perbedaan keterampilan interpersonal pada wanita pekerja formal

advertisement
1
PERBEDAAN KETERAMPILAN INTERPERSONAL PADA WANITA
PEKERJA FORMAL DAN WANITA PEKERJA INFORMAL DI KOTA
MALANG
Galuh Dwinta Sari
Universitas Negeri Malang
E-mail: [email protected]
ABSTRAK:Wanita lebih unggul dalam berkomunikasi daripada pria karena wanita mampu
memahami maksud dari setiap gerak tubuh. Wanita mampu menyadari apakah lawan
bicaranya masih tertarik untuk mendengarkan atau tidak. Dalam dunia kerja, wanita
menggunakan keterampilan interpersonal untuk berhubungan dengan orang lain. Wanita
pekerja baik formal maupun informal dituntut untuk bisa melayani, berinteraksi dengan
atasan ataupun bawahan, mempengaruhi dan menjalin hubungan yang baik dengan partner
kerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan keterampilan interpersonal pada
wanita pekerja formal dan wanita pekerja informal. Penelitian kuantitatif ini menggunakan
rancangan penelitian deskriptif komparatif. Subjek penelitian sebanyak 200 orang wanita,
diambil dengan menggunakan area random sampling dari populasi sasaran dalam penelitian
ini sebanyak 131.170 wanita yang bekerja di Kota Malang. Data keterampilan interpersonal
diambil menggunakan skala dengan metode Likert. Reliabitas skala keterampilan
interpersonal sebesar 0,885. Data hasil penelitian dideskripsikan dan dianalisis dengan teknik
independet sample t-test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) Wanita pekerja formal di
Kota Malang memiliki keterampilan interpersonal yang tinggi. (2) Wanita pekerja informal di
Kota Malang memiliki keterampilan interpersonal yang tinggi. (3) Dari hasil keseluruhan
penelitian, ditemukan hasil “ada perbedaan keterampilan interpersonal pada wanita pekerja
formal dan wanita pekerja informal di Kota Malang, yaitu keterampilan interpersonal wanita
pekerja formal lebih tinggi daripada keterampilan interpersonal wanita pekerja informal”
Kata kunci : keterampilan interpersonal, wanita, pekerja formal dan informal
ABSTRACT:Woman is better in communication than man, because woman can understand
the meaning of every body movement. Woman can realize weather their interlocutor still
have some interest to listen or no. In the job‟s world, woman using interpersonal skill to
communicate with other. Career woman both formal or informal demanded that they can
serve, interact with frontman and subordinate, influence and intertwine good relationship
with their partner.This research aimed for knowing the difference of interpersonal skill
between formal career woman and informal career woman. This quantitative research used
research design of comparative descriptive research. Research subject are 200 women, taken
using area random sampling from target population in this research of 131.170 women that
work in Malang City. Interpersonal skill data taken using Likert scale and method. The scale
reability of interpersonal skill is 0.885. Data of research result described and analyzed using
independent sample t-test technique.Research result shows that: (1) formal career woman in
Malang City has high interpersonal skill (2) informal career woman in Malang City has high
interpersonal skill (3) from this whole research,its found the result that “there is a difference
of interpersonal skill between formal career woman and informal career woman in Malang
City, interpersonal skill of formal career woman is higher than interpersonal skill of informal
career woman”.
Keywords: interpersonal skill, woman, formal and informal career
2
Sebagai makhluk sosial, manusia hidup secara berdampingan dan saling
membutuhkan satu sama lain. Dalam skema hidup berdampingan inilah muncul kebutuhan
untuk memahami kebutuhan manusia lainnya, sehingga timbullah hubungan antar manusia.
Keterampilan interpersonal atau yang sering pula disebut sebagai kemampuan interpersonal
adalah keterampilan manusia untuk membangun dan menjaga hubungan baik dengan manusia
lain. Bagaimana diri kita mampu membangun hubungan yang harmonis dengan memahami
dan merespon manusia atau orang lain merupakan bagian dari keterampilan interpersonal.
Keterampilan interpersonal mempengaruhi bagaimana manusia mempersepsikan diri
sendiri terhadap orang lain, dan bagaimana orang lain mempersepsikan individu tersebut. Jika
memiliki keterampilan interpersonal yang tinggi, hal yang akan dirasakan adalah rasa percaya
diri, dan kemudian akan timbul perasaan dihargai oleh orang lain, dan pada akhirnya kita
akan dapat membangun hubungan yang harmonis dengan orang lain.
