Peranan Modal Sosial dalam Keberhasilan Usaha

advertisement
Laporan Studi Pustaka (KPM 403)
PERANAN MODAL SOSIAL DALAM KEBERHASILAN USAHA
FERDHIAN IRVANDIAZ
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2015
ii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa Studi Pustaka yang berjudul “PERANAN MODAL
SOSIAL DALAM KEBERHASILAN USAHA”. Benar-benar hasil karya saya sendiri yang
belum pernah diajukan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun
dan tidak mengandung bahan-bahan yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh pihak lain
kecuali sebagai bahan rujukan yang dinyatakan dalam naskah. Demikian pernyataan ini saya
buat dengan sesungguhnya dan saya bersedia mempertanggungjawabkan pernyataan ini.
Bogor,
Ferdhian Irvandiaz
NIM. I34120104
iii
ABSTRAK
FERDHIAN IRVANDIAZ. Peranan Modal Sosial dalam Keberhasilan Usaha.
Dibawah bimbingan RILUS A. KINSENG.
Keberhasilan usaha merupakan salah satu hal penting dalam upaya peningkatan
kesejahteraan penduduk Indonesia. Potensi Indonesia dalam membangun hal
tersebut terdapat dalam bonus demografi dan tren stabilitas ekonomi, yang juga
diprediksi menjadi kekuatan eknomi ke-7 terbesar di dunia. Salah satu faktor yang
dapat mendorong keberhasilan usaha adalah modal sosial. Tujuan penulisan karya
tulis ini adalah untuk mengetahui bagaimana modal sosial dapat mendorong
keberhasilan usaha. Metode yang digunakan adalah studi literatur terhadap
berbagai tulisan yang memiliki hubungan dengan modal sosial dan keberhasilan
usaha. Hasilnya terdapat hubungan antara modal sosial dengan keberhasilan usaha
dimana modal sosial dapat mendukung terjadinya keberhasilan usaha.
Kata kunci: Modal sosial, tingkat modal sosial, keberhasilan usaha
ABSTRACT
FERDHIAN IRVANDIAZ. Social Capital in Economic Industrial Success.
Supervised by RILUS A. KINSENG.
Economic industrial success is one of the most important things in increasing
Indonesian welfare. Developing the circumstance, Indonesia has various vital
potential factors especially in demographic bonus that will occur in some years
ahead, and also predicted as the 7th biggest economy power in the world. One of
the most important factor is social capital. The purpose of this paper to identify
and analize the effect of social capital on increasing economic industrial success.
The method that used is literature review on some researchs that related with
social capital and economic industrial success. The result shows that there is a
relation between social capital with economic industrial success which can
support the economic industrial success.
Keywords: social capital, social capital level, economic industrial success
iv
PERANAN MODAL SOSIAL DALAM KEBERHASILAN USAHA
Oleh
FERDHIAN IRVANDIAZ
I34120104
Laporan Studi Pustaka
sebagai syarat kelulusan KPM 403
pada
Mayor Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Fakultas Ekologi Manusia
Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN
MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2015
v
LEMBAR PENGESAHAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa Studi Pustaka yang disusun oleh:
Nama Mahasiswa : Ferdhian Irvandiaz
Nomor Pokok : I34120104
Judul : Peranan Modal Sosial dalam Keberhasilan Usaha
dapat diterima sebagai syarat kelulusan mata kuliah Studi Pustaka (KPM 403)
pada Mayor Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Departemen
Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia,
Institut Pertanian Bogor.
Disetujui oleh,
Dr. Ir. Rilus A. Kinseng, MA
Dosen Pembimbing
Diketahui oleh,
Dr. Ir. Siti Amanah, MSc
Ketua Departemen
Tanggal Pengesahan: _______________
vi
PRAKATA
Segala Puji penulis panjatkan hanya pada Allah SWT, berkat Rahmat,
Hidayah dan Izin-Nya lah tulisan yang berjudul “Peranan Modal Sosial dalam
Keberhasilan Usaha” dapat terselesaikan dengan baik. Laporan Studi Pustaka ini
ditujukan untuk memenuhi syarat kelulusan MK Studi Pustaka (KPM 403) pada
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi
Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada Dr. Ir.
Rilus A. Kinseng, MA selaku dosen pembimbing yang telah memberikan saran,
arahan dan bimbingan terbaik bagi penulis sampai proses penyelesaian laporan
Studi Pustaka ini. Terimakasih untuk keluarga penulis, Bapak Engkos Kosmayadi
SH, MH, Ibu Ati Kusmiati, Dea, Aldi, dan Farrel yang senantiasa memberikan
semangat, kasih sayang dan doa terbaiknya bagi penulis. Rasa terimakasih lainnya
penulis berikan kepada teman-teman SKPM 49 yang selalu menjadi inspirasi dan
setia memberikan semangat tiada henti bagi penulis. Terimakasih pula penulis
ucapkan kepada keluarga besar BEM FEMA, PSDM BEM FEMA, HIMASIERA
dan Sahabat Sekret yang selalu memberikan dukungan semangat, bantuan, dan
doanya kepada penulis hingga akhirnya laporan Studi Pustaka ini dapat selesai.
Terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses
penyelesaian tulisan ini, dalam doa, semangat, dukungan, bantuan dan kehadiran
kalian.
Semoga laporan Studi Pustaka ini bermanfaat bagi semua pihak yang
membutuhkan. Kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat penulis
harapkan.
Bogor, Mei 2015
Ferdhian Irvandiaz
NIM. I34120104
vii
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... viii
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
Latar Belakang .................................................................................................... 1
Tujuan ................................................................................................................. 2
Metode Penulisan ................................................................................................ 2
RINGKASAN DAN ANALISIS PUSTAKA ......................................................... 3
Observation on Social Capital ............................................................................. 3
Formal and Informal Institutions ........................................................................ 5
Pallawang: Sebuah Kearifan Lokal & Modal Sosial Nelayan Danau Soppeng .. 7
Diskontinyuitas Komunitas dan Pelemahan Modal Sosial (Studi Kasus pada
Komunitas Lae-Lae dan Kampung Nelayang Kel. Untia Makassar) .................. 9
Penguatan Jejaring Sosial dalam Modal Sosial dan Kearifan Lokal di Kawasan
Masyarakat Pesisir ............................................................................................ 11
Economic Growth and Social Capital in Italy................................................... 13
Modal Sosial dan Dinamika Usaha Mikro Kecil .............................................. 14
Modal Sosial Pedagang Kaki Lima di Jalan Gambir Tanjung Pinang .............. 15
Modal Sosial dan Pemilihan Dukun dalam Persalinan: Apakah Relevan? ....... 16
Penguatan Modal Sosial untuk Pemberdayaan Masyarakat Pedesaan dalam
Pengelolaan Agroekosistem Lahan Kering ....................................................... 18
RANGKUMAN DAN PEMBAHASAN .............................................................. 20
Definisi Modal Sosial........................................................................................ 20
Komponen Modal Sosial ................................................................................... 20
Peranan Modal Sosial dalam Keberhasilan Usaha ............................................ 21
SIMPULAN .......................................................................................................... 24
Hasil Rangkuman dan Pembahasan .................................................................. 24
Perumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian Skripsi ................................... 24
Usulan Kerangka Analisis Baru ........................................................................ 25
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 26
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... 28
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Usulan Kerangka Analisis Baru .......................................................... 25
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penelitian yang dilakukan oleh McKinsey Global Institute pada tahun
2012 mengemukakan bahwa pada tahun 2030, Indonesia akan menjadi kekuatan
ekonomi terbesar ke-7 Indonesia. Hal ini merupakan suatu angin segar bagi
perekenomian negara ini, karena berkenaan dengan bonus demografi yang akan
terjadi dimana tenaga kerja berusia produktif berjumlah sangat banyak. Dari segi
regulasi, hal ini didukung dengan support pemerintah. Salah satunya untuk
mendorong usaha kecil, mikro dan menengah (UMKM).
UMKM merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang sedang bergairah di
masyarakat Indonesia. Menurut UU No 20 tahun 2008 tentang usaha kecil, mikro,
dan menengah, terdapat 4 jenis usaha, yaitu usaha mikro, usaha kecil, usaha
menengah, dan usaha besar. Usaha mikro adalah usaha produktif milik perorangan
dan/atau badan usaha perorangan yang memiliki kekayaan bersih paling banyak
Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha, atau memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp
300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah). Usaha kecil adalah usaha ekonomi
produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan
usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan
yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak
langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memiliki kekayaan bersih
lebih dari Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling
banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha, atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp
300.000.000 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp
2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah). Usaha menengah adalah
usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang
perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan
cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung
maupun tidak langsung dari Usaha Kecil atau Usaha Besar yang memiliki
kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai
dengan paling banyak Rp 10.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha, atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih
dari Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan
paling banyak Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah). Sedangkan
usaha besar adalah usaha ekonomi produktif yang dilakukan oleh badan usaha
dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan lebih besaar dari
Usaha Menengah, yang meliputi usaha nasional milik negara atau swasta, usaha
patungan, dan usaha asing yang melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia.
Jumlah perusahaan industri mikro dan kecil pada tahun 2014 berjumlah
350.5064 perusahaan dengan omset sebesar 513 trilyun rupiah (BPS 2015). Hal
ini menjadi potensi yang sangat besar untuk terus dikembangkan guna
menyongsong negara maju tahun 2030. Keberhasilan suatu usaha tentunya
dipengaruhi oleh beberapa faktor, mulai dari faktor ekonomik dan non-ekonomik.
2
Tambunan (2002) menjelaskan setidaknya terdapat dua faktor yang dapat
mendorong keberhasilan usaha, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Salah
satu aspek yang sangat penting yang merupakan bagian dari faktor internal yaitu
modal sosial. Modal sosial diduga berperan dalam peningkatan pendapatan
sebesar 20% (Fukuyama dalam Abidin 2010). Hal ini menjadikan modal sosial
sebagai salah satu faktor non-ekonomi yang sangat penting untuk dikaji.
Pandangan sosial menjabarkan bahwa prinsip yang paling utama dalam
ilmu ekonomi adalah rasional utilitarianistik (Lawang 2005) sehingga orang-orang
berfikir bagaimana mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya dengan modal
seminimal mungkin. Dengan demikian para pelaku usaha berusaha untuk
melakukan apapun untuk memajukan usahanya sampai pada tahap yang paling
maksimal. Namun demikian, terdapat faktor non-ekonomik yang perlu
diperhatikan yang bisa memperlancar jalannya usaha. Salah satu aspek, yaitu
modal sosial, dapat memperlancar jalannya usaha (Arrow dalam Dasgupta 2000).
