BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Hakikat Keterampilan Menulis Eksposisi a. Pengertian Keterampilan Kata keterampilan sama artinya dengan kata cekatan. Terampil atau cekatan merupakan kepandaian melakukan sesuatu pekerjaan dengan cepat dan benar. Keterampilan memiliki cakupan arti yang sangat luas, namun secara sempit kata keterampilan biasanya ditujukan kepada kegiatan-kegiatan yang berupa perbuatan (Soemarjadi, Ramanto, & Zahri, 2001: 2). Sukmadinata dan Syaodih (2012: 184) mengemukakan bahwa keterampilan adalah kemampuan seseorang dalam menerapkan atau menggunakan pengetahuan yang dikuasainya dalam sesuatu bidang kehidupan. Penguasaan kecakapan atau keterampilan-keterampilan tersebut biasanya dirumuskan dalam bentuk kompetensi. Sanjaya (2008: 7) menyatakan bahwa keterampilan adalah sesuatu yang dimiliki oleh individu untuk melakukan tugas yang dibebankan. Tugas tersebut berupa pengetahuan serta kompetensi yang harus tergambar dalam pola perilaku. Ichsan dan Nursanto (2013: 29) berpendapat bahwa keterampilan yaitu kegiatan mental dan atau fisik yang terorganisasi. Artinya keterampilan memiliki bagian-bagian kegiatan yang saling bergantung dari awal hingga akhir. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan keterampilan yaitu kemampuan seseorang dalam melakukan suatu pekerjaan yang dibebankan kepadanya dengan cepat dan tepat. Seseorang dikatakan terampil apabila mampu mengerjakan tugas atau pekerjaannya dengan cepat dan tepat. Apabila pekerjaan tersebut dilakukan dengan cepat tetapi salah, maka seseorang tersebut belum bisa dikatakan 7 8 terampil. Begitu pula jika dilakukan dengan benar tetapi lambat juga tidak bisa dikatakan terampil. b. Pengertian Menulis Tarigan menurunkan (1983) atau mengemukakan melukiskan pengertian lambang lambang menulis yaitu grafis yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang grafis tersebut, kalau mereka memahami bahasa dan lambang tersebut. Bahasa dan lambang tersebut harus dirangkai secara utuh, lengkap, dan jelas (Haryadi & Zamzani, 1997: 77). Alwasilah (1994) menyatakan bahwa menulis adalah kegiatan produktif dalam berbahasa. Suatu proses psikolinguistik yang bermula dengan formasi gagasan lewat aturan semantik, lalu di data dengan aturan sintaksis, kemudian digelarkan dalam tatanan sistem penulisan (Susanto, 2013: 247). Rahardi (2003) mengungkapkan definisi menulis ialah kegiatan menyampaikan sesuatu menggunakan bahasa melalui tulisan, dengan maksud dan pertimbangan tertentu untuk mencapai sesuatu yang dikehendaki. Maksud tersebut bisa pengetahuan, hidup dan pengalaman berupa gagasan, (Kusumaningsih, ide, ilmu Saptono, Suparmin, Sudiatmi, & Triyanto, 2013: 64) Semi (2007: 14) mendefinisikan menulis sebagai suatu proses kreatif memindahkan gagasan ke dalam lambang-lambang tulisan. Dalam pengertian ini, menulis memiliki tiga aspek utama. Yang pertama adalah tujuan atau maksud yang hendak dicapai. Kedua adanya gagasan atau sesuatu yang hendak dikomunikasikan. Dan ketiga adanya sitem pemindahan gagasan yang berupa bahasa. Berdasarkan uraian beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis adalah kegiatan melukiskan lambang lambang grafis yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang. 9 Tujauannya adalah menyampaikan suatu gagasan atau pikiran melalui lambang grafis dengan aturan semantik tertentu. c. Tahapan Menulis Tompkins (Susanto, 2013: 256) menguraikan proses menulis menjadi lima tahap yang diidentifikasikan melalui serangkaian penelitian tentang proses menulis yang meliputi tahap pra-menulis, tahap penyusunan draf tulisan, tahap perbaikan, tahap penyuntingan, dan tahap pemublikasian: 1) Tahap pra-menulis (prewriting). Tahap pra-menulis merupakan tahap siap menulis, atau disebut juga dengan tahap penemuan menulis. Aktivitas dalam tahap ini meliputi: a) memilih topik; b) memikirkan tujuan, bentuk, dan audiensi; dan c) memanfaatkan dan mengorganisasi gagasan-gagasan. Pada tahap pramenulis siswa berusaha mengemukakan apa yang akan mereka tulis. 2) Tahap penyusunan draf tulisan (drafting). Dalam proses menulis, siswa menulis dan menyaring tulisan mereka melalui sejumlah konsep. Selama tahap penyusunan konsep siswa terfokus dalam pengumpulan gagasan. Perlu disampaikan kepada siswa bahwa dalam tahap ini tidak perlu merasa takut melakukan kesalahan. Kesempatan dalam menuangkan ide-ide dilakukan dengan sedikit memerhatikan ejaan, tanda baca, dan kesalahan mekanikal yang lain. Aktivitas dalam tahap ini meliputi: a) menulis draf kasar; b) menulis konsep utama; dan c) menekankan pada pengembangan isi. 3) Tahap perbaikan (revisi). Dalam tahap perbaikan, penulis menyaring ide-ide dalam tulisan mereka. Siswa biasanya mengakhiri proses menulis begitu mereka mengakhiri dan melengkapi draf kasar, mereka percaya bahwa tulisan mereka telah lengkap. Revisi bukan penyempurnaan tulisan, revisi adalah mempertemukan kebutuhan pembaca dengan menambah, mengganti, menghilangkan, dan menyusun kembali bahasa tulisan. Aktivitas ini meliputi: a) membaca ulang draf kasar; b) 10 menyempurnakan draf kasar dalam proses menulis; dan memmerhatikan bagian yang mendapat balikan kelompok menulis. 