Dalam dunia kerja, keterampilan interpersonal sangat dibutuhkan agar orang lain
merasa nyaman untuk saling berhubungan dan bekerja sama untuk mencapai tujuan yang
maksimal dan menguntungkan. Pada zaman modern, sudah bukan hal yang aneh lagi jika
para wanita bekerja, baik itu untuk kebutuhan hidup sehari-hari, maupun untuk menggapai
cita-cita karirnya. Wanita diharapkan lebih mampu menjalin hubungan daripada laki-laki,
karena kemampuannya untuk mendengarkan lawan bicaranya lebih hebat. Wanita lebih
mampu mengerti bahasa tubuh, kunci suara dan nada suara dan pemicu indera lainnya
(Pease,2010). Hal inilah yang membuat wanita lebih unggul dalam berkomunikasi daripada
pria karena wanita mampu memahami maksud dari setiap gerak tubuh, wanita mampu
menyadari kapan lawan bicaranya lelah dan kapan lawan bicaranya masih semangat untuk
mendengarkannya.
Wanita yang bekerja di sektor formal cenderung memiliki tingkat pendidikan dan
keterampilan, akses ke lembaga keuangan, produktivitas tenaga kerja serta tingkat upah yang
juga relatif lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang bekerja di sektor informal. Wanita
yang bekerja di sektor informal umumnya berasal dari tingkat pendidikan dan keterampilan
rendah serta sumber-sumber terbatas, antara lain industri rumah tangga, pedagang kaki lima
(warung nasi, minuman atau penjual rokok) dan pada bidang jasa seperti pembantu rumah
tangga, buruh cuci, pengasuh anak dan lain-lain. Mereka dapat dijumpai dipinggir-pinggir
jalan dan menyediakan kebutuhan bagi golongan ekonomi menengah ke bawah.
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keterampilan interpersonal
wanita pekerja formal di Kota Malang, untuk mengetahui keterampilan interpersonal wanita
3
pekerja informal di Kota Malang,untuk mengetahui perbedaan keterampilan interpersonal
pada wanita pekerja formal dan wanita pekerja informal.
Johnson (2009) mendefinisikan keterampilan interpersonal sebagai kumpulan
kemampuan seseorang untuk berinteraksi secara efektif dengan orang lain. Istilah
kemampuan interpersonal juga termasuk kepada apa yang dikenal dengan soft skills, yaitu:
kemampuan untuk mengatasi konflik, negosiasi, dan kerjasama yang penting dimiliki oleh
setiap profesi dan jabatan (Goleman, 1999, Jeff Lash,2003, Kaoshi, 2001, Linden, 2002
dalam Syahniar 2006). Menurut Syahniar (2006) kemampuan interpersonal merupakan
keterampilan berinteraksi dengan orang lain dalam konsteks sosial dengan cara yang spesifik,
yang dapat diterima oleh masyarakat, bermanfaat bagi diri pribadi dan orang lain.
Johnson (2009) menyatakan ada beberapa keterampilan dasar yang perlu dimiliki agar
individu mampu berinteraksi dengan baik. Keterampilan-keterampilan tersebut adalah
sebagai berikut.
a. Self disclosure atau pengungkapan diri
self-disclosure adalah mengungkapkan kepada orang lain bagaimana individu
mempersepsikan dan bereaksi terhadap situasi yang terjadi dimasa sekarang dan memberikan
informasi yang relevan tentang diri dan masa lalunya untuk mengerti persepsi dan reaksinya
(Johnson,2009). Pengungkapan diri dapat diartikan sebagai pemberian informasi tentang diri
sendiri kepada orang lain. Informasi yang diberikan tersebut dapat mencakup berbagai hal
seperti pengalaman hidup, perasaan, emosi, pendapat, cita-cita dan lain sebagainya. Devito
dalam Maulidiyah (2011) mengatakan bahwa self-disclosure merupakan kemampuan dalam
memberikan informasi.
b. Kepercayaan
Agar dapat saling mengenal dengan baik harus ada rasa saling percaya yang kuat.
Kepercayaan adalah faktor yang menentukan efektivitas hubungan karena dengan
kepercayaan maka individu akan lebih banyak membuka diri. Sikap percaya merupakan dasar
untuk tumbuh dan berkembangnya suatu hubungan yang baik.