Modal sosial merupakan suatu konsep yang tertambat dalam suatu struktur sosial
(Lawang 2005) yang terdiri dari trust, network, dan norms (Putnam dalam
Lawang 2005). Modal sosial dapat mempengaruhi berbagai aspek, termasuk
sistem pasar (Stiglitz dalam Dasgupta 2000).
Modal sosial yang tertambat dalam struktur masyarakat memiliki peranan
yang sangat besar dalam keberlangsungan usaha. Berdasarkan alasan tersebut
diatas, peranan modal sosial dalam peningkatan usaha. Melihat peranan modal
sosial sangat kuat dalam mengikat suatu masyarakat.
Tujuan
Tujuan dari penulisan studi pustaka berjudul “Peranan Modal Sosial dalam
Keberhasilan Usaha” ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui komponen-komponen modal sosial dan hal-hal yang bisa
dipengaruhinya, dan
2. Mengetahui bagaimana modal sosial dapat mempengaruhi keberhasilan usaha.
Tujuan-tujuan tersebut dapat dicapai dengan melakukan penelusuran data
sekunder yang akan digunakan dalam penyusunan proposal penelitian.
Berdasarkan hasil pencarian pustaka ini diharapkan penulis dapat melihat adanya
ruang penelitian yang dapat dikaji. Sehingga timbul pertanyaan-pertanyaan baru
tentang topik yang serupa sesuai dengan kerangka analisis.
Metode Penulisan
Studi pustaka ini ditulis dengan menggunakan metode analisis data
sekunder yang diperoleh dari berbagai sumber pustaka seperti : buku teks, skripsi,
tesis, disertasi dan jurnal ilmiah yang memiliki keterkaitan dengan judul yang
diusung. Pengumpulan literatur dilakukan secara mandiri di luar perkuliahan.
Bahan pustaka yang telah terkumpul tersebut kemudian dipelajari, diringkas, dan
di buat analisis sintesis. Melalui penelusuran literatur ini diharapkan dapat
memberikan pertanyaan baru terkait penelitian serupa sehingga menciptkan
kerangka
pemikiran
bagi
penelitian
yang
baru.
3
RINGKASAN DAN ANALISIS PUSTAKA
Judul
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Jurnal
Volume (edisi)
halaman
Alamat URL
Tanggal diunduh
:
:
:
:
:
:
:
Observation on Social Capital
2000
Jurnal
Cetak
Kenneth J. Arrow
Social Capital: A Multifaceted Perspective
3-5
: : -
Konsep mengenai modal sosial telah diperbincangkan sejak lama oleh para ahli
sosiologi, ahli ekonomi, dan ahli politik. Beberapa diskusi sebelumnya hanya
menerangkan modal sosial secara parsial dan tidak menyeluruh. Pernah dilakukan
lokakarya yang berjudul “Social Capital: Integrating the Economist’s and the
Sociologist’s Perspective” yang bertujuan untuk menyamakan persepsi maupun
mengintegrasikan pemahaman agar bisa didapat manfaat yang baik dari diskusi
semacam ini.
Ada semacam hipotesis yang masuk akal mengenai jejaring sosial yang bisa
mempengaruhi performa ekonomi. Dalam lokakarya yang dimaksud, elemen yang
sering dirujuk adalah elemen kepercayaan (trust). Bahkan para ekonom sendiri sering
berpendapat bahwa elemen kepercayaan dapat memajukan ekonomi, pendapat ini telah
memberikan fondasi mengenai “efek reputasi” dalam teori permainan. Namun ada
beberapa literatur yang menerangkan bahwa interaksi sosial memiliki efek negatif juga,
sebagaimana dia memiliki efek positif. Seperti kasus keterlibatan dalam pilihan
mengenai perilaku baik ataupun buruk yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitar.
Banyak kasus bahwa pertemanan atau jejaring bisnis biasanya tidak didasari oleh motif
ekonomi. Orang-orang biasanya mendapat pekerjaan dari jejaring, rekan kerja, kenalan
padahal mereka membangun hubungan tersebut tidak didasari motif untuk mencari
pekerjaan.
Pada beberapa situasi, ketika hadiah yang diterima lebih besar daripada intervensi dari
pihak luar, maka organisasi sosial mungkin dibentuk dengan sengaja. Telah dibuktikan
bahwa ketika terdapat partisipasi yang tulus, organisasi-organisasi tersebut lebih efisien
daripada organisasi yang terbentuk dalam manajemen top-down. Hipotesis dari Robert
Putnam menerangkan bahwa keanggotaan dalam suatu perkumpulan dapat memperkuat
efisiensi politik maupun ekonomi meskipun perkumpulan tersebut tidak memiliki peran
dalam kemajuan politik maupun ekonomi. Proposisi ini mengingatkan kita tentang
Thesis Max Weber mengenai pentingnya agama atau keyakinan dalam bekerja (secara
ekonomi). Dari kedua pemikiran diatas, bisa dilihat adanya transfer pendekatan dari satu
dimensi ke dimensi yang lain. Thesis Weber masih diperdebatkan. Karena beberapa uji
coba mengenai proposisi tersebut mengalami kegagalan.
Konsep mengenai pengukuran interaksi sosial mungkin suatu jebakan saja dan hanya
sebatas khayalan. Akan lebih berguna jika kita berfikir mengenai keberadaan hubungan
sosial sebagai pra-keberadaan jejaring yang bisa dimasukkan kedalam konsep ekonomi.
4
Kita akan memasukkan kedalam proyek baru untuk menggali lebih dalam mengenai
hubungan yang bersifat komplementer daripada rivalitas. Tentunya proyek baru ini akan
menciptakan hubungan baru yang tidak diinginkan dan mungkin saja menghancurkan
hubungan yang telah ada sebelumnya.
Secara spesifik, penulis hendak mendesak pengabaian dari metafor “kapital” dan istilah
“modal sosial”. Istilah “kapital” lebih jauh berhubungan dengan tiga aspek, yaitu: 1)
perpanjangan waktu; 2) pengorbanan pada saat ini untuk masa depan dengan sengaja; 3)
pengucilan. Aspek-aspek tersebut mendefinisikan mengenai suatu pegangan dalam
suatu hal; contohnya ketika membangun sebuah reputasi atau hubungan kepercayaan.
Hal ini tidak seperti investasi secara fisik. Inti dari membangun jejaring sosial adalah
dibangun untuk bermacam alasan, selain alasan ekonomis.
Tulisan tersebut berada di awal dari buku kumpulan artikel ilmiah berjudul “Social
Capital: A Multifaceted Perspective”, yang menurut penulis berguna untuk
mengantarkan para pembacanya untuk memahami modal sosial secara umum, terutama
untuk yang belum pernah mengenal konsep ini sebelumnya. Titik berat dari tulisan ini
adalah menyampaikan bahwa modal sosial sedikit banyaknya mempengaruhi keadaan
ekonomi, vice versa. Kelemahan dari tulisan ini, belum adanya proposisi yang
dihasilkan, entah menguatkan teori sebelumnya, menyempurnakan, atau
membantahnya. Pengujian-pengujian teori yang telah dilakukan hendaknya
disampaikan juga dalam tulisan agar pembaca memiliki gambaran komparatif mengenai
apa yang telah dilakukan juga apa yang dilakukan dalam tulisan ini.
5
Judul
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Jurnal
Volume (edisi)
halaman
Alamat URL
Tanggal diunduh
:
:
:
:
:
:
:
Formal and Informal Institutions
2000
Jurnal
Cetak
Joseph E. Stiglitz
Social Capital: A Multifaceted Perspective
Halaman 59-68
: : -
Modal sosial –termasuk didalamnya pengetahuan tersembunyi, jejaring, dan agregat
dari reputasi, dan modal organisasi- bisa diterjemahkan kedalam konteks teori
organisasi dalam penyelesaian masalah moral dan insentif ekonomi. Dalam suatu
lingkungan sosial yang secara ekonomi terus berkembang, modal sosial haruslah
mengikuti perkembangan tersebut, dalam artian beradapatasi. Modal sosial sebisanya
memperbolehkan jejaring interpersonal digantikan secara parsial oleh kelembagaan
formal dari ekonomi berbasis pasar, seperti intervensi dari pemerintah. Proses ini pasti
menghasilkan penipisan dari seluruh tingkatan dari modal sosial. Namun pada akhirnya
proses ini akan menghasilkan bentuk lain dari modal sosial yang tertambat dalam suatu
sistem ekonomi. Meskipun modal sosial ini akan sedikit banyaknya terpengaruh dengan
ekonomi pasar, urutan pembaruan juga menjadi hal yang penting, dan juga modal sosial
hasil komunitas tidak akan menjadi lebih tinggi dari modal sosial hasil negara (pada
kasus lain tidak terjadi) setelah proses ini berlangsung. Memahami modal sosial dan
membenarkan pentingnya peranan publik beserta ketentuannya harus dipahami bahwa
tidaklah harus spesifik siapa yang harus melakukan peranan tersebut.
Masyarakat kita terdiri dari banyak sekali organisasi. Dalam beberapa tahun terakhir,
pengawasan terhadap organisasi-organisasi tersebut telah ditingkatkan. Organisasi yang
diteliti kebanyakan adalah perusahaan. Dalam perusahaan terdapat suatu konsep yang
mereka kenal sebagai “good will”, yang sangat dekat pengertiannya dengan modal
sosial yang telah kita pahami. Memahami konsep tersebut, setidaknya ada 4 aspek yang
berbeda: 1) modal sosial merupakan suatu pengetahuan yang tersembunyi yang
menghasilkan kohesi dan berfungsi sebagai perekat namun juga merupakan seperangkat
bakat dan kecenderungan; 2) modal sosial dipahami juga sebagai seperangkat jejaring
yang disebut sebagai sosiolog sebagai “grup sosial”, bagaimana kita menempatkan diri
sesuai grup sosial yang ada ; 3) modal sosial dipahami sebagai agregat dari reputasi; dan
4) modal sosial termasuk modal organisasional seperti yang telah dikembangkan oleh
gaya administrasi.
Seluruh sistem sosial idealnya harus membahas mengenai masalah moral dan masalah,
dan sistem pasar berkenaan dengan hal-hal tersebut secara spesial. Modal sosial
merupakan konsep yang sangat berguna, namun merupakan suatu konsep yang rumit,
dalam beberapa perspektif memiliki andil yang cukup besar. Ada beberapa alasan
mengapa komposisi, kualitas, kuantitas dari modal sosial dalam suatu masyarakat tidak
begitu optimal. Modal sosial mempengaruhi dan dipengaruhi pembangunan. Ada suatu
peranan yang penting dalam peningkatan modal sosial, namun siapa yang seharusnya
memiliki peran dan bagaimana peranan tersebut dilakukan menjadi pertanyaan yang
memerlukan proses berfikir yang cukup keras.