4) Tahap penyuntingan (editing). Pada tahap keempat ini, siswa menyempurnakan tulisan mereka dengan mengorek si ejaan dan kesalahan mekanikal yang lain. Tujuannya agar membuat tulisan menjadi ‘siap baca secara optimal’ (optimally readable). Aktivitas dalam tahap ini meliputi: a) mengambil jarak dari tulisan; b) mengoreksi awal dengan menandai kesalahan; dan c) mengoreksi kesalahan. 5) Tahap pemublikasian (publishing). Pada tahap akhir ini, siswa sudah siap memublikasikan tulisan mereka dan menyempurnakannya dengan membaca pendapat dan komentar yang diberikan teman atau siswa lain, orangtua, dan komunitas mereka sebagai penulis. Hasil penulisannya melalui kegiatan berbagai hasil tulisan (sharing), yaitu dilakukan dengan melalui kegiatan penugasan siswa untuk membaca hasil karangan di depan kelas. d. Manfaat Menulis Dalam dunia pendidikan, menulis sangat berharga sebab menulis membantu seseorang berfikir lebih mudah. Menulis sebagai suatu alat dalam belajar dengan sendirinya memainkan peranan yang sangat penting. Dilihat dari sudut pandang ini, Susanto (2013: 254) merinci manfaat menulis sebagai berikut: 1) Menulis membantu kita menemukan kembali apa yang pernah kita ketahui. Menulis mengenai suatu topik, merangsang pemikiran kita mengenal topik tersebut dalam membantu kita membangkitkan pengetahuan dari pengalaman masa lalu. 2) Menulis menghasilkan ide-ide baru. Tindakan menulis merangsang pikiran kita untuk mengadakan hubungan, mencapai pertalian dan menarik persamaan (analogi) antara ide-ide yang tidak pernah kan terjadi, seandainya kita tidak menulis. 11 3) Menulis membantu kita mengorganisasikan pikiran, dan menempatkannya dalam suatu wacana yang berdiri sendiri. 4) Menulis membuat pikiran seseorang siap untuk dibaca dan dievaluasi. Kita dapat membuat jarak dengan ide kita sendiri dan melihatnya lebih objektif pada waktu kita siap menuliskannya. 5) Menulis membantu kita menyerap dan menguasai informasi baru. Kita akan dapat menyimpannya lebih lama, jika kita menuangkannya dalam bentuk tulisan. 6) Menulis membantu kita memecahkan masalah dengan jalan memperjelas unsur-unsurnya dan menempatkannya dalam suatu konteks visual, sehingga dapat diuji. Berdasarkan uraian pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa menulis memiliki manfaat dan kegunaan yang banyak dan berguna untuk kehidupan seseorang nantinya. Selain sebagai sarana komunikasi, menulis juga memiliki manfaat untuk menggali informasi dan menyerap pengetahuan serta untuk mengembangkan ide-ide dan gagasan yang dimiliki oleh seseorang. e. Fungsi dan Tujuan Menulis Menulis sangat penting bagi pendidikan karena memudahkan para siswa berpikir. Juga dapat menolong kita berpikir secara kritis. Juga dapaat memudahkan kita merasakan dan menikmati hubungan-hubungan, memperdalam daya tangkap atau persepsi kita, memecahkan masalahmasalah yang kita hadapi, menyusun urutan bagi pengalaman. Tidak jarang kita menemui apa yang sebenarnya kita pikirkan dan rasakan mengenai orang-orang, gagasan-gagasan, masalah-masalah, dan kejadian-kejadian hanya dalam proses menulis yang aktual. Fungsi menulis adalah sebagai alat komunikasi tidak langsung karena tidak langsung berhadapan dengan pihak lain yang membaca tulisan kita tetapi melalui bahasa tulisan. Rusyana (Susanto, 2013: 252253) mengklasifikasikan fungsi menulis sesuai kegunaannya, sebagai berikut: 12 1) Fungsi penataan, yaitu fungsi penataan terhadap gagasan, pikiran, pendapat, imajinasi, dan lainnya, serta terhadap penggunaan bahasa, sehingga menjadi tersusun. 2) Fungsi pengawetan, yaitu untuk mengawetkan pengaturan sesuatu dalam wujud dokumen tertulis. 3) Fungsi penciptaan, yaitu mengarang berarti mewujudkan sesuatu yang baru. 4) Fungsi penyampaian, yaitu mengarang berfungsi dalam menyampaikan gagasan, pikiran, imajinasi, dan lain-lain itu, yang sudah diawetkan menjadi suatu karangan. Dalam penyampaiannya tidak saja kepada orang dekat, dapat juga kepada yang berjauhan. 5) Fungsi melukiskan, yaitu menggambarkan atau mendeskripsikan sesuatu. 6) Fungsi memberikan petunjuk, berarti dalam karangan itu penulis memberikan petunjuk tentang cara atau aturan melaksanakan sesuatu. 7) Fungsi memerintahkan, yaitu penulis memberikan perintah, permintaan, anjuran, nasihat, agar pembaca menjalankannya, atau larangan agar pembaca tidak melupakan apa yang dilarang ditulis. 8) Fungsi mengingat, yaitu penulis mencatat suatu peristiwa, keadaan, keterangan, atau lainnya, dengan maksud agar tidak ada yang terlupakan dalam karangan. 