Kepercayaan adalah aspek dalam suatu hubungan. Kepercayaan terdiri dari dua
bagian: being trusting and being trustworthy. Secara spesifik, percaya atau trusting
melibatkan keterbukaan (berbagi informasi, ide-ide, pikiran, perasaaan, dan reaksi terhadap
sesuatu), membuka diri, dan berbagi. Individu dipercaya atau trustworthy ketika individu
tersebut mengekspresikan penerimaan, mendukung, dan bekerja sama kepada orang lain,
selama individu tersebut membalas timbal balik dari keterbukaan diri orang lain.
c. Keterampilan Komunikasi
4
Melalui komunikasi individu dapat mengerti satu sama lain, belajar untuk menyukai,
saling mempengaruhi, percaya satu sama lain, memulai dan mengakhiri suatu hubungan,
lebih mempelajari diri sendiri dan bagaimana orang lain mempersepsikan seseorang.
Setiap pesan yang disampaikan melalui kata-kata disebut dengan pesan verbal. Dalam
sebuah hubungan, pesan verbal sangat penting dalam perkembangan sebuah hubungan.
Komunikasi verbal terkait dengan pemakaian simbol-simbol bahasa berupa kata atau
rangkaian kata yang mengandung makna tertentu. Dalam komunikasi yang efektif,
komunikasi non verbal juga diperlukan untuk memperkuat makna dari informasi yang ingin
disampaikan. Berikut beberapa bahasa nonverbal:
1. Ekspresi wajah
Ada beberapa bentuk emosi dasar seperti bahagia, sedih, marah, takut, jijik, dan
terkejut yang dapat terpancar dalam ekspresi wajah yang mudah untuk dikenali.
Keadaan emosi ini terungkap dalam ekspresi wajah yang sangat unik dan dapat
dikenali di seluruh dunia (bersifat universal).
2. Tatapan Mata
Tatapan mata antara seseorang dengan lawan bicaranya dapat membantu
menjelaskan bagaimana hubungan diantara keduanya. Pada umumnya, seseorang akan
lebih banyak menatap lawan bicaranya ketika dirinya berperan sebagai pembicara.
Tatapan mata dapat juga menunjukkan adanya dominasi pada orang lain.
3. Gerakan tubuh
Ketika seseorang berbicara, pada umumnya akan disertai dengan gerakangerakan tubuh tertentu. Gerakan tubuh ini akan membantu seseorang untuk dapat
memahami apa yang dibicarakan oleh orang lain, bahkan gerakan tubuh dapat
menggantikan kata-kata yang tidak diucapkan oleh seseorang. Orang dengan status
yang lebih tingi akan membentuk posisi tubuh yang terbuka dan asimetris (misalnya,
dada membusung) dengan lawan bicaranya. Sebaliknya orang dengan status yang
lebih rendah akan membentuk posisi tubuh yang tertutup dan simetris.
4. Sentuhan
Sentuhan dapat mengungkapkan seberapa jauh kedekatan seseorang dengan
orang lain. Namun sentuhan juga dapat mengisyaratkan dominasi seseorang. Ketika
dua orang dengan status yang berbeda berkomunikasi, maka sentuhan akan terjadi
scara satu arah, yaitu orang yang statusnya lebih tinggi akan menyentuh orang dengan
status lebih rendah dan tidak sebaliknya (Devito, 2003)
5
Dalam berkomunikasi, hal penting lainnya adalah bagaimana cara individu
mendengarkan dan merespon terhadap individu lainnya. Cara seseorang mendengarkan dan
merespon orang lain adalah hal yang paling menentukan dalam membangun hubungan yang
bermakna.
d. Memecahkan konflik
Kemungkinan yang akan terjadi akibat suatu hubungan adalah konflik. Agar
hubungan akan tetap berlangsung maka kedua belah pihak harus memahaminya, mencari
sumber permasalahan dan menetapkan alternatif pemecahannya secara bersama-sama.
Konflik adalah situasi dari tindakan yang salah satu pihak berakibat menghalangi,
menghambat atau mengganggu tindakan pihak lain. Salah satu cara untuk memecahkan
masalah adalah dengan bernegosiasi. Johnson & Johnson (1991) menyebutkan negosiasi
adalah ketika individu mencoba untuk menemukan penyelesaian dari sebuah masalah dengan
teman berbagi ataupun yang memiliki pandangan yang berbeda dengan individu tersebut .