Tulisan ini membahas mengenai kaitan modal sosial dengan sistem ekonomi pasar, serta
keterkaitannya dengan dunia perusahaan dalam rangka pencapaian tujuannya. Dalam
6
tulisan ini tidak secara gamblang ditulis apa yang menjadi masalah dalam penelitian,
masalah yang dikemukakan merupakan masalah normatif yang berada di luar penelitian.
Penelitian penulis tersebut berada di lingkup perusahaan, dan tidak dikemukakan secara
eksplisit, sehingga konflik dari penelitian tidak begitu tergambar sehingga solusi dari
penelitian pun seakan-akan tidak berkait. Meskipun demikian, penjelasan dari konsepkonsep yang ada sangat masuk akal.
7
Judul
: Pallawang: Sebuah Kearifan Lokal & Modal Sosial
Nelayan Danau Soppeng
Tahun
: 2013
Jenis Pustaka
: Prosiding
Bentuk Pustaka
: Cetak
Nama Penulis
: H. Rivai Mana dan Harifuddin Halim
Nama Jurnal
: Masyarakat Maritim Indonesia: Kendala, Peluang, dan
Tantangan Perkembangan
Volume (edisi) : II, halaman 365-387
halaman
Alamat URL
: Tanggal diunduh : Terdapat dua pola aktivitas pengangkapan ikan yang berkaitan dengan aktivitas
kelompok dan modal sosial masyarakat di sekitar danau Soppeng, aktivitas tersebut
yaitu pallawang dan bungka. Selain dua aktivitas tersebut, terdapat juga pola pakkaja
lala (nelayan bebas). Ketiga aktivitas tersebut merepresentasikan: 1) pola kerjasama
yang mapan; 2) kepercayaan atau saling mempercayai; 3) resiprositas antara ponggawa
pallawang dan ponggawa bungka dengan sawi atau pa’ebelle. Pallawang dan bungka
merupakan kegiatan penangkapan ikan dalam suatu wilayah penangkapan yang
difasilitasi oleh Pemerintah Kabupaten. Modal sosial bisa dilihat ketika seorang
ponggawa memenangkan lelang untuk melakukan penangkapan dan merekrut sawi yang
akan membantu kegiatan penangkapan. Trust, resiprositas dan pola kerjasama yang
didasari sistem nilai dan norma mendasari pola aktivitas penangkapan. Modal sosial
yang dikaji bersifat lentur seiring dengan pengaruh arus informasi global melalui media
elektronik yang mengarah kepada pembentukan pribadi individual yang perlahan
menggerus keberadaan modal sosial tersebut.
Tradisi penangkapan ikan masyarakat Anetue-Kaca ditandai oleh prinsip kebersamaan
yang didukung oleh trust atau rasa saling percaya satu sama lain. Ketika Tomatoa
Tappareng bersama tokoh masyarakat lain akan mengadakan upacara, maka nelayan
lain akan menunjukkan dukungannya baik secara materiil maupun non materiil, karena
masyarakat percaya bahwa upacara tersebut berguna bagi kemaslahatan masyarakat
setempat. Tujuan diadakannya upacara tersebut agar nelayan dapat terhindar dari
bencana dalam aktivitas penangkapan ikan di danau, dan agar hasil tangkapan nelayan
melimpah sehingga nelayan sejahtera.
Aktivitas Pallawang terdiri dari dua aktivitas, yaitu Maccera Tappareng atau upacara
sedekah, dan Mappalari Lopi atau lomba perahu. Maccera Tappareng merupakan
upacara dimana disediakan kepala kerbau (melambangkan kekuatan), 40 gantang beras
pulut (melambangkan kohesivitas), 40 sisir pisang (melambangkan kegembiraan), 40
butir telur ayam (melambangkan kebulatan tekad), ketan dengan 4 warna (4 unsur yaitu
air, api, tanah, dan udara), perangkaat pedupaan dan pinang (melambangkan harapan),
serta anyaman bambu berbentuk segi empat (pandangan kosmologis orang bugis yang
menganggap bumi terdiri dari 4 sisi). Mappalari Lopi merupakan lomba perahu yang
terdiri dari 3 kelas, yaitu perahu 7 orang, 9 orang, dan 11 orang. Kegiatan ini
menggambarkan kebersamaan masyarakat dan sangat meriah.
Terdapat tiga nilai yang tertambat dalam kegiatan tersebut, yaitu nilai kerja (reso), nilai
solidaritas (pesse), dan nilai kejujuran (lempu). Reso merupakan hal yang sangat vital
bagi nelayan, tanpa nilai ini masyarakat nelayan tidak akan sejahtera. Pesse terlihat dari
keterlibatan seluruh unsur masyarakat baik dari pemerintah, maupun masyarakat lokal
8
dalam penyelenggaraan ini. Sumber pendanaan pun murni dari swadaya masyarakat,
sehingga acara ini salah satunya merupakan momentum penjalinan kembali solidaritas
yang mungkin telah terreduksi. Lempu merupakan konsep yang dianggap masyarakat
bugis sebagai aspek yang memanusiakan manusia. Percaya-mempercayai diantara
masyarakat nelayan merupakan hal yang bisa memperlancar seluruh kegiatan, baik
aktivitas penangkapan nelayan maupun tradisi Pallawang yang telah disebutkan
sebelumnya.
Intinya, Pallawang merupakan konsep penangkapan ikan yang memungkinkan
kesetaraan bagi seluruh masyarakat untuk bisa mengakses dan menggunakan, bukan
memiliki. Aturan yang terbentuk dalam sistem penguasaan wilayah tangkapan antara
pemerintah dengan pemenang lelang dapat menjadi sarana bagi masyarakat guna
berkomunikasi dan hidup bersama dan melakukan aktivitas penangkapan ikan dengan
berkeadilan.
Dalam tulisan ini terdapat konsep kearifan lokal dan juga konsep modal sosial.
Hubungan antar kedua konsep ini kurang jelas terlihat, apakah A mempengaruhi B atau
sebaliknya. Karena hanya dijelaskan deskripsi mengenai kearifan lokal Pallawang.
Meskipun demikian dijelaskan bahwasannya tradisi Pallawang memang merupakan
salah satu momentum penguat modal sosial, namun tidak secara jelas menerangkan
hubungannya. Hanya menjelaskan bahwa terdapat beberapa aspek modal sosial yang
tergambar dari kegiatan tradisi Pallawang. Selain itu istilah-istilah yang ada tidak
dijelaskan secara mendetil, terutama istilah-istilah kedaerahan yang membuat pembaca
tidak menangkap konsep seperti apa yang dimaksud. Modal sosial yang digambarkan
berkaitan dengan norm dan terkait dengan kebudayaan setempat, hal ini diduga
berkaitan dengan bagaimana usaha yang terdapat di sekitar lokasi tersebut bisa
berkelanjutan dan meningkat. Karena hal-hal yang berkaitan dengan bagaiaman usaha
tersebut disesuaikan dengan norma-norma setempat maka akan ada trust dari
lingkungan bahwa usaha tersebut sesuai dengan nilai-nilai yang dianut masyarakat.
9
Judul
: Diskontinyuitas Komunitas dan Pelemahan Modal Sosial
(Studi Kasus pada Komunitas Lae-Lae dan Kampung
Nelayang Kel. Untia Makassar)
Tahun
: 2013
Jenis Pustaka
: Prosiding
Bentuk Pustaka
: Cetak
Nama Penulis
: Suparman Abdullah
Nama Jurnal
: Masyarakat Maritim Indonesia: Kendala, Peluang, dan
Tantangan Perkembangan
Volume (edisi) : II, halaman 388-418
halaman
Alamat URL
: Tanggal diunduh : Diskontinyuitas komunitas Lae-Lae dan Kampung Nelayan kelurahan Untia terjadi
karena kebijakan relokasi penduduk pemerintah kota Makassar yang kurang berhasil.
Diskontinyuitas merupakan fenomena dimana terjadi perubahan dan perbedaan karena
terbongkar dan tercerabutnya komunitas yang sebelumnya menyatu dalam suatu tatanan
dan wilayah. Awal mula diskontinyuitas ini terjadi karena regulasi dari Pemerintah Kota
Makassar yang hendak merelokasi seluruh penduduk pulau Lae-Lae ke wilayah
Kampung Nelayan Kelurahan Untia. Hal ini karena pulau Lae-Lae hendak
diproyeksikan sebagai tujuan wisata bahari, sehingga akan dilakukan pengembangan
wilayah dimana penduduknya perlu direlokasi. Kebijakan tersebut menuai pro dan
kontra diantara komunitas Lae-Lae. Ada yang setuju dipindahkan dan ada pula yang
bersikeran untuk tetap tinggal di Lae-Lae. Dalam 3-5 bulan pertama pasca relokasi,
terdapat ketegangan diantara pihak yang pro dan kontra yang saling menebar ancaman
dan terror hingga pelemparan ke rumah warga yang berujung pada disintegrasi.
Dalam dimensi sosial, disintegrasi terkecil terjadi pada unit rumah tangga. Dalam suatu
keluarga, kebanyakan hanya sebagian anggota yang bersedia direlokasi. Ada keluarga
yang hanya orang tuanya saja yang pindah, dan ada yang hanya anak-anaknya yang
telah berkeluarga saja yang pindah. Keadaan ini menjadikan keluarga-keluarga tersebut
menjadi tidak akur. Bahkan menimbulkan kecurigaan diantara komunitas yang tetap
tinggal dan komunitas yang bersedia direlokasi. Mereka tidak bersatu lagi, tidak saling
menyapa, dan tidak saling berkomunikasi sama sekali. Terdapat semacam komitmen
dalam komunitas masing-masing untuk tidak mengunjungi keluarga yang berbeda
pendapat dengan mereka, jika ada yang melakukannya maka mereka merasa telah
mengkhianati komunitas. Dalam dimensi ekonomi, terjadi perubahan pola nafkah
masyarakat yang semula adalah nelayan namun ketika pindah ke lokasi baru mereka
menjadi wiraswasta, jasa perbengkelan dan perbaikan alat-alat rumah tangga. Perubahan
tersebut dikarenakan tidak menunjangnya fasilitas di Kelurahan Untia untuk menangkap
ikan, seperti tidak adanya dermaga yang baik untuk parkir perahu. Dalam dimensi
lingkungan fisik, keadaan wilayah di Kampung Nelayan jauh lebih memadai. Moda
transportasi baik darat maupun laut mudah diakses, selain itu listrik di Kampung
Nelayan jauh lebih baik dibandingkan di Pulau Lae-Lae yang hanya tersedia listrik dari
pukul 17.30-22.30 sehari semalam. Kondisi diskontinyuitas kedua komunitas tersebut
mengalami situasi disharmoni, disintegrasi, dan disorientasi.
