MODUL PERKULIAHAN MASYARAKAT MADANI Modul Standar untuk digunakan dalam Perkuliahan di Universitas Mercu Buana Fikom Program Studi Disini diisi Fakultas penerbit Modul Broadcasting Tatap Muka 11 Kode MK Disusun Oleh MK10230 H.Ghazaly ama la nora,S.IP.,M.Si Abstract Kompetensi Petunjuk Penggunaan Template Modul Standar untuk digunakan dalam modul perkuliahan Universitas Mercu Buana Dosen Pengampu dapat menerapkan dan menggunakan template modul standar untuk modul-modul yang akan dipergunakannya Setelah mempelajari bab ini, pembaca diharapkan dapat: 1. Menyebutkan pengertian dan latar belakang masyarakat madani. 2. Menjelaskan sejarah perkembangan masyarakat madani. 3. Mengidentifikasi karakteristik ciri-ciri masyarakat madani. 4. Mengidentifikasi institusi penegak masyarakat madani. 5. Menjelaskan masyarakat madani, dan hubungannya dengan investasi demokrasi. 6. Menjelaskan faktor-faktor yang diperlukan untuk membangun masyarakat madani di Indonesia. Deskripsi Singkat Dalam perkuliahan ini Anda akan mempelajari pengertian, sejarah, dan ciri masyarakat madani. Pada tahap kedua, Anda akan mempelajari institusi penegak masyarakat madani, dan bagaimana mengimpiementasikan gagasan masyarakat madani dalam kehidupan sehari-hari. Pada bagian akhir kuliah, didiskusikan tentang bagaimana peran masyarakat melalui LSM dan organisasi lain dalam memberdayakan ekonomi masyarakat. Pokok Bahasan Masyarakat Madani A. Bahan Bacaan 1. Baso, Ahmad. 1999. Civil Society Versus Masyarakat Madani. Pustaka Hidayah. Bandung. 2. Hamiwanto Saiful. 2004. Masyarakat Madani: Judul lama muka Baru. Unsubscribe lslam.com. 3. ICCE UIN. 2003. Pendidikan Kewargaan: Demokrasi, HakAsasi Manusia, Masyarakat Madani. UIN dan Prenada Media. Jakarta. 4. ‘13 Izzudin, Ahmad. Reformasi Masyarakat Madani Malaysia. 2 Nama Mata Kuliah dari Modul Dosen Pengampu Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 5. Kompas. Demokrasi dan masyarakat Madani. Tajuk Rencana. Kompas. 6. Ngeljaratan, ishak. 2005. Ideologi Nasional versus Budaya Unggul. Kompas.com, 3 Desember 2005. 7. Soekanto Sorjono. 2005. Sosiologi Suatu Pengantar, edisi 4. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 8. Sutianto, Anen. Rekatualisasi Masyarakat Madani Dalam Kehidupan. IAIN SCD Bandung. 9. Usman Husaeni. 2003. Menuju Masyarakat Madani meialui Pendidikan Demokratis. Jurnal Pendidikan. Jakarta. II. Pertanyaan Kuttci 1. Jelaskan faktor-faktor yang mendorong timbulnya masyarakat madani. 2. Uraikan ciri-ciri masyarakat madani. 3. Sebutkan dan uraikan peranan lembaga penegak masyarakat madani. 4. Uraikan bagaimana membangun masyarakat madani untuk pemberdayaan ekonomi dan intelek- tualitas. III. Tugas 1. Anda harus membaca isi Bab 11, dan menuliskan pemahaman Anda pada Formulir 1, serta me- nyerahkannya kepada dosen sebelum pertemuan dimulai. 2. Anda diminta datang ke LSM, parpol, ormas, dan koperasi untuk mengetahui kegiatan pemberdayaan masyarakat. A. Pengertian dan Latar Belakang 1. Pengertian Ungkapan lisan dan tulisan -tentang masyarakat madani semakin marak akhir-akhir ini, seiring dengan bergulirnya proses reformasi di Indonesia. Proses ini ditandai dengan munculnya tuntutan kaum reformis untuk mengganti Orde Baru, yang berusaha mempertahankan tatanan masyarakat yang status quo menjadi tatanan masyarakat yang madani. Tokoh-tokoh se- perti Nurcholis Majid, ‘13 3 Nama Mata Kuliah dari Modul Dosen Pengampu Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Nurhidayat Wahid, Abdulrahman Wahid, A. S. Hi- kam, Azumahdi Azzra dan iain-lain, banyak mengemukakan tentang tatanan masyarakat madani, seteiah istilah dan konsep ini diperkenalkan oleh DatUk Anwar Ibrahim, mantan Wakil Perdana Menteri Malaysia. Namun demikian, mewujudkan masyarakat madani tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Membentuk masyarakat madani memerlukan proses panjang dan waktu, serta menuntut komitmen masing-masing warga bangsa ini untuk mereformasi diri secara total dan konsisten dalam suatu.perjuangan yang gigih. Masyarakat madani berasal dari bahasa Inggris, civil society. Kata Masyarakat madani civil society sebenarnya berasal dari bahasa Latin yaitu civitas dei yang arti- masyarakat yang nya kota lllahi dan society yang berarti masyarakat. Dari kata civil akhirnya berperadaban maju membentuk kata civilization yang berarti peradaban (Gellner seperti yang dikutip Mahasin (1995). Oleh sebab itu, kata civil society dapat diartikan sebagai komunitas masyarakat kota. yakni masyarakat yang telah berperadaban maju. Konsepsi seperti ini, menurut Madjid; seperti yang dikutip Mahasin (1995), pada awalnya lebih merujuk pada dunia Islam yang