Struktur Tanaman dan akar

advertisement
BOTANI
UMMU KALSUM
UNIVERSITAS GUNADARMA
2016
Struktur Tanaman
KORMUS DAN BAGIANBAGIANNYA
 Kormus
adalah tubuh tumbuh-tumbuhan yang
hanya dimiliki oleh Pteridophita (tumbuhan
paku) dan Spermatophyta (tumbuhan biji)
 Kormus
nyata memperlihatkan diferensiasi
dalam tiga bagian pokok:

Akar (radix),

Batang (caulis),

Daun (folium)
Sumber: James D Mauseth, 1998
Bagian lain

Bagian lain yang dapat kita temukan pada
tubuh tumbuhan dapat dipandang sebagai
satu penjelmaan salah satu atau mungkin dua
bagian pokok yang bermetamorfosis

Sebagian metamorfosis bagian pokok atau
kombinasi bagian-bagian pokok itu misalnya:
1.
kuncup (gemma), dianggap sebagai
penjelmaan batang dan daun,
2.
bunga (flos), juga penjelmaan batang dan daun,
3.
duri (spina), dapat merupakan penjelmaan
dahan maupun daun,
4.
alat-alat pembelit (cirrhus), dapat berasal dari
daun maupun dari dahan maupun cabang,
5.
umbi (tubber), penjelmaai batang beserta
daun-daunnya,
6.
umbi lapis (bulbus), penjelmaan batang dan
daun, dan masih banyak contoh lain-lain lagi
Alat tambahan atau alat pelengkap
(orgama accessoria), misalnya:

rambut atau bulu (pilus),

sisik (lepis),

lentisel (lenticulus)  pori-pori menonjol
(berbentuk lonjong), biasanya pada batang
berkayu, terjadi jika lap. epidermis digantikan
oleh lapisan gabus

dan lain-lain
Fungsi bagian tumbuhan
 Bagian-bagian
tumbuhan yang langsung
ataupun tidak, berguna untuk menegakkan
kehidupan tumbuhan (makanan)  akar,
daun, umbi, batang dan alat khusus pada
tumbuhan tertentu
Alat hara (organum nutritivum)
 Bagian-bagian
lain pada tumbuhan
mempunyai tugas untuk menghasilkan alat
perkembangbiakan (menghasilkan keturunan
baru, alat perkembangbiakan atau alat
untuk memperbanyak diri)  bunga, buah
dan biji
Alat perkembangbiakan (organum reproductivum)
Akar (Radix)

Air berserta garam-garam diambil dari tanah
oleh akar tumbuhan

Water and minerals are distributed on all sides
of a root. Its cylindrical shape allows all sides to
have the same absorptive capacity. Consider a
leaf and a system of thin roots, both with equal
volumes; the root system has a higher surfaceto-volume ratio, ideal for absorption

The lower surface-to-volume ratio for leaves
reduces the carbon dioxide absorption capacity
but not the absorption of light and is actually
beneficial for water conservation

Roots do not need to be adapted for light
absorption, and they absorb water rather than
needing to conserve it

Even a light, porous soil can be most easily and
thoroughly penetrated by narrow cylinders rather
than thin sheets

Nor should a plant waste (memboroskan)
carbohydrate by constructing a larger root system
than its shoot (tunas) needs; the extra
carbohydrate could be used for leaves or
reproduction

Roots must have an enormous absorptive surface;
in order for a single root to have sufficient surface
area, it would have to be hundreds of meters long,
which would make conduction (melakukannya)
impossible
 Plants

have a highly branched root system
Most dicots have a single prominent taproot
that is much larger than all the rest and
numerous small lateral roots or branch roots
coming out of it

This taproot develops from the embryonic root,
called the radicle (radikula), that was present
in the seed; after germination it grows
extensively and usually becomes the largest
root in the system
Carrots, beets, turnips,
and other taproots sold in
stores have dozens of
fine lateral roots while
growing, but these are
removed before the
products are shipped to
market
Perakaran

Many dicots are perennial and undergo
(mengalami) secondary growth, resulting in an
increased quantity of healthy, functional wood
(xylem) in both the stem (trunk) and the roots 
enlarging conduction capacity permits an increase
in the number of leaves and fine, absorptive roots