Dari perbedaan-perbedaan tersebut, dapat terlihat beberapa pelemahan modal sosial di
beberapa dimensi. Diskontinyuitas lingkungan fisik melemahkan nilai dan norma timbal
balik. Hal ini terjadi karena keadaan wilayah fisik di Kampung Nelayan sudah tidak
relevan untuk warganya melakukan kegiatan penangkapan ikan. Meskipun penangkapan
10
ikan sangat efektif dan relevan di pulau Lae-Lae, hal tersebut tidak relevan di Kampung
Nelayan. Diversifikasi usaha menjadi solusi dan nilai yang dianut warga relokasi. Hal
ini mereduksi nilai timbal balik (resiprositas) dalam hal tolong-menolong di bidang
ekonomi, karena dengan diversifikasi usaha setiap orang dimungkinkan untuk bekerja
secara individu, bukan dalam kelompok. Hal tersebut (diversifikasi usaha)
menyebabkan melemahnya kerjasama dan kebersamaan sebagaimana yang telah
disebutkan sebelumnya. Selain itu, diskontinyuitas organisasi melemahkan
kebersamaan. Hal ini terlihat dari komunitas Lae-Lae yang sebelumnya menjadikan
organisasi sebagai wadah dalam berkumpul dan berkomunikasi bagi warganya, di
komunitas yang baru hal ini tidak lagi menjadi hal yang diandalkan warga sebagai
pemersatu masyarakat. Dan diskontinyuitas demografi melemahkan modal sosial
kepercayaan. Hal ini terlihat dalam saling curiganya antara warga Lae-Lae dengan
warga Kampung Nelayan.
Tulisan ini penulis nilai sebagai tulisan yang baik. Karena terdapat hubungan yang jelas
antara variabel independen dengan variabel dependen. Dijelaskan secara baik alasan
mengapa pelemahan modal sosial terjadi diakibatkan oleh diskontinyuitas. Penjelasan
dijabarkan secara rinci per aspek yang dilemahkan beserta jenis diskontinyuitas.
Diskontinyuitas ini diduga mampu mempengaruhi keberlanjutan usaha, karena modal
sosial yang rendah menyebabkan sulitnya pengusaha di lokasi tersebut untuk
mengembangkan usaha karena rendahnya kepercayaan antara komunitas Lae-lae dan
komunitas kampung nelayan.
11
Judul
: Penguatan Jejaring Sosial dalam Modal Sosial dan
Kearifan Lokal di Kawasan Masyarakat Pesisir
Tahun
: 2013
Jenis Pustaka
: Prosiding
Bentuk Pustaka
: Cetak
Nama Penulis
: Sudaru Murti
Nama Jurnal
: Masyarakat Maritim Indonesia: Kendala, Peluang, dan
Tantangan Perkembangan
Volume (edisi) : II, 433-448
halaman
Alamat URL
: Tanggal diunduh : Pelaksanaan program pembangunan di Indonesia, khususnya kawasan pesisir belum
terlaksana secara maksimal. Mengingat potensi pesisir baik sumberdaya alam maupun
jasa-jasa lingkungan yang dapat memberikan kemakmuran dan kesejahteraan, jika dapat
diberdayakan seperti kekayaan potensi dan sumberdaya manusianya. Wilayah
pembangunan kehidupan masyarakat pesisir dan nelayan bagi bangsa Indonesia
memasuki era tinggal landas dan pembangunan jangka panjang II merupakan tantangan
paling mendasar. Mengingat bagaimana mempertahankan peningkatan penghidupan
nelayan yang lebih sejahtera secara berkesinambungan tanpa merusak daya dukung
lingkungan beserta sumberdaya yang terkandung di dalamnya merupakan tumpuan
harapan bangsa Indonesia.
Terdapat beberapa permasalahan bagi nelayan Indonesia, seperti masalah sosial berupa
isu kemiskinan, kesenjangan sosial, dan konflik sosial nelayan, permasalahan
lingkungan yang mencakupi isu kerusakan ekosistem pesisir, pulau-pulau kecil dan
kelangkaan sumberdaya perikanan, masalah modal sosial meliputi isu pengelolaan
potensi sumberdaya yang belum optimal dan masalah kepunahan desa nelayan atau
surutnya peranan ekonomi desa nelayan beserta tradisi kelautan.
Kehidupan masyarakat nelayan sangat fluktuatif, dan terstruktur, dimana pemanfaatan
potensi alam tergantung pada kegigihan dalam menebar semangat serta kecerdasan diri
dalam meraih hasil sesuai dengan kepekaan strategi dalam memperoleh hasil selama
berlayar. Masyarakat nelayan dibedakan menjadi dua kelompok yang ada perluasan
wilayah geografis dikarenakan adanya proses sedimentasi dan pengurangan wilayah
geografis karena abrasi. Masyarakat nelayan terdiri dari beberapa bagian sebagai hasil
dari diferensiasi, seperti kelompok nelayan itu sendiri, kelompok pengolah hasil ikan
laut (pemindang, pengasap, pengolah), pengusaha hasil ikan laut, serta kelompok
ekonomi penunjang seperti jasa permodalan dan pemasaran serta jasa pariwisata.
Jejarins sosial yang sebelumnya telah disebutkan merupakan pendorong munculnya
tindakan partisipasi yang tidak terlepas pada proses pembentukan jejaring sosial
terhadap tata hubungan yang saling percaya dan menguntungkan pencapaian berbagai
tujuan secara tepat guna, yang mana merupakan indikasi sebagai derajat modal sosial.
Hal tersebut akan mempengaruhi nilai-nilai dan kontak sosial dalam menghasilkan
produktivitas individu maupun kelompok.
Kehidupan masyarakat pesisir secara struktural dapat dikatakan bersifat heterogen,
namun dalam sikap perilakunya memiliki kecenderungan homogen. Homogenitas
dikarenakan keberadaan kehidupan antara darat dan laut mendorong adanya kesamaan
nilai akan kultur laut, dimana dependensi terhadap alam sangatlah kuat. Kompetisi
antar kelompok berlangsung dilatarbelakangi perbedaan orientasi tindakan yang
12
dilakukan. Kelompok nelayan yang langsung berhubungan dengan situasi dan kondisi
laut cenderung memiliki rasionalitas tindakan terhadap nilai, sedangkan kelompok
pengguna hasil laut dan kelompok pengguna jasa laut pada rasionalitas berorientasi
tujuan yang berhubungan dengan peraihan suatu prestasi. Interaksi sosial yang terjadi
dapat menimbulkan konflik. Kesenjangan antara kelompok-kelompok tersebut di atas
yang dilatarbelakangi oleh otoritas, kekuasaan maupun kepemilikan, berpengaruh
terhadap perbedaan akan tata nilai tukar, tata nilai guna, komoditas maupun basis supra
struktur yang dipertunjukkan melalui atribut yang dikenakan yang mendorong
kesenjangan sosial secara stratifikasi maupun diferensiasi sosial.
Kemitraan dalam upaya kehidupan masyarakat pesisir perlu senantiasa
ditumbuhkembangkan, baik melalui menarik investor asing, nasional maupun daerah
diharapkan menjadikan kehidupan masyarakat pesisir lebih maju
Tulisan ini tidak begitu jelas mengenai apa yang dibahas. Karena tulisan ini sangat
normatif dan berisi harapan-harapan yang seharusnya bisa dicapai. Dari tulisan ini
didapat salah satu konsep modal sosial yaitu bridging social capital, dalam konteks ini
berkenaan dengan kemitraan. Kemitraan merupakan konsep yang dekat dengan
network, dan dalam bacaan ini dijelaskan bahwa kemitraan merupakan hal yang penting
untuk diperhatikan. Meskipun tidak secara jelas dan rinci penjelasan aksiologis dari
pentingnya kemitraan, namun pernyataan tersebut dapat dianggap mengiyakan bahwa
modal sosial penting bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan sedikit
banyaknya dapat diimplementasikan dalam ranah usaha.
13
Judul
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Jurnal
Volume (edisi)
halaman
Alamat URL
Tanggal diunduh
:
:
:
:
:
:
:
Economic Growth and Social Capital in Italy
2000
Jurnal
Cetak
John F. Helliwell dan Robert D. Putnam
Social Capital: A Multifaceted Perspective
Halaman 253-268
: : -
Dalam beberapa abad terakhir, perekonomian Italia di bagian utara cenderung lebih
tinggi daripada Italia di bagian selatan meskipun mereka telah menjadi satu bagian di
millenium terakhir. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa perbedaan dalam
pendapatan perkapita berhubungan dengan perbedaan struktur sosial di kedua sisi
negara. Belahan Italia utara cenderung memiliki struktur yang horizontal, sementara di
belahan Italia selatan cenderung memiliki struktur sosial yang lebih hierarkis.
Perbedaan juga terdapat pada tingkatan kecintaan pada negara, keterlibatan komunitas,
dan efisiensi pemerintahan (Putnam, 1993). Hipotesis yang digunakan, pada beberapa
wilayah di Italia telah mampu untuk mengelola pada tingkatan yang lebih tinggi dari
pengeluaran perkapita melalui hal-hal seperti tolong menolong dan perbuatan-perbuatan
baik dari modal sosial. Terdapat 3 fokus variabel yang menjadi hal yang dikaji dalam
penelitian ini, yang pertama komunitas kenegaraan (civic), kinerja pemerintah
(institutional performance), dan kepuasan penduduk (citizen satisfication).
Terdapat suatu perlakuan yang dilakukan oleh pemerintah Italia yang sedikit banyaknya
menyebabkan perubahan. Yaitu perubahan (reform). Dari perubahan tersebut, terutama
pada dekade 1980-an, terjadi hal yang sangat mengesankan. Transfer payment banyak
terjadi, terutama pada belahan Italia bagian utara. Selian itu, hal-hal seperti pendidikan,
informasi, menjadi lebih terbuka. Reform yang dimaksud berawal dari efisiensi
pemerintahan, dengan lebih mengedepankan cepat tanggap pada setiap pelayanan. Hal
ini juga didukung dengan etos moralitas yang baik di belahan Italia utara, sehingga
kepuasan penduduk menjadi lebih baik daripada sebelum adanya reform.