ditunjukkan oleh masyarakat kota Arab. Sebaliknya, lawan dari kata atau istilah masyarakat nonmadani adalah kaum pengembara, badawah, yang masih membawa citranya yang kasar, berwawasan pengetahuan yang sempit, masyarakat puritan, tradisional penuh mitos dan takhayul, banyak memainkan kekuasaan dan kekuatan, sering dan suka menindas, serta sifat-sifat negatif lainnya. Gellner (1995) menyatakan bahwa masyarakat madani akan terwujud ketika terjadi tatanan masyarakat yang harmonis, yang bebas dari eksploi- tasi dan penindasan. Pendek kata, masyarakat madani ialah kondisi suatu komunitas yang jauh dari monopoli kebenaran dan kekuasaan. Kebenaran dan kekuasaan adalah milik bersama. Setiap anggota masyarakat madani ti- dak bisa ditekan, ditakuttakuti, diganggu kebebasannya, semakin dijauhkan dari demokrasi, dan sejenisnya. Oleh karena itu, perjuangan menuju ma-syarakat madani pada hakikatnya merupakan proses panjang dan produk sejarah yang abadi, dan perjuangan melawan kezaliman dan dominasi para penguasa menjadi ciri utama masyarakat madani. Sementara itu, Seligman, seperti yang dikutip Mun'im (1994), mendefi- nisikan istilah civil society sebagai seperangkat gagasan etis yang mengeje- wantah dalam berbagai tatanan sosial, dan yang paling penting dari gagasan ini adalah usahanya untuk menyelaraskan berbagai konflik kepentingan an- tar-individu, masyarakat, dan negara. Sedangkan civil society menurut Havel seperti yang dikutip Hikam (1994) ialah rakyat sebagai warga negara yang mampu belajar tentang aturanaturan main melalui dialog demokratis dan penciptaan bersama batang tubuh politik partisipatoris yang murni. Gerakan penguatan civil society merupakan gerakan untuk merekonstruksi ikatan so- ‘13 4 Nama Mata Kuliah dari Modul Dosen Pengampu Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id lidaritas dalam masyarakat yang telah haficur akibat kekuasaan yang mono- litik. Secara normatifpolitis, inti strategi ini adalah usaha untuk memulihkan kembali pemahaman asasi bahwa rakyat, sebagai warga negara, memiliki hak untuk meminta pertanggungjawaban kepada para penguasa atas segala yang mereka lakukan atas nama pemerintah. Istilah madani menurut Munawir (1997) sebenarnya berasal dari baha- sa Arab, madaniy. Kata madaniy berakar dari kata kerja madana yang berarti mendiami, tinggal, atau membangun. Kemudian berubah istilah menjadi madaniy yangartinya beradab, orang kota, orang sipil, dan yang bersifat sipil atau perdata. Dengan demikian, istilah madaniy dalam bahasa Arab mempu- nyai banyak arti. Pendapat yang sama dikemukakan oleh Hall (1998), yang menyatakan bahwa masyarakat madani identik dengan civil society, artinya suatu ide, angan-angan, bayangan, cita-cita suatu komunitas yang dapat ter- jewantahkan ke dalam kehidupan sosial. Dalam masyarakat madani, pelaku Masyarakat madani: bebas sosial akan berpegang teguh pada peradaban dan kemanusiaan. Hefner demokratis dalam pluralisme (1993. 15.20) menyatakan bahwa masyarakat madani merupakan masyarakat modern yang bercirikan kebebasan dan demokratisasi dalam berinteraksi di masyarakat yang semakin plural dan heterogen. Dalam keadaan seperti ini, masyarakat diharapkan mampu mengorganisasikan dirinya dan tumbuh kesadaran diri dalam mewujudkan peradaban. Mereka akhirnya mampu mengatasi dan berpartisipasi dalam kondisi global, kompleks, penuh per- saingan dan perbedaan. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa masyarakat madani pada prinsipnya memiliki multimakna, yaitu masyarakat yang demokratis, menjunjung tinggi etika dan moralitas, transparan, toleransi, berpotensi, aspiratif, bermotivasi, berpartisipasi, konsisten, memiliki perbandingan, mampu berkoordinasi, sederhana, sinkron, integral, mengakui emansipasi, dan hak asasi, namun yang paling dominan adalah masyarakat yang demokratis. 2. Latar Belakang Masyarakat madani timbul karena faktor-faktor: a. Adanya penguasa politik yang cenderung mendominasi (menguasai) masyarakat dalam segala bidang agar patuh dan taat pada penguasa. Ti- dak adanya keseimbangan dan pembagian yang proporsional terhadap hak dan kewajiban setiap warga negara yang mencakup seluruh aspek kehidupan. Adanya monopoli dan pemusatan salah satu aspek kehidup- an pada satu kelompok masyarakat, karena secara esensial masyarakat memiliki hak yang sama dalam memperoleh kebijakan-kebijakan yang ditetapkan pemerintah. ‘13 5 Nama Mata Kuliah dari Modul Dosen Pengampu Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id b. Masyarakat diasumsikan sebagai orang yang tidak memiliki kemampuan yang baik (bodoh) dibandingkan dengan penguasa (pemerintah). Warga negara tidak memiliki kebebasan penuh untuk