan pengampunan pajak, perbankan Indonesia dapat
melompati Singapura. Jika pengampunan pajak berhasil, dana repatriasi akan memberikan
manfaat di sektor keuangan dan riil.
Menteri Koperasi dan UKM dalam menghadapi MEA ada beberapa program
pengembangan dan kebijakan untuk UKM Indonesia. Rencana Pembangunan
Jangka Menengah yaitu strategi yang berfokus pada peningkatan kualitas SDM,
meningkatkan kapasitas pengetahuan dan teknologi penyerapan, memperkuat
keunggulan kompetitif ekonomi. (Seputarukm.com, 2013)
Pemerintah juga telah melakukan sertifikasi bagi mahasiswa di beberapa Universitas
di Indonesia mengenai sertifikasi usaha mikro maupun sertifikasi tenaga kerja 7, dimana ini
merupakan perlindungan bagi bangsa Indonesia dari persaingan di era MEA. Peningkatan
daya saing bagi UKM perlu ditingkatkan agar tidak tersaingi oleh produk negara lain,
sehingga produk dalam negeri akan selalu dicintai dan diminati oleh konsumen masyarakat
Indonesia sendiri, bahkan produk UMKM diharapkan bisa ekspor ke negara lain sehingga
akan meningkatkan pendapatan negara serta kesejahteraan masyarakat pun meningkat. MEA
harus diposisikan sebagai kekuatan percepatan bagi UMKM untuk melakukan perbaikan
terus-menerus, UMKM ASEAN harus memperkuat jaringan bisnis dalam kerangka saling
menguntungan. AEC (Asean Economic Community) dapat menjadi langkah baru untuk
berkembangnya UMKM ASEAN dalam menghadapi pasar global.
Perkembangan UMKM di Indonesia
Perkembangan UMKM di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. UMKM telah
menjadi sebuah kekuatan ekonomi baru dalam menyumbang PDB Inodnesia. Saat ini Usaha
Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) telah mengalami peningkatan yang sangat
menggembirakan. Dimana pertumbuhan UMKM meningkat bukan hanya dari dilihat segi
kuantitas melainkan juga dilihat dari kemampuan kompetensi tenaga kerja, besarnya modal
yang dimiliki serta asset yang mereka miliki. UMKM telah menjadi motor penggerak ekonomi
Indonesia, saat Indonesia terkena imbas dari krisis ekonomi global, UMKM berhasil bertahan
bahkan membuka lapangan pekerjaan bagi banyak orang dalam usia produktif.
Sejumlah Mahasiswa di Universitas Wisnuwardhana telah melakukan sertifikasi usaha maupun
tenaga kerja oleh Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) pada Desember, 2015.
7
4
Ratri Purwasih (2015)8, untuk meningkatkan kemampuan UMKM di Indonesia,
UMKM harus diberikan kemudahan akses untuk mendapatkan kredit dari lembaga keuangan
tanpa proses administrasi yang rumit, meningkatkan kualitas dan kompetensi SDM mereka,
meningkatkan kemampuan marketing, menyediakan akses informasi bagi UMKM, menjalin
kemitraan yang saling menguntungkan antar pelaku usaha (UMKM, pihak swasta dan BUMN),
membuat program langsung ke tujuan atau sasaran, dilakukan dengan cara memberikan
bantuan baik berupa modal, konsep, dan hal-hal yang dibutuhkan oleh UMKM atau dengan
membidik para individu yang memiliki jiwa entrepreneur.
Jika dilihat masalah umum yang terjadi bagi perkembangan UMKM di Indonesia
ketika mereka ingin memulai sebuah usaha adalah minimnya modal yang dimiliki,
kemampuan
administrasi
yang
buruk
dan
belum
ada
pengalaman
bagaimana
mempromosikan produk mereka. Kebanyakan dari pelaku usaha UMKM hanya mempunyai
semangat luar biasa untuk maju dan berkembang.
Menurut Presiden Director PT Bahana Artha Ventura Bapak Andi, beliau
mengatakan ada beberapa kendala yang menghadang pelaku UMKM untuk
mengembangkan bisnis, yaitu permodalan, administrasi, dan teknologi. (Bisnis.com,
2014)
Permodalan sering menjadi masalah utama ketika memulai sebuah usaha, UMKM
sering berjalan dengan modal usaha yang sangat minim sekali. Karena masih berstatus bisnis
mikro dan kecil, terkadang UMKM sama sekali tidak dilirik lembaga perbankan. Di sinilah
perusahaan modal ventura dapat bergerak dan menyalurkan kredit modal kepada pelaku
UMKM.
Manajemen administrasi juga harus diperhatikan karena ini menyangkut mengenai
manajemen usaha. Seperti banyak dari mereka tidak tahu cara membuat laporan keuanga.
Jika tidak diperhatikan maka sulit bagi UMKM untuk tumbuh dan berkembang. Masalah
terakhir yang dihadapi oleh pelaku UMKM adalah pemanfaatan teknologi, khususnya
teknologi informasi (TI). Perlu diadakan pendidikan mengenai pemanfaatan TI bagi
pengembangan bisnis UMKM secara berkala.
Dengan di berlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN pada tahun 2016, UKM
dituntut lebih bisa mengembangkan usaha kecil melalui berbagai program Kementrian
Koperasi dan UKM seperti permodalan, kelembagaan dan pemasaran. Pemerintah seperti
Perbankan, Disperindag, dan Disnaker juga harus lebih aktif untuk mengangkat dan
mendorong para UKM untuk lebih maju. UMKM menjadi penyedia lapangan kerja terbesar
Dalam http://www.kompasiana.com/ratripurwasih/perkembangan-koperasi-dan-ukm-diindonesia_5520e43ea33311614a46cdb1
8
5
dan menekan laju pengangguran, sumbangsih UMKM kian besar terhadap PDB. Dan semoga
dengan adanya “Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)” UKM di Indonesia dapat berkembang
pesat dengan kualitas yang semakin bagus dengan inovasi dan kreativitas yang semakin
bagus pula sesuai dengan perkembangan zaman, serta UMKM nasional dapat berjaya di tanah
airnya sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Adesla, Veronica. 2016. Menghadapi Era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)
http://rubik.okezone.com/read/24981/menghadapi-era-masyarakat-ekonomiasean-mea
Fitriani, Feni Freycinetia. 2014. Kendala Utama Perkembangan UKM.
http://industri.bisnis.com/read/20140918/87/258467/ini-3-kendala-utamaperkembangan-ukm
Kompas, 10 Oktober 2016. Kolaborasi Diperlukan Pelaku Usaha Kecil dan Menengah Bisa
Garap Pasar ASEAN
Muharram, Agus. 2013. Pengembangan UKM Dalam Menghadapi MEA
http://www.seputarukm.com/kemenkop-pengembangan-ukm-dalam-menghadapimea/
Purwasih, Ratri. 2015. Perkembangan Koperasi dan UKM di Indonesia
http://www.kompasiana.com/ratripurwasih/perkembangan-koperasi-dan-ukm-diindonesia_5520e43ea33311614a46cdb1
Peraturan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
http://www.hukumonline.com/pusatdata/download/fl56041/node/28029
Tabel Data Perkembangan UMKM Tahun 2012-2013
http://www.depkop.go.id/berita-informasi/data-informasi/data-umkm/
6
Download