Mata kuliah KOMPUTASI ELEKTRO BAB 8 PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA Persamaan diferensial dapat dibedakan menjadi dua macam tergantung pada jumlah variabel bebas. Apabila persamaan tersebut mengandung hanya satu variabel bebas, persamaan disebut dengan persamaan diferensial parsial. Derajat (order) dari persamaan ditentukan oleh derajat tertinggi dari turunannya. Sebagai contoh persamaan diferensial biasa di bawah ini adalah berorder satu, karena turunan tertingginya adalah turunan pertama. x dy y 3 dx Sedang persamaan diferensial biasa berorder dua mengandung turunan kedua sebagai turunan tertingginya, seperti bentuk di bawah ini: d2y dx 3 2y 0 2 dx dy Contoh persamaan diferensial parsial dengan variabel bebas x dan t adalah: y 2 y t x 2 Penyelesaian persamaan diferensial adalah suatu fungsi yang memenuhi persamaan diferensial dan juga memenuhi kondisi awal yang diberikan pada persamaan tersebut. Di dalam penyelesaian persamaan diferensial secara analitis, biasanya dicari penyelesaian umum yang mengandung konstanta sembarang dan kemudian mengevaluasi konstanta tersebut sedemikian sehingga hasilnya sesuai dengan kondisi awal. Metode penyelesaian persamaan diferensial secara analitis terbatas pada persamaan-persamaan dengan bentuk tertentu, dan biasanya hanya untuk menyelesaikan persamaan linier dengan koefisien konstan. Misalkan suatu persamaan diferensial biasa berorder satu, sebagai berikut: dy y dx (8.1) Penyelesaian dari persamaan tersebut adalah: y C ex (8.2) yang memberikan banyak fungsi untuk berbagai nilai koefisien C. Gambar 8.1, menunjukkan beberapa kemungkinan dari penyelesaian persamaan (8.2), yang tergantung pada nilai C. Untuk mendapatkan penyelesaian tunggal diperlukan informasi tambahan, misalnya nilai y (x) dan atau turunannya pada nilai x tertentu. Untuk persamaan order n biasanya diperlukan n kondisi untuk mendapatkan penyelesaian tunggal y (x). Apabila semua n kondisi diberikan pada nilai x yang sama (misalnya x0), maka permasalahan disebut dengan problem nilai awal. Apabila dilibatkan lebih dari satu nilai x, permasalahan disebut dengan problem nilai batas. Misalnya persamaan (8.1), disertai kondisi awal yaitu x = 0, nilai y = 1 atau: Jurusan Teknik Elektro ISTA Yogyakarta 95 Mata kuliah KOMPUTASI ELEKTRO y ( x 0) 1 (8.3) Substitusikan persamaan (8.3) ke dalam persamaan (8.2) memberikan: 1 C e0 atau C=1 Dengan demikian penyelesaian tunggal yang memenuhi persamaan: dy y dx y ( x 0) 1 adalah: y ex Gambar 8.1. Penyelesaian persamaan dy y dx Metode penyelesaian numerik tidak ada batasan mengenai bentuk persamaan diferensial. Penyelesaian berupa tabel nilai-nilai numerik dari fungsi untuk berbagai variabel bebas. Penyelesaian suatu persamaan diferensial dilakukan pada titik-titik yang ditentukan secara berurutan. Untuk mendapatkan hasil yang lebih teliti maka jarak (interval) antara titik-titik yang berurutan tersebut dibuat semakin kecil. Penyelesaian persamaan (8.1) dan persamaan (8.3) adalah mencari nilai y sebagai fungsi dari x. Persamaan diferensial memberikan kemiringan kurve pada setiap titik sebagai fungsi x dan y. Hitungan dimulai dari nilai awal yang diketahui, misalnya di titik (x0, y0). Kemudian dihitung kemiringan kurve (garis singgung) di titik tersebut. Berdasar nilai y0 di titik x0 dan kemiringan fungsi di titik-titik tersebut dapat dihitung nilai y1 di titik x1 yang berjarak x dari x0. Selanjutnya titik (x1, y1) yang telah diperoleh tersebut digunakan untuk menghitung nilai y2 di titik x2 yang berjarak x dari x1. Prosedur hitungan tersebut diulangi lagi untuk mendapatkan nilai y selanjutnya, seperti pada Gambar 8.2. Jurusan Teknik Elektro ISTA Yogyakarta 96 Mata kuliah KOMPUTASI ELEKTRO Gambar 8.2. Penyelesaian numerik persamaan diferensial 