menjalankan aktivitas ke- sehariannya. Sementara, demokratis merupakan satu entitas yang men- jadi penegak wacana masyarakat madani dalam menjalani kehidupan, termasuk dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Demokratis berarti masyarakat dapat berinteraksi dengan masyarakat sekitarnya tanpa mem- pertimbangkan suku, ras, dan agama. Prasyarat demokrasi ini banyak dikemukakan oleh pakar yang mengkaji fenomena masyarakat madani. Bahkan demokrasi (demokratis) di sini dapat mencakup sebagai bentuk aspek kehidupan seperti politik, sosial, budaya, pendidikan, dan eko- nomi. c. Adanya usaha membatasi ruang gerak dari masyarakat dalam kehidupan politik. Keadaan ini sangat menyulitkan bagi masyarakat untuk menge- mukakan pendapat, karena pada ruang publik yang bebaslah individu berada dalam posisi yang setara, dan akan mampu metakukan transaksi- transaksi politik tanpa ada kekhawatiran. Dalam memasuki milenium III, tuntutan masyarakat madani di dalam negeri oleh kaum reformis yang anti status quo menjadi semakin besar. Masyarakat madani yang mereka harapkan adalah masyarakat yang lebih terbu- ka, pluralistik, dan desentralistik dengan partisipasi politik yang lebih besar (Nordholt, 1999), jujur, adil, mandiri, harmonis, memihakyang lemah, men- jamin kebebasan beragama, berbicara, berserikat dan berekspresi, menjamin hak kepemilikan, dan menghormati hak-hak asasi manusia (Farkan, 1999) B. Sejarah Masyarakat Madani Berbagai upaya dilakukan dalam mewujudkan masyarakat madani, baik yang berjangka pendek maupun yang berjangka panjang. Untuk yang berjangka pendek, dilaksanakan dengan memilih dan menempatkan pemimpin-pemimpin yang dapat dipercaya. (credible), dapat diterima (acceptable), dan dapat memimpin (capable). Jika dicari akar sejarahnya, maka dapat dilihat bahwa dalam masyarakat Yunani kuno masalah ini sudah mengemuka. Rahardjo (1997) me- nyatakan bahwa istilah civil society sudah ada sejak zaman sebelum Mase- hi. Orang yang pertama kali mencetuskan istilah civil society ialah Cicero (106- ‘13 6 Nama Mata Kuliah dari Modul Dosen Pengampu Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 43 SM), sebagai orator Yunani kuno. Civil society menurut Cicero ialah suatu komunitas politik yang beradab seperti yang dicontohkan oleh masyarakat kota yang memiliki kode hukum sendiri. Dengan konsep civility (kewargaan) dan urbanity (budaya kota), maka kota dipahami bukan hanya sekadar konsentrasi penduduk, melainkan juga sebagai pusat peradaban dan kebudayaan. Istilah masyarakat madani selain mengacu pada konsep civil society, juga berdasarkan pada konsep negara-kota Madinah yang dibangun Nabi Muhammad SAW pada tahun 622M. Masyarakat madani juga mengacu pada konsep tamadhun (masyarakat yang berperadaban) yang diperkenalkan oleh Ibn Khaldun, dan konsep Al Madinah al fadhilah (Madinah sebagai Negara Utama) yang diungkapkan oleh filsuf Al Farabi pada abad pertengahan (Rahardjo seperti yang dikutip Nurhadi, 1999). Menurut Dr Ahmad Hatta, peneliti pada Lembaga Pengembangan keadilan dan Pesantren dan Studi Islam, Al Haramain, Piagam Madinah adalah doku- keterbukaanmen penting yang membuktikan betapa sangat majunya masyarakat yang dibangun kala itu, di samping juga memberikan penegasan mengenai ke- jelasan hukum dan konstitusi sebuah masyarakat. Bahkan, dengan menyitir pendapat Hamidullah (First Written Constitutions in the World, Lahore, 1958), Piagam Madinah ini adalah konstitusi tertulis pertama dalam sejarah manusia. Konstitusi ini secara mencengangkan telah mengatur apa yang sekarang orang ributkan tentang hak-hak sipil (civil rights), atau lebih dike- nal dengan hak asasi manusia (HAM), jauh sebelum Deklarasi Kemerdekaan Amerika {American Declaration of Independence, 1776), Revolusi Prancis (1789), dan Deklarasi Universal PBB tentang HAM (1948) dikumandangkan. Secara formal, Piagam Madinah mengatur hubungan sosial antarkom- ponen masyarakat. Pertama, antarsesama muslim, bahwa sesama muslim adalah satu umat walaupun mereka berbeda suku. Kedua, hubungan antara komunitas muslim dengan nonmuslim didasarkan pada prinsip bertetangga baik, sating membantu dalam menghadapi musuh bersama, membela mereka yang teraniaya, saling menasihati, dan menghormati kebebasan beragama. Ada dua nil^i dasar yang tertuang dalam Piagam Madinah. Pertama, prinsip kesederajatan dan keadilan; kedua, inklusivisme atau keterbukaan. Kedua prinsip itu lalu dijabarkan, dan ditanamkan dalam bentuk beberapa nilai universal, seperti konsistensi, keseimbangan, moderat, dan toleran. Sementara itu konsep masyarakat madani, atau dalam khazanah Barat Masyarakat madani dikenal sebagai civil society (masyarakat sipil), muncul pada masa Pencerah- (Renaissance) di Eropa melalui pemikiran John Locke (abad ke-18) dan Emmanuel Kant (abad ke-19). Sebagai sebuah konsep, civil society berasal dari proses sejarah panjang masyarakat Barat yang biasanya dipersanding- kan ‘13 7 Nama Mata Kuliah dari Modul Dosen Pengampu Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id dengan konsepsi tentang state (negara). Dalam tradisi Eropa abad ke-18, pengertian masyarakat sipil ini dianggap sama dengan negara (the state), yakni suatu kelompok atau kekuatan yang mendominasi kelompok lain. Barulah pada paruh kedua abad ke-18, terminologi ini mengalami pergeseran makna. Negara dan masyarakat madani kemudian dimengerti sebagai dua buah entitas yang berbeda. Bahkan kemudian, Kant menem- patkan masyarakat madani dan negara dalam kedudukan yang berlawanan, yang kemudian dikembangkan oleh Hegel, menurutnya masyarakat madani merupakan subordinatif dari negara. Adapun tokoh yang pertama kali menggagas istilah civil society ini adalah Adam Ferguson dalam bukunya, 'Sebuah Esai tentang Sejarah Masyarakat Sipil {'An Essay on The History of Civil Society')" yang terbit tahun 1773 di Skotlandia. Ferguson menekankan masyarakat madani pada visi etis kehidupan bermasyarakat. Pemahamannya ini digunakan untuk mengantisi- pasi perubahan sosial yang diakibatkan oleh revolusi industri, dan muncul- nya kapitalisme, serta mencoloknya perbedaan antara individu. Lebih lanjut lagi, menurut Profesor Ryaas Rasyid dalam diskusi dengan harian Kompas (1997), konsep masyarakat madani lahir pascarevolusi Industri di Eropa Barat, yakni ketika kondisi ekonomi masyarakat sudah semakin baik, dan mampu membayar pajak. Masyarakat sadar, sumbangsih mereka bagi pendapatan negara semakin penting, sehingga mereka menuntut hak- haknya, sehingga muncul jargon politik: tidak ada pajak tanpa suara. Dalam kondisi demikian, masyarakat menghendaki adanya semacam kekuatan ta- war-menawar (bargain) yang sei m bang terhadap negara. Di Indonesia, perjuangan masyarakat madani dimulai pada awal pergerakan kebangsaan, dipelopori oleh Syarikat Islam (1912), dan dilan- jutkan oleh Soeltan Syahrir pada awal kemerdekaan (Norlholt, 1999). Jiwa demokrasi Soeltan Syahrir ternyata harus menghadapi kekuatan represif, baik dari rezim Orde Lama maupun rezim Orde Baru. Tuntutan perjuangan transformasi menuju masyarakat madani pada era reformasi ini tampaknya sudah tak terbendungkan lagi. C. Karakteristik dan Ciri-ciri Masyarakat Madani Ada tiga karakteristik dasar dalam masyarakat madani, yaitu : 1) Diakuinya semangat pluralism. Artinya, pluralitas telah menjadi sebuah keniscayaan yang tidak dapat dielakan, sehingga mau tidak mau, pluralitas merupakan sesuatu yang kodrati (given) dalam ‘13 8 Nama Mata Kuliah dari Modul Dosen Pengampu Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id kehidupan. Pluralisme berrtujuan mencerdaskan umat melalui perbedaan konstruktif dan dinamis, dan merupakan sumber dan motivator terwujudnya kreativitas, yang terancam keberadaannya jika tidak terdapat perbedaan. Satu hal yang menjadi catatan penting bagi kita adalah sebuah peradaban. Yang kosmopolit akan tercipa mana kala manusia memiliki sikap inklusif, dan mempunyai kemampuan (ability) menyesuaikan diri terhadap lingkungan sekitar. Namun, drengan catatan, identitas sejati atas parameter-parameter otentik agama tetap terjaga. 2) Tingginya sikap toleransi, baik terhadap saudara sesama agama maupun terhadap umat agama lain. Secara sederhana tleransi dapat diartikan sebagai sikap suka mendengar,dan menghargai pendapat dan pendirian orang lain. Senada dengan hal itu, Quraish Shihab (2000) menyatakan bahwa tujuan agama tidak semata-mata mempertahankan kelestariannya sebagai sebuah agama. Namun, juga mengakui eksistensi agama lain dengan memberinya hak hidup berdampingan, dan saling menghormati satu sama lain. 3) Tegaknya prinsip demokrasi. Demokrasi bukan sekedar kebebasan dan persaingan, demokrasi adalah pula suatu pilihan untuk bersama-sama membangun, dan memperjuangkan perikehidupan warga dan masyarakat yang semakin sejahtera. Masyarakat madani mempunyai ciri-ciri ketakwaan kepada Tuhan yang tinggi, hidup berdasarkan sains dan teknologi, berpendidikan tinggi, menga- malkan nilai hidup modern dan progresif, mengamalkan nilai kewarganega- raan, akhlak dan moral yang baik, mempunyai pengaruh yang luas dalam proses membuat keputusan, dan nienentukan nasib masa depan yang baik melalui kegiatan sosial, politik, dan lembaga masyarakat. D. Institusi Penegak Masyarakat Madani Bentuk institusi (lembaga) masyarakat madani dapatdiklasifikasi dalam tiga macanri, yaitu: 