Laporan Studi Pustaka (KPM 403) PERANAN MODAL SOSIAL DALAM KEBERHASILAN USAHA FERDHIAN IRVANDIAZ DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2015 ii PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa Studi Pustaka yang berjudul “PERANAN MODAL SOSIAL DALAM KEBERHASILAN USAHA”. Benar-benar hasil karya saya sendiri yang belum pernah diajukan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun dan tidak mengandung bahan-bahan yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh pihak lain kecuali sebagai bahan rujukan yang dinyatakan dalam naskah. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya bersedia mempertanggungjawabkan pernyataan ini. Bogor, Ferdhian Irvandiaz NIM. I34120104 iii ABSTRAK FERDHIAN IRVANDIAZ. Peranan Modal Sosial dalam Keberhasilan Usaha. Dibawah bimbingan RILUS A. KINSENG. Keberhasilan usaha merupakan salah satu hal penting dalam upaya peningkatan kesejahteraan penduduk Indonesia. Potensi Indonesia dalam membangun hal tersebut terdapat dalam bonus demografi dan tren stabilitas ekonomi, yang juga diprediksi menjadi kekuatan eknomi ke-7 terbesar di dunia. Salah satu faktor yang dapat mendorong keberhasilan usaha adalah modal sosial. Tujuan penulisan karya tulis ini adalah untuk mengetahui bagaimana modal sosial dapat mendorong keberhasilan usaha. Metode yang digunakan adalah studi literatur terhadap berbagai tulisan yang memiliki hubungan dengan modal sosial dan keberhasilan usaha. Hasilnya terdapat hubungan antara modal sosial dengan keberhasilan usaha dimana modal sosial dapat mendukung terjadinya keberhasilan usaha. Kata kunci: Modal sosial, tingkat modal sosial, keberhasilan usaha ABSTRACT FERDHIAN IRVANDIAZ. Social Capital in Economic Industrial Success. Supervised by RILUS A. KINSENG. Economic industrial success is one of the most important things in increasing Indonesian welfare. Developing the circumstance, Indonesia has various vital potential factors especially in demographic bonus that will occur in some years ahead, and also predicted as the 7th biggest economy power in the world. One of the most important factor is social capital. The purpose of this paper to identify and analize the effect of social capital on increasing economic industrial success. The method that used is literature review on some researchs that related with social capital and economic industrial success. The result shows that there is a relation between social capital with economic industrial success which can support the economic industrial success. Keywords: social capital, social capital level, economic industrial success iv PERANAN MODAL SOSIAL DALAM KEBERHASILAN USAHA Oleh FERDHIAN IRVANDIAZ I34120104 Laporan Studi Pustaka sebagai syarat kelulusan KPM 403 pada Mayor Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2015 v LEMBAR PENGESAHAN Dengan ini saya menyatakan bahwa Studi Pustaka yang disusun oleh: Nama Mahasiswa : Ferdhian Irvandiaz Nomor Pokok : I34120104 Judul : Peranan Modal Sosial dalam Keberhasilan Usaha dapat diterima sebagai syarat kelulusan mata kuliah Studi Pustaka (KPM 403) pada Mayor Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Disetujui oleh, Dr. Ir. Rilus A. Kinseng, MA Dosen Pembimbing Diketahui oleh, Dr. Ir. Siti Amanah, MSc Ketua Departemen Tanggal Pengesahan: _______________ vi PRAKATA Segala Puji penulis panjatkan hanya pada Allah SWT, berkat Rahmat, Hidayah dan Izin-Nya lah tulisan yang berjudul “Peranan Modal Sosial dalam Keberhasilan Usaha” dapat terselesaikan dengan baik. Laporan Studi Pustaka ini ditujukan untuk memenuhi syarat kelulusan MK Studi Pustaka (KPM 403) pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada Dr. Ir. Rilus A. Kinseng, MA selaku dosen pembimbing yang telah memberikan saran, arahan dan bimbingan terbaik bagi penulis sampai proses penyelesaian laporan Studi Pustaka ini. Terimakasih untuk keluarga penulis, Bapak Engkos Kosmayadi SH, MH, Ibu Ati Kusmiati, Dea, Aldi, dan Farrel yang senantiasa memberikan semangat, kasih sayang dan doa terbaiknya bagi penulis. Rasa terimakasih lainnya penulis berikan kepada teman-teman SKPM 49 yang selalu menjadi inspirasi dan setia memberikan semangat tiada henti bagi penulis. Terimakasih pula penulis ucapkan kepada keluarga besar BEM FEMA, PSDM BEM FEMA, HIMASIERA dan Sahabat Sekret yang selalu memberikan dukungan semangat, bantuan, dan doanya kepada penulis hingga akhirnya laporan Studi Pustaka ini dapat selesai. Terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian tulisan ini, dalam doa, semangat, dukungan, bantuan dan kehadiran kalian. Semoga laporan Studi Pustaka ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan. Kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat penulis harapkan. Bogor, Mei 2015 Ferdhian Irvandiaz NIM. I34120104 vii DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... viii PENDAHULUAN .................................................................................................. 1 Latar Belakang .................................................................................................... 1 Tujuan ................................................................................................................. 2 Metode Penulisan ................................................................................................ 2 RINGKASAN DAN ANALISIS PUSTAKA ......................................................... 3 Observation on Social Capital ............................................................................. 3 Formal and Informal Institutions ........................................................................ 5 Pallawang: Sebuah Kearifan Lokal & Modal Sosial Nelayan Danau Soppeng .. 7 Diskontinyuitas Komunitas dan Pelemahan Modal Sosial (Studi Kasus pada Komunitas Lae-Lae dan Kampung Nelayang Kel. Untia Makassar) .................. 9 Penguatan Jejaring Sosial dalam Modal Sosial dan Kearifan Lokal di Kawasan Masyarakat Pesisir ............................................................................................ 11 Economic Growth and Social Capital in Italy................................................... 13 Modal Sosial dan Dinamika Usaha Mikro Kecil .............................................. 14 Modal Sosial Pedagang Kaki Lima di Jalan Gambir Tanjung Pinang .............. 15 Modal Sosial dan Pemilihan Dukun dalam Persalinan: Apakah Relevan? ....... 16 Penguatan Modal Sosial untuk Pemberdayaan Masyarakat Pedesaan dalam Pengelolaan Agroekosistem Lahan Kering ....................................................... 18 RANGKUMAN DAN PEMBAHASAN .............................................................. 20 Definisi Modal Sosial........................................................................................ 20 Komponen Modal Sosial ................................................................................... 20 Peranan Modal Sosial dalam Keberhasilan Usaha ............................................ 21 SIMPULAN .......................................................................................................... 24 Hasil Rangkuman dan Pembahasan .................................................................. 24 Perumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian Skripsi ................................... 24 Usulan Kerangka Analisis Baru ........................................................................ 25 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 26 RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... 28 viii DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Usulan Kerangka Analisis Baru .......................................................... 25 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian yang dilakukan oleh McKinsey Global Institute pada tahun 2012 mengemukakan bahwa pada tahun 2030, Indonesia akan menjadi kekuatan ekonomi terbesar ke-7 Indonesia. Hal ini merupakan suatu angin segar bagi perekenomian negara ini, karena berkenaan dengan bonus demografi yang akan terjadi dimana tenaga kerja berusia produktif berjumlah sangat banyak. Dari segi regulasi, hal ini didukung dengan support pemerintah. Salah satunya untuk mendorong usaha kecil, mikro dan menengah (UMKM). UMKM merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang sedang bergairah di masyarakat Indonesia. Menurut UU No 20 tahun 2008 tentang usaha kecil, mikro, dan menengah, terdapat 4 jenis usaha, yaitu usaha mikro, usaha kecil, usaha menengah, dan usaha besar. Usaha mikro adalah usaha produktif milik perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah). Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah). Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Kecil atau Usaha Besar yang memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah). Sedangkan usaha besar adalah usaha ekonomi produktif yang dilakukan oleh badan usaha dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan lebih besaar dari Usaha Menengah, yang meliputi usaha nasional milik negara atau swasta, usaha patungan, dan usaha asing yang melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia. Jumlah perusahaan industri mikro dan kecil pada tahun 2014 berjumlah 350.5064 perusahaan dengan omset sebesar 513 trilyun rupiah (BPS 2015). Hal ini menjadi potensi yang sangat besar untuk terus dikembangkan guna menyongsong negara maju tahun 2030. Keberhasilan suatu usaha tentunya dipengaruhi oleh beberapa faktor, mulai dari faktor ekonomik dan non-ekonomik. 