8.1 Metode Satu Langkah Akan diselesaikan persamaan diferensial biasa dengan bentuk sebagai berikut: dy f ( x, y ) dx Persamaan tersebut dapat didekati dengan bentuk berikut: dy Δ y yi 1 yi f ( x, y ) dx Δ x xi 1 xi atau yi 1 yi f ( x, y )( xi 1 xi ) atau yi 1 yi Φ Δx (8.4) dengan adalah perkiraan kemiringan yang digunakan untuk ekstrapolasi dari nilai yi ke yi + 1 yang berjarak x yaitu selisih antara x = xi + 1 xi. Persamaan diatas dapat digunakan untuk menghitung langkah nilai y secara bertahap. Semua metode satu langkah dapat ditulis dalam bentuk umum tersebut. Perbedaan dari beberapa metode yang ada adalah didalam cara mengestimasi kemiringan . 8.2 Metode Euler Metode Euler adalah salah satu dari metode satu langkah yang paling sederhana. Di banding dengan beberapa metode lainnya, metode ini paling kurang teliti. Namun demikian metode ini perlu dipelajari mengingat kesederhanaannya dan mudah pemahamannya sehingga memudahkan dalam mempelajari metode lain yang lebih teliti. Metode Euler dapat diturunkan dari Deret Taylor: yi 1 yi yi' Δx Δx 2 yi'' ... 1! 2! Jurusan Teknik Elektro ISTA Yogyakarta 97 Mata kuliah KOMPUTASI ELEKTRO Apabila nilai x kecil, maka suku yang mengandung pangkat lebih tinggi dari 2 adalah sangat kecil dan dapat diabaikan, sehingga persamaan diatas dapat ditulis menjadi: yi 1 yi yi' Δx (8.5) Dengan membandingkan persamaan (8.4) dan persamaan (8.5) dapat disimpulkan bahwa pada metode Euler, kemiringan = yi' = f (xi , yi), sehingga persamaan (8.5) dapat ditulis menjadi: yi 1 yi f ( xi , yi ) Δ x (8.6) dengan i = 1, 2, 3, … Persamaan (8.6) adalah metode Euler, nilai yi + 1 diprediksi dengan menggunakan kemiringan fungsi (sama dengan turunan pertama) di titik xi untuk diekstrapolasikan secara linier pada jarak sepanjang pias x. Gambar 8.3, adalah penjelasan secara grafis dari metode Euler. Gambar 8.3. Metode Euler Contoh soal: Selesaikan persamaan di bawah ini: dy f ( x, y) 2 x 3 12 x 2 20 x 8,5. dx y (0) 1. dari x = 0 sampai x = 4 dengan panjang langkah x = 0,5 dan x = 0,25. Penyelesaian: Penyelesaian eksak dari persamaan diatas adalah: y 0,5 x 4 4 x3 10 x 2 8,5 x 1. Penyelesaian numerik dilakukan secara bertahap pada beberapa titik yang berurutan. Dengan menggunakan persamaan (8.6), dihitung nilai yi + 1 yang berjarak x = 0,5 dari titik awal yaitu x = 0. Untuk i = 0 maka persamaan (8.6), menjadi: y1 y0 f ( x0 , y0 ) x Dari kondisi awal, pada x = 0 nilai fungsi y (0) = 1, sehingga: y (0,5) y (0) f (0 ; 1) 0,5. Jurusan Teknik Elektro ISTA Yogyakarta 98 Mata kuliah KOMPUTASI ELEKTRO Kemiringan garis di titik (x0 ; y0) adalah: dy f (0 ; 1) 2 (0 3 ) 12 (0 2 ) 20 (0) 8,5 8,5. dx sehingga: y ( 0,5 ) 1 8,5 (0,5) 5,25. Nilai eksak pada titik x = 0,5 adalah: y (0,5) 0,5 (0,54 ) 4 (0,53 ) 10 (0,52 ) 8,5 (0,5) 1 3,21875. Jadi kesalahan dengan metode Euler adalah: t 3,21875 5,25 100 % 63,1%. 3,21875 Pada langkah berikutnya, yaitu untuk i = 1, persamaan (8.6) menjadi: y2 y1 f ( x1 , y1 ) Δx y (1,0 ) y (0,5) f ( 0,5 ; 5,25 ) 0,5 5,25 2 (0,53 ) 12 (0,52 ) 20 (0,5) 8,5 0,5 5,875. Hitungan dilanjutkan dengan prosedur diatas dan hasilnya diberikan dalam Tabel 8.1, Untuk x = 0,25, hitungan dilakukan dengan prosedur diatas dan hasilnya juga diberikan dalam Tabel 8.1. Dalam contoh tersebut dengan nilai x berbeda, dapat disimpulkan bahwa penggunaan x yang lebih kecil akan memberikan hasil yang lebih teliti. Tetapi konsekuensinya waktu hitungan menjadi lebih lama. 8.3 Kesalahan Metode Euler Penyelesaian numerik dari persamaan diferensial biasa menyebabkan terjadinya dua tipe kesalahan, yaitu: 1) Kesalahan pemotongan, yang disebabkan oleh cara penyelesaian yang digunakan untuk perkiraan nilai y, 2) Kesalahan pembulatan, yang disebabkan oleh keterbatasan jumlah angka (digit) yang digunakan dalam