9) Fungsi korespondensi, yaitu fungsi surat dalam memberitahukan, menanyakan, memerintahkan atau meminta sesuatu kepada orang yang dituju, mengharapkan orang yang dituju, mengharapkan orang itu untuk memenuhi apa yang dikemukakannya itu serta membalasnya dengan tertulis pula. Tujuan utama menulis adalah sebagai alat komunikasi secara tidak langsung. Penulis dan pembaca dapat berkomunikasi melalui tulisan. Pada prinsipnya menulis adalah menyimpulkan pesan kepada 13 pembaca, sehingga pembaca memahami maksud yang dituangkan atau maksud yang disampaikan melaui tulisan tersebut. Mengingat proses komunikasi tersebut dilakukan secara tidak langsung, tidak melaui tatap muka antara pembaca dan penulis maka isi tulisan dan lambang grafik yang dipergunakan harus benar-benar jelas. Isi tulisan dan lambang grafik tersebut harus dapat dipahami oleh penulis dan pembaca. Hal ini bertujuan agar tulisan tersebut dapat berfungsi sebagaimana yang dimaksudkan oleh penulis. Pada dasarnya orang yang menulis mempunyai tujuan atau maksud tertentu. Tarigan menyebutkan pada dasarnya menulis memiliki tujuan sebagai berikut (Kusumaningsih, dkk., 2013: 67-69): 1) Tujuan Penugasan (Assigment Purpose). Penulis tidak memilki tujuan untuk apa dia menulis, tanpa mengetahui tujuannya. Dia menulis karena mendapat tugas, bukan atas dasar keinginannya. Misalnya siswa ditugaskan merangkum sebuah buku. 2) Tujuan Altruistik (Altruistic Purpose). Kata altruistic mempunyai arti mendahulukan kepentingan orang lain. Jadi tujuan altruistik pada dasarnya penulis ingin menolong para pembaca untuk memahami suatu masalah atau peristiwa, dan membuat hidup para pembaca lebih mudah melalui tulisan tersebut. Dalam hal ini penulis harus benar-benar dapat mengkomunikasikan suatu ide atau pendapatnya melalui tulisan untuk kepentingan pembaca. Hanya dengan cara itulah tujuan altruistik tercapai. 3) Tujuan Persuasif (Persuassive Purpose). Penulis bertujuan mempengaruhi pembaca, agar para pembaca yakin akan kebenaran gagasan atau ide yang dituangkan atau diutarakan oleh penulis untuk menawarkan sebuah produksi barang dagangan atau kegiatan politik. 4) Tujuan Informasional atau Tujuan Penerangan (Informational Purpose). 14 Penulis menuangkan ide atau gagasan dengan tujuan memberi informasi atau keterangan kepada pembaca. Disini penulis berusaha menyampaikan informasi agar menjadi lebih tahu mengenai apa yang diinformasikan oleh penulis. 5) Tujuan Menyatakan Diri (Self Expressive Purpose). Penulis berusaha memperkenalkan diri atau menyatakan dirinya sendiri kepada pembaca dapat memahami siapa sebenarnya sang penulis itu. 6) Tujuan Kreatif (Creative Purpose) Penulis bertujuan agar para pembaca dapat memiliki nilai-nilai artistik atau nilai-nilai kesenian dengan membaca tulisan si penulis. Disini penulis bukan hanya memberikan informasi, melainkan lebih dari itu. Dalam informasi yang disajikan oleh penulis, para pembaca bukan hanya sekedar tahu apa yang disajikan oleh penulis, tetapi juga merasa terharu membaca tulisan tersebut. 7) Tujuan Pemecahan Masalah (Problem Solving Purpose) Penulis berusaha memecahkan suatu masalah yang dihadapi. Dengan tulisannya penulis berusaha memberikan kejelasan kepada pembaca tentang bagaimana cara pemecahan suatu masalah. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa fungsi dan tujuan menulis secara umum adalah untuk menyampaikan sesuatu, atau meyakinkan pembaca sesuai dengan fungsi dan tujuan yang diinginkan penulis. Dari menentukan fungsi dan tujuan, penulis mampu menentukan arah tulisan atau pun sasaran sesuai dengan fungsi dan tujuannya. f. Pengertian Eksposisi Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di SD, terdapat beberapa jenis menulis, diantaranya : menulis deskripsi, menulis narasi, menulis eksposisi, menulis argumentasi, dan menulis persuasi. Menulis eksposisi merupakan salah satu jenis karangan yang harus diperkenalkan kepada siswa dan dikuasai oleh seorang guru mata pelajaran Bahasa Indonesia. 15 Secara etimologis, eksposisi berasal dari kata exposition yang berarti membuka atau menilai. Dalam hal ini eksposisi adalah wacana yang bertujuan untuk memberitahu, mengupas, menguraikan, atau menerangkan sesuatu hal (Dalman, 2011: 120-121). Slamet (2009: 103) berpendapat bahwa eksposisi adalah ragam wacana yang dimaksudkan untuk menerangkan, menyampaikan, atau menguraikan sesuatu hal yang dapat memperluas atau menambahpengetahuan dan pandangan pembacanya. Sasarannya adalah menginformasikan sesuatu tanpa ada maksud mempengaruhi pikiran, perasaan, dan sikap pembaca. Fakta dan ilustrasi yang disampaikan penulis sekedar memperjelas apa yang akan disampaikannya. Zainurrahman (2013: 67) menyatakan bahwa eksposisi adalah tulisan yang bersifat faktual. Eksposisi memberikan informasi mengenai ‘mengapa’ dan ‘bagaimana’, menjelaskan sebuah proses, atau menjelaskan sebuah konsep. Berdasarkan uraian pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa eksposisi adalah karangan atau suatu bentuk tulisan yang memiliki tujuan yang bersifat informatif atau memberikan informasi kepada pembaca sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan pembaca. Menulis eksposisi memiliki banyak manfaat, karena sebagian besar masyarakat menyadari pentingnya sebuah informasi di dalam kehidupan. g. Karakteristik Eksposisi Suparno dan Yunus (2007: 112) menyebutkan ada beberapa ciri atau karakteristik karangan eksposisi, antara lain: 1) Eksposisi itu karangan yang berisi pendapat, gagasan, keyakinan, 2) Eksposisi memerlukan fakta yang diperlukan dengan angka, statistik, peta, atau grafik, 3) Eksposisi memerlukan analisis dan sintesis, 4) Eksposisi menggali sumber ide dari pengalaman, pengamatan, dan penelitian, serta sikap dan keyakinan, 5) Eksposisi menjauhi sumber daya khayal, 6) Bahasa yang dipergunakan adalah bahasa yang informatif dengan katakata yang denotatif, 7) Penutup eksposisi berupa penegasan. 