Ketika bernegosiasi, individu mempertimbangkan keuntungan dan kerugian yang didapatkan
dalam mencapai tujuan. Negosiasi dilakukan dengan cara melakukan perundingan sehingga
tidak ada pihak yang dirugikan. Dalam pencapaian tujuan, banyak hal yang bisa dilakukan
dan seringkali hubungan dengan orang lain menjadi bermasalah. Tujuan adalah suatu urusan
yang kita nilai dan kita kerjakan untuk mendapatkannya. Ketika individu memiliki tujuan
yang sama, maka individu tersebut berada dalam hubungan kerjasama. Namun jika tujuan
individu bertentang dengan yang lain, maka individu tersebut berada dalam hubungan yang
kompetitif (Johnson, 2009).
Aktivitas bekerja sebenarnya dapat dilakukan oleh individu pria dan wanita. Tujuan
wanita bekerja adalah untuk memenuhi kebutuhan diri dan membantu pendapatan keluarga.
Menurut undang-undang no.13 tentang ketenagakerjaan , istilah ketenagakerjaan adalah
segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama, dan sesudah
masa kerja. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 tahun 1997 tentang ketenagakerjan,
pengertian tenaga kerja adalah setiap orang laki-laki atau perempuan yang sedang dalam dan
atau akan melakukan pekerjaan , baik di dalam maupun diluar lingkungan kerja guna
menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Bekerja adalah melakukan pekerjaan atau bekerja dengan maksud memperoleh atau
membantu memperoleh penghasilan atau keuntungan selama paling sedikit satu jam secara
berturut-turut (BPS, 2010) . Aktivitas dalam kerja mengandung unsur suatu kegiatan sosial,
menghasilkan sesuatu dan pada akhirnya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup.
6
Menurut Triputrajaya (2011) sector formal adalah usaha yang secara sah terdaftar dan
mendapat izin dari pejabat berwenang. Kegiatannya terhimpun dalam instansi pemerintah,
bentuk badan usaha seperti BUMN, BUMS, dan koperasi. Sedangkan pekerjaan sektor
informal adalah sebuah lapangan kegiatan usaha yang bersifat independen.
Wanita yang bekerja di sektor formal cenderung memiliki tingkat pendidikan dan
ketrampilan, akses ke lembaga keuangan, produktivitas tenaga kerja serta tingkat upah yang
juga relatif lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang bekerja di sektor informal. Hal ini
membuktikan bahwa tingkat intelektualitas wanita di sektor formal dituntut lebih karena pada
dasarnya pekerjaan di sektor formal menuntut para pekerjanya untuk taat pada peraturan yang
biasanya tertulis, pemberian sanksi apabila terjadi pelanggaran aturan, ada cuti yang dapat
diambil, jam kerja yang jelas serta upah yang cenderung stabil atau diperoleh secara berkala
(perbulan).
Gilarso (1992) menyatakan bahwa sektor informal banyak terdapat di perkotaan,
melainkan juga dipedesaan, kegiatannya terutama disektor perdagangan (penjual keliling,
pedagang kaki lima, tukang loak, penjual buku bekas), sedang dari sektor jasa adalah tukang
becak, buruh angkut, tukang gunting rambut dan sebagainya. Menurut Ahmad (2002) sektor
informal disebut sebagai kegiatan ekonomi yang bersifat marjinal (kecil-kecilan) yang
memperoleh beberapa ciri seperti kegiatan yang tidak teratur, tidak tersentuh peraturan,
bermodal kecil dan bersifat harian, tempat tidak tetap berdiri sendiri, berlaku dikalangan
masyarakat yang berpenghasilan rendah, tidak membutuhkan keahlian dan keterampilan
khusus, lingkungan kecil atau keluarga serta tidak mengenal perbankan, pembukuan maupun
perkreditan.
Wanita yang bekerja di sektor formal dapat disebut juga dengan istilah wanita karier
karena istilah wanita karier adalah wanita yang berpendidikan tinggi dan mempunyai status
tinggi dalam pekerjaannya yang berhasil dalam berkarya yang dikenal sebagai wanita bekerja
atau wanita berkarya (Mudzhar dkk, dalam Firdiansyah, 2009). Wanita yang bekerja di sektor
formal di harapkan mempunyai keahlihan yang khusus agar mampu bekerja maksimal dalam
pekerjaannya. Wanita yang bekerja di sektor formal cenderung lebih terampil dalam
komunikasi, lebih percaya diri, dan menerima diri mereka dengan baik. Selain itu,
pengalaman dalam menghadapi hambatan-hambatan lingkungan kerja membuat pekerja
formal lebih baik dalam mengatasi konflik.