Tulisan ini membahas mengenai perbedaan keadaan ekonomi antara Italia utara dengan
Italia selatan, penjelasan dalam tulisan cukup komprehensif dengan metode tes dengan
mengambil sampel di beberapa wilayah di Italia. Hal yang cukup membingungkan
adalah penjabaran mengenai konvergensi dan divergensi. Konsep tersebut tidak begitu
cocok padanan katanya dengan kosakata bahasa Indonesia, yang menyebabkan
penafsiran terhadap penjabaran masalah menjadi berbeda dengan apa yang dimaksud
peneliti. Namun demikian, pernyataan bahwa modal sosial dalam rangka peningkatan
usaha ekonomi terjadi di belahan Italia Utara telah terjawab karena baiknya kinerja
pemerintah sebagai elite sentral dalam segala keperluan administratif yang memiliki
cakupan satuan wilayah dalam negara. Cepat tanggapnya pemerintah tersebut
meningkatkan trust diantara warganya, sehingga dapat meningkatkan kepuasan juga
meningkatkan kemauan dalam meningkatkan usaha, baik itu usaha pribadi maupun
dalam ranah perdagangan.
14
Judul
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Jurnal
Volume (edisi)
halaman
Alamat URL
Tanggal diunduh
:
:
:
:
:
:
:
Modal Sosial dan Dinamika Usaha Mikro Kecil
2010
Jurnal
Elektronik
Djainal Abidin
Jurnal Sosiologi Masyarakat
Volume 15, Nomor 1, Januari 2010: 69-85
: http://journal.ui.ac.id/index.php/jsm/article/view/3708/29
50
: 3 Mei 2015
Terdapat tiga kategori dari suatu modal, yaitu ekonomi, budaya, dan simbolik,
sedangkan peran modal ekonomi bertindak sebagai sumbernya. Menurut Robert M.Z.
Lawang menyatakan bahwa pada prinsipnya modal-modal yang ada seperti modal fisik,
modal manusia, dan modal sosial tidak bisa berdiri sendiri melainkan harus bersinergi
agar mampu menjadi kekuatan yang efektif. Berbagai studi telah menjelaskan bahwa
modal sosial secara signifikan meningkatkan profit. Setidaknya modal sosial
berpengaruh sebanyak 23% dalam peningkatan usaha. Modal sosial pun telah menjadi
potensi dalam dunia bisnis sebagai salah satu faktor yang menentukan kemajuan usaha.
Meskipun demikian studi dalam jurnal tersebut menyebutkan bahwa modal sosial
bukanlah satu-satunya aspek penentu dalam peningkatan kemajuan usaha. Setidaknya
terdapat dua faktor lagi yang menentukannya yaitu modal fisik dan modal manusia.
Studi yang mengkaji hubungan modal manusia dan modal fisik dalam analisis hubungan
modal sosial terhadap kontribusi pendapatan UKM belum pernah dilakukan khususnya
di Indonesia. Studi yang agak mirip dilakukan Francis Fukuyama yang menjelaskan
kontribusi faktor nonekonomi terhadap pertumbuhan ekonomi yang terjadi di
masyarakat atau negara yang kisarannya sebesar 20%, sedangkan kontribusi 80%
sisanya dapat dijelaskan dari faktor-faktor ekonomi. Selain dua modal yang telah
disinggung sebelumnya, terdapat dua konsep mengenai modal sosial yaitu modal sosial
bonding (eksklusif) dan modal sosial bridging (inklusif). Modal sosial bonding lebih
menekankan kepada inward looking, yaitu hubungan dengan grup masing-masing.
Sedangkan modal sosial bridging menekankan kepada hubungan dengan pihak diluar
diri yang berkaitan dengan komponen trust, network, dan norms.
Studi ini dilakukan di sejumlah UKM yang terdapat di PIK Pulo Gadung. Hasil studi ini
menyebutkan bahwa terdapat pengaruh komponen modal sosial sebanyak 23%, modal
fisik sebanyak 11% dan yang sisanya dari aspek lain. Hal ini cukup berbeda dengan
Fukuyama yang menyatakan proporsi signifikansi pengaruh modal terhadap
peningkatan usaha adalah 20:80 antara modal sosial dan modal ekonomi. Kasus UKM
di PIK Pulogadung, Jakarta terdapat kecenderungan modal fisik khususnya modal uang
dan barang sangat sulit didapat karena lembaga perbankan yang ada di lokasi
menerapkan jaminan (collateral) dalam proses pinjaman modal usaha.
Tulisan ini relevan dengan keadaan saat ini dimana faktor-faktor non-ekonomi sedang
didorong untuk mampu berperan dalam peningkatan keuntungan yang lebih jauh lagi
akan meningkatkan kesejahteraan. Terdapat konsep baru yang ditemukan, yaitu
mengenai modal sosial bonding dan modal sosial bridging. Penguraian metode statistika
dalam tulisan ini sangat baik, namun penjelasan secara kualitatif mengenai lokasi
penelitian dan informasi banyaknya responden penelitian tidak dijelaskan sehingga
validitas penelitian ini menjadi dipertanyakan.
15
Judul
: Modal Sosial Pedagang Kaki Lima di Jalan Gambir
Tanjung Pinang
Tahun
: 2013
Jenis Pustaka
: Skripsi
Bentuk Pustaka
: Elektronik
Nama Penulis
: Ichsan Pramatya
Nama Jurnal
: Volume (edisi) : halaman
Alamat URL
: http://jurnal.umrah.ac.id/wpcontent/uploads/2013/08/JURNAL-ICHSANPRAMATYA-080569201048-SOSIOLOGI-2013.pdf
Tanggal diunduh : 3 Mei 2015
Modal sosial berperan sebagai perekat yang mengikat semua orang dalam masyarakat.
Modal sosial menjadi masalah penting karena usaha ekonomi akan sukses tidak hanya
berbekal modal financial semata, namun juga perlu adanya dukungan sumber daya
manusia, dan modal sosial merupakan salah satu unsurnya. Modal sosial tersebut
mengacu pada aspek-aspek utama organisasi sosial seperti kepercayaan (trust), normanorma (norms), jejaring (networks), yang mampu menggerakkan partisipasi anggota
kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Pedagang Kaki Lima yang berjualan sayursayuran di Jalan Gambir adalah satu dari komunitas pedagang kaki lima yang ada di
kota Tanjungpinang, yang bertahan dalam usahanya.
Penelitian ini membahas mengenai bagaimana kepercayaan (trust) yang terbentuk di
antara sesama Pedagang Kaki Lima Sayur-sayuran di Jalan Gambir Tanjungpinang dan
bagaimana hubungan timbal balik antar Pedagang Kaki Lima di Jalan Gambir
Tanjungpinang. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, kemudian
sampel berdasarkan teknik sampling purposive (sampel bertujuan) dan ditetapkan 7
orang Pedagang Kaki Lima. Teknik Analisa Data dianalisis secara kualitatif,
berdasarkan dukungan teori yang berkaitan dengan objek penelitian dari responden
dengan cara wawancara maupun observasi. Kemudian ditarik suatu kesimpulan
mengenai hasil penelitian. Aspek-aspek utama dalam modal sosial yang mengacu pada
(trust) kepercayaan, norma-norma (norms) dan jaringan-jaringan (networks) yang
terlihat pada Pedagang Kaki Lima (PKL) sayur-sayuran di Jalan Gambir menunjukan
adannya nilai modal sosial yang terbentuk dan terjalin diantara pedagang dari aturanaturan informal yang berlaku di kelompok pedagang mampu mereka patuhi bersama,
meskipun tidak ada perjanjian tertulis, sehingga aturan-aturan informal yang berlaku di
kelompok pedagang mampu mereka patuhi bersama, meskipun tidak ada perjanjian
tertulis, sehingga aturan-aturan informal tersebut menjadi norma-norma tersendiri yang
berkembang serta dilaksanakan secara bersama-sama, merefleksikan semangat saling
memberi (reciprocity), saling percaya (trust), dan adanya jaringan-jaringan sosial
(sosial networking).
Tulisan ini kurang menggambarkan mengenai apa yang diukur dari modal sosial dari
pedagang kaki lima. Penulis tidak mampu menjelaskan manfaat pengukuran modal
sosial tersebut. Selain itu aspek deskriptif kuantitatif kurang merpresentasikan apa yang
harus dilakukan kemudian setelah mengetahui data yang didapatkan. Ranah kajian
tersebut berada di lingkup ekonomi dan membahas mengenai modal sosial. Ada dugaan
bahwa di pasar diperlukan adanya modal sosial yang tinggi agar seluruh komponen,
khususnya para pedagang, dapat meningkat usahanya.
16
Judul
: Modal Sosial dan Pemilihan Dukun dalam Persalinan:
Apakah Relevan?
Tahun
: 2010
Jenis Pustaka
: Jurnal
Bentuk Pustaka
: Elektronik
Nama Penulis
: Gitya Setyawati dan Meredian Alam
Nama Jurnal
: Jurnal Makara Kesehatan
Volume (edisi) : Volume 14 No 1 Juni 2010
halaman
Alamat URL
: http://journal.ui.ac.id/health/article/download/641/626
Tanggal diunduh : 6 Mei 2015
Penelitian ini ingin mengukur sejauh mana modal sosial dapat berperan dalam
kecenderungan untuk melakukan persalinan dengan bantuan dukun. Faktor modal sosial
yang berperan adalah mengenai kohesivitas masyarakat dalam memanfaatkan dukun,
mereka masih sangat percaya terhadap dukun dengan jampi-jampinya. Angka
pemanfaatan dukun beranak di Indonesia masih cukup tinggi, yaitu mencapai 30,24%.
Angka ini kebanyakan berada di wilayah pedesaan. Dalam dunia kesehatan masyarakat
telah berkembang pemahaman baru bahwa faktor-faktor penentu kesehatan masyarakat
bersifat kompleks. Selain dipengarui faktor ekonomi, peran lingkungan dan dinamika
sosial dipandang sebagai faktor yang mampu memberikan kontribusi besar terhadap
kesehatan masyarakat.
Modal sosial sebagai salah satu aspek sosial merupakan pondasi sosiologis masyarakat
yang mampu memfasilitasi masyarakat untuk bekerja sama dan berinteraksi dalam
upaya memperoleh manfaat bersama (mutual benefit). Modal sosial ini mencerminkan
lokalitas yang ditunjukkan melalui bagaimana masyarakat merespon eksternalitas dari
luar komunitas mereka. Di beberapa penelitian, terdapat hubungan positif antara modal
sosial bonding terhadap peningkatan kesehatan masyarakat. Hal tersebut terjadi di kota
Roseto. Bonding social capital ini cenderung lebih tertutup terhadap interaksi dengan
dunia luar atau komunitas di luar mereka. Namun kepercayaan yang kuat terhadap
anggota kelompok memiliki hubungan secara positif dengan kesehatan masyarakat.