16 Berdasarkan uraian diatas, dapat di simpulkan karakteristik eksposisi adalah suatu bentuk karangan yang berupa gagasan yang membutuhkan pengalaman atau penelitian si penulis secara runtut untuk menyampaikan informasi dan menambah wawasan pembaca. h. Tujuan Menulis Eksposisi Etti (Dalman 2011: 121) mengemukakan tujuan dalam menulis karangan eksposisi, yaitu : 1) Memberi informasi atau keterangan yang sejelas-jelasnya tentang objek, meskipun pembaca belum pernah mengalami atau mengamati sendiri, tanpa memaksa orang lain untuk menerima gagasan atau informasi, 2) Memberitahu, mengupas, menguraikan, atau menerangkan sesuatu, 3) Menyajikan fakta dan gagasan yang disusun sebaik-baiknya, sehingga mudah dipahami oleh pembaca, 4) Digunakan untuk menjelaskan hakikat sesuatu, memberikan petunjuk mencapai / mengerjakan sesuatu, menguaraikan proses dan menerangkan pertalian antara satu hal dengan yang lain. i. Pola Pengembangan Eksposisi Ada beberapa pola pengembangan eksposisi, yaitu eksposisi grafik, eksposisi perbandingan, eksposisi proses, eksposisi identifikasi, eksposisi perbandingan, eksposisi proses, eksposisi identifikasi, eksposisi analogi, eksposisi pertentangan, eksposisi contoh, dan eksposisi kausal (Dalman, 2011: 134). Namun pola pengembangan yang sering digunakan dalam penulisan karya ilmiah eksposisi proses, eksposisi grafik, eksposisi perbandingan, dan eksposisi identifikasi. 1) Eksposisi proses adalah karangan eksposisi yang menjelaskan teknik pembuatan tertentu. 2) Eksposisi grafik adalah karangan eksposisi dengan menjelaskan grafik / bagan sehingga pembaca dapat mengetahui dan memahi isi dari sebuah grafik / bagan. 3) Eksposisi perbandingan adalah karangan eksposisi yang menunjukkan persamaan dan perbedaan antara dua objek atau lebih dengan 17 menggunakan dasar-dasar tertentu. Misalnya resep masakan atau pembuatan suatu barang. 4) Eksposisi identifikasi adalah karangan eksposisi yang menentukan identitas suatu hal. Perlu kiranya dipertegas kembali bahwa karangan eksposisi adalah karangan yang memaparkan suatu hal yang bertujuan untuk memperkaya pengetahuan dan wawasan si pembaca. Dalam hal ini, penulis karangan eksposisi perlu memperkaya diri terhadap tulisannya dengan cara banyak membaca literatur (kajian pustaka) dan melakukan kajian lapangan, sehingga ia mampu menulis karangan eksposisi dengan baik. Tujuan penulisan eksposisi adalah hanya semata-mata menambah pengetahuan dan wawasan pembaca. Jadi, karangan ini tidak untuk mempengaruhi pembaca. Apabila setelah si pembaca menyelesaikan bacaannya, lalu ia bereksperimen atau menerapkan seperti yang dibacanya, itu adalah haknya. Dalam hal ini penulis karangan eksposisi tidak akan ikut campur terhadap keinginan pembaca untuk mengaplikasikan hasil bacaannya. Misalnya, setelah membaca karangan eksposisi tentang “cara membuat tempe”. Tujuan utama si penulis karangan eksposisi memaparkan tentang cara membuat tempe hanya semata-mata untuk menambah pengetahuan dan wawasan pembaca tentang cara membuat tempe. Jadi karangan tersebut ditulis bukan bertujuan untuk mempengaruhi pembaca agar membuat tempe. 2. Hakikat Strategi Pembelajaran Inkuiri a. Pengertian Strategi Pembelajaran Strategi berasal dari bahasa Yunani strategos yang berarti jenderal atau panglima, sehingga diartikan sebagai imu kejendralan atau ilmu kepanglimaan. Pada awalnya istilah strategi digunakan dalam dunia militer yang diartikan sebagai cara penggunaan seluruh kekuatan militer untuk memenangkan suatu peperangan. Seorang yang berperan dalam mengatur 18 strategi, untuk memenangkan peperangan sebelum melakukan suatu tindakan, ia akan menimbang bagaiamana kekuatan pasukan yang dimilikinya baik dilihat dari kualitas maupun kuantitas; misalnya kemampuan setiap personil, jumlah dan kekuatan persenjataan, motivasi pasukannya, dan lain sebagainya. Selain itu ia juga akan mengumpulkan informasi tentang lawan baik persenjataan maupun jumlah prajuritnya. Demikian pula halnya dengan seorang pelatih sepak bola, ia akan menentukan strategi yang dianggapnya tepat untuk memenangkan suatu pertandingan setelah ia memahami segala potensi yang dimiliki timnya serta memahami kondidi tim lawan. Dengan demikian dalam menyusun strategi perlu memperhitungkan berbagai faktor, baik ke dalam maupun ke luar. Dari dua ilustrasi tersebut dapat kita simpulkan, bahwa strategi digunakan untuk memperoleh kesuksesan atau keberhasilan mencapai tujuan. Dalam dunia pendidikan, menurut David (1976) strategi diartikan sebagai a plan, method, or series of activities designed to achieves a perticular educational goal (Sanjaya, 2009: 126). Jadi, dengan demikian strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Ada dua hal yang patut kita cermati dari pengertian di atas. Pertama, strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya / kekuatan dalam pembelajaran. Kedua, strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya arah dari semua keputusan penyusunan langkah-langkah pembelajaran, pemanfaatan berbagai fasilitas dan sumber belajar semuanya diarahkan dalam upaya pencapaian tujuan. Oleh sebab itu, sebelum menentukan strategi, perlu dirumuskan tujuan yang jelas yang dapat diukur keberhasilannya, sebab tujuan adlah rohnya dalam implementasi suatu strategi. 