Pendidikan yang didapat oleh wanita pekerja formal mempengaruhi kepercayaan diri
mereka. Hal ini sangat membantu dalam proses interaksi dimanapun terutama di
dilingkungan pekerjaannya. Dalam studi lebih lajut mengungkapkan bahwa tingkat
7
pendidikan yang rendah cenderung membuat individu merasa dibawah kekuasaan yang lebih
pandai, sebaliknya individu yang pendidikannya lebih tinggi cenderung akan menjadi mandiri
dan tidak perlu bergantung pada individu lain. Individu tersebut akan mampu memenuhi
keperluan hidup dengan rasa percaya diri dan kekuatannya dengan memperhatikan situasi
dari sudut kenyataan.
Wanita pekerja formal cenderung memiliki tingkat keterampilan interpersonal yang
lebih tinggi. Mereka mempunyai keahlian khusus dan pengalaman kerja yang lebih baik
dibandingkan dengan wanita pekerja informal. Hal ini juga disebabkan oleh para wanita
pekerja formal bertemu dengan orang yang berbeda-beda dari berbagai kalangan dan status
sosial, sehingga mereka lebih mampu dalam berkomunikasi dan tidak canggung untuk
memulai suatu percakapan.
Wanita yang mendapatkan pekerjaan yang bagus akan berkontribusi pada penerimaan
diri mereka, status sosial dan jabatan pekerjaan akan menambah harga diri wanita pekerja
formal. Sehingga mereka yang mendapatkan tempat yang lebih baik dalam dunia pekerjaan
cenderung memiliki penerimaan diri yang baik, yang mana hal ini sangat membantu dalam
mengembangkan efektivitas interpersonal mereka. Wanita pekerja formal lebih banyak
berinteraksi dengan orang lain dan lebih kompeten dalam berkomunikasi di lingkungan
pekerjaan. Oleh karena itu, tingkat keterampilan interpersonal wanita pekerja formal
cenderung lebih tinggi daripada wanita pekerja informal.
METODE
Desain penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian kuantitatif ini adalah penelitian
deskriptif komparatif. Menurut Whitney (dalam Nazir 2009), metode deskriptif adalah
pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif mempelajari masalahmasalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi
tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan,
serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena.
Hal yang dideskripsikan pada penelitian ini adalah keterampilan interpersonal wanita pekerja
formal dan informal di Kota Malang.
Penelitian komparatif bertujuan untuk menemukan persamaan dan perbedaan tentang
benda-benda, orang, kerja, ide-ide dapat dibandingkan kesamaan pandangan dan perubahan
pandangan orang terhadap kasus ataupun peristiwa (Arikunto, 2010). Variabel-variabel dalam
penelitian ini adalah keterampilan interpersonal dan wanita pekerja sektor formal dan
8
informal. Perbedaan yang dikaji dalam penelitian ini adalah perbedaan keterampilan
interpersonal antara wanita pekerja formal dan wanita pekerja informal di Kota Malang.
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh wanita pekerja yang ada di Kota Malang.
Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah wanita yang memiliki kriteria
sebagai berikut:
a. Wanita yang bekerja di Kota Malang
b. Wanita bekerja usia produktif 15-64 tahun
c. Wanita yang bekerja di bidang formal, yang memiliki kriteria sebagai berikut.
- Pekerjaan didasarkan pada kontrak kerja yang jelas.
- Pengupahan diberikan secara tetap/permanen.
- Terampil dan berpendidikan.
- Unit produksi digolongkan besar.
- Kepemilikan berupa korporasi (buka individu).
- Cenderung memiliki tingkat pendidikan dan keterampilan juga akses ke lembaga
keuangan.
- Produktivitas tenaga kerja dan upah lebih tinggi daripada sektor informal.
- Jam kerja yang jelas/stabil.
d. Wanita yang bekerja di bidang informal, yang memiliki kriteria sebagai berikut.
- Kegiatannya terutama disektor perdagangan (penjual keliling, pedagang kaki lima,
tukang loak, penjual buku bekas,dsb).
- Pola kegiatannya tidak teratur, baik dalam arti waktu kerja, permodalan, maupun
penerimaannya.
- Belum tersentuh oleh peraturan pemerintah, tidak pakai ijin usaha dan karena itu
sering dikatakan liar.