1. Institusi (lembaga) Sosial, seperti: a. Lembaga sosial. b. Masyarakat (LSM) dan partai politik. c. Organisasi kepemudaan, seperti KNPI, HMI, PMII, KAMMI. d. Organisasi kemahasiswaan. e. Organisasi profesi, seperti LBH, IAI, PWI, HTI. f. Organisasi kemasyarakatan, seperti MKGR, Kosgoro, SOKSI, dan Iain-Iain. ‘13 9 Nama Mata Kuliah dari Modul Dosen Pengampu Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 2. Institusi (lembaga) Keagamaan Institusi ini adalah institusi (lembaga) yang dibentuk dan dikembangkan oleh masyarakat, untuk melakukan pengelolaan dan pengendalian program-program bagi pengembangan keagamaan. Bentuk institusi ini meliputi, antara lain: a. Institusi (lembaga) keagamaan dalam Islam, seperti NU, Muham- madiyah, MUI, dan Iain-Iain. b. Institusi (lembaga) keagamaan Kristen, seperti PGI. c. Institusi (lembaga) Keagamaan Budha, seperti Walubi. d. Institusi (lembaga) Keagamaan Hindu, Seperti Parisada Hindu Dar- ma. e. Institusi (lembaga) Katholik, seperti KWI. 3. Institusi (lembaga) Paguyuban Institusi ini adalah institusi (lembaga) yang dibentuk dan dikembangkan oleh masyarakat untuk melakukan pengelolaan dan pengendalian program-program bagi peningkatan kekerabatan/kekeluargaan, yang ber- dasarkan daerah atau suku bangsa yang sama. Bentuk institusi ini meliputi, antara lain; himpunan paguyuban masyarakat Jember, Batak Karo, Sulawesi, Puwokerta, Bima, Wonogiri, Sunda, Betawi, dan Iain-Iain. 2. Masyarakat Madani dan Investasi Demokrasi Masyarakat madani merupakan masyarakat yang memiliki tingkat pen- didikan yang tinggi, status sosial ekonomi yang baik, mandiri, dan sadar hukum. Sifat ini membuat masyarakat madani mampu menempatkan diri, dan diterima oleh masyarakat sebagai pemimpin pendapat (opinion leader) dalam kehidupan masyarakat, bangsa; dan negara. Penerimaan masyarakat dapat diartikan sebagai penerimaan terhadap pemikiran, ide, dan gagasan yang selanjutnya dijadikan sebagai rujukan (referensi); dan penuntun sikap serta perilaku dalam interaksinya di masyarakat, baik dalam hubungan sosial, ekonomi (pasar), politik (kekuasaan/kebijakan), Hankam (suasana aman dan damai). Eksistensinya (keberadaannya) yang sesuai dengan nilai di atas, melahirkan suatu pengakuan (legitimasi) dari masyarakat bahwa individu, organisasi itu memiliki kelayakan untuk menjadi pelopor atau motivator dalam kehidupan demokrasi. Kehidupan demokrasi merupakan kehidupan yang sarat dengan nilai-nilai kemanusiaan yang rasional, kritis, analitis, serta suasana yang penuh persaingan (kompetisi). Dengan kata lain, bahwa dalam kehidupan demokrasi, keberhasilan individu masyarakat akan dapat dicapai apabila individu dan masyarakat tersebut memiliki kualitas yang sesuai dengan nilai demokrasi. ‘13 10 Nama Mata Kuliah dari Modul Dosen Pengampu Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Manfaat lain yang dapat diperoleh dengan terwujudnya masyarakat madani ialah terciptanya masyarakat Indonesia yang demokratis, sebagai salah satu tuntutan reformasi di dalam negeri dan tekanan-tekanan politik, serta ekonomi dari luar negeri. Di samping itu, menurut Suwardi (1999) melalui masyarakat madani akan mendorong munculnya inovasi-inovasi baru di bidang pendidikan. Selanjutnya, ditambahkan oleh Daliman (1999) bahwa dengan terwujudnya masyarakat madani, maka persoalan-persoalan besar bangsa Indonesia seperti: konflik-konflik suku, agama, ras, dan daerah, saling curiga serta ketidakharmonisan pergaulan antarwarga negara, dan Iain-Iain yang selama Orde Baru lebih banyak ditutup-tutupi, direkayasa, dan dicari- kan kambing hitamnya; diharapkan dapat diselesaikan secara arif, terbuka, tuntas, dan melegakan semua pihak. Suatu prakondisi untuk mewujudkan kesejahteraan lahir batin bagi seluruh rakyat. Dengan demikian, kekhawatir- an akan terjadinya disintegrasi bangsa dapat dicegah. Guna mewujudkan masyarakat madani, dibutuhkan motivasi yang tinggi dan partisipasi nyata dari individu sebagai anggota masyarakat. Hal ini mendukung pendapat Suryadi (1999), yang intinya menyatakan bahwa untuk mewujudkan masyarakat madani diperlukan proses dan waktu, serta dituntut komitmen masing-masing warganya untuk mereformasi diri secara total dan selalu konsisten, dan penuh kearifan dalam menyikapi konflik yang tak terelakkan. Tuntutan terhadap aspek ini samapentingnya dengan kebutu- han akan tolerensi sebagai instrumen dasar lahirnya sebuah konsensus atau kompromi. Ciri utama masyarakat madani adalah demokrasi. Demokrasi memiliki konsekuensi luas, di antaranya menuntut kemampuan partisipasi masyarakat dalam sistem politik dengan organisasiorganisasi politik yang independen, sehingga memungkinkan