Most monocots cannot undergo secondary growth;
once their stem is formed, the number of vascular
bundles, tracheary elements, and sieve tubes is set,
and their conducting capacity cannot be increased
 The
ability to form adventitious roots is not
limited to monocots; many rhizomatous and
stoloniferous dicots also grow this way
naturally
 Many
dicots that never produce adventitious
roots in nature do so if they are cut; this is
important in the process of asexual
propagation (perkembangbiakan) by
cuttings
Sifat-sifat akar:

Bagian tumbuhan yang biasanya terdapat di dalam tanah, arah
tumbuh ke pusat bumi (geotrop) atau menuju ke air (hidrotrop),
meninggalkan udara dan cahaya

Tidak berbuku-buku, tidak beruas dan tidak mendukung daun atau
sisik maupun bagian-bagian lainnya

Warna tidak hijau, biasanya keputih-putihan atau kekuningkuningan

Tumbuh terus pada ujungnya, umumnya pertumbuhannya masih
kalah jika dibanding dengan batang

Bentuknya seringkali meruncing, hingga lebih mudah menembus
tanah
Tugas akar bagi tumbuhan:

Memperkuat berdirinya tumbuhan

Menyerap air dan zat-zat makanan yang terlarut di
dalam air tersebut, dari dalam tanah

Mengangkut air dan zat-zat makanan terlarut, ke
tempat-tempat pada tubuh tumbuhan yang
memerlukan

Kadang-kadang sebagai tempat untuk
penimbunan makanan
James D. M. (1998) menambahkan bahwa tugas
akar juga memproduksi beberapa hormon

Hormon yang diproduksi akar  sitokinin dan giberelin

Pertumbuhan dan perkembangan pucuk atau tunas
(shoot) bergantung pada hormon sitokinin dan
giberelin yang diimpor dari akar

Tunas bergantung pada produksi hormon di akar
diduga terdapat integrasi (pembauran) sistem antara
keduanya  menguntungkan tanaman untuk
mengontrol ukuran tunasnya sehingga transpirasi daun
tidak melebihi absorpsi akar
Struktur akar
Sumber: James D. M, 1998
Bagian-bagian akar:
1.
Leher atau pangkal akar (collum)  bagian akar yang
bersambungan dengan batang
2.
Ujung akar (apex radices)  bagian akar yang paling
muda, terdiri atas jaringan-jaringan yang masih dapat
mengadakan pertumbuhan
3.
Batang akar (corpus radices)  bagian akar yang
terdapat antara leher akar dan ujungnya
4.
Cabang-cabang akar (radix lateralis)  bagian-bagian
akar yang tak langsung bersambungan dengan
pangkal batang, tetapi keluar dari akar pokok, dan
masing-masing dapat mengadakan percabangan lagi

Serabut akar (fibrilla radicalis)  cabang-cabang akar yang halushalus dan berbentuk serabut

Rambut-rambut atau bulu-bulu akar (pilus radicalis)  dengan
adanya rambut-rambut akar ini, bidang penyerapan akar menjadi
amat diperluas sehingga lebih banyak air dan zat-zat makanan
yang dihisap. Rambut akar sifatnya sementara (umurnya pendek
dan terdapat hanya pada ujung akar). Jika akar bertambah
panjang  rambut akar yang paling jauh dengan ujung mati,
tetapi yang dekat ujung, diganti dengan yang baru

Tudung akar (calyptra)  bagian akar yang letaknya paling ujung,
terdiri atas jaringan yang berguna untuk melindungi ujung akar
yang masih muda dan lemah
Sewaktu tumbuhan masih kecil (dalam bentuk lembaga di
dalam biji)  calon akar sudah ada yang disebut “akar
lembaga (radikula)”. Saat biji mulai berkecambah dan menjadi
tumbuhan dewasa, maka sistem perakaran:
1.
Sistem akar tunggang (radix primaria) Akar pokok yang
berasal dari akar lembaga. Susunan akar seperti ini umumnya
terdapat pada tumbuhan dikotil dan gymnospermae. Akar
tunggang hanya dapat terlihat, jika tumbuhan ditanam dari
biji. Jika cangkokan atau turusan (setek) karena bukan dari
biji maka tidak tampak akar tunggangnya
2.
Sistem akar serabut (radix adventicia)  Akar ini tidak
berasal dari calon akar yang asli. Jika akar lembaga
dalam perkembangan selanjutnya mati atau kemudian
disusul oleh sejumlah akar yang ± sama besar dan
semuanya keluar dari pangkal batang
Dilihat dari bentuk dan percabangannya, akar tunggang
dibedakan dalam:
1.
Akar tunggang yang tidak bercabang atau sedikit bercabang,
dimana cabangnya halus dan berbentuk serabut. Bentuknya
istimewa, seperti:

tombak (fusiformis) atau akar pena  pangkal besar meruncing
ke ujung dengan serabut-serabut akar sebagai percabangan. Ex:
akar lobak (Raphanus sativus L.) dan wortel (Daucus carota I.)