- Modal peralatan dan perlengkapan maupun jumlah penjualannya biasanya kecil dan
diusahakan atas dasar hitungan harian saja.
- Umumnya tidak mempunyai tempat usaha yang permanen yang terpisah dari tempat
tinggalnya.
- Umumnya dilakukan oleh golongan masyarakat yang berpenghasilan rendah.
- Tidak membutuhkan keahlian atau keterampilan khusus sehingga dapat menyerap
tenaga kerja dengan bermacam-macam tingkat pendidikan.
9
- Umumnya tiap-tiap satuan usaha hanya mempekerjakan tenaga yang sedikit dari
lingkungan keluarga atau berasal dari daerah yang sama.
- Belum banyak mengenal perkreditan dan perbankan.
Populasi penelitian
Kecamatan
Jumlah wanita yang bekerja
Kedungkandang
29.170
Sukun
29.125
Klojen
19.259
Blimbing
27.851
Lowokwaru
25.765
Kota Malang
131.170
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Malang
Pengambilan sampel menggunakan teknik area random sampling. Sampel penelitian
yang digunakan pada penelitian ini berjumlah 200 orang, yaitu 100 orang wanita pekerja
formal dan 100 orang wanita pekerja informal yang ada di Kelurahan Lowokwaru dan
Kelurahan Dinoyo di Kecamatan Lowokwaru, dan Kelurahan Bareng dan Kelurahan Gading
Kasri di Kecamatan Klojen. Jumlah dan sebaran sampel penelitian tergambarkan pada tabel
berikut.
Tabel Sampel Penelitian
Kecamatan
Kelurahan
Lowokwaru
Klojen
Jumlah
Jumlah wanita Pekerja
Formal
Informal
Lowokwaru
25
25
Dinoyo
25
25
Bareng
25
25
Gading Kasri
25
25
100
100
10
Instrumen Penelitian
Data yang diperlukan dikumpulkan dengan menggunakan skala keterampilan
interpersonal dengan metode Likert. Contoh:
No
Pernyataan
12
Saya mengerti kemauan diri sendiri
14
Saya tidak bisa membawa diri kepada orang-orang baru
35
Saya mendengarkan dengan seksama ketika orang lain
STS
TS
S
SS
bercerita
Instrumen penelitian ini menggunakan validitas isi dan validitas konstrak. Validitas
isi dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan teori pada variabel yang
akan diteliti, pertanyaan atau pernyataan yang telah dijabarkan dari indikator
(Sugiyono,2010). Validitas konstrak dilakukan dengan mengkontruksikan aspek-aspek yang
akan diukur dengan landasan teori tertentu kemudian dilanjutkan dengan jastifikasi dosen
pembimbing. Uji coba instrument kemudian dilanjutkan dengan bantuan dengan program
SPSS versi 16,00 dan mendapatkan 38 aitem yang valid.
Hasil perhitungan uji reliabilitas dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach
dengan menggunakan SPSS 16. Adapun hasil reliabilitas pada skala keterampilan
interpersonal sebesar 0,885.
Analisis Data
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis analisis
yaitu analisis statistik deskriptif dan analisis komparatif menggunakan teknik independent
sample t-test dengan bantuan program SPSS.
HASIL
1. Dari analisis deskriptif dapat diketahui bahwa wanita yang bekerja di sektor formal
dengan tingkat keterampilan interpersonal tinggi ada 100 orang (100%), tidak ada wanita
dengan tingkat keterampilan interpersonal agak tinggi (0%), tidak ada wanita dengan
tingkat keterampilan interpersonal agak rendah (0%), dan tidak ada wanita dengan tingkat
keterampilan rendah (0%). Sehingga dapat disimpulkan bahwa keterampilan interpersonal
wanita pekerja formal tinggi.
2. Dari analisis deskriptif dapat diketahui bahwa wanita yang bekerja di sektor informal
dengan tingkat keterampilan interpersonal tinggi ada 86 orang (86%), wanita pekerja
11
informal dengan tingkat keterampilan interpersonal agak tinggi sebanyak 14 orang (14%),
tidak ada wanita pekerja informal dengan tingkat keterampilan interpersonal agak rendah
(0%), dan tidak ada wanita pekerja informal dengan tingkat keterampilan interpersonal
rendah (0%) . Jadi, dapat disimpulkan bahwa keterampilan interpersonal wanita pekerja
informal adalah tinggi.