2 Tambunan (2002) menjelaskan setidaknya terdapat dua faktor yang dapat mendorong keberhasilan usaha, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Salah satu aspek yang sangat penting yang merupakan bagian dari faktor internal yaitu modal sosial. Modal sosial diduga berperan dalam peningkatan pendapatan sebesar 20% (Fukuyama dalam Abidin 2010). Hal ini menjadikan modal sosial sebagai salah satu faktor non-ekonomi yang sangat penting untuk dikaji. Pandangan sosial menjabarkan bahwa prinsip yang paling utama dalam ilmu ekonomi adalah rasional utilitarianistik (Lawang 2005) sehingga orang-orang berfikir bagaimana mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya dengan modal seminimal mungkin. Dengan demikian para pelaku usaha berusaha untuk melakukan apapun untuk memajukan usahanya sampai pada tahap yang paling maksimal. Namun demikian, terdapat faktor non-ekonomik yang perlu diperhatikan yang bisa memperlancar jalannya usaha. Salah satu aspek, yaitu modal sosial, dapat memperlancar jalannya usaha (Arrow dalam Dasgupta 2000). Modal sosial merupakan suatu konsep yang tertambat dalam suatu struktur sosial (Lawang 2005) yang terdiri dari trust, network, dan norms (Putnam dalam Lawang 2005). Modal sosial dapat mempengaruhi berbagai aspek, termasuk sistem pasar (Stiglitz dalam Dasgupta 2000). Modal sosial yang tertambat dalam struktur masyarakat memiliki peranan yang sangat besar dalam keberlangsungan usaha. Berdasarkan alasan tersebut diatas, peranan modal sosial dalam peningkatan usaha. Melihat peranan modal sosial sangat kuat dalam mengikat suatu masyarakat. Tujuan Tujuan dari penulisan studi pustaka berjudul “Peranan Modal Sosial dalam Keberhasilan Usaha” ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui komponen-komponen modal sosial dan hal-hal yang bisa dipengaruhinya, dan 2. Mengetahui bagaimana modal sosial dapat mempengaruhi keberhasilan usaha. Tujuan-tujuan tersebut dapat dicapai dengan melakukan penelusuran data sekunder yang akan digunakan dalam penyusunan proposal penelitian. Berdasarkan hasil pencarian pustaka ini diharapkan penulis dapat melihat adanya ruang penelitian yang dapat dikaji. Sehingga timbul pertanyaan-pertanyaan baru tentang topik yang serupa sesuai dengan kerangka analisis. Metode Penulisan Studi pustaka ini ditulis dengan menggunakan metode analisis data sekunder yang diperoleh dari berbagai sumber pustaka seperti : buku teks, skripsi, tesis, disertasi dan jurnal ilmiah yang memiliki keterkaitan dengan judul yang diusung. Pengumpulan literatur dilakukan secara mandiri di luar perkuliahan. Bahan pustaka yang telah terkumpul tersebut kemudian dipelajari, diringkas, dan di buat analisis sintesis. Melalui penelusuran literatur ini diharapkan dapat memberikan pertanyaan baru terkait penelitian serupa sehingga menciptkan kerangka pemikiran bagi penelitian yang baru. 3 RINGKASAN DAN ANALISIS PUSTAKA Judul Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Jurnal Volume (edisi) halaman Alamat URL Tanggal diunduh : : : : : : : Observation on Social Capital 2000 Jurnal Cetak Kenneth J. Arrow Social Capital: A Multifaceted Perspective 3-5 : : - Konsep mengenai modal sosial telah diperbincangkan sejak lama oleh para ahli sosiologi, ahli ekonomi, dan ahli politik. Beberapa diskusi sebelumnya hanya menerangkan modal sosial secara parsial dan tidak menyeluruh. Pernah dilakukan lokakarya yang berjudul “Social Capital: Integrating the Economist’s and the Sociologist’s Perspective” yang bertujuan untuk menyamakan persepsi maupun mengintegrasikan pemahaman agar bisa didapat manfaat yang baik dari diskusi semacam ini. Ada semacam hipotesis yang masuk akal mengenai jejaring sosial yang bisa mempengaruhi performa ekonomi. Dalam lokakarya yang dimaksud, elemen yang sering dirujuk adalah elemen kepercayaan (trust). Bahkan para ekonom sendiri sering berpendapat bahwa elemen kepercayaan dapat memajukan ekonomi, pendapat ini telah memberikan fondasi mengenai “efek reputasi” dalam teori permainan. Namun ada beberapa literatur yang menerangkan bahwa interaksi sosial memiliki efek negatif juga, sebagaimana dia memiliki efek positif. Seperti kasus keterlibatan dalam pilihan mengenai perilaku baik ataupun buruk yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitar. Banyak kasus bahwa pertemanan atau jejaring bisnis biasanya tidak didasari oleh motif ekonomi. Orang-orang biasanya mendapat pekerjaan dari jejaring, rekan kerja, kenalan padahal mereka membangun hubungan tersebut tidak didasari motif untuk mencari pekerjaan. Pada beberapa situasi, ketika hadiah yang diterima lebih besar daripada intervensi dari pihak luar, maka organisasi sosial mungkin dibentuk dengan sengaja. Telah dibuktikan bahwa ketika terdapat partisipasi yang tulus, organisasi-organisasi tersebut lebih efisien daripada organisasi yang terbentuk dalam manajemen top-down. Hipotesis dari Robert Putnam menerangkan bahwa keanggotaan dalam suatu perkumpulan dapat memperkuat efisiensi politik maupun ekonomi meskipun perkumpulan tersebut tidak memiliki peran dalam kemajuan politik maupun ekonomi. Proposisi ini mengingatkan kita tentang Thesis Max Weber mengenai pentingnya agama atau keyakinan dalam bekerja (secara ekonomi). Dari kedua pemikiran diatas, bisa dilihat adanya transfer pendekatan dari satu dimensi ke dimensi yang lain. Thesis Weber masih diperdebatkan. Karena beberapa uji coba mengenai proposisi tersebut mengalami kegagalan. Konsep mengenai pengukuran interaksi sosial mungkin suatu jebakan saja dan hanya sebatas khayalan. Akan lebih berguna jika kita berfikir mengenai keberadaan hubungan sosial sebagai pra-keberadaan jejaring yang bisa dimasukkan kedalam konsep ekonomi. 4 Kita akan memasukkan kedalam proyek baru untuk menggali lebih dalam mengenai hubungan yang bersifat komplementer daripada rivalitas. Tentunya proyek baru ini akan menciptakan hubungan baru yang tidak diinginkan dan mungkin saja menghancurkan hubungan yang telah ada sebelumnya. Secara spesifik, penulis hendak mendesak pengabaian dari metafor “kapital” dan istilah “modal sosial”. Istilah “kapital” lebih jauh berhubungan dengan tiga aspek, yaitu: 1) perpanjangan waktu; 2) pengorbanan pada saat ini untuk masa depan dengan sengaja; 3) pengucilan. Aspek-aspek tersebut mendefinisikan mengenai suatu pegangan dalam suatu hal; contohnya ketika membangun sebuah reputasi atau hubungan kepercayaan. Hal ini tidak seperti investasi secara fisik. Inti dari membangun jejaring sosial adalah dibangun untuk bermacam alasan, selain alasan ekonomis. Tulisan tersebut berada di awal dari buku kumpulan artikel ilmiah berjudul “Social Capital: A Multifaceted Perspective”, yang menurut penulis berguna untuk mengantarkan para pembacanya untuk memahami modal sosial secara umum, terutama untuk yang belum pernah mengenal konsep ini sebelumnya. Titik berat dari tulisan ini adalah menyampaikan bahwa modal sosial sedikit banyaknya mempengaruhi keadaan ekonomi, vice versa. Kelemahan dari tulisan ini, belum adanya proposisi yang dihasilkan, entah menguatkan teori sebelumnya, menyempurnakan, atau membantahnya. Pengujian-pengujian teori yang telah dilakukan hendaknya disampaikan juga dalam tulisan agar pembaca memiliki gambaran komparatif mengenai apa yang telah dilakukan juga apa yang dilakukan dalam tulisan ini. 5 Judul Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Jurnal Volume (edisi) halaman Alamat URL Tanggal diunduh : : : : : : : Formal and Informal Institutions 2000 Jurnal Cetak Joseph E. Stiglitz Social Capital: A Multifaceted Perspective Halaman 59-68 : : - Modal sosial –termasuk didalamnya pengetahuan tersembunyi, jejaring, dan agregat dari reputasi, dan modal organisasi- bisa diterjemahkan kedalam konteks teori organisasi dalam penyelesaian masalah moral dan insentif ekonomi. Dalam suatu lingkungan sosial yang secara ekonomi terus berkembang, modal sosial haruslah mengikuti perkembangan tersebut, dalam artian beradapatasi. Modal sosial sebisanya memperbolehkan jejaring interpersonal digantikan secara parsial oleh kelembagaan formal dari ekonomi berbasis pasar, seperti intervensi dari pemerintah. Proses ini pasti menghasilkan penipisan dari seluruh tingkatan dari modal sosial. Namun pada akhirnya proses ini akan menghasilkan bentuk lain dari modal sosial yang tertambat dalam suatu sistem ekonomi. Meskipun modal sosial ini akan sedikit banyaknya terpengaruh dengan ekonomi pasar, urutan pembaruan juga menjadi hal yang penting, dan juga modal sosial hasil komunitas tidak akan menjadi lebih tinggi dari modal sosial hasil negara (pada kasus lain tidak terjadi) setelah proses ini berlangsung. Memahami modal sosial dan membenarkan pentingnya peranan publik beserta ketentuannya harus dipahami bahwa tidaklah harus spesifik siapa yang harus