Sementara terdapat penelitian yang lain yang menyebutkan bahwa bridging social
capital memiliki hubungan positif terhadap peningkatan kesehatan masyarakat.
Sementara di komunitas Alabama, bonding social capital memiliki hubungan positif
terhadap rendahnya kesehatan masyarakat.
Penelitian ini menguji variabel kepercayaan (kepaduan dan kesediaan membantu
tetangga), variabel tingkat pendidikan dan status pekerjaan ibu. Dari variabel-variabel
tersebut, yang memiliki pengaruh adalah variabel kepercayaan dan kepaduan serta
variabel tingkat pendidikan ibu. Penelitian ini menunjukan bahwa keberadaan modal
sosial mampu meningkatkan preferensi ibu hamil untuk melakukan proses persalinan
menggunakan dukun. Meskipun penelitian ini menunjukkan bahwa faktor sosial di
masyarakat memiliki peran besar dalam menentukan pemilihan penolong persalinan,
namun penelitian ini belum mampu menjawab seberapa besar kematian ibu yang terjadi
akibat persalinan menggunakan dukun di daerah yang memiliki modal sosial tinggi.
Penjabaran dari tulisan ini sudah sangat baik. Terdapat hubungan yang jelas antara
variabel-variabel yang diuji. Pembaca mampu menangkap apa permasalahan yang
sebenarnya terjadi dalam pemanfaatan dukun di bidang persalinan. Namun hal ini
seakan-akan mendiskreditkan modal sosial sebagai salah satu penyebab utama dalam
pemilihan dukun dalam persalinan. Hal ini sebenarnya mampu dimanfaatkan bagi para
17
pemangku kebijakan untuk bisa memperhatikan modal sosial agar bisa ditentukan
bagaimana perlakuan yang tepat untuk tidak meniadakan dukun beranak namun bisa
sekaligus menekan angka kematian ibu. Modal sosial dalam hal ini membahas
mengenai hubungannya dengan kesehatan. Meskipun tidak dapat dihubungkan dengan
peningkatan usaha, namun terdapat beberapa konsep yang dapat diimplementasikan
dalam konteks peningkatan usaha. Seperti mutual benefit, bridging social capital, dan
bonding social capital. Di penelitian ini pun didapatkan suatu hasil bahwa modal sosial
di lokasi tersebut memengaruhi bagaimana masyarakat memilih dukun beranak
ketimbang bidan persalinan. Hal ini jika diimplementasikan dalam konteks ekonomi,
dapat digambarkan seperti preferensi pedagang terhadap distributor yang lebih
terpercaya sehingga distributor tersebut akan mendapatkan klien yang lebih banyak dan
usaha distributor tersebut dapat meningkat. Dalam konteks peningkatan usaha, modal
sosial yang tinggi diduga dapat mempengaruhi preferensi pedagang atau komponen
pasar lain terhadap pihak-pihak yang dibutuhkan sehingga terjadi mutual benefit dan
dicapainya peningkatan usaha.
18
Judul
: Penguatan Modal Sosial untuk Pemberdayaan Masyarakat
Pedesaan dalam Pengelolaan Agroekosistem Lahan
Kering
Tahun
: 2006
Jenis Pustaka
: Jurnal
Bentuk Pustaka
: Elektronik
Nama Penulis
: Tri Pranaji
Nama Jurnal
: Jurnal Agro Ekonomi
Volume (edisi) : Volume 24 No 2 Oktober 2006
halaman
Alamat URL
: http://pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/JAE%20242d
Tanggal diunduh : 6 Mei 2015
Kondisi agrosistem lahan kering (ALK) di wilayah Jawa dinilai sudah cukup parah.
Lahan kering merupakan bagiand ari ekosistem terestrial dan merupakan lahan yang
tidak pernah digenangi atau tergenang air. Pemanfaatan ALK di wilayah Jawa ini sudah
sangat tersebar baik di dataran tinggi maupun dataran rendah. Banyak ditemukan di
daerah hulu DAS bahwa ALK ini sudah sangat memprihatinkan. Dugaan sementara
peneliti menyebutkan bahwa lemahnya modal sosial masyarakat setempat menjadi salah
satu faktor utama dalam kerusakan ALK ini.
Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan model penguatan modal sosial dalam
pemberdayaan masyarakat untuk mengelola ALK ini. Penelitian ini mencari hubungan
antara kerusakan ALK dengan melemahnya modal sosial setempat. Selain itu juga
untuk menganalisis pengaruh penerapan model pengelolaan ALK yang dikembangkan
pemerintah terhadap tingkat kehidupan dan cara masyarakat pedesaan setempat dalam
memanfaatkan dan mengeksploitasi sumber daya alam yang ada di sekitarnya. Terdapat
beberapa elemen dari modal sosial yang dianggap penting, yaitu tata nilai, kompetensi
SDM, manajemen sosial, keorganisasian masyarakat, struktur sosial, kepemimpina, dan
pemerintahan yang baik.
Lebih dari 80% areal di lokasi penelitian berupa lahan kering dan sebagian besar
penggunaannya untuk usaha pertanian. Kecuali hanya pada sebagian kecil lahan sawah,
usaha pertanian di keempat desa contoh masih sangat tergantung pada musim.
Degradasi lahan di hulu DAS Jratunseluna telah mencapai tahap memprihatinkan. Hal
ini diduga merupakan akibat dari lemahnya modal sosial di keempat desa contoh.
Secara kasat mata, peneliti menerangkan bahwa mutual-trust yang ada di dalam
masyarakat di keempat desa contoh relatif lebih lemah. Sehingga dalam kaitannya
dengan pengelolaan lahan, entah itu dalam tolong-menolong antar petani, pinjam
meminjam saprotan, dan lainnya dinilai masih kurang. Peneliti menggagas ada tiga
aspek yang menunjukkan penguatan modal sosial, yaitu terbentuknya kerjasama dan
solidaritas, perluasan jaringan kerja, dan peningkatan daya yang saling kolektif secara
berkelanjutan. Ketiga kekuatan modal sosial tersebut dibangkitkan dengan sejumlah tata
nilai seperti mutual-trust, mutual respect dan mutual benefit.
Menurut saya penelitian dengan luaran model penguatan modal sosial ini sangat baik
dalam rangka memperbaiki hubungan antar masyarakat yang lebih jauh bisa
meningkatkan keberlanjutan dari pengelolaan agroekosistem lahan kering yang telah
rusak. Penjabarannya sangat baik, namun dalam model penguatan ini dirasa masih
belum konkret. Dalam artian tidak secara detil merinci bagaimana seharusnya
masyarakat sebagai objek kajian diperlakukan dan diberi perlakuan apa saja yang dapat
19
memperkuat modal sosial mereka. Meskipun demikian, pesan yang ingin disampaikan
peneliti kepada pembaca dalam melakukan pembangunan yang berbasis modal sosial
dapat tersampaikan. Penjelasan mengenai pembangunan yang hanya melihat aspek
infrastruktur, pengembangan teknologi, tanpa mempertimbangkan faktor sosial dibahas
dengan baik. Dalam tulisan ini, modal sosial yang tinggi diduga dapat secara tidak
langsung meningkatkan usaha. Tulisan ini membahas bahwa modal sosial yang tinggi
seharusnya menjaga ALK agar tetap lestari dan baik kondisinya. Jika lahan tersebut
merupakan salah satu lahan tanam bahan baku dari suatu produk usaha, maka
pengelolaan ALK ini menjadi hal yang sangat penting dalam peningkatan usaha.
20
RANGKUMAN DAN PEMBAHASAN
Definisi Modal Sosial
Modal sosial atau kapital sosial merupakan salah satu dari tiga kapital yang lain,
yakni kapital ekonomi, dan kapital budaya (Hauberer, 2011). Bordieu dalam Hauberer
(2011) menjelaskan bahwa modal sosial adalah agregat dalam sumberdaya-sumberdaya
potensial yang terhubung kedalam suatu jaringan yang melembaga. Putnam dalam
Hauberer (2011) mengemukakan bahwa modal sosial merupakan sebuah karakteristik
masyarakat yang meliputi rasa memiliki, kerjasama, pertukaran, kepercayaan, sikap
positif dan partisipasi. Menurut Fukuyama dalam Lawang (2005), modal sosial
didefinisikan sebagai serangkaian nilai atau norma informal yang dimiliki bersama
diantara para anggota suatu kelompok yang memungkinkan terjalinnya kerjasama
diantara mereka. Menurut Bank Dunia (2001), modal sosial merupakan suatu konesp
yang terdiri dari hubungan-hubungan sosial, kelembagaan, norma dan nilai yang
mempengaruhi hubungan antar sesama dan menyumbang peranan penting dalam
pembangunan di bidang ekonomi dan sosial. Sementara menurut Lawang (2005) modal
sosial merujuk ada semua kekuatan sosial komunitas yang dikonstruksikan oleh
individu atau kelompok dengan mengacu pada struktur sosial yang menurut penilaian
mereka dapat mencapai tujuan individual dan/atau kelompok secara efisien dan efektif
dengan modal-modal lainnya.
Modal sosial tertambat pada struktur sosial, baik itu mikro maupun makro. Ada
pula beberapa pendapat bahwa modal sosial pun tertambat dalam kelembagaan seperti
agama dan filsafat (Fukuyama dalam Lawang, 2005). Dalam masyarakat desa mapun
kota, bisa dikenali maupun diukur modal sosial yang tertambat dalam masyarakat
tersebut. Sehingga jika berbicara mengenai modal sosial maka bisa dikatakan bahwa hal
yang sedang dibicarakan adalah keadaan suatu komunitas tertentu, karena berkaitan
dengan hubungan interaksi dari orang-orang yang menjadi bagian di dalamnya.
Komponen Modal Sosial
Modal sosial merupakan salah satu dari lima modal yang dimiliki bersama
maupun dalam tataran individu. Modal yang lain yaitu modal fisik, modal manusia,
modal alam, dan modal finansial. Beberapa ahli memiliki pendapat masing-masing
mengenai komponen-komponen dari modal sosial ini. Namun dari beberapa pendapat,
pemikirian Putnam yang paling banyak dirujuk. Komponen modal sosial yang dimaksud
adalah kepercayaan (trust), jejaring (network), dan nilai-nilai dan peraturan tak tertulis
(norms).
a. Kepercayaan (trust)
Merupakan komponen mengenai bagaimana seseorang percaya kepada orang
lain dalam suatu komunitas ataupun diluar komunitas. Hal ini berkaitan
dengan bagaimana harapan-harapan yang muncul dari A yang mempercayai
B dengan harapan bahwa harapan-harapan tersebut dapat terpenuhi.