3. Pada data „wanita pekerja formal‟ signifikansi lebih dari 0,05 (0,200 > 0,05). Oleh karena
itu, data tersebut berdistribusi normal. Sebaran data „wanita pekerja informal‟
signifikansinya lebih dari 0,05 (0,161 > 0,05), sehingga dapat dikatakan bahwa data
tersebut terdistribusi secara normal.
4. Berdasarkan hasil uji homogenitas keterampilan interpersonal menggunakan levene’s test
for equality of varian diperoleh nilai signifikansi 0,153. Karena nilai signifikansi > 0,05
(0,153 > 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa kelompok data skor nilai wanita pekerja
formal dan wanita pekerja informal memiliki varian yang sama atau homogen.
5. Berdasarkan hasil uji hipotesis dengan menggunakan teknik independent sample t-test
dapat dilihat bahwa nilai signifikansi kurang dari 0,05 (0,000 < 0,05), maka hipotesis
diterima. Sehingga dapat diartikan “ada perbedaan keterampilan interpersonal pada
wanita pekerja formal dan wanita pekerja informal di Kota Malang”.
DISKUSI
Dari hasil analisis data ditemukan bahwa tingkat keterampilan interpersonal pada
wanita pekerja formal tinggi yang berarti mereka mempunyai kemampuan untuk berinteraksi
atau berhubungan secara efektif dengan orang lain (Johnson, 2009). Wanita yang bekerja di
bidang formal, sistem, waktu, upah dan jabatan cenderung lebih baik daripada wanita yang
bekerja di sektor informal. Status sosial dalam pekerjaan membuat wanita menjadi puas dan
bergairah. Memahami kedudukan sosial dalam masyarakat merupakan indikator dari selfdisclosure dalam salah satu aspek dari keterampilan interpersonal.
Para wanita pekerja formal melakukan aktualisasi dirinya dengan bekerja dan
mendapatkan jabatan pada pekerjaannya, sehingga menambah kepercayaan diri dan
penerimaan diri yang positif bagi wanita pekerja formal. Hal ini bermanfaat dalam
meningkatkan efektivitas keterampilan interpersonal mereka. Pernyataan ini didukung oleh
Rasuly (2012) dalam penelitiannya mengenai hubungan antara tingkat kepercayaan diri dan
penerimaan diri dengan keterampilan interpersonal siswa kelas XI SMK Negeri Sekota
Pamekasan, menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara kepercayaan diri dan
penerimaan diri dengan keterampilan komunikasi interpersonal. Individu yang memiliki
12
kepercayaan diri yang tinggi dan penerimaan diri yang bagus tidak akan kesulitan untuk
memulai interaksi dengan orang yang baru.
Wanita pekerja informal juga memiliki keterampilan interpersonal yang tinggi
dikarenakan kebanyakan dari mereka bangga sudah bisa memberikan sumbangan ekonomi
kepada rumah tangga walaupun mereka bekerja di sektor informal, sehingga penerimaan diri
mereka baik dan merasa lebih dihargai. Selain itu, para wanita pekerja informal menjadi
mudah berinteraksi secara interpersonal dengan sesama pekerja lainnya dikarenakan
kesamaan profesi dan status sosial.
Menurut Ahmad (2002) sektor informal disebut sebagai kegiatan ekonomi yang
bersifat marjinal (kecil-kecilan) yang memperoleh beberapa ciri seperti kegiatan yang tidak
teratur, tidak tersentuh peraturan, bermodal kecil dan bersifat harian, tempat tidak tetap
berdiri sendiri, berlaku dikalangan masyarakat yang berpenghasilan rendah, tidak
membutuhkan keahlian dan keterampilan khusus, liengkungan keil atau keluarga serta tidak
mengenal perbankan, pembukuan maupun perkreditan. Kegiatan sektor informal terutama
ada pada sektor perdagangan seperti penjual nasi, penjaga toko, pedagang kaki lima, penjual
barang-barang bekas, pada sektor jasa seperti pembantu rumah tangga, pengasuh anak, buruh
cuci, dll. Lingkungan kerja para pedagang misalnya, mengharuskan mereka untuk lebih
memikirkan strategi konflik untuk mencapai tujuan dan untuk mendapatkan uang dari para
pesaingnya, yang mana hal ini merupakan salah satu hal yang bisa meningkatkan
keterampilan interpersonal.