melakukan peranan tersebut. Masyarakat kita terdiri dari banyak sekali organisasi. Dalam beberapa tahun terakhir, pengawasan terhadap organisasi-organisasi tersebut telah ditingkatkan. Organisasi yang diteliti kebanyakan adalah perusahaan. Dalam perusahaan terdapat suatu konsep yang mereka kenal sebagai “good will”, yang sangat dekat pengertiannya dengan modal sosial yang telah kita pahami. Memahami konsep tersebut, setidaknya ada 4 aspek yang berbeda: 1) modal sosial merupakan suatu pengetahuan yang tersembunyi yang menghasilkan kohesi dan berfungsi sebagai perekat namun juga merupakan seperangkat bakat dan kecenderungan; 2) modal sosial dipahami juga sebagai seperangkat jejaring yang disebut sebagai sosiolog sebagai “grup sosial”, bagaimana kita menempatkan diri sesuai grup sosial yang ada ; 3) modal sosial dipahami sebagai agregat dari reputasi; dan 4) modal sosial termasuk modal organisasional seperti yang telah dikembangkan oleh gaya administrasi. Seluruh sistem sosial idealnya harus membahas mengenai masalah moral dan masalah, dan sistem pasar berkenaan dengan hal-hal tersebut secara spesial. Modal sosial merupakan konsep yang sangat berguna, namun merupakan suatu konsep yang rumit, dalam beberapa perspektif memiliki andil yang cukup besar. Ada beberapa alasan mengapa komposisi, kualitas, kuantitas dari modal sosial dalam suatu masyarakat tidak begitu optimal. Modal sosial mempengaruhi dan dipengaruhi pembangunan. Ada suatu peranan yang penting dalam peningkatan modal sosial, namun siapa yang seharusnya memiliki peran dan bagaimana peranan tersebut dilakukan menjadi pertanyaan yang memerlukan proses berfikir yang cukup keras. Tulisan ini membahas mengenai kaitan modal sosial dengan sistem ekonomi pasar, serta keterkaitannya dengan dunia perusahaan dalam rangka pencapaian tujuannya. Dalam 6 tulisan ini tidak secara gamblang ditulis apa yang menjadi masalah dalam penelitian, masalah yang dikemukakan merupakan masalah normatif yang berada di luar penelitian. Penelitian penulis tersebut berada di lingkup perusahaan, dan tidak dikemukakan secara eksplisit, sehingga konflik dari penelitian tidak begitu tergambar sehingga solusi dari penelitian pun seakan-akan tidak berkait. Meskipun demikian, penjelasan dari konsepkonsep yang ada sangat masuk akal. 7 Judul : Pallawang: Sebuah Kearifan Lokal & Modal Sosial Nelayan Danau Soppeng Tahun : 2013 Jenis Pustaka : Prosiding Bentuk Pustaka : Cetak Nama Penulis : H. Rivai Mana dan Harifuddin Halim Nama Jurnal : Masyarakat Maritim Indonesia: Kendala, Peluang, dan Tantangan Perkembangan Volume (edisi) : II, halaman 365-387 halaman Alamat URL : Tanggal diunduh : Terdapat dua pola aktivitas pengangkapan ikan yang berkaitan dengan aktivitas kelompok dan modal sosial masyarakat di sekitar danau Soppeng, aktivitas tersebut yaitu pallawang dan bungka. Selain dua aktivitas tersebut, terdapat juga pola pakkaja lala (nelayan bebas). Ketiga aktivitas tersebut merepresentasikan: 1) pola kerjasama yang mapan; 2) kepercayaan atau saling mempercayai; 3) resiprositas antara ponggawa pallawang dan ponggawa bungka dengan sawi atau pa’ebelle. Pallawang dan bungka merupakan kegiatan penangkapan ikan dalam suatu wilayah penangkapan yang difasilitasi oleh Pemerintah Kabupaten. Modal sosial bisa dilihat ketika seorang ponggawa memenangkan lelang untuk melakukan penangkapan dan merekrut sawi yang akan membantu kegiatan penangkapan. Trust, resiprositas dan pola kerjasama yang didasari sistem nilai dan norma mendasari pola aktivitas penangkapan. Modal sosial yang dikaji bersifat lentur seiring dengan pengaruh arus informasi global melalui media elektronik yang mengarah kepada pembentukan pribadi individual yang perlahan menggerus keberadaan modal sosial tersebut. Tradisi penangkapan ikan masyarakat Anetue-Kaca ditandai oleh prinsip kebersamaan yang didukung oleh trust atau rasa saling percaya satu sama lain. Ketika Tomatoa Tappareng bersama tokoh masyarakat lain akan mengadakan upacara, maka nelayan lain akan menunjukkan dukungannya baik secara materiil maupun non materiil, karena masyarakat percaya bahwa upacara tersebut berguna bagi kemaslahatan masyarakat setempat. Tujuan diadakannya upacara tersebut agar nelayan dapat terhindar dari bencana dalam aktivitas penangkapan ikan di danau, dan agar hasil tangkapan nelayan melimpah sehingga nelayan sejahtera. Aktivitas Pallawang terdiri dari dua aktivitas, yaitu Maccera Tappareng atau upacara sedekah, dan Mappalari Lopi atau lomba perahu. Maccera Tappareng merupakan upacara dimana disediakan kepala kerbau (melambangkan kekuatan), 40 gantang beras pulut (melambangkan kohesivitas), 40 sisir pisang (melambangkan kegembiraan), 40 butir telur ayam (melambangkan kebulatan tekad), ketan dengan 4 warna (4 unsur yaitu air, api, tanah, dan udara), perangkaat pedupaan dan pinang (melambangkan harapan), serta anyaman bambu berbentuk segi empat (pandangan kosmologis orang bugis yang menganggap bumi terdiri dari 4 sisi). Mappalari Lopi merupakan lomba perahu yang terdiri dari 3 kelas, yaitu perahu 7 orang, 9 orang, dan 11 orang. Kegiatan ini menggambarkan kebersamaan masyarakat dan sangat meriah. Terdapat tiga nilai yang tertambat dalam kegiatan tersebut, yaitu nilai kerja (reso), nilai solidaritas (pesse), dan nilai kejujuran (lempu). Reso merupakan hal yang sangat vital bagi nelayan, tanpa nilai ini masyarakat nelayan tidak akan sejahtera. Pesse terlihat dari keterlibatan seluruh unsur masyarakat baik dari pemerintah, maupun masyarakat lokal 8 dalam penyelenggaraan ini. Sumber pendanaan pun murni dari swadaya masyarakat, sehingga acara ini salah satunya merupakan momentum penjalinan kembali solidaritas yang mungkin telah terreduksi. Lempu merupakan konsep yang dianggap masyarakat bugis sebagai aspek yang memanusiakan manusia. Percaya-mempercayai diantara masyarakat nelayan merupakan hal yang bisa memperlancar seluruh kegiatan, baik aktivitas penangkapan nelayan maupun tradisi Pallawang yang telah disebutkan sebelumnya. Intinya, Pallawang merupakan konsep penangkapan ikan yang memungkinkan kesetaraan bagi seluruh masyarakat untuk bisa mengakses dan menggunakan, bukan memiliki. Aturan yang terbentuk dalam sistem penguasaan wilayah tangkapan antara pemerintah dengan pemenang lelang dapat menjadi sarana bagi masyarakat guna berkomunikasi dan hidup bersama dan melakukan aktivitas penangkapan ikan dengan berkeadilan. Dalam tulisan ini terdapat konsep kearifan lokal dan juga konsep modal sosial. Hubungan antar kedua konsep ini kurang jelas terlihat, apakah A mempengaruhi B atau sebaliknya. Karena hanya dijelaskan deskripsi mengenai kearifan lokal Pallawang. Meskipun demikian dijelaskan bahwasannya tradisi Pallawang memang merupakan salah satu momentum penguat modal sosial, namun tidak secara jelas menerangkan hubungannya. Hanya menjelaskan bahwa terdapat beberapa aspek modal sosial yang tergambar dari kegiatan tradisi Pallawang. Selain itu istilah-istilah yang ada tidak dijelaskan secara mendetil, terutama istilah-istilah kedaerahan yang membuat pembaca tidak menangkap konsep seperti apa yang dimaksud. Modal sosial yang digambarkan berkaitan dengan norm dan terkait dengan kebudayaan setempat, hal ini diduga berkaitan dengan bagaimana usaha yang terdapat di sekitar lokasi tersebut bisa berkelanjutan dan meningkat. Karena hal-hal yang berkaitan dengan bagaiaman usaha tersebut disesuaikan dengan norma-norma setempat maka akan ada trust dari lingkungan bahwa usaha tersebut sesuai dengan nilai-nilai yang dianut masyarakat. 9 Judul : Diskontinyuitas Komunitas dan Pelemahan Modal Sosial (Studi Kasus pada Komunitas Lae-Lae dan Kampung Nelayang Kel. Untia Makassar) Tahun : 2013 Jenis Pustaka : Prosiding Bentuk Pustaka : Cetak Nama Penulis : Suparman Abdullah Nama Jurnal : Masyarakat Maritim Indonesia: Kendala, Peluang, dan Tantangan Perkembangan Volume (edisi) : II, halaman 388-418 halaman Alamat URL : Tanggal diunduh : Diskontinyuitas komunitas Lae-Lae dan Kampung Nelayan kelurahan Untia terjadi karena kebijakan relokasi penduduk pemerintah kota Makassar yang kurang berhasil. Diskontinyuitas merupakan fenomena dimana terjadi perubahan dan perbedaan karena terbongkar dan tercerabutnya komunitas yang sebelumnya menyatu dalam suatu tatanan dan wilayah. Awal mula diskontinyuitas ini terjadi karena regulasi dari Pemerintah Kota Makassar yang hendak merelokasi seluruh penduduk pulau Lae-Lae ke wilayah Kampung Nelayan Kelurahan Untia. Hal ini karena pulau Lae-Lae hendak diproyeksikan sebagai tujuan wisata bahari, sehingga akan dilakukan pengembangan wilayah dimana penduduknya perlu direlokasi. Kebijakan tersebut menuai pro dan kontra diantara komunitas Lae-Lae. Ada yang setuju dipindahkan dan ada pula yang bersikeran untuk tetap tinggal di Lae-Lae. Dalam 3-5 bulan pertama pasca relokasi, terdapat ketegangan diantara pihak yang pro dan kontra yang saling menebar ancaman dan terror hingga pelemparan ke rumah warga yang berujung pada disintegrasi. Dalam dimensi sosial, disintegrasi terkecil terjadi pada unit rumah tangga. Dalam suatu keluarga, kebanyakan hanya sebagian anggota yang bersedia direlokasi. Ada