Sehingga kepercayaan bersifat timbal balik. Dalam kaitannya dengan
peningkatan usaha, kepercayaan sangat berpengaruh dalam bagaimana unitunit yang ada dalam usaha tersebut bisa saling bekerja secara fungsional.
Karena kepercayaan yang timbul dalam kelompok tertentu akan
menimbulkan kepuasan yang akan berdampak positif pada kinerja. Selain
itu, jika suatu unit usaha dengan unit usaha lain hendak melakukan
21
peminjaman (modal, uang, bahan baku) dimana hal tersebut bersifat timbal
balik dengan kepercayaan yang tinggi, maka usaha tersebut akan
berkelanjutan.
b. Jejaring (network)
Merupakan komponen mengenai banyaknya relasi-relasi yang terbentuk dari
suatu komunitas di dalamnya maupun antar komunitas. Hal ini berkaitan
dengan seberapa banyak seseorang yang dikenal dengan berbagai kelebihan
dan kekurangan sehingga dapat dioptimalkan akses tersebut untuk berbagai
kebutuhan. Selain itu, banyaknya jejaring memudahkan seseorang untuk
meminta bantuan ketika sedang kesusahan karena semakin banyak jejaring,
semakin banyak opsi yang muncul untuk diminta bantuannya. Hal ini
menjadi penting dalam konteks pengembangan dan peningkatan usaha.
Jejaring yang banyak memungkinkan pelaku usaha untuk memasarkan
produknya dengan cara-cara yang variatif sesuai dengan banyaknya jejaring
yang dimiliki. Selain itu jejaring yang dimiliki jika memiliki pengetahuan
dan teknologi tertentu juga akan memudahkan efisiensi dalam peningkatan
usaha.
c. Norma (norms)
Merupakan komponen berisi peraturan-peraturan yang terdapat dalam suatu
hubungan relasional tertentu, baik itu di masyarakat maupun di kelembagaan
tertentu. Peraturan-peraturan yang dimaksud adalah peraturan tertulis dan
tidak tertulis. Penekanan di komponen ini adalah mengenai ada tidaknya
suatu norma dan bagaimana kepatuhan orang-orang yang berada di dalam
aturan tersebut berlaku. Semakin patuh anggota-anggota suatu komunitas
tertentu, makan semakin baik modal sosialnya. Kaitannya dengan
pengembangan usaha, norma merupakan suatu hal yang sangat penting
terlebih jika suatu usaha memerlukan akselerasi dalam peningkatan
usahanya. Contoh riil di masyarakat ketika pelaku usaha memerlukan
pasokan bahan baku, terdapat suatu aturan dimana pelaku usaha boleh
memasok bahan baku ke usahanya tanpa uang dengan berbagai persyaratan
yang harus dipenuhi dulu sebelumnya. Hal ini jika dipatuhi bersama akan
memperlancar para pelaku usaha dalam meningkatkan usahanya.
Peranan Modal Sosial dalam Keberhasilan Usaha
Dari berbagai pustaka yang telah dianalisis sebelumnya terdapat beberapa hal
yang dapat dipengaruhi oleh modal sosial dalam kaitannya dengan keberhasilan usaha,
diantaranya:
a. Performa ekonomi
Performa ekonomi didefinisikan sebagai ukuran dalam suatu sektor
usaha yang terkait dengan modal, kewajiban, dan kekuatan pasar secara
keseluruhan. Dalam tulisan Arrow (2000), modal sosial diduga dapat
mempengaruhi performa ekonomi, khususnya elemen kepercayaan. Elemen
kepercayaan yang dimaksud adalah “efek reputasi”, dimana berkaitan
dengan penilaian seseorang terhadap orang lain. Dalam tulisan tersebut,
kegiatan usaha dengan tenaga kerja yang memiliki peniliain positif dari
orang lain cenderung memiliki aktivitas usaha yang positif. Hal tersebut juga
berlaku pada kegiatan usaha yang memiliki tenaga kerja yang memiliki
penilaian negatif dari orang lain dengan tingkat yang sama besar dan akibat
yang sama besar dalam konteks yang tidak baik.
b. Pertumbuhan ekonomi
22
Perumbuhan ekonomi merupakan pertumbuhan dengan konteks makro.
Pertumbuhan ekonomi termasuk didalamnya peningkatan pendapatan
perkapita. Dalam tulisan Helliwel dan Putnam (2000), dijelaskan bahwa
modal sosial secara tidak langsung dapat meningkatkan pendapatan
perkapita. Namun dalam kasus di Italia bagian utara, hal ini antara lain
disebabkan oleh reform dalam pemerintahan Italia bagian utara. Reform
tersebut berbentuk efisiensi dalam sistem pemerintahan dimana layanan
terhadap masyarakat dibuat sedemikian rupa sehingga cepat tanggap. Hal
tersebut mendorong peningkatan aktivitas transfer payment di Italia Utara.
Selain faktor tersebut, faktor-faktor lain yang mendukung diantaranya
struktur sosial yang lebih horizontal, etos kerja yang tinggi, serta tolongmenolong antar sesama yang baik. Struktur sosial di Italia Utara lebih
horizontal dibandingkan Italia Selatan yang lebih hierarkhis. Hal ini
mengakibatkan bahwa keadaan masyarakat Italia Utara lebih egaliter
dibandingkan Italia Selatan. Semakin egaliter ....... Etos kerja yang tinggi
adalah salah satu komponen pendukung dari pertumbuhan ekonomi.
Sementara tingginya kemauan untuk saling tolong menolong merupakan
representasi lain dari modal sosial dari komponen kepercayaan.
Meskipun terdapat beberapa faktor lain yang mendorong pertumbuhan
ekonomi selain modal sosial, namun bisa dikatakan bahwa peranan modal
sosial cukup signifikan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Karena
reform yang dilakukan pemerintah Italia Utara bersifat pemicu, sementara
stok modal sosial di kawasan tersebut sudah tinggi bahkan sebelum adanya
reform. Pendapatan perkapita yang tinggi dalam kasus bacaan tersebut
merupakan hasil dari tingginya aktivitas transfer payment. Transfer payment
disini berfungsi untuk menolong orang lain yang membutuhkan pinjaman,
mengirim uang untuk keluarga, dan lainnya. Meningkatnya pendapatan
perkapita jika dilihat pada konteks negara berkembang bisa disebabkan salah
satunya oleh berkembangnya usaha skala menengah maupun kecil.
Peningkatan pendapatan merupakan hal yang bisa disamakan kondisinya di
negara lain, sehingga bisa dikatakan bahwa pertumbuhan ekonomi dalam
suatu negara merupakan andil dari berkembangnya usaha di negara tersebut
dimana salah satu faktor yang mempengaruhinya adalah modal sosial.
c. Preferensi dalam memilih suatu unit produksi
Preferensi dalam memilih suatu unit produksi yang dimaksud adalah
kecenderungan dalam memilih suatu unit produksi yang sesuai dengan
komponen-komponen modal sosial dalam komunitas. Hal tersebut sesuai
dengan tulisan yang ditulis oleh Mana dan Halim (2013) mengenai kearifan
lokal & modal sosial nelayan danau Soppeng dan tulisan dari Setyawati dan
Alam (2010) mengenai modal sosial dan pemilihan dukun. Dari kedua
tulisan tersebut didapatkan bahwa pihak-pihak yang terkait dalam aktivitas
yang ada di masyarakat haruslah sesuai dengan nilai-nilai masyarakat atau
komponen norms dalam modal sosial. Dalam tulisan pertama dijelaskan
bahwa aktivitas penangkapan ikan di danau Soppeng harus di lelang di
tempat tertentu seperti yang sudah ditaati sebelumnya, dan pihak-pihak
penyelenggara yang mendapatkan giliran setiap tahunnya merupakan pihak
yang dipercaya oleh masyarakat lain. Sedangkan untuk tulisan kedua,
masyarakat cenderung memilih dukun karena sesuai dengan nilai-nilai
mereka dan mereka lebih percaya terhadap dukun daripada pihak lain.
Hal ini juga bisa diimplementasikan dalam konteks ekonomi. Pihakpihak pelaku usaha akan berurusan atau menjalin kerjasama dengan pihak-
23
pihak yang sesuai dengan komponen modal sosial yang ada di masyarakat.
Hal ini sedikit menyimpang dengan teori rasional utilitarianistik yang
mengedapankan pilihan yang rasional dan universal. Contohnya adalah
pengusaha garmen akan menjalin kerjasama dengan pihak pemasok bahan
baku yang telah diatur dalam budaya ataupun kepada pihak pemasok yang
bisa dipercayain meskipun harga bahan bakunya mahal namun menerima
pinjaman dan kemudahan lainnya. Hal ini dapat diartikan bahwa modal
sosial dapat mengarahkan pihak-pihak usaha untuk memiliki kecenderungan
untuk bekerjasama dengan pihak-pihak tertentu.
d. Peningkatan pendapatan dalam usaha
Modal sosial diduga mempengaruhi peningkatan pendapatan usaha. Hal
ini sesuai dengan temuan bahwa modal sosial dapat meningkatkan
pendapatan usaha sebesar 23% (Abidin, 2010). Faktor lain yang
mempengaruhinya adalah modal fisik dengan pengaruh sebesar 11% dan
sisanya merupakan faktor ekonomi. Menurut Fukuyama (2000), modal sosial
berpengaruh sebesar 20% dalam peningkatan usaha. Hasil ini tidak begitu
terpaut jauh dengan temuan Abidin. Modal sosial yang dimaksud
mempengaruhi adalah modal sosial dengan konteks bonding social capital
dan bridging social capital. Bonding sosial capital bersifat eksklusif. Hal-hal
yang terdiri dari bonding social capital adalah kepuasan tenaga kerja juga
kepercayaan yang tinggi antar tenaga kerja. Sementara untuk bridging social
capital terdiri dari banyaknya jejaring yang dapat digunakan dalam aktivitas
usaha.
Hal ini dapat diartikan bahwa modal sosial dapat mempengaruhi
peningkatan pendapatan usaha. Dimana seluruh komponen yang terdapat
didalamnya memiliki pengaruh.