hitungan. Kesalahan pemotongan terdiri dari dua bagian. Pertama adalah kesalahan pemotongan lokal yang terjadi dari pemakaian suatu metode pada satu langkah. Kedua adalah kesalahan pemotongan menyebar yang ditimbulkan dari perkiraan yang dihasilkan pada langkah-langkah berikutnya. Gabungan dari kedua kesalahan tersebut dikenal dengan kesalahan pemotongan global. Besar dan sifat kesalahan pemotongan pada metode Euler dapat dijelaskan dari deret Taylor. Untuk itu dipandang persamaan diferensial berbentuk: y ' f ( x, y ) (8.7) dy , sedang x dan y adalah variabel bebas dan tak bebas. dx Penyelesaian dari persamaan tersebut dapat diperkiraan dengan deret Taylor: dengan y ' Jurusan Teknik Elektro ISTA Yogyakarta 99 Mata kuliah KOMPUTASI ELEKTRO 2 n Δx ' ' Δx n Δx yi 1 yi y yi ... yi Rn 1! 2! n! ' i (8.8) Apabila persamaan (8.7) disubstitusikan ke persamaan (8.8), akan menghasilkan: Δx Δx 2 Δx 3 yi 1 yi f ( xi , yi ) f ' ( xi , yi ) f ' ' ( xi , yi ) ... Rn 1! 2! 3! (8.9) Tabel 8.1. Hasil hitungan dengan metode Euler x y eksak 0,00 0,25 0,50 0,75 1,00 1,25 1,50 1,75 2,00 2,25 2,50 2,75 3,00 3,25 3,50 3,75 4,00 1,00000 2,56055 3,21875 3,27930 3,00000 2,59180 2,21875 1,99805 2,00000 2,24805 2,71875 3,34180 4,00000 4,52930 4,71875 4,31055 3,00000 x = 0,5 y perk t (%) 1,00000 5,25000 63,11 5,87500 95,83 5,12500 130,99 4,50000 125,00 4,75000 74,71 5,87500 46,88 7,12500 50,99 7,00000 133,33 x = 0,25 y perk t (%) 1,00000 3,12500 22,04 4,17969 29,85 4,49219 36,99 4,34375 44,79 3,96875 53,13 3,55469 60,21 3,24219 62,27 3,12500 56,25 3,25000 44,57 3,61719 33,05 4,17969 25,07 4,84375 21,09 5,46875 20,74 5,86719 24,34 5,80469 34,66 5,00000 66,67 Perbandingan antara persamaan (8.6) dan persamaan (8.9) menunjukkan bahwa metode Euler hanya memperhitungkan dua suku pertama dari ruas kanan persamaan (8.9). Kesalahan yang terjadi dari metode Euler adalah karena tidak memperhitungkan sukusuku terakhir dari persamaan (8.9) yaitu sebesar: t f ' ( xi , yi ) Δx 2 Δx 3 f '' ( xi , yi ) ... Rn 2! 3! (8.10) dengan t adalah kesalahan pemotongan lokal eksak. Untuk x yang sangat kecil, kesalahan seperti yang diberikan oleh persamaan (8.10), adalah berkurang dengan bertambahnya order (order yang lebih tinggi). Dengan demikian suku yang mengandung pangkat lebih besar dari dua dapat diabaikan, sehingga persamaan (8.10) menjadi: Δx 2 a f ' ( xi , yi ) (8.11) 2! dengan a adalah perkiraan kesalahan pemotongan lokal. Jurusan Teknik Elektro ISTA Yogyakarta 100 Mata kuliah KOMPUTASI ELEKTRO Contoh soal: Hitung kesalahan yang terjadi dari penggunaan metode Euler dalam contoh sebelumnya pada langkah pertama. Penyelesaian: Kesalahan eksak dihitung dengan persamaan (8.10). Oleh karena persamaan yang diselesaikan adalah polinomial order 3 maka kesalahan yang diperhitungkan hanya sampai suku ke tiga, karena turunan keempat dari persamaan pangkat tiga adalah nol, sehingga persamaan (8.10) menjadi: t f ' ( xi , yi ) Δx 2 Δx3 Δx 4 f '' ( xi , yi ) f ''' ( xi , yi ) 2! 3! 4! Pada langkah pertama berarti x1 = 0, sehingga nilai turunan pertama, kedua dan ketiga adalah: f ' ( xi , yi ) 6 x 2 24 x (20) 6 (0 2 ) 24 (0) 20 20. f '' ( xi , yi ) 12 x 24 12 (0) 24 24. f ''' ( xi , yi ) 12. Dengan demikian kesalahan yang terjadi untuk x = 0,5 adalah: t 20 (0,52 ) (0,53 ) (0,54 ) 24 12 2,03125. 2 6 24 Sedang x = 0,25 kesalahannya adalah: t 20 (0,252 ) (0,253 ) (0,254 ) 24 12 0,564453125. 2 6 24 Dengan menggunakan x = 0,25 kesalahan yang terjadi lebih kecil dibanding dengan penggunaan x = 0,5. Kesalahan tersebut terjadi pada langkah pertama, dan akan merambat pada langkah-langkah berikutnya, karena nilai perkiraan pada langkah pertama (yang mempunyai kesalahan) digunakan sebagai dasar hitungan pada langkah selanjutnya. Jurusan Teknik Elektro ISTA Yogyakarta 101