keluarga yang hanya orang tuanya saja yang pindah, dan ada yang hanya anak-anaknya yang telah berkeluarga saja yang pindah. Keadaan ini menjadikan keluarga-keluarga tersebut menjadi tidak akur. Bahkan menimbulkan kecurigaan diantara komunitas yang tetap tinggal dan komunitas yang bersedia direlokasi. Mereka tidak bersatu lagi, tidak saling menyapa, dan tidak saling berkomunikasi sama sekali. Terdapat semacam komitmen dalam komunitas masing-masing untuk tidak mengunjungi keluarga yang berbeda pendapat dengan mereka, jika ada yang melakukannya maka mereka merasa telah mengkhianati komunitas. Dalam dimensi ekonomi, terjadi perubahan pola nafkah masyarakat yang semula adalah nelayan namun ketika pindah ke lokasi baru mereka menjadi wiraswasta, jasa perbengkelan dan perbaikan alat-alat rumah tangga. Perubahan tersebut dikarenakan tidak menunjangnya fasilitas di Kelurahan Untia untuk menangkap ikan, seperti tidak adanya dermaga yang baik untuk parkir perahu. Dalam dimensi lingkungan fisik, keadaan wilayah di Kampung Nelayan jauh lebih memadai. Moda transportasi baik darat maupun laut mudah diakses, selain itu listrik di Kampung Nelayan jauh lebih baik dibandingkan di Pulau Lae-Lae yang hanya tersedia listrik dari pukul 17.30-22.30 sehari semalam. Kondisi diskontinyuitas kedua komunitas tersebut mengalami situasi disharmoni, disintegrasi, dan disorientasi. Dari perbedaan-perbedaan tersebut, dapat terlihat beberapa pelemahan modal sosial di beberapa dimensi. Diskontinyuitas lingkungan fisik melemahkan nilai dan norma timbal balik. Hal ini terjadi karena keadaan wilayah fisik di Kampung Nelayan sudah tidak relevan untuk warganya melakukan kegiatan penangkapan ikan. Meskipun penangkapan 10 ikan sangat efektif dan relevan di pulau Lae-Lae, hal tersebut tidak relevan di Kampung Nelayan. Diversifikasi usaha menjadi solusi dan nilai yang dianut warga relokasi. Hal ini mereduksi nilai timbal balik (resiprositas) dalam hal tolong-menolong di bidang ekonomi, karena dengan diversifikasi usaha setiap orang dimungkinkan untuk bekerja secara individu, bukan dalam kelompok. Hal tersebut (diversifikasi usaha) menyebabkan melemahnya kerjasama dan kebersamaan sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya. Selain itu, diskontinyuitas organisasi melemahkan kebersamaan. Hal ini terlihat dari komunitas Lae-Lae yang sebelumnya menjadikan organisasi sebagai wadah dalam berkumpul dan berkomunikasi bagi warganya, di komunitas yang baru hal ini tidak lagi menjadi hal yang diandalkan warga sebagai pemersatu masyarakat. Dan diskontinyuitas demografi melemahkan modal sosial kepercayaan. Hal ini terlihat dalam saling curiganya antara warga Lae-Lae dengan warga Kampung Nelayan. Tulisan ini penulis nilai sebagai tulisan yang baik. Karena terdapat hubungan yang jelas antara variabel independen dengan variabel dependen. Dijelaskan secara baik alasan mengapa pelemahan modal sosial terjadi diakibatkan oleh diskontinyuitas. Penjelasan dijabarkan secara rinci per aspek yang dilemahkan beserta jenis diskontinyuitas. Diskontinyuitas ini diduga mampu mempengaruhi keberlanjutan usaha, karena modal sosial yang rendah menyebabkan sulitnya pengusaha di lokasi tersebut untuk mengembangkan usaha karena rendahnya kepercayaan antara komunitas Lae-lae dan komunitas kampung nelayan. 11 Judul : Penguatan Jejaring Sosial dalam Modal Sosial dan Kearifan Lokal di Kawasan Masyarakat Pesisir Tahun : 2013 Jenis Pustaka : Prosiding Bentuk Pustaka : Cetak Nama Penulis : Sudaru Murti Nama Jurnal : Masyarakat Maritim Indonesia: Kendala, Peluang, dan Tantangan Perkembangan Volume (edisi) : II, 433-448 halaman Alamat URL : Tanggal diunduh : Pelaksanaan program pembangunan di Indonesia, khususnya kawasan pesisir belum terlaksana secara maksimal. Mengingat potensi pesisir baik sumberdaya alam maupun jasa-jasa lingkungan yang dapat memberikan kemakmuran dan kesejahteraan, jika dapat diberdayakan seperti kekayaan potensi dan sumberdaya manusianya. Wilayah pembangunan kehidupan masyarakat pesisir dan nelayan bagi bangsa Indonesia memasuki era tinggal landas dan pembangunan jangka panjang II merupakan tantangan paling mendasar. Mengingat bagaimana mempertahankan peningkatan penghidupan nelayan yang lebih sejahtera secara berkesinambungan tanpa merusak daya dukung lingkungan beserta sumberdaya yang terkandung di dalamnya merupakan tumpuan harapan bangsa Indonesia. Terdapat beberapa permasalahan bagi nelayan Indonesia, seperti masalah sosial berupa isu kemiskinan, kesenjangan sosial, dan konflik sosial nelayan, permasalahan lingkungan yang mencakupi isu kerusakan ekosistem pesisir, pulau-pulau kecil dan kelangkaan sumberdaya perikanan, masalah modal sosial meliputi isu pengelolaan potensi sumberdaya yang belum optimal dan masalah kepunahan desa nelayan atau surutnya peranan ekonomi desa nelayan beserta tradisi kelautan. Kehidupan masyarakat nelayan sangat fluktuatif, dan terstruktur, dimana pemanfaatan potensi alam tergantung pada kegigihan dalam menebar semangat serta kecerdasan diri dalam meraih hasil sesuai dengan kepekaan strategi dalam memperoleh hasil selama berlayar. Masyarakat nelayan dibedakan menjadi dua kelompok yang ada perluasan wilayah geografis dikarenakan adanya proses sedimentasi dan pengurangan wilayah geografis karena abrasi. Masyarakat nelayan terdiri dari beberapa bagian sebagai hasil dari diferensiasi, seperti kelompok nelayan itu sendiri, kelompok pengolah hasil ikan laut (pemindang, pengasap, pengolah), pengusaha hasil ikan laut, serta kelompok ekonomi penunjang seperti jasa permodalan dan pemasaran serta jasa pariwisata. Jejarins sosial yang sebelumnya telah disebutkan merupakan pendorong munculnya tindakan partisipasi yang tidak terlepas pada proses pembentukan jejaring sosial terhadap tata hubungan yang saling percaya dan menguntungkan pencapaian berbagai tujuan secara tepat guna, yang mana merupakan indikasi sebagai derajat modal sosial. Hal tersebut akan mempengaruhi nilai-nilai dan kontak sosial dalam menghasilkan produktivitas individu maupun kelompok. Kehidupan masyarakat pesisir secara struktural dapat dikatakan bersifat heterogen, namun dalam sikap perilakunya memiliki kecenderungan homogen. Homogenitas dikarenakan keberadaan kehidupan antara darat dan laut mendorong adanya kesamaan nilai akan kultur laut, dimana dependensi terhadap alam sangatlah kuat. Kompetisi antar kelompok berlangsung dilatarbelakangi perbedaan orientasi tindakan yang 12 dilakukan. Kelompok nelayan yang langsung berhubungan dengan situasi dan kondisi laut cenderung memiliki rasionalitas tindakan terhadap nilai, sedangkan kelompok pengguna hasil laut dan kelompok pengguna jasa laut pada rasionalitas berorientasi tujuan yang berhubungan dengan peraihan suatu prestasi. Interaksi sosial yang terjadi dapat menimbulkan konflik. Kesenjangan antara kelompok-kelompok tersebut di atas yang dilatarbelakangi oleh otoritas, kekuasaan maupun kepemilikan, berpengaruh terhadap perbedaan akan tata nilai tukar, tata nilai guna, komoditas maupun basis supra struktur yang dipertunjukkan melalui atribut yang dikenakan yang mendorong kesenjangan sosial secara stratifikasi maupun diferensiasi sosial. Kemitraan dalam upaya kehidupan masyarakat pesisir perlu senantiasa ditumbuhkembangkan, baik melalui menarik investor asing, nasional maupun daerah diharapkan menjadikan kehidupan masyarakat pesisir lebih maju Tulisan ini tidak begitu jelas mengenai apa yang dibahas. Karena tulisan ini sangat normatif dan berisi harapan-harapan yang seharusnya bisa dicapai. Dari tulisan ini didapat salah satu konsep modal sosial yaitu bridging social capital, dalam konteks ini berkenaan dengan kemitraan. Kemitraan merupakan konsep yang dekat dengan network, dan dalam bacaan ini dijelaskan bahwa kemitraan merupakan hal yang penting untuk diperhatikan. Meskipun tidak secara jelas dan rinci penjelasan aksiologis dari pentingnya kemitraan, namun pernyataan tersebut dapat dianggap mengiyakan bahwa modal sosial penting bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan sedikit banyaknya dapat diimplementasikan dalam ranah usaha. 13 Judul Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Jurnal Volume (edisi) halaman Alamat URL Tanggal diunduh : : : : : : : Economic Growth and Social Capital in Italy 2000 Jurnal Cetak John F. Helliwell dan Robert D. Putnam Social Capital: A Multifaceted Perspective Halaman 253-268 : : - Dalam beberapa abad terakhir, perekonomian Italia di bagian utara cenderung lebih tinggi daripada Italia di bagian selatan meskipun mereka telah menjadi satu bagian di millenium terakhir. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa perbedaan dalam pendapatan perkapita berhubungan dengan perbedaan struktur sosial di kedua sisi negara. Belahan Italia utara cenderung memiliki struktur yang horizontal, sementara di belahan Italia selatan cenderung memiliki struktur sosial yang lebih hierarkis. Perbedaan juga terdapat pada tingkatan kecintaan pada negara, keterlibatan komunitas, dan efisiensi pemerintahan (Putnam, 1993). Hipotesis yang digunakan, pada beberapa wilayah di Italia telah mampu untuk mengelola pada tingkatan yang lebih tinggi dari pengeluaran perkapita melalui hal-hal seperti tolong menolong dan perbuatan-perbuatan baik dari modal sosial. Terdapat 3 fokus variabel yang menjadi hal yang dikaji dalam penelitian ini, yang pertama komunitas kenegaraan (civic), kinerja pemerintah (institutional performance), dan kepuasan penduduk (citizen satisfication). Terdapat suatu perlakuan yang dilakukan oleh pemerintah Italia yang sedikit banyaknya menyebabkan perubahan. Yaitu perubahan (reform). Dari perubahan tersebut, terutama pada dekade 1980-an, terjadi hal yang sangat mengesankan. Transfer payment banyak terjadi, terutama pada belahan Italia bagian utara. Selian itu, hal-hal seperti pendidikan, informasi, menjadi lebih terbuka. Reform yang dimaksud berawal dari efisiensi pemerintahan, dengan lebih mengedepankan cepat tanggap pada setiap pelayanan. Hal ini juga didukung dengan etos moralitas yang baik di belahan Italia utara, sehingga kepuasan penduduk menjadi lebih baik daripada sebelum adanya reform. Tulisan ini membahas mengenai perbedaan keadaan ekonomi antara Italia utara dengan Italia selatan, penjelasan dalam tulisan cukup komprehensif dengan metode tes dengan mengambil sampel di beberapa wilayah di Italia. Hal yang cukup membingungkan adalah penjabaran mengenai konvergensi dan divergensi. Konsep tersebut tidak begitu cocok padanan katanya dengan kosakata bahasa Indonesia, yang menyebabkan penafsiran terhadap penjabaran masalah menjadi berbeda dengan apa yang dimaksud peneliti. Namun demikian, pernyataan bahwa modal sosial dalam rangka peningkatan usaha ekonomi terjadi di belahan Italia Utara telah terjawab karena baiknya kinerja pemerintah sebagai elite sentral dalam segala keperluan administratif yang memiliki cakupan satuan wilayah dalam negara. Cepat tanggapnya pemerintah tersebut meningkatkan trust diantara warganya, sehingga dapat meningkatkan kepuasan juga meningkatkan kemauan dalam meningkatkan usaha, baik itu usaha pribadi maupun dalam ranah perdagangan. 14 Judul Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Jurnal Volume (edisi) halaman Alamat URL Tanggal diunduh : : : : : : : Modal Sosial dan Dinamika Usaha Mikro Kecil 2010 Jurnal Elektronik Djainal Abidin Jurnal Sosiologi Masyarakat Volume 15, Nomor 1, Januari 2010: 69-85 : http://journal.ui.ac.id/index.php/jsm/article/view/3708/29 50 : 3 Mei 2015 Terdapat tiga kategori dari suatu modal, yaitu ekonomi, budaya, dan simbolik, sedangkan peran modal ekonomi bertindak sebagai sumbernya. Menurut Robert M.Z. Lawang menyatakan bahwa pada prinsipnya modal-modal yang ada seperti modal fisik, modal manusia, dan modal sosial tidak bisa berdiri sendiri melainkan harus bersinergi agar mampu menjadi kekuatan yang efektif. Berbagai studi telah menjelaskan bahwa modal sosial secara signifikan meningkatkan profit. Setidaknya modal sosial berpengaruh sebanyak 23% dalam peningkatan usaha. Modal sosial pun telah menjadi potensi dalam dunia bisnis sebagai salah satu faktor yang menentukan kemajuan usaha. Meskipun demikian studi dalam jurnal tersebut menyebutkan bahwa modal sosial bukanlah satu-satunya aspek penentu dalam peningkatan kemajuan usaha. Setidaknya terdapat dua faktor lagi yang menentukannya yaitu modal fisik dan modal manusia. Studi yang mengkaji hubungan modal manusia dan modal fisik dalam analisis hubungan modal sosial terhadap kontribusi pendapatan UKM belum pernah dilakukan khususnya di Indonesia. Studi yang agak mirip dilakukan Francis Fukuyama yang menjelaskan kontribusi faktor nonekonomi terhadap pertumbuhan ekonomi yang terjadi di masyarakat atau negara yang kisarannya sebesar 20%, sedangkan kontribusi 80% sisanya dapat dijelaskan dari faktor-faktor ekonomi. Selain dua modal yang telah disinggung sebelumnya, terdapat dua konsep mengenai modal sosial yaitu modal sosial bonding (eksklusif) dan modal sosial bridging (inklusif). Modal sosial bonding lebih menekankan kepada inward looking, yaitu hubungan dengan grup masing-masing. Sedangkan modal sosial bridging menekankan kepada hubungan dengan pihak diluar diri yang berkaitan dengan komponen trust, network, dan norms. Studi ini dilakukan di sejumlah UKM yang terdapat di PIK Pulo Gadung. Hasil studi ini menyebutkan bahwa terdapat pengaruh komponen modal sosial sebanyak 23%, modal fisik sebanyak 11% dan yang sisanya dari aspek lain. Hal ini cukup berbeda dengan Fukuyama yang menyatakan proporsi signifikansi pengaruh modal terhadap peningkatan usaha adalah 20:80 antara modal sosial dan modal ekonomi. Kasus UKM di PIK Pulogadung, Jakarta terdapat kecenderungan modal fisik khususnya modal uang dan barang sangat sulit didapat karena lembaga perbankan yang ada di lokasi menerapkan jaminan (collateral) dalam proses pinjaman modal usaha. Tulisan ini relevan dengan keadaan saat ini dimana faktor-faktor non-ekonomi sedang didorong untuk mampu berperan dalam peningkatan keuntungan yang lebih jauh lagi akan meningkatkan kesejahteraan. Terdapat konsep baru yang ditemukan, yaitu mengenai modal sosial bonding dan modal sosial bridging. Penguraian metode statistika dalam tulisan ini sangat baik, namun penjelasan secara kualitatif mengenai lokasi penelitian dan informasi banyaknya responden penelitian tidak dijelaskan sehingga validitas penelitian ini menjadi dipertanyakan. 15 Judul : Modal Sosial Pedagang Kaki Lima di Jalan Gambir Tanjung Pinang Tahun : 2013 Jenis Pustaka : Skripsi Bentuk Pustaka : Elektronik Nama Penulis : Ichsan Pramatya Nama Jurnal : Volume (edisi) : halaman Alamat URL : http://jurnal.umrah.ac.id/wpcontent/uploads/2013/08/JURNAL-ICHSANPRAMATYA-080569201048-SOSIOLOGI-2013.pdf Tanggal diunduh : 3 Mei 2015 Modal sosial berperan sebagai perekat yang mengikat semua orang dalam masyarakat. Modal sosial menjadi masalah penting karena usaha ekonomi akan sukses tidak hanya berbekal modal financial semata, namun juga perlu adanya dukungan sumber daya manusia, dan modal sosial merupakan salah satu unsurnya. Modal sosial tersebut mengacu pada aspek-aspek utama organisasi sosial seperti kepercayaan (trust), normanorma (norms), jejaring (networks), yang mampu menggerakkan partisipasi anggota kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Pedagang Kaki Lima yang berjualan sayursayuran di Jalan Gambir adalah satu dari komunitas pedagang kaki lima yang ada di kota Tanjungpinang, yang bertahan dalam usahanya. Penelitian ini membahas mengenai bagaimana kepercayaan (trust) yang terbentuk di antara sesama Pedagang Kaki Lima Sayur-sayuran di Jalan Gambir Tanjungpinang dan bagaimana hubungan timbal balik antar Pedagang Kaki Lima di Jalan Gambir Tanjungpinang. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, kemudian sampel berdasarkan teknik sampling purposive (sampel bertujuan) dan ditetapkan 7 orang Pedagang Kaki Lima. Teknik Analisa Data dianalisis secara kualitatif, berdasarkan dukungan teori yang berkaitan dengan objek penelitian dari responden dengan cara wawancara maupun observasi. Kemudian ditarik suatu kesimpulan mengenai hasil penelitian. Aspek-aspek utama dalam modal sosial yang mengacu pada (trust) kepercayaan, norma-norma (norms) dan jaringan-jaringan (networks) yang terlihat pada Pedagang Kaki Lima (PKL) sayur-sayuran di Jalan Gambir menunjukan adannya nilai modal sosial yang terbentuk dan terjalin diantara pedagang dari aturanaturan informal yang berlaku di kelompok pedagang mampu mereka patuhi bersama, meskipun tidak ada perjanjian tertulis, sehingga aturan-aturan informal yang berlaku di kelompok pedagang mampu mereka patuhi bersama, meskipun tidak ada perjanjian tertulis, sehingga aturan-aturan informal tersebut menjadi norma-norma tersendiri yang berkembang serta dilaksanakan secara bersama-sama, merefleksikan semangat saling memberi (reciprocity), saling percaya (trust), dan adanya jaringan-jaringan sosial (sosial networking). Tulisan ini kurang menggambarkan mengenai apa yang diukur dari modal sosial dari pedagang kaki lima. Penulis tidak mampu menjelaskan manfaat pengukuran modal sosial tersebut. Selain itu aspek deskriptif kuantitatif kurang merpresentasikan apa yang harus dilakukan kemudian setelah mengetahui data yang didapatkan. Ranah kajian tersebut berada di lingkup ekonomi dan membahas mengenai modal sosial. Ada dugaan bahwa di pasar diperlukan adanya modal sosial yang tinggi agar seluruh komponen, khususnya para pedagang, dapat meningkat usahanya. 