19 Gerlach dan Ely mengemukakan bahwa strategi pembelajaran merupakan cara-cara pembelajaran. yang Selanjutnya dipilih mereka untuk menyampaikan menjabarkan bahwa materi strategi pembelajaran dimaksudkan meliputi; sifat, lingkup, dan urutan kegiatan pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman belajar kepada siswa (Ngalimun, 2012: 5). Kemp (1995) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Senada dengan pendapat Kemp, Dick and Carey (1985) juga menyebutkan bahwa strategi pembelajaran itu adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa (Sanjaya 2006: 126). Gulo (2005: 3) mengungkapkan strategi pembelajaran adalah rencana dan cara-cara membawa pengajaran agar prinsip dasar dapat terlaksana dan segala tujuan pengajaran dapat dicapai secara efektif. Caracara membawakan pengajaran itu merupakan pola dan urutan umum perbuatan guru-murid dalam mewujudkan kegiatan belajar mengajar. Dari berbagai pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran adalah cara yang dipilih oleh guru dalam menyampaikan pembelajaran kepada siswa, agar dapat tercapai tujuan pembelajaran yang diinginkan secara efektif serta efisien denga cara membawa pola ajar untuk mewujudkan tujuan belajar mengajar. Pola ajar tersebut merupakan suatu kerangka umum kegiatan belajar mengajar yang tersusun dalam rangkaian bertahap menuju tujuan yang telah ditetapkan. b. Pengertian Strategi Pembelajaran Inkuiri Strategi pembelajaran dapat kita golongkan dalam dua kutub yang ekstrem. Di satu pihak ialah strategi pembelajaran dimana siswa terlibat secara maksimal dalam usaha mencari dan menemukan, sedangkan pada kutub lain keterlibatan siswa sangat terbatas pada menerima informasi dimana peranan guru sangat dominan. Yang pertama kita sebut strategi 20 inkuiri atau discovery, dan yang lain kita sebut strategi ekspositori. Inkuiri yang dalam bahasa Inggris inquiry, berarti pertanyaan atau pemeriksaan, penyelidikan (Gulo, 2005: 84). Menurut Ngalimun (2012) strategi pembelajaran inkuiri adalah suatu strategi yang membutuhkan siswa menemukan sesuatu dan mengetahui bagaimana cara memecahkan masalah dalam suatu penelitian ilmiah. Sedangkan menurut Marsh (1991) strategi pembelajaran inkuiri adalah strategi pengajaran di kelas yang memerlukan pembelajar menggunakan operasi intelektual yang sama yang akan digunakan siswa jika dia terlibat dalam suatu penelitian ilmiah yang mandiri (Ngalimun, 2012: 34). Sanjaya (2006: 196) juga berpendapat bahwa strategi pembelajaran inkuiri merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa. Strategi pembelajaran inkuiri disebut juga strategi heuristic, yang berasal dari bahasa Yunani yaitu heuriskein yang berarti saya menemukan. Gulo (2005: 84-85) menyatakan bahwa strategi pembelajaran inkuiri yaitu suatu rangkaian kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar mengajar dimana kegiatan tersebut ialah kegiatan mental intelektual dan emosional. Menurut jurnal internasional yang ditulis oleh Avsec & Kojijancic (2015: 309) mengemukakan “Inquiry-Based Learning is a learnercentered approach where critical thinking, problem solving, and communication abilities are more important than simply having knowledge 21 about the content of learnin.”. (Pembelajaran Berbasis Inkuiri adalah pendekatan berpusat pada peserta didik di mana pemikiran kritis, pemecahan masalah, dan kemampuan komunikasi yang lebih penting dari sekedar memiliki pengetahuan tentang isi pembelajaran). Berdasarkan uraian dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran inkuiri adalah suatu cara penyampaian pembelajaran yang menekankan pada proses bepikir kritis yang membutuhkan siswa untuk menemukan serta merumuskan sendiri jawaban dari masalah dalam penelitian ilmiah yang ingin diselesaikannya. Strategi ini sangat membutuhkan keterlibatan siswa untuk mendalami dan memahami masalah yang dihadapinya. c. Ciri-Ciri Strategi Pembelajaran Inkuiri Sanjaya (2006: 196-197) mengemukakan ada beberapa hal yang menjadi ciri utama strategi pembelajaran inkuiri, antara lain: 1) Strategi inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya strategi inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dalam proses pembelajaran, siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri. 2) Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief). Dengan demikian, strategi pembelajaran inkuiri menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa. 3) Aktivitas pembelajaran biasanya dilakukan melalui proses tanya jawab antar guru dan siswa. Oleh sebab itu kemampuan guru dalam menggunakan teknik bertanya merupakan syarat utama dalam melakukan inkuiri. 