Wanita pekerja formal mempunyai persentase tingkat keterampilan interpersonal
tinggi lebih banyak daripada wanita pekerja informal yaitu 100% untuk wanita pekerja formal
dan 86 % untuk wanita pekerja informal. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan wanita
pekerja formal untuk bisa memahami dan berkomunikasi dengan orang lain, melihat
perbedaan dalam mood; temperamen, motivasi dan menjaga hubungan, serta mengetahui
berbagai peranan yang terdapat dalam suatu kelompok, jauh lebih baik daripada wanita
pekerja informal (Campbell dalam Syahniar, 2006)
Wanita yang bekerja di sektor formal berkesempatan untuk bertemu dengan orang –
orang yang ahli dibidangnya, bertemu dan berkumpul dengan orang-orang yang lebih senior,
berinteraksi dengan orang yang bervariasi/ berbeda. Hal ini menyebabkan penerimaan diri
dan kesadaran diri pada wanita yang bekerja di sektor formal lebih besar daripada wanita
yang bekerja di sektor informal. Pernyataan ini didukung oleh Linandar (2009), banyak
wanita karir yang merasa keberhasilan mereka sebagai suatu keberuntungan karena berada
13
ditempat yang tepat dan bertemu dengan orng-orang yang tepat, dimana hal tersebut sangat
penting untuk memulai suatu pekerjaan
Syahniar (2006) menyebutkan kemampuan interpersonal merupakan keterampilan
berinteraksi dengan orang lain dalam konsteks social dengan cara yang spesifik, yang dapat
diterima oleh masyarakat, bermanfaat bagi diri pribadi dan orang lain. Johnson (2009)
menjelaskan keterampilan interpersonal adalah merupakan keseluruhan kemampuan
seseorang yang digunakan untuk berinteraksi atau berhubungan secara efektif dengan orang
lain. Sehingga dapat dikatakan bahwa wanita pekerja formal memiliki keterampilan
berinteraksi dan berhubungan antarpribadi lebih baik daripada wanita pekerja informal.
14
DAFTAR RUJUKAN
Ahmad, A. 2002. Redesain Jakarta 2020. Jakarta: Kota Press
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: RinekaCipta
DeVito, J. A. 2003. Human Communication Ninth Edition: The Basic Course USA: Pearson
Education Inc
Firdiansyah, M. 2009. Pengaruh Motivasi Bekerja Perempuan di Sektor Informal Terhadap
Pembagian Kerja dan Pengambilan Keputusan dalam Keluarga. Skripsi : Bogor :
Fakultas Ekologi Manusia, IPB
Gilarso, T. 1992. Pengantar Ilmu Ekonomi Bagian Makro. Yogyakarta: Kanisius
Johnshon, David. 2009. Reaching Out: Interpersonal Effectiveness and Self-Actualization
Tenth Edition. University of Minnesota: Pearson
Johnson & Johnson. 1991. Joining Together: Group Theory and Group Skills Fourth Edition.
US: Allyn and Bacon
Linandar, Tidar Naffitri. 2009. Faktor-faktor yang mempengaruhi karier wanita (studi kasus:
badan pemberdayaan masyarakat dan keluarga berencana kota bogor). Skripsi.
Bogor: IPB.
Maulidiyah, Linda. 2011. Pengembangan Paket Bimbingan Keterampilan Interpersonal
dalam Membina Hubungan dengan Teman Sebaya. Skripsi tidak diterbitkan. Malang:
Bimbingan dan Konseling UM
Nazir, Moh. 2009. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia
Pease, Allan & Barbara. 2010. Why Men Don’t Listen and Women Cant Read Maps. Jakarta:
PT Tamaprint Indonesia
Rasuly, Maulidir. 2012. Hubungan antara Tingkat Kepercayaan Diri dan Penerimaan Diri
dengan Keterampilan Komunikasi Interpersonal Siswa Kelas XI SMK Negeri Sekota
Pamekasan. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Bimbingan Konseling UM
Sugiyono. 2010. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Penerbit Alfabeta
Syahniar. 2006. Tindak pembelajaran yang berkontribusi terhadap peningkatan kemampuan
interpersonal siswa sekolah dasar (studi etnografi di min malang 1) . Disertasi tidak
diterbitkan. Malang: Psikologi Pendidikan UM
Triputrajaya, Ihsan. 2011. Preferensi pekerja dalam memilih pekerjaan sektor formal. Jurnal
ILTEK Volume 6 No.12
Download