16 Judul : Modal Sosial dan Pemilihan Dukun dalam Persalinan: Apakah Relevan? Tahun : 2010 Jenis Pustaka : Jurnal Bentuk Pustaka : Elektronik Nama Penulis : Gitya Setyawati dan Meredian Alam Nama Jurnal : Jurnal Makara Kesehatan Volume (edisi) : Volume 14 No 1 Juni 2010 halaman Alamat URL : http://journal.ui.ac.id/health/article/download/641/626 Tanggal diunduh : 6 Mei 2015 Penelitian ini ingin mengukur sejauh mana modal sosial dapat berperan dalam kecenderungan untuk melakukan persalinan dengan bantuan dukun. Faktor modal sosial yang berperan adalah mengenai kohesivitas masyarakat dalam memanfaatkan dukun, mereka masih sangat percaya terhadap dukun dengan jampi-jampinya. Angka pemanfaatan dukun beranak di Indonesia masih cukup tinggi, yaitu mencapai 30,24%. Angka ini kebanyakan berada di wilayah pedesaan. Dalam dunia kesehatan masyarakat telah berkembang pemahaman baru bahwa faktor-faktor penentu kesehatan masyarakat bersifat kompleks. Selain dipengarui faktor ekonomi, peran lingkungan dan dinamika sosial dipandang sebagai faktor yang mampu memberikan kontribusi besar terhadap kesehatan masyarakat. Modal sosial sebagai salah satu aspek sosial merupakan pondasi sosiologis masyarakat yang mampu memfasilitasi masyarakat untuk bekerja sama dan berinteraksi dalam upaya memperoleh manfaat bersama (mutual benefit). Modal sosial ini mencerminkan lokalitas yang ditunjukkan melalui bagaimana masyarakat merespon eksternalitas dari luar komunitas mereka. Di beberapa penelitian, terdapat hubungan positif antara modal sosial bonding terhadap peningkatan kesehatan masyarakat. Hal tersebut terjadi di kota Roseto. Bonding social capital ini cenderung lebih tertutup terhadap interaksi dengan dunia luar atau komunitas di luar mereka. Namun kepercayaan yang kuat terhadap anggota kelompok memiliki hubungan secara positif dengan kesehatan masyarakat. Sementara terdapat penelitian yang lain yang menyebutkan bahwa bridging social capital memiliki hubungan positif terhadap peningkatan kesehatan masyarakat. Sementara di komunitas Alabama, bonding social capital memiliki hubungan positif terhadap rendahnya kesehatan masyarakat. Penelitian ini menguji variabel kepercayaan (kepaduan dan kesediaan membantu tetangga), variabel tingkat pendidikan dan status pekerjaan ibu. Dari variabel-variabel tersebut, yang memiliki pengaruh adalah variabel kepercayaan dan kepaduan serta variabel tingkat pendidikan ibu. Penelitian ini menunjukan bahwa keberadaan modal sosial mampu meningkatkan preferensi ibu hamil untuk melakukan proses persalinan menggunakan dukun. Meskipun penelitian ini menunjukkan bahwa faktor sosial di masyarakat memiliki peran besar dalam menentukan pemilihan penolong persalinan, namun penelitian ini belum mampu menjawab seberapa besar kematian ibu yang terjadi akibat persalinan menggunakan dukun di daerah yang memiliki modal sosial tinggi. Penjabaran dari tulisan ini sudah sangat baik. Terdapat hubungan yang jelas antara variabel-variabel yang diuji. Pembaca mampu menangkap apa permasalahan yang sebenarnya terjadi dalam pemanfaatan dukun di bidang persalinan. Namun hal ini seakan-akan mendiskreditkan modal sosial sebagai salah satu penyebab utama dalam pemilihan dukun dalam persalinan. Hal ini sebenarnya mampu dimanfaatkan bagi para 17 pemangku kebijakan untuk bisa memperhatikan modal sosial agar bisa ditentukan bagaimana perlakuan yang tepat untuk tidak meniadakan dukun beranak namun bisa sekaligus menekan angka kematian ibu. Modal sosial dalam hal ini membahas mengenai hubungannya dengan kesehatan. Meskipun tidak dapat dihubungkan dengan peningkatan usaha, namun terdapat beberapa konsep yang dapat diimplementasikan dalam konteks peningkatan usaha. Seperti mutual benefit, bridging social capital, dan bonding social capital. Di penelitian ini pun didapatkan suatu hasil bahwa modal sosial di lokasi tersebut memengaruhi bagaimana masyarakat memilih dukun beranak ketimbang bidan persalinan. Hal ini jika diimplementasikan dalam konteks ekonomi, dapat digambarkan seperti preferensi pedagang terhadap distributor yang lebih terpercaya sehingga distributor tersebut akan mendapatkan klien yang lebih banyak dan usaha distributor tersebut dapat meningkat. Dalam konteks peningkatan usaha, modal sosial yang tinggi diduga dapat mempengaruhi preferensi pedagang atau komponen pasar lain terhadap pihak-pihak yang dibutuhkan sehingga terjadi mutual benefit dan dicapainya peningkatan usaha. 18 Judul : Penguatan Modal Sosial untuk Pemberdayaan Masyarakat Pedesaan dalam Pengelolaan Agroekosistem Lahan Kering Tahun : 2006 Jenis Pustaka : Jurnal Bentuk Pustaka : Elektronik Nama Penulis : Tri Pranaji Nama Jurnal : Jurnal Agro Ekonomi Volume (edisi) : Volume 24 No 2 Oktober 2006 halaman Alamat URL : http://pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/JAE%20242d Tanggal diunduh : 6 Mei 2015 Kondisi agrosistem lahan kering (ALK) di wilayah Jawa dinilai sudah cukup parah. Lahan kering merupakan bagiand ari ekosistem terestrial dan merupakan lahan yang tidak pernah digenangi atau tergenang air. Pemanfaatan ALK di wilayah Jawa ini sudah sangat tersebar baik di dataran tinggi maupun dataran rendah. Banyak ditemukan di daerah hulu DAS bahwa ALK ini sudah sangat memprihatinkan. Dugaan sementara peneliti menyebutkan bahwa lemahnya modal sosial masyarakat setempat menjadi salah satu faktor utama dalam kerusakan ALK ini. Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan model penguatan modal sosial dalam pemberdayaan masyarakat untuk mengelola ALK ini. Penelitian ini mencari hubungan antara kerusakan ALK dengan melemahnya modal sosial setempat. Selain itu juga untuk menganalisis pengaruh penerapan model pengelolaan ALK yang dikembangkan pemerintah terhadap tingkat kehidupan dan cara masyarakat pedesaan setempat dalam memanfaatkan dan mengeksploitasi sumber daya alam yang ada di sekitarnya. Terdapat beberapa elemen dari modal sosial yang dianggap penting, yaitu tata nilai, kompetensi SDM, manajemen sosial, keorganisasian masyarakat, struktur sosial, kepemimpina, dan pemerintahan yang baik. Lebih dari 80% areal di lokasi penelitian berupa lahan kering dan sebagian besar penggunaannya untuk usaha pertanian. Kecuali hanya pada sebagian kecil lahan sawah, usaha pertanian di keempat desa contoh masih sangat tergantung pada musim. Degradasi lahan di hulu DAS Jratunseluna telah mencapai tahap memprihatinkan. Hal ini diduga merupakan akibat dari lemahnya modal sosial di keempat desa contoh. Secara kasat mata, peneliti menerangkan bahwa mutual-trust yang ada di dalam masyarakat di keempat desa contoh relatif lebih lemah. Sehingga dalam kaitannya dengan pengelolaan lahan, entah itu dalam tolong-menolong antar petani, pinjam meminjam saprotan, dan lainnya dinilai masih kurang. Peneliti menggagas ada tiga aspek yang menunjukkan penguatan modal sosial, yaitu terbentuknya kerjasama dan solidaritas, perluasan jaringan kerja, dan peningkatan daya yang saling kolektif secara berkelanjutan. Ketiga kekuatan modal sosial tersebut dibangkitkan dengan sejumlah tata nilai seperti mutual-trust, mutual respect dan mutual benefit. Menurut saya penelitian dengan luaran model penguatan modal sosial ini sangat baik dalam rangka memperbaiki hubungan antar masyarakat yang lebih jauh bisa meningkatkan keberlanjutan dari pengelolaan agroekosistem lahan kering yang telah rusak. Penjabarannya sangat baik, namun dalam model penguatan ini dirasa masih belum konkret. Dalam artian tidak secara detil merinci bagaimana seharusnya masyarakat sebagai objek kajian diperlakukan dan diberi perlakuan apa saja yang dapat 19 memperkuat modal sosial mereka. Meskipun demikian, pesan yang ingin disampaikan peneliti kepada pembaca dalam melakukan pembangunan yang berbasis modal sosial dapat tersampaikan. Penjelasan mengenai pembangunan yang hanya melihat aspek infrastruktur, pengembangan teknologi, tanpa mempertimbangkan faktor sosial dibahas dengan baik. Dalam tulisan ini, modal sosial yang tinggi diduga dapat secara tidak langsung meningkatkan usaha. Tulisan ini membahas bahwa modal sosial yang tinggi seharusnya menjaga ALK agar tetap lestari dan baik kondisinya. Jika lahan tersebut merupakan salah satu lahan tanam bahan baku dari suatu produk usaha, maka pengelolaan ALK ini menjadi hal yang sangat penting dalam peningkatan usaha. 20 RANGKUMAN DAN PEMBAHASAN Definisi Modal Sosial Modal sosial atau kapital sosial merupakan salah satu dari tiga kapital yang lain, yakni kapital ekonomi, dan kapital budaya (Hauberer, 2011). Bordieu dalam Hauberer (2011) menjelaskan bahwa modal sosial adalah agregat dalam sumberdaya-sumberdaya potensial yang terhubung kedalam suatu jaringan yang melembaga. Putnam dalam Hauberer (2011) mengemukakan bahwa modal sosial merupakan sebuah karakteristik masyarakat yang meliputi rasa memiliki, kerjasama, pertukaran, kepercayaan, sikap positif dan partisipasi. Menurut Fukuyama dalam Lawang (2005), modal sosial didefinisikan sebagai serangkaian nilai atau norma informal yang dimiliki bersama diantara para anggota suatu kelompok yang memungkinkan terjalinnya kerjasama diantara mereka. Menurut Bank Dunia (2001), modal sosial merupakan suatu konesp yang terdiri dari hubungan-hubungan sosial, kelembagaan, norma dan nilai yang mempengaruhi hubungan antar sesama dan menyumbang peranan penting dalam pembangunan di bidang ekonomi dan sosial. Sementara menurut Lawang (2005) modal sosial merujuk ada semua kekuatan sosial komunitas yang dikonstruksikan oleh individu atau kelompok dengan mengacu pada struktur sosial yang menurut penilaian mereka dapat mencapai tujuan individual dan/atau kelompok secara efisien dan efektif dengan modal-modal lainnya. Modal sosial tertambat pada struktur sosial, baik itu mikro maupun makro. Ada pula beberapa pendapat bahwa modal sosial pun tertambat dalam kelembagaan seperti agama dan filsafat (Fukuyama