kontrol aktif dan efektif dari masyarakat terhadap pemerintah dan pembangunan, dan sekaligus masyarakat sebagai pelaku ekonomi pasar. Bila masyarakat Indonesia tidak demokratis, maka Indonesia akan mendapat tekanan-tekanan politik dari kaum reformasi di dalam ne- geri. Dari uraian yang dikemukakan di atas, terlihat bahwa antara masyarakat madani dan demokrasi memiliki kesamaan. Artinya, bahwa demokrasi akan berjalan dengan baik, apa bila masyarakatnya memiliki sifat dan karak- ter masyarakat madani. Untuk itu, maka pembangunan masyarakat madani akan merupakan investasi bagi kehidupan demokrasi dalam suatu negara. ‘13 11 Nama Mata Kuliah dari Modul Dosen Pengampu Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 3. Menjadi Masyarakat Madani Indonesia Indonesia, pada masa reformasi ini, membutuhkan tumbuh dan berkembangnya masyarakat madani. Kondisi Indonesia yang dilanda euforia demokrasi, semangat otonomi daerah, dan derasnya globalisasi membutuhkan masyarakat yang mempunyai kemauan dan kemampuan hidup bersama dalam sikap saling menghargai, toleransi, dalam kemajemukan yang tidak saling mengeksklusifkan terhadap berbagai suku, agama, bahasa, dan adat yang berbeda. Kepedulian, kesantunan, dan setia kawan merupakan sikap yang sekaligus menjadi prasarana yang diperlukan bangsa Indonesia. Pengembangan masyarakat madani di Indonesia tidak bisa dipisah- kan dari pengalaman sejarah bangsa Indonesia sendiri. Kebudayaan, adat istiadat, pandangan hidup, kebiasaan, rasa sepenanggungan, cita-cita dan hasrat bersama sebagai warga dan sebagai bangsa, tidak mungkin lepas dari lingkungan serta sejarahnya. Lingkungan dan akar sejarah kita, warga dan bangsa Indonesia, sudah diketahui baik kekurangan maupun kelemahan, juga diketahui kelebihan dan keunggulannya. Di antara keunggulan bangsa Indonesia, adalah berhasilnya proses akulturasi dan inkulturasi yang kritis dan konstruktif. Pada saat ini, ada pertimbangan lain mengapa pengembang- an masyarakat madani harus secara khusus kita beri perhatian. Kita hidup dalam zaman, di mana interaksi tidak saja berlangsung secara domestik dan regional, tetapi sekaligus secara global. Dari idiom yang kita pakai, kemauan dan kemampuan kita untuk adaptasi, akulturasi, dan inkulturasi, lebih-lebih lagi sangat kita perlukan dalam masa reformasi menuju demokratisasi de- wasa ini. Hidayat Nur Wahid mencirikan masyarakat madani sebagai masyarakat yang memegang teguh ideologi yang benar, berakhlak mulia, secara politik-ekonomi-budaya bersifat mandiri, serta memiliki pemerintahan sipil. Sedangkan menurut Hikam, ciri-ciri masyarakat madani adalah: (a) adanya kemandirian yang cukup tinggi di antara individu-individu dan kelompok- kelompok masyarakat terhadap negara, (b) adanya kebebasan menentukan wacana dan praktik politik di tingkat publik, dan (c) kemampuan membatasi kekuasaan negara untuk tidak melakukan intervensi. Untuk membangun masyarakat madani di Indonesia, ada enam faktor yang harus diperhatikan, yaitu: 1. Adanya perbaikan di sektor ekonomi, dalam rangka peningkatan pen- dapatan masyarakat, dan dapat mendukung kegiatan pemerintahan. 2. Tumbuhnya intelektuaiitas dalam rangka membangun manusia yang . memiliki komitmen untuk independen. ‘13 12 Nama Mata Kuliah dari Modul Dosen Pengampu Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 3. Terjadinya pergeseran budaya dari masyarakat yang berbudaya paternal- istik menjadi budaya yang lebih modern dan lebih independen. 4. Berkembangnya pluralisme dalam kehidupan yang beragam. 5. Adanya partisipasi aktif dalam menciptakan tata pamong yang baik. 6. Adanya keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan yang melandasi moral kehidupan. Implementasi keenam faktor tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Perbaikan Kegiatan Perekonomian dalam Rangka Peningkatan Pendapa- tan Masyarakat Perbaikan ekonomi dilakukan dengan memberdayakan potensi dan kemauan masyarakat untuk memberi lapangan pekerjaan, dan menciptakan lapangan kerja. Pada tahun 2005, di Indonesia terdapat lebih dari 35 juta penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan yang mendapatkan BLT (bantuan langsung tunai). Statistik juga menunjukkan bahwa 50% kehidupan masyarakat berasal dari sektor pertanian, dan 90% bentuk badan usaha adalah usaha kecil dan menengah. Data juga menunjukkan bahwa usaha ini hanya menyerap kurang dari 30% dana perbankan. Di sisi lain, sektor jni menunjukkan telah berhasil lolos dari krisis moneter, dan relatif berhasil dibandingkan dengan skala usaha besar. Memerhati- kan data ini, maka beberapa program dapat dijalankan yaitu: a. Mendorong masyarakat membuat kegiatan ekonomi