24
SIMPULAN
Hasil Rangkuman dan Pembahasan
Modal sosial merupakan suatu konsep yang menjelaskan mengenai keadaan
suatu masyarakat yang terdiri dari komponen trust, network, dan norms. Modal sosial
tertambat dalam suatu struktur sosial, baik di lingkup mikro maupun makro. Modal
sosial dapat mempengaruhi berbagai aspek dalam kehidupan, salah satu aspek yang
dapat dipengaruhi yaitu aspek ekonomi.
Keberhasilan usaha merupakan konsep dimana tercapainya keadaan yang
menjadi tujuan suatu kelompok usaha dalam menjalankan kegiatan usaha. Keberhasilan
tersebut didorong oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal pendorong
keberhasilan usaha terdiri atas kualitas SDM, penguasaan organisasi, sistem
manajemen, partisipasi, budaya organisasi, kekuatan modal, dan tingkat
entrepreneurship. Sementara untuk faktor eksternal terdiri atas faktor pemerintah dan
non pemerintah.
Modal sosial berpengaruh terhadap keberhasilan usaha. Seperti yang dikatakan
oleh Fukuyama dalam Abidin (2010) bahwa modal sosial mempengaruhi keberhasilan
usaha di kisaran 20%. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Tambunan (2002) bahwa
modal sosial merupakan salah satu faktor pendorong keberhasilan usaha yang termasuk
kedalam kekuatan modal yang merupakan salah satu dari faktor internalnya.
Perumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian Skripsi
Peningkatan keberhasilan usaha merupakan salah satu upaya dalam
meningkatkan kesejahteraan ekonomi. Peningkatan keberhasilan usaha terdiri dari
faktor internal dan eksternal, dimana modal sosial merupakan salah satu faktor internal.
Komponen modal sosial yang mempengaruhinya adalah trust, network, dan norms.
Dalam konteks usaha, modal sosial yang ingin diketahui pengaruhnya terhadap
peningkatan keberhasilan usaha berupa bonding social capital dan bridging social
capital. Bonding social capital dapat berupa kepuasan tenaga kerja, kepercayaan antar
tenaga kerja, kepercayaan dengan pemilik usaha, juga tingkat kepatuhan pekerja
terhadap peraturan-peraturan yang berlaku. Bridging social capital dapat berupa tingkat
kepercayaan terhadap pihak lain, tingkat kepuasan terhadap pihak usaha lain,
banyaknya jejaring yang dapat mendukung usaha, serta tingkat kepatuhan antara
pengusaha dengan pihak lain mengenai peraturan yang telah dibuat bersama. Semakin
tinggi stok modal sosial, maka semakin baik keberhasilan usahanya.
Pertanyaan penelitian :
1. Bagaimana peran modal sosial dalam keberhasilan usaha?
2. Bagaimana hubungan antara komponen-komponen modal sosial terhadap
peningkatan keberhasilan usaha?
25
Usulan Kerangka Analisis Baru
Gambar 1 Usulan Kerangka Analisis Baru
Bonding
Social
Capital
-
Modal Sosial
Bridging
Social
Capital
-
Kepastian Pasar
Akses Modal
Finansial
Ketersediaan
Bahan Baku
Loyalitas Pekerja
Turnover Pekerja
Etos Kerja
Rasa
Kebersamaan
Kepuasan
Pekerja
Keberhasilan
Usaha
Trust
Network
Norms
: Faktor pencipta kondisi
: Komponen yang mempengaruhi
: Terdapat hubungan
: Faktor pendorong
Dalam penelitian mengenai peranan modal sosial dalam keberhasilan usaha
ini diharapkan suatu hasil studi yang akan mengukur stok modal sosial terhadap
keberhasilan usaha. Penelitian ini nantinya juga akan menghasilkan temuan baru
mengenai aspek dari modal sosial yang dijadikan parametern serta hal yang dikaji, yaitu
mengenai UMKM Tahu Sumedang di wilayah Sumedang.
26
DAFTAR PUSTAKA
[IPB] Institut Pertanian Bogor. 2012. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Edisi Tahun
2012. Bogor (ID): IPB Press.
Abdullah S. 2013. Diskontinyuitas Komunitas dan Pelemahan Modal Sosial (Studi
Kasus pada Komunitas Lae-Lae dan Kampung Nelayang Kel. Untia Makassar).
Di dalam: Darwis HM, Muhammad R, Simmau S. Masyarakat Maritim
Indonesia: Kendala, Peluang dan Tantangan Perkembangan. Konferensi
Nasional Sosiologi II; 2013 Nov 12-14; Makassar, Indonesia. Makassar (ID):
Jurusan Sosiologi FISIP UNHAS. hlm 388-418.
Abidin D. 2010. Modal Sosial dan Dinamika Usaha Mikro Kecil. Jurnal Sosiologi
Masyarakat [Internet]. [diunduh 2015 Mei 3]; 15(3708): 69-85. Tersedia pada:
http://journal.ui.ac.id/index.php/jsm/article/view/3708/2950
Arrow KJ. 2000. Observation on Social Capital. Di dalam: Dasgupta P, Serageldin I.
Social Capital: A Multfaceted Perspective. Washington, D.C. (US): The World
Bank. hlm 3-5.
Helliwell JF, Putnam RD. 2000. Observation on Social Capital. Di dalam: Dasgupta P,
Serageldin I. Social Capital: A Multfaceted Perspective. Washington, D.C. (US):
The World Bank. hlm 253-268.
Lawang RMZ. 2005. Kapital Sosial dalam Perspektif Sosiologik: Suatu Pengantar.
Depok (ID): FISIP UI Press.
Mana HR, Halim H. 2013. Pallawang: Sebuah Kearifan Lokal & Modal Sosial Nelayan
Danau Soppeng. Di dalam: Darwis HM, Muhammad R, Simmau S. Masyarakat
Maritim Indonesia: Kendala, Peluang dan Tantangan Perkembangan. Konferensi
Nasional Sosiologi II; 2013 Nov 12-14; Makassar, Indonesia. Makassar (ID):
Jurusan Sosiologi FISIP UNHAS. hlm 365-387.
Murti S. 2013. Penguatan Jejaring Sosial dalam Modal Sosial dan Kearifan Lokal di
Kawasan Masyarakat Pesisir. Di dalam: Darwis HM, Muhammad R, Simmau S.
Masyarakat Maritim Indonesia: Kendala, Peluang dan Tantangan
Perkembangan. Konferensi Nasional Sosiologi II; 2013 Nov 12-14; Makassar,
Indonesia. Makassar (ID): Jurusan Sosiologi FISIP UNHAS. hlm 433-448.
Pramatya I. 2013. Modal Sosial Pedagang Kaki Lima di Jalan Gambir Tanjung Pinang
[skripsi]. Tanjungpinang (ID): Universitas Maritim Raja Ali Haji. [diunduh pada
2015
Mei
6].
Tersedia
pada:
http://jurnal.umrah.ac.id/wpcontent/uploads/2013/08/JURNAL-ICHSAN-PRAMATYA-080569201048SOSIOLOGI-2013.pdf
Pranaji T. 2006. Penguatan Modal Sosial untuk Pemberdayaan Masyarakat Pedesaan
dalam Pengelolaan Agroekosistem Lahan Kering. Jurnal Agro Ekonomi
[Internet]. [diunduh 2015 Mei 6]; 24:178-206. Tersedia pada:
http://pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/JAE%2024-2d
27
Setyawati G, Alam M. 2010. Modal Sosial dan Pemilihan Dukun dalam Persalinan:
Apakah Relevan? Jurnal Makara Kesehatan [Internet]. [diunduh 2015 Mei 6];
14(641):11-16.
Tersedia
pada:
http://journal.ui.ac.id/health/article/download/641/626
Stiglitz JE. 2000. Formal and Informal Institutions. Di dalam: Dasgupta P, Serageldin I.
Social Capital: A Multfaceted Perspective. Washington, D.C. (US): The World
Bank. hlm 59-68.
Tambunan TTH. 2012. Peluang, Tantangan, dan Ancaman Bagi UMKM Indonesia
dalam Era CAFTA dan ME-ASEAN 2015. Prosiding Seminar & Konferensi
Nasional Manajemen Bisnis [Internet]. [diunduh 2015 Mei 6]; hlm 1-14. Tersedia
pada:
http://eprints.umk.ac.id/279/1/buku_Seminar_dan_Konferensi_Nasional_Magister
_Manajemen_Universitas_Muria_Kudus_full.12-25.pdf
28
RIWAYAT HIDUP
Ferdhian Irvandiaz (penulis) dilahirkan pada tanggal 21 Juni 1994 di Sumedang.
Penulis merupakan anak sulung dari pasangan Engkos Kosmayadi, SH, MH (Ayah) dan
Ati Kusmiati (Ibu) yang memiliki tiga orang adik, Dea Deviani Pradhipta, Rievaldy
Ardhyka dan M. Farrel Fairuzzahran. Penulis merupakan keturunan suku Sunda yang
lahir dan besar di Bekasi.
Riwayat pendidikan penulis bermula dari TK Walisongo Bekasi (1999-2000), SD
Walisongo Bekasi (2000-2006), SMPN 157 Jakarta (2006-2009), SMAN 48 Jakarta
(2009-2012) dan pada tahun 2012 penulis diterima di Departemen Sains Komunikasi
dan Pengembangan Masyarakat (SKPM), Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian
Bogor melalui jalur masuk SNMPTN Tulis.
Selama masa kuliah penulis aktif di organisasi kemahasiswaan. Pada Tingkat
Persiapan Bersama (TPB), penulis aktif di event The 6th Journalistic Fair dari BEM KM
IPB 2012/2013. Setelah resmi menjalani perkuliahan di tingkat Fakultas, Badan
Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA) di dua periode
kepengurusan (Mozaik Toska 2014 dan Terasa Manis 2015) di bidang Pengembangan
Sumberdaya Mahasiswa. Selain aktif di organisasi, penulis juga aktif di berbagai
kegiatan kepanitiaan. Mulai dari MPF Superhero 50 dan INDEX 2014. Penulis juga
dipercaya sebagai Asisten Praktikum Mata Kuliah Sosiologi Umum.
Penulis adalah orang yang selalu ingin belajar, menjadikan pengalaman sebagai
guru terbaik, mencintai kegiatan sosial lingkungan dan selalu mengasah softskill
khususnya bidang keuangan dan event organizing. Penulis bercita-cita melanjutkan
studi di Inggris, memiliki sebuah EO dan WO, serta aktif di berbagai kegiatan sosial
lingkungan skala nasional. Penulis juga berkeinginan untuk menjadi menjadi Menteri
Lingkungan Hidup.
Download