dalam Lawang, 2005). Dalam masyarakat desa mapun kota, bisa dikenali maupun diukur modal sosial yang tertambat dalam masyarakat tersebut. Sehingga jika berbicara mengenai modal sosial maka bisa dikatakan bahwa hal yang sedang dibicarakan adalah keadaan suatu komunitas tertentu, karena berkaitan dengan hubungan interaksi dari orang-orang yang menjadi bagian di dalamnya. Komponen Modal Sosial Modal sosial merupakan salah satu dari lima modal yang dimiliki bersama maupun dalam tataran individu. Modal yang lain yaitu modal fisik, modal manusia, modal alam, dan modal finansial. Beberapa ahli memiliki pendapat masing-masing mengenai komponen-komponen dari modal sosial ini. Namun dari beberapa pendapat, pemikirian Putnam yang paling banyak dirujuk. Komponen modal sosial yang dimaksud adalah kepercayaan (trust), jejaring (network), dan nilai-nilai dan peraturan tak tertulis (norms). a. Kepercayaan (trust) Merupakan komponen mengenai bagaimana seseorang percaya kepada orang lain dalam suatu komunitas ataupun diluar komunitas. Hal ini berkaitan dengan bagaimana harapan-harapan yang muncul dari A yang mempercayai B dengan harapan bahwa harapan-harapan tersebut dapat terpenuhi. Sehingga kepercayaan bersifat timbal balik. Dalam kaitannya dengan peningkatan usaha, kepercayaan sangat berpengaruh dalam bagaimana unitunit yang ada dalam usaha tersebut bisa saling bekerja secara fungsional. Karena kepercayaan yang timbul dalam kelompok tertentu akan menimbulkan kepuasan yang akan berdampak positif pada kinerja. Selain itu, jika suatu unit usaha dengan unit usaha lain hendak melakukan 21 peminjaman (modal, uang, bahan baku) dimana hal tersebut bersifat timbal balik dengan kepercayaan yang tinggi, maka usaha tersebut akan berkelanjutan. b. Jejaring (network) Merupakan komponen mengenai banyaknya relasi-relasi yang terbentuk dari suatu komunitas di dalamnya maupun antar komunitas. Hal ini berkaitan dengan seberapa banyak seseorang yang dikenal dengan berbagai kelebihan dan kekurangan sehingga dapat dioptimalkan akses tersebut untuk berbagai kebutuhan. Selain itu, banyaknya jejaring memudahkan seseorang untuk meminta bantuan ketika sedang kesusahan karena semakin banyak jejaring, semakin banyak opsi yang muncul untuk diminta bantuannya. Hal ini menjadi penting dalam konteks pengembangan dan peningkatan usaha. Jejaring yang banyak memungkinkan pelaku usaha untuk memasarkan produknya dengan cara-cara yang variatif sesuai dengan banyaknya jejaring yang dimiliki. Selain itu jejaring yang dimiliki jika memiliki pengetahuan dan teknologi tertentu juga akan memudahkan efisiensi dalam peningkatan usaha. c. Norma (norms) Merupakan komponen berisi peraturan-peraturan yang terdapat dalam suatu hubungan relasional tertentu, baik itu di masyarakat maupun di kelembagaan tertentu. Peraturan-peraturan yang dimaksud adalah peraturan tertulis dan tidak tertulis. Penekanan di komponen ini adalah mengenai ada tidaknya suatu norma dan bagaimana kepatuhan orang-orang yang berada di dalam aturan tersebut berlaku. Semakin patuh anggota-anggota suatu komunitas tertentu, makan semakin baik modal sosialnya. Kaitannya dengan pengembangan usaha, norma merupakan suatu hal yang sangat penting terlebih jika suatu usaha memerlukan akselerasi dalam peningkatan usahanya. Contoh riil di masyarakat ketika pelaku usaha memerlukan pasokan bahan baku, terdapat suatu aturan dimana pelaku usaha boleh memasok bahan baku ke usahanya tanpa uang dengan berbagai persyaratan yang harus dipenuhi dulu sebelumnya. Hal ini jika dipatuhi bersama akan memperlancar para pelaku usaha dalam meningkatkan usahanya. Peranan Modal Sosial dalam Keberhasilan Usaha Dari berbagai pustaka yang telah dianalisis sebelumnya terdapat beberapa hal yang dapat dipengaruhi oleh modal sosial dalam kaitannya dengan keberhasilan usaha, diantaranya: a. Performa ekonomi Performa ekonomi didefinisikan sebagai ukuran dalam suatu sektor usaha yang terkait dengan modal, kewajiban, dan kekuatan pasar secara keseluruhan. Dalam tulisan Arrow (2000), modal sosial diduga dapat mempengaruhi performa ekonomi, khususnya elemen kepercayaan. Elemen kepercayaan yang dimaksud adalah “efek reputasi”, dimana berkaitan dengan penilaian seseorang terhadap orang lain. Dalam tulisan tersebut, kegiatan usaha dengan tenaga kerja yang memiliki peniliain positif dari orang lain cenderung memiliki aktivitas usaha yang positif. Hal tersebut juga berlaku pada kegiatan usaha yang memiliki tenaga kerja yang memiliki penilaian negatif dari orang lain dengan tingkat yang sama besar dan akibat yang sama besar dalam konteks yang tidak baik. b. Pertumbuhan ekonomi 22 Perumbuhan ekonomi merupakan pertumbuhan dengan konteks makro. Pertumbuhan ekonomi termasuk didalamnya peningkatan pendapatan perkapita. Dalam tulisan Helliwel dan Putnam (2000), dijelaskan bahwa modal sosial secara tidak langsung dapat meningkatkan pendapatan perkapita. Namun dalam kasus di Italia bagian utara, hal ini antara lain disebabkan oleh reform dalam pemerintahan Italia bagian utara. Reform tersebut berbentuk efisiensi dalam sistem pemerintahan dimana layanan terhadap masyarakat dibuat sedemikian rupa sehingga cepat tanggap. Hal tersebut mendorong peningkatan aktivitas transfer payment di Italia Utara. Selain faktor tersebut, faktor-faktor lain yang mendukung diantaranya struktur sosial yang lebih horizontal, etos kerja yang tinggi, serta tolongmenolong antar sesama yang baik. Struktur sosial di Italia Utara lebih horizontal dibandingkan Italia Selatan yang lebih hierarkhis. Hal ini mengakibatkan bahwa keadaan masyarakat Italia Utara lebih egaliter dibandingkan Italia Selatan. Semakin egaliter ....... Etos kerja yang tinggi adalah salah satu komponen pendukung dari pertumbuhan ekonomi. Sementara tingginya kemauan untuk saling tolong menolong merupakan representasi lain dari modal sosial dari komponen kepercayaan. Meskipun terdapat beberapa faktor lain yang mendorong pertumbuhan ekonomi selain modal sosial, namun bisa dikatakan bahwa peranan modal sosial cukup signifikan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Karena reform yang dilakukan pemerintah Italia Utara bersifat pemicu, sementara stok modal sosial di kawasan tersebut sudah tinggi bahkan sebelum adanya reform. Pendapatan perkapita yang tinggi dalam kasus bacaan tersebut merupakan hasil dari tingginya aktivitas transfer payment. Transfer payment disini berfungsi untuk menolong orang lain yang membutuhkan pinjaman, mengirim uang untuk keluarga, dan lainnya. Meningkatnya pendapatan perkapita jika dilihat pada konteks negara berkembang bisa disebabkan salah satunya oleh berkembangnya usaha skala menengah maupun kecil. Peningkatan pendapatan merupakan hal yang bisa disamakan kondisinya di negara lain, sehingga bisa dikatakan bahwa pertumbuhan ekonomi dalam suatu negara merupakan andil dari berkembangnya usaha di negara tersebut dimana salah satu faktor yang mempengaruhinya adalah modal sosial. c. Preferensi dalam memilih suatu unit produksi Preferensi dalam memilih suatu unit produksi yang dimaksud adalah kecenderungan dalam memilih suatu unit produksi yang sesuai dengan komponen-komponen modal sosial dalam komunitas. Hal tersebut sesuai dengan tulisan yang ditulis oleh Mana dan Halim (2013) mengenai kearifan lokal & modal sosial nelayan danau Soppeng dan tulisan dari Setyawati dan Alam (2010) mengenai modal sosial dan pemilihan dukun. Dari kedua tulisan tersebut didapatkan bahwa pihak-pihak yang terkait dalam aktivitas yang ada di masyarakat haruslah sesuai dengan nilai-nilai masyarakat atau komponen norms dalam modal sosial. Dalam tulisan pertama dijelaskan bahwa aktivitas penangkapan ikan di danau Soppeng harus di lelang di tempat tertentu seperti yang sudah ditaati sebelumnya, dan pihak-pihak penyelenggara yang mendapatkan giliran setiap tahunnya merupakan pihak yang dipercaya oleh masyarakat lain. Sedangkan untuk tulisan kedua, masyarakat cenderung memilih dukun karena sesuai dengan nilai-nilai mereka dan mereka lebih percaya terhadap dukun daripada pihak lain. Hal ini juga bisa diimplementasikan dalam konteks ekonomi. Pihakpihak pelaku usaha akan berurusan atau menjalin kerjasama dengan pihak- 23 pihak yang sesuai dengan komponen modal sosial yang ada di masyarakat. Hal ini sedikit menyimpang dengan teori rasional utilitarianistik yang mengedapankan pilihan yang rasional dan universal. Contohnya adalah pengusaha garmen akan menjalin kerjasama dengan pihak pemasok bahan baku yang telah diatur dalam budaya ataupun kepada pihak pemasok yang bisa dipercayain meskipun harga bahan bakunya mahal namun menerima pinjaman dan kemudahan lainnya. Hal ini dapat diartikan bahwa modal sosial dapat mengarahkan pihak-pihak usaha untuk memiliki kecenderungan untuk bekerjasama dengan pihak-pihak tertentu. d. Peningkatan pendapatan dalam usaha Modal sosial diduga mempengaruhi peningkatan pendapatan usaha. Hal ini sesuai dengan temuan bahwa modal sosial dapat meningkatkan pendapatan usaha sebesar 23% (Abidin, 2010). Faktor lain yang mempengaruhinya adalah modal fisik dengan pengaruh sebesar 11% dan sisanya merupakan faktor ekonomi. Menurut Fukuyama (2000), modal sosial berpengaruh sebesar 20% dalam peningkatan usaha. Hasil ini tidak begitu terpaut jauh dengan temuan Abidin. Modal sosial yang dimaksud mempengaruhi adalah modal sosial dengan konteks bonding social capital dan bridging social capital. Bonding sosial capital bersifat eksklusif. Hal-hal yang terdiri dari bonding social capital adalah kepuasan tenaga kerja juga kepercayaan yang tinggi antar tenaga kerja. Sementara untuk bridging social capital terdiri dari banyaknya jejaring yang dapat digunakan dalam aktivitas usaha. Hal ini dapat diartikan bahwa modal sosial dapat mempengaruhi peningkatan pendapatan usaha. Dimana seluruh komponen yang terdapat didalamnya memiliki pengaruh. 