produktif yang berbasis sumber daya lokal, dan mengumpulkan potensi modal yang ada di masyarakat. b. Mengembangkan usaha dalam bentuk kelompok atau koperasi, dalam rangka memenuhi skala usaha yang sehat, mengembangkan potensi pasar, dan kemudahan akses pembinaan. c. Masyarakat yang mempunyai tingkat teknologi, baik dari PT atau dari pemerintah dapat membentuk lembaga swadaya masyarakat (LSM), atau melakukan kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang berfungsi sebagai inkubator bisnis bagi UKM. Fungsi inkubator ini adalah memberikan bimbingan teknologi, bimbingan manaje- men, kesehatan lingkungan, permodalan dan pemasaran. Apabila UKM sudah mandiri, maka dilepas dari inkubator, dan mendidik UKM yang lain, serta UKM yang mandiri mendidik UKM yang be- lum mandiri. d. Memberikan semangat motivasi untuk berusaha secara ulet, tekun, jujur dan hemat, tidak berputus asa, serta berdoa kepada Tuhan, setelah bekerja dengan maksimal. e. Mengembangkan semangat cinta produksi dalam negeri dalam rangka mengembangkan ekonomi kerakyatan. f. Mendidik UKM untuk taat pada peraturan perundangan, membayar kewajiban, seperti pajak dan restribusi, kepada pemerintah dalam mendukung kegiatan pemerintahan. ‘13 13 Nama Mata Kuliah dari Modul Dosen Pengampu Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id g. Melatih kemandirian dalam berusaha, dan mengurangi ketergantung- an pada pemerintah, mengembangkan bisnis dengan membuat jar- ingan usaha yang semakin besar, serta melakukan kerja sama untuk pengembangan produk atau jasa secara mandiri. h. Mendorong pemerintah membuat kebijakan tentang pengembangan usaha kecil dan menengah, terutama di sektor pertanian dan in- dustri pertanian, serta manufaktur atau jasa lainnya. i. Mendorong pemerintah memberikan kebijakan pengalokasian kredit modal pada usaha kecil dan menengah. Kebijakan ini tetap memberikan semangat pembelajaran, oleh sebab itu bantuan modal bukan dalam bentuk subsidi. Usaha kecil dan menengah tetap dibebankan bunga, sebagaimana ditentukan oleh perbankan, serta menanggung faktor risiko usaha, sedang pemerintah membantu dalam proses administrasi yang terkait dengan penjaminan. 2. Membangun Intelektualitas yang Berkomitmen dan Independen Masalah intelektualitas bagi Indonesia merupakan masalah yang relatif berat. Hal ini disebabkan hampir 60% penduduk berpendidikan SD, Human Development Index (HDI) Indonesia sangat rendah, dan ini mencerminkan rendahnya mutu pendidikan, pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan, masih maraknya tontonan yang berbau mistik. Selain itu, hasil penelitian perguruan tinggi banyak yang masih terbatas tersimpan di perpustakaan. Untuk membangun masyarakat yang intelek, berkomitmen, serta independen, maka perlu dilakukan sebagai berikut: Membangun masyarakat ilmiah yang beranggotakan dan bersifat sukarela. Masyarakat ilmiah a. ini bercirikan: mengambil keputusan dengan menggunakan data dan fakta, bukan sekadar gosip. Dalam mengambil keputusan dan tindakan berdasarkan pikiran yang logis atau nalar, serta menggunakan metode yang terbukti kebenarannya. Membangun masyarakat ilmiah ini dapat dilakukan dengan mem- buat forum diskusi, memberikan kebebasan kepada siswa dan ma- hasiswa untuk berpikir kritis, dan menjauhkan doktrinisasi. Meningkatkan mutu pendidikan seperti wajib belajar, dan mening- katkan partisipasi kasar, b. yaitu siswa yang meneruskan perkuliahan. Hal ini bisa dilakukan dengan meningkatkan anggaran pendidikan sampai 20% dari APBN, dan peningkatan peran serta masyarakat dalam memberikan beasiswa bagi yang tidak mampu, atau mendiri- kan yayasan pendidikan yang bersifat sosial. Mengembangkan sistem pendidikan yang demokratis, di mana guru menjadi fasilitator, dan c. menempatkan siswa dan mahasiswa yang belajar. Memberikan ruang untuk bertanya dan berdiskusi terhadap setiap permasalahan, sehingga mahasiswa mempunyai keberanian mengemukakan pendapat. ‘13 14 Nama Mata Kuliah dari Modul Dosen Pengampu Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Mengembangkan organisasi, baik untuk siswa maupun mahasiswa dan masyarakat, sebagai d. wadah untuk berinteraksi sosial, serta mengembangkan sikap yang independen. Mengembangkan sikap mental yang bertanggung jawab di masyarakat, dengan memberikan e. hak untuk mengemukakan pendapat beru- pa kritik dan saran, serta mampu mempertanggungjawabkan, baik berupa hak jawab dan penyelesaian masalah berdasarkan hukum. 