22 4) Tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis, atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental. Dengan demikian, dalam strategi pembelajaran inkuiri siswa tidak hanya dituntut agar menguasai materi pelajaran akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya. Manusia yang hanya menguasai pelajaran belum tentu dapat mengembangkan kemampuan berpikir secara optimal. Namun sebaliknya, siswa akan dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya manakala ia bisaa menguasai materi pelajaran. d. Kelebihan dan Kekurangan Strategi Pembelajaran Inkuiri Strategi pembelajaran inkuiri merupakan stretgi pembelajaran yang banyak dianjurkan oleh karena strategi ini memiliki beberapa keunggulan. Menurut Sanjaya (2006: 208) beberapa keunggulan strategi ini adalah : 1) Strategi inkuiri merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik secara seimbang. Sehingga pembelajaran melalui strategi ini dianggap lebih bermakna. 2) Strategi inkuiri dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka. 3) Strategi inkuiri yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman. 4) Strategi inkuiri dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Artinya siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah belajar. Menurut Marsh (1991) dalam Ngalimun (2012: 41) kelebihannya antara lain : 1) Ekonomis dalam menggunakan pengetahuan, hanya pengetahuan yang relevan dengan sebuah isu yang diamati. 23 2) Memungkinkan siswa dapat memandang konten (isi) dalam sebuah cara yang lebih realistik dan positif karena mereka dapat menganalisis dan menerapkan data untuk pemecahan masalah. 3) Secara instrinsik, strategi ini sangat memotivasi siswa. Siswa akan termotivasi oleh dirinya sendiri untuk merefleksikan isu-isu tertentu, mencari data-data yang relevan dan membuat keputusan-keputusan yang sangat berguna bagi dirinya sendiri. 4) Strategi inkuiri memungkinkan hubungan guru dan siswa lebih hangat karena guru lebih bertindak sebagai fasilitator pembelajaran dan kurang mengarahkan aktivitas-aktivitas yang didominasi guru. 5) Strategi inkuiri memberikan nilai transfer yang unggul jika dibandingkan dengan metode-metode lainnya. Disamping memiliki keunggulan atau kelebihan, strategi pembelajaran inkuiri juga pasti mempunyai kekurangan. Sanjaya (2006: 208-209) mengungkapkan kekurangan strategi ini yaitu : 1) Jika strategi inkuiri digunakan sebagai strategi pembelajaran, makan akan sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa. 2) Strategi ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar. 3) Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan. 4) Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, maka strategi inkuiri akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru. Menurut Marsh (1991) dalam Ngalimun (2012: 41) kelemahan lain strategi inkuiri, antara lain : 1) Strategi ini memerlukan jumlah jam pelajaran kelas yang banyak dan juga waktu di luar kelas dibandingkan dengan metode pembelajaran lainnya. 24 2) Pendekatan ini memerlukan proses mental yang berbeda, seperti perangkat analitik dan kognitik. Hal ini mungkin kurang berguna untuk semua bidang pembelajaran. 3) Strategi ini dapat berbahaya jika dikaitkan dengan beberapa problema inkuiri terutama isu-isu kontroversial. 4) Siswa lebih menyukai pendekatan bab per bab yang tradisional. 5) Strategi ini sulit untuk dievaluasi dengan menggunakan tes prestasi tradisional. e. Langkah-Langkah Strategi Pembelajaran Inkuiri Menurut Sanjaya (2009: 201), secara umum proses pembelajaran strategi inkuiri meliputi: 1) orientasi 2) perumusan masalah, 3) pengajuan hipotesis, 4) pengumpulan data, 5) pengujian hipotesis, 6) penarikan kesimpulan. Adapun penjelasannya di bawah ini : 1) Orientasi Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini guru mengkondisikan siswa agar siap melaksanakan proses pembelajaran. Langkah orientasi merupakan langkah yang sangat penting. Keberhasilan strategi inkuiri sangat bergantung pada kemauan siswa untuk beraktivitas menggunakan kemampuannya dalam memecahkan masalah. Tanpa kemauan dan kemampuan itu tidak mungkin proses pembelajaran akan berjalan dengan lancar. Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam tahapan orientasi ini adalah : a) Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa. b) Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan. c) Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. 2) Merumuskan Masalah Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan 25 adalah persoalan yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan teka-teki itu. Dikatakan teka-teki dalam merumuskan masalah yang ingin dikaji disebabkan masalah itu tentu ada jawabannya, dan siswa disorong untuk mencari jawaban yang tepat. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merumuskan masalah, diantaranya : a) Masalah hendaknya dirumuskan sendiri oleh siswa. Siswa akan memiliki motivasi belajar yang tinggi manakala dilibatkan dalam merumuskan masalah yamg hendak dikaji. b) Masalah yang dikaji adalah masalah yang mengandung teka-teki yang jawabannya pasti. c) Konsep-konsep dalam masalah adalah konsep-konsep yang sudah diketahui terlebih dahulu oleh siswa. 3) Merumuskan Hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan menebak (berhipotesis) pada setiap anak adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji. Perkiraan sebagai hipotesis bukan sembarang perkiraan, tetapi harus memiliki landasan berpikir yang kokoh, sehingga hipotesis yang dimunculkan itu bersifat rasional dan logis. 4) Mengumpulkan Data Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam strategi inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Proses pengumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan 26 potensi berpikirnya. Oleh sebab itu, tugas dan peran guru dalam tahap ini adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan. 5) Menguji Hipotesis Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterimah sesuai denga data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Yang terpenting dalam menguji hipotesis adalah mencari tingkat keyakinan siswa atas jawaban yang diberikan. Disamping itu, menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan. 6) Merumuskan Kesimpulan Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Merumuskan kesimpulan merupakan gong-nya dalam proses pembelajaran. Sering terjadi, oleh karena banyaknya data diperoleh, menyebabkan kesimpulan yang dirumuskan tidak fokus terhadap masalah yang hendak dipecahkan. Karena itu, untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan. Adapun secara interaktif langkah inkuiri dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut ini : 27 Orientasi Menarik Kesimpulan Merumuskan Masalah Merumuskan Hipotesis Siswa Menguji Hipotesis Mengumpulkan Data Gambar 2.1 Proses Inkuiri Sumber : Gulo (2005: 94) f. Respon Siswa Terhadap Strategi Inkuiri Strategi pembelajaran inkuiri sebagai salah satu strategi yang berorientasi pada siswa (student oriented learning) mampu menumbuhkan minat belajar siswa secara aktif. Dengan melibatkan siswa secara aktif diharapkan akan terjadi pembelajaran yang efektif dan menyenangkan (Hamdani, 2011: 108). Pembelajaran dapat dikatakan efektif apabila mutu belajar meningkat. Meningkatnya mutu belajar terjadi apabila interaksi dalam pembelajaran terjadi baik pula. Pemberian umpan balik dari guru kepada siswa merupakan salah satu bentuk interaksi antara guru dan siswa yang terjadi ketika penerapan strategi inkuiri dikelas.umpan balik hendaknya lebih untuk menguatkan daripada melemahkan siswa. selain itu, cara memberikan umpan balik pun harus secara santun. Hal ini dimaksudkan agar siswa lebih percaya diri dalam menghadapi tugas-tugas belajar selanjutnya. Guru harus konsisten memeriksa hasil pekerjaan siswa dan memberikan komentar dan catatan. Hal ini lebih bermakna bagi pengembangan diri siswa daripada sekedar angka. 28 g. Sistem Sosial Strategi Inkuiri Suchman (Bruce & Joyce, 2009: 122) berpendapat bahwa dalam strategi pembelajaran inkuiri, iklim kooperatif sangatlah dianjurkan oleh karena siswa benar-benar dilibatkan dalam pembelajaran. Siswa perlu menghipotesis secara cermat, menantang atau menguji bukti, mengkritisi rancangan pengamatan, dan sebagainya. Selain itu siswa juga harus mengakui pengetahuan tentatifnya dan berkembang dengan baik sebagai suatu disiplin ilmiah yang telah berkembang dengan baik. Guru sebagai fasilitator juga mendorong siswa untuk mulai mengawali, memprakarsai, dan menjalankan penelitian sebisa mungkin. Setelah satu periode praktik dalam sesi-sesi latian penelitian yang dikontrol oleh guru, siswa dapat melakukan penelitian dalam setting yang dikontrol oleh mereka sendiri. Suatu peristiwa yang merangsang keingintahuan mulai bisa dirancang dalam kelas, dan siswa dapat menelitinya sendiri dalam bentuk kelompok. Bergiliran antara sesi penelitian yang berjalan terus-menerus dengan sesi pengumpulan data berdasarkan materi-materi sumber. Dengan cara ini, siswa dapat bergerak mundur dan maju antara sesi-sesi penelitian dengan kajian yang dilakukannya secara mandiri. Model penelitian ini khususnya cocok pada suasana kelas yang terbuka, dimana peran guru adalah mengendalikan dan memantau pengajaran saja. Dalam tahap awal penelitian, peran guru adalah memilih situasi permasalahan, menengahi penelitian menurut prosedur-prosedur penelitian, merespon penjajakan penelitian siswa dengan informasi yang penting, membantu para peneliti pemula untuk fokus dalam penelitian mereka, dan memfasilitasi diskusi antara siswa tentang situasi permasalahan tersebut. h. Sarana Pendukung Strategi Inkuiri Strategi inkuiri memerlukan dukungan yang optimal, yakni seperangkat bahan/materi yang mengonfrontasi, seorang guru yang memahami proses intelektual dan strategi penelitian, dan materi-materi 29 sumber yang menopang suatu permasalahan (Bruce & Joyce, 2009: 125). Salah satu sistem sarana pendukung yang dibutuhkan dalam strategi ini adalah seorang instruktur yang fleksibel dan terampil dalam proses penelitian yang dapat menyediakan sumber-sumber data yang dibutuhkan untuk melaksanakan penelitian. Selain itu, sistem sarana pendukung yang lain adalah adanya perangkat-perangkat yang memadai untuk melancarkan penerapan pengamatan yang dilakukan siswa. 