24 SIMPULAN Hasil Rangkuman dan Pembahasan Modal sosial merupakan suatu konsep yang menjelaskan mengenai keadaan suatu masyarakat yang terdiri dari komponen trust, network, dan norms. Modal sosial tertambat dalam suatu struktur sosial, baik di lingkup mikro maupun makro. Modal sosial dapat mempengaruhi berbagai aspek dalam kehidupan, salah satu aspek yang dapat dipengaruhi yaitu aspek ekonomi. Keberhasilan usaha merupakan konsep dimana tercapainya keadaan yang menjadi tujuan suatu kelompok usaha dalam menjalankan kegiatan usaha. Keberhasilan tersebut didorong oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal pendorong keberhasilan usaha terdiri atas kualitas SDM, penguasaan organisasi, sistem manajemen, partisipasi, budaya organisasi, kekuatan modal, dan tingkat entrepreneurship. Sementara untuk faktor eksternal terdiri atas faktor pemerintah dan non pemerintah. Modal sosial berpengaruh terhadap keberhasilan usaha. Seperti yang dikatakan oleh Fukuyama dalam Abidin (2010) bahwa modal sosial mempengaruhi keberhasilan usaha di kisaran 20%. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Tambunan (2002) bahwa modal sosial merupakan salah satu faktor pendorong keberhasilan usaha yang termasuk kedalam kekuatan modal yang merupakan salah satu dari faktor internalnya. Perumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian Skripsi Peningkatan keberhasilan usaha merupakan salah satu upaya dalam meningkatkan kesejahteraan ekonomi. Peningkatan keberhasilan usaha terdiri dari faktor internal dan eksternal, dimana modal sosial merupakan salah satu faktor internal. Komponen modal sosial yang mempengaruhinya adalah trust, network, dan norms. Dalam konteks usaha, modal sosial yang ingin diketahui pengaruhnya terhadap peningkatan keberhasilan usaha berupa bonding social capital dan bridging social capital. Bonding social capital dapat berupa kepuasan tenaga kerja, kepercayaan antar tenaga kerja, kepercayaan dengan pemilik usaha, juga tingkat kepatuhan pekerja terhadap peraturan-peraturan yang berlaku. Bridging social capital dapat berupa tingkat kepercayaan terhadap pihak lain, tingkat kepuasan terhadap pihak usaha lain, banyaknya jejaring yang dapat mendukung usaha, serta tingkat kepatuhan antara pengusaha dengan pihak lain mengenai peraturan yang telah dibuat bersama. Semakin tinggi stok modal sosial, maka semakin baik keberhasilan usahanya. Pertanyaan penelitian : 1. Bagaimana peran modal sosial dalam keberhasilan usaha? 2. Bagaimana hubungan antara komponen-komponen modal sosial terhadap peningkatan keberhasilan usaha? 25 Usulan Kerangka Analisis Baru Gambar 1 Usulan Kerangka Analisis Baru Bonding Social Capital - Modal Sosial Bridging Social Capital - Kepastian Pasar Akses Modal Finansial Ketersediaan Bahan Baku Loyalitas Pekerja Turnover Pekerja Etos Kerja Rasa Kebersamaan Kepuasan Pekerja Keberhasilan Usaha Trust Network Norms : Faktor pencipta kondisi : Komponen yang mempengaruhi : Terdapat hubungan : Faktor pendorong Dalam penelitian mengenai peranan modal sosial dalam keberhasilan usaha ini diharapkan suatu hasil studi yang akan mengukur stok modal sosial terhadap keberhasilan usaha. Penelitian ini nantinya juga akan menghasilkan temuan baru mengenai aspek dari modal sosial yang dijadikan parametern serta hal yang dikaji, yaitu mengenai UMKM Tahu Sumedang di wilayah Sumedang. 26 DAFTAR PUSTAKA [IPB] Institut Pertanian Bogor. 2012. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Edisi Tahun 2012. Bogor (ID): IPB Press. Abdullah S. 2013. Diskontinyuitas Komunitas dan Pelemahan Modal Sosial (Studi Kasus pada Komunitas Lae-Lae dan Kampung Nelayang Kel. Untia Makassar). Di dalam: Darwis HM, Muhammad R, Simmau S. Masyarakat Maritim Indonesia: Kendala, Peluang dan Tantangan Perkembangan. Konferensi Nasional Sosiologi II; 2013 Nov 12-14; Makassar, Indonesia. Makassar (ID): Jurusan Sosiologi FISIP UNHAS. hlm 388-418. Abidin D. 2010. Modal Sosial dan Dinamika Usaha Mikro Kecil. Jurnal Sosiologi Masyarakat [Internet]. [diunduh 2015 Mei 3]; 15(3708): 69-85. Tersedia pada: http://journal.ui.ac.id/index.php/jsm/article/view/3708/2950 Arrow KJ. 2000. Observation on Social Capital. Di dalam: Dasgupta P, Serageldin I. Social Capital: A Multfaceted Perspective. Washington, D.C. (US): The World Bank. hlm 3-5. Helliwell JF, Putnam RD. 2000. Observation on Social Capital. Di dalam: Dasgupta P, Serageldin I. Social Capital: A Multfaceted Perspective. Washington, D.C. (US): The World Bank. hlm 253-268. Lawang RMZ. 2005. Kapital Sosial dalam Perspektif Sosiologik: Suatu Pengantar. Depok (ID): FISIP UI Press. Mana HR, Halim H. 2013. Pallawang: Sebuah Kearifan Lokal & Modal Sosial Nelayan Danau Soppeng. Di dalam: Darwis HM, Muhammad R, Simmau S. Masyarakat Maritim Indonesia: Kendala, Peluang dan Tantangan Perkembangan. Konferensi Nasional Sosiologi II; 2013 Nov 12-14; Makassar, Indonesia. Makassar (ID): Jurusan Sosiologi FISIP UNHAS. hlm 365-387. Murti S. 2013. Penguatan Jejaring Sosial dalam Modal Sosial dan Kearifan Lokal di Kawasan Masyarakat Pesisir. Di dalam: Darwis HM, Muhammad R, Simmau S. Masyarakat Maritim Indonesia: Kendala, Peluang dan Tantangan Perkembangan. Konferensi Nasional Sosiologi II; 2013 Nov 12-14; Makassar, Indonesia. Makassar (ID): Jurusan Sosiologi FISIP UNHAS. hlm 433-448. Pramatya I. 2013. Modal Sosial Pedagang Kaki Lima di Jalan Gambir Tanjung Pinang [skripsi]. Tanjungpinang (ID): Universitas Maritim Raja Ali Haji. [diunduh pada 2015 Mei 6]. Tersedia pada: http://jurnal.umrah.ac.id/wpcontent/uploads/2013/08/JURNAL-ICHSAN-PRAMATYA-080569201048SOSIOLOGI-2013.pdf Pranaji T. 2006. Penguatan Modal Sosial untuk Pemberdayaan Masyarakat Pedesaan dalam Pengelolaan Agroekosistem Lahan Kering. Jurnal Agro Ekonomi [Internet]. [diunduh 2015 Mei 6]; 24:178-206. Tersedia pada: http://pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/JAE%2024-2d 27 Setyawati G, Alam M. 2010. Modal Sosial dan Pemilihan Dukun dalam Persalinan: Apakah Relevan? Jurnal Makara Kesehatan [Internet]. [diunduh 2015 Mei 6]; 14(641):11-16. Tersedia pada: http://journal.ui.ac.id/health/article/download/641/626 Stiglitz JE. 2000. Formal and Informal Institutions. Di dalam: Dasgupta P, Serageldin I. Social Capital: A Multfaceted Perspective. Washington, D.C. (US): The World Bank. hlm 59-68. Tambunan TTH. 2012. Peluang, Tantangan, dan Ancaman Bagi UMKM Indonesia dalam Era CAFTA dan ME-ASEAN 2015. Prosiding Seminar & Konferensi Nasional Manajemen Bisnis [Internet]. [diunduh 2015 Mei 6]; hlm 1-14. Tersedia pada: http://eprints.umk.ac.id/279/1/buku_Seminar_dan_Konferensi_Nasional_Magister _Manajemen_Universitas_Muria_Kudus_full.12-25.pdf 28 RIWAYAT HIDUP Ferdhian Irvandiaz (penulis) dilahirkan pada tanggal 21 Juni 1994 di Sumedang. Penulis merupakan anak sulung dari pasangan Engkos Kosmayadi, SH, MH (Ayah) dan Ati Kusmiati (Ibu) yang memiliki tiga orang adik, Dea Deviani Pradhipta, Rievaldy Ardhyka dan M. Farrel Fairuzzahran. Penulis merupakan keturunan suku Sunda yang lahir dan besar di Bekasi. Riwayat pendidikan penulis bermula dari TK Walisongo Bekasi (1999-2000), SD Walisongo Bekasi (2000-2006), SMPN 157 Jakarta (2006-2009), SMAN 48 Jakarta (2009-2012) dan pada tahun 2012 penulis diterima di Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat (SKPM), Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor melalui jalur masuk SNMPTN Tulis. Selama masa kuliah penulis aktif di organisasi kemahasiswaan. Pada Tingkat Persiapan Bersama (TPB), penulis aktif di event The 6th Journalistic Fair dari BEM KM IPB 2012/2013. Setelah resmi menjalani perkuliahan di tingkat Fakultas, Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA) di dua periode kepengurusan (Mozaik Toska 2014 dan Terasa Manis 2015) di bidang Pengembangan Sumberdaya Mahasiswa. Selain aktif di organisasi, penulis juga aktif di berbagai kegiatan kepanitiaan. Mulai dari MPF Superhero 50 dan INDEX 2014. Penulis juga dipercaya sebagai Asisten Praktikum Mata Kuliah Sosiologi Umum. Penulis adalah orang yang selalu ingin belajar, menjadikan pengalaman sebagai guru terbaik, mencintai kegiatan sosial lingkungan dan selalu mengasah softskill khususnya bidang keuangan dan event organizing. Penulis bercita-cita melanjutkan studi di Inggris, memiliki sebuah EO dan WO, serta aktif di berbagai kegiatan sosial lingkungan skala nasional. Penulis juga berkeinginan untuk menjadi menjadi Menteri Lingkungan Hidup.