3. Membangun Masyarakat yang Berbudaya Modern Modernisasi budaya adalah suatu transformasi budaya, baik menyangkut teknologi dan aspek organisasi, dari yang tradisional ke arah pola-pola ekonomis dan politis, yang menjadi ciri masyarakat yang stabil. Transformasi budaya ini termasuk di dalamnya aspek budaya modern yang dicerminkan dengan teknologi mekanisasi, media massa yang teratur, urbanisasi, dan peningkatan pendapatan. Sedangkan, aspek organisasi meliputi lembaga kemasyaratan, norma, lapisan sosial, dan interaksi sosial. Syarat-syarat untuk membangun masyarakat modern adalah: a. Cara berpikir yang ilmiah yang melembaga dalam sistem pemerin- tahan dan masyarakat. Pola pikir ilmiah ini dapat dilakukan dengan mem-perbaiki sistem pendidikan dan pengajaran yang terencana, dan dilakukan dengan demokratis. b. Sistem administrasi yang baik, dan menunjukkan adanya. tata pamong atau tata kelola (good governance) yang bersifat transparan, dapat dikelola (manageable), akuntabel, dapat ditukar, dan dibatasi oleh waktu. c. Sistem pengumpulan data yang baik dan teratur dapat dilakukan dengan membangun sistem informasi, sehingga diperoleh data yang akurat. d. Penciptaan iklim yang menyenangkan masyarakat. Hal ini dilakukan dengan penggunaan alat- alat komunikasi massa, dan dilakukan secara bertahap sesuai dengan perkembangan budaya masyarakat. e. Tingkat organisasi yang tinggi yang dicirikan dengan disiplin, jujur, dan tepat waktu, dan dilakukan tanpa mengurangi kemerdekaan orang lain. 4. Membangun Pluralisme yang Beragam Manusia di dunia dan di Indonesia pada khususnya menghadapi ma- salah pluralisme. Indonesia memiliki banyak suku bangsa, hampir 400 suku, banyak agama dan kepercayaan, bahasa, adat istiadat, lapisan masyarakat, dan organisasi kemasyarakatan yang berbeda. Pada situasi yang demikian, membangun pluralisme menjadi sangat penting, sehingga walaupun berbeda-beda, kita dapat ‘13 15 Nama Mata Kuliah dari Modul Dosen Pengampu Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id mengembangkan kerja sama yang baik dan harmonis, karena Indonesia menganut semboyan Bhineka Tunggal Ika. Dalam rangka membangun pluralisme, maka beberapa hal perlu dilakukan, yaitu: a. Meningkatkan rasa hormat-menghormati dan bekerja sama antara pemeluk agama dan kepercayaan, terutama dalam kegiatan sosial kemasyarakatan. b. Meningkatkan hubungan antarpemeluk agama untuk tidak memak- sakan suatu agama dan kepercayaan kepada pemeluk agama lain. c. Mengembangkan sikap saling mencintai dan mengakui persamaan derajat, hak, dan kewajiban sebagai manusia Indonesia d. Mengembangkan pergaulan antarsuku, antaragama, antardaerah, sehingga terbangun rasa saling mencintai dan memiliki. e. Mengutamakan musyawarah dalam pengambilan keputusan ber- sama. f. Menjalankan hidup dengan sederhana, tidak boros, dan tidak ber- gaya hidup mewah. 5. Membangun Partisipasi Aktif Masyarakat dalam Menciptakan Tata Pamong yang Baik Ciri masyarakat madani, salah satunya, adalah kemampuan membatasi kekuasaan negara supaya tidak melakukan intervensi terhadap kehidup- an sosial masyarakat. Terkait dengan ini, maka akan sangat baik apa- bila masyarakat berperan aktif dalam memberikan pengawasan kepada pemerintah, sehingga tercipta pemerintahan yang bersih. Langkah-langkah yang diperlukan dalam rangka good governance adalah: a. Penguatan fungsi dan peran Jembaga perwakilan rakyat seperti DPR, DPRD I, DPRD II, dan DPD. Wakil rakyat harus dapat berperan sebagai penyalur aspirasi dari yang diwakilinya. b. Membangun kemandirian lembaga peradilan dari intervensi pemerintah dan pihak lain. c. Membangun aparatur negara yang profesional dan penuh integri- tas. d. Membangun peran serta masyarakat yang kuat dan mandiri, serta bermoral. e. Penguatan otonomi daerah dalam rangka mengurangi kesenjangan antardaerah. f. Membangun keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan yang melan- dasi moral kehidupan. Ciri yang membedakan antara masyarakat madani di Indonesia dengan civil society di negara barat, adalah semua gerak masyarakat di Indonesia berdasarkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan YME. Apabila civil society didasarkan pada ajaran moral yang bersifat universal, maka masyarakat madani berdasarkan ajaran moral dari Tuhan YME. ‘13 16 Nama Mata Kuliah dari Modul Dosen Pengampu Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Untuk membentuk masyarakat madani yang beriman dan bertakwa, maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan: a. Memberikan pendidikan agama sejak dini, dan mewajibkan lembaga pendidikan memberikan pengajaran agama sesuai dengan agama yang dianut siswa. b. Mengimplementasikan ajaran agama dalam kehidupan dan menjadikan landasan moral dalam kegiatan bermasyarakat. ‘13 17 Nama Mata Kuliah dari Modul Dosen Pengampu Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id