gasing (napiformis)  pangkal akar besar membulat, akar serabut
sebagai cabang hanya pada ujung yang sempit meruncing. Ex:
bengkuang (Pachyrrhizus erosus Urb) dan bit (Beta vulgaris L.)

benang (filiformis)  jika akar tunggang kecil panjang seperti
akar serabut dan juga sedikit sekali bercabang, ex: kratok/kara
(Phaseolus lunatus L.)
2.
Akar tunggang yang bercabang (ramosus)  berbentuk
kerucut panjang, tumbuh lurus ke bawah, bercabang
banyak, dan cabangnya bercabang lagi, sehingga
dapat memberi kekuatan yang lebih besar kepada
batang dan juga daerah perakaran menjadi amat luas,
hingga dapat menyerap air dan zat makanan yang lebih
banyak. Susunan akar yang demikian terdapat pada
pohon yang ditanam dari biji
Akar-akar pada sistem perakaran serabut:

Akar yang menyusun akar serabut kecil-kecil
berbentuk benang, ex: padi

Akar serabut kaku keras dan cukup besar seperti
tambang, ex: pohon kelapa (Cocos nucifera L.)

Akar serabut besar-besar, hampir sebesar lengan,
masing-masing tidak banyak memperlihatkan
percabangan, ex: pandan (Pandanus tectorius
501)
Pada berbagai keadaan  akar harus
mempunyai sifat-sifat tertentu seperti:

Akar udara atau akar gantung (radix aereus) 
menyerap air dan zat gas dari udara dan seringkali
mempunyai jaringan khusus untuk menimbun air/udara
yang disebut ‘velamen’ (ex: anggrek kala jengking
Arahnis flosaeris) serta bagian yang di atas tanah sering
berubah menjadi batang, seperti beringin (Ficus
benjamina L.)

Akar penggerak atau akar penghisap (haustorium) 
parasit seperti benalu (Loranthus) dan endak-endak
cacing (Cuscutha australia R.Br.)

Akar pelekat (radix adligans), akar-akar yang keluar
dari buku-buku batang tumbuhan memanjat dan
berguna untuk menempel pada penunjangnya saja,
ex: lada (Piper nigrum L.) dan sirih (Piper betle L.)

Akar pembelit (cirrhus radicalis), juga untuk memanjat,
tetapi dengan memeluk penunjangnya, ex: panili
(Vanilla planifolia Andr.)

Akar nafas (pneumatophora), cabang-cabang akar
yang tumbuh tegak lurus ke atas hingga muncul dari
permukaan tanah atau air tempat tumbuhnya
tumbuhan banyak celah-celah (pneumathoda). Ex:
kayu api (Avicennia)

Akar tunjang atau akar egrang  akar yang tumbuh dari bagian
bawah batang ke segala arah dan seakan menunjang batang ini
sampai rebah, ex: pandan (Pandanus tectorius Sol.) dan bakau
(Rhizopora conjugata L.)

Akar lutut  bagian akar yang tumbuh ke atas, kemudian
membengkok lagi masuk ke dalam tanah (seperti lutut) yang
dibengkokkan. Umumnya pada tumbuhan yang di tepi pantai yang
rendah berlumpur dan berguna untuk pernafasan, seperti pohon
tanjang (Bruguiera parvifolia W. et. A.)

Akar banir  berbentuk seperti papan-papan yang diletakkan miring
untuk memperkokoh berdirinya batang pohon yang tinggi besar, ex:
sukun (Artocarpus communis G. Forst), kenari (Canarium commune L.)
Referensi
 Gembong
Tjitrosoepomo. 2007. Morfologi
Tumbuhan. Yogyakarta: UGM Press.
 James
D Mauseth. 1998. Botany: An
introduction to Plant Biology, 2/e.
[Multimedia Enhance Edition]. US: Jones
And Bartlett Publishers, Inc.
Terima
kasih
Download