3. Penelitian yang Relevan Penelitian ini akan lebih kuat dengan adanya hasil penelitian yang relevan. Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Septiana Ika Wulandari (2015). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Septiana menunjukkan bahwa penerapan model kooperatif tipe Think Talk Write dapat meningkatkan keterampilan menulis eksposisi siswa kelas V SD Negeri Bangsalan Teras Boyolali tahun ajaran 2014/2015. Adapun data penelitiannya adalah pelaksanaan tindakan siklus I rata-rata proses belajar siswa secara klasikal adalah 72,22% dikategorikan cukup baik dan pada siklus II meningkat dari 72,22% menjadi 88,89% sehingga dikategorikan baik sekali. Keterampilan siswa dalam menulis eksposisi pada siswa kelas V SD Negeri Bangsalan Teras Boyolali juga mengalami peningkatan. Pada pelaksanaan siklus I rata-rata kelas 73,5 dan siklus II meningkat menjadi 77,28. Penelitian ini memiliki kesamaan variabel, yaitu sama-sama membahas tentang keterampilan menulis eksposisi. Penelitian kedua yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Uni Apriyani (2013). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Uni menunjukkan bahwa penerapan model inkuiri dapat meningkatkan pemahaman konsep batuan pada siswa kelas V SD Negeri 01 Tohudan Colomadu Karanganyar tahun ajaran 2012/2013. Adapun data penelitiannya adalah pelaksanaan tindakan siklus I rata-rata proses belajar siswa secara klasikal adalah 72,22% dikategorikan cukup baik dan pada siklus II meningkat dari 72,22% menjadi 83,33% sehingga dikategorikan baik 30 sekali. Pada pelaksanaan siklus I rata-rata kelas 71,27 dan siklus II meningkat menjadi 79,33. Penelitian ini memiliki kesamaan variabel, yaitu sama-sama membahas tentang pembelajaran inkuiri. B. Kerangka Berpikir Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan saat proses pembelajaran diperoleh kesimpulan bahwa keterampilan siswa kelas V SD Negeri Karangasem IV No. 204 Laweyan Surakarta dalam menulis eksposisi dinilai dalam kategori rendah. Selain itu, pendekatan pembelajaran yang dilakukan guru selama ini masih konvensional karena didominasi ceramah sehingga belum bisa mengoptimalkan keterampilan siswa dalam menulis eksposisi. Bertolak dari permasalahan di atas, diperlukan suatu tindakan pembelajaran dengan menggunakan strategi yang dapat menjadikan peserta didik berpartisipasi secara aktif sehingga dapat meningkatkan keterampilan siswa. Salah satu strategi yang dapat digunakan adalah strategi pembelajaran Inkuiri. Strategi ini diharapkan dapat meningkatkan keterampilan siswa karena dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman. Pembelajaran yang awalnya dianggap membosankan, akan menjadi pembelajaran yang menarik dan peserta didik akan lebih mudah memahami materi karena siswa akan terlibat dalam memecahkan sendiri masalah yang ia hadapi melalui pengalaman dan pengamatan. Pada kondisi akhirnya nanti dalam penelitian ini dapat diperoleh hasil bahwa penggunaaan strategi pembelajaran Inkuiri dapat meningkatkan keterampilan menulis eksposisi pada siswa kelas V SD Negeri Karangasem IV Laweyan Surakarta. Adapun kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 2.2 berikut : 31 Kondisi Awal Tindakan Guru mengajar dengan pendekatan pembelajaran konvensional Guru menerapkan strategi pembelajaran Inkuiri dalam pembelajaran materi menulis eksposisi Keterampilan menulis eksposisi siswa kelas V SD N Karangasem IV masih rendah Siklus I 1. 2. 3. 4. Perencanaan Tindakan Observasi Refleksi Siklus II 1. 2. 3. 4. Kondisi Akhir Penerapan strategi pembelajaran Inkuiri dapat meningkatkan keterampilan menulis eksposisi siswa kelas V SD Negeri Karangasem IV No. 204 Laweyan Surakarta Gambar 2.2 Kerangka Berpikir Perencanaan Tindakan Observasi Refleksi Siklus III 1. 2. 3. 4. Perencanaan Tindakan Observasi Refleksi 32 C. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teori, penelitian yang relevan, dan kerangka berpikir yang telah diuraikan diatas, maka dalam penelitian ini dapat dikemukakan hipotesis sebagai berikut: 1. Penerapan Strategi Pembelajaran Inkuiri dapat meningkatkan keterampilan menulis eksposisi pada siswa kelas V SD Negeri Karangasem IV No.204 Laweyan Surakarta tahun ajaran 2015/2016. 2. Penerapan Strategi Pembelajaran Inkuiri yang mengoptimalkan modalitas belajar inkuiri melalui tahap orientasi, perumusan masalah, perumusan hipotesis, pengumpulan data, pengujian hipotesis, dan perumusan kesimpulan dapat meningkatkan keterampilan menulis eksposisi pada siswa kelas V SD Negeri Karangasem IV No.204 Laweyan Surakarta tahun ajaran 2015/2016.