1 PERBEDAAN KETERAMPILAN INTERPERSONAL PADA WANITA PEKERJA FORMAL DAN WANITA PEKERJA INFORMAL DI KOTA MALANG Galuh Dwinta Sari Universitas Negeri Malang E-mail: [email protected] ABSTRAK:Wanita lebih unggul dalam berkomunikasi daripada pria karena wanita mampu memahami maksud dari setiap gerak tubuh. Wanita mampu menyadari apakah lawan bicaranya masih tertarik untuk mendengarkan atau tidak. Dalam dunia kerja, wanita menggunakan keterampilan interpersonal untuk berhubungan dengan orang lain. Wanita pekerja baik formal maupun informal dituntut untuk bisa melayani, berinteraksi dengan atasan ataupun bawahan, mempengaruhi dan menjalin hubungan yang baik dengan partner kerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan keterampilan interpersonal pada wanita pekerja formal dan wanita pekerja informal. Penelitian kuantitatif ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif komparatif. Subjek penelitian sebanyak 200 orang wanita, diambil dengan menggunakan area random sampling dari populasi sasaran dalam penelitian ini sebanyak 131.170 wanita yang bekerja di Kota Malang. Data keterampilan interpersonal diambil menggunakan skala dengan metode Likert. Reliabitas skala keterampilan interpersonal sebesar 0,885. Data hasil penelitian dideskripsikan dan dianalisis dengan teknik independet sample t-test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) Wanita pekerja formal di Kota Malang memiliki keterampilan interpersonal yang tinggi. (2) Wanita pekerja informal di Kota Malang memiliki keterampilan interpersonal yang tinggi. (3) Dari hasil keseluruhan penelitian, ditemukan hasil “ada perbedaan keterampilan interpersonal pada wanita pekerja formal dan wanita pekerja informal di Kota Malang, yaitu keterampilan interpersonal wanita pekerja formal lebih tinggi daripada keterampilan interpersonal wanita pekerja informal” Kata kunci : keterampilan interpersonal, wanita, pekerja formal dan informal ABSTRACT:Woman is better in communication than man, because woman can understand the meaning of every body movement. Woman can realize weather their interlocutor still have some interest to listen or no. In the job‟s world, woman using interpersonal skill to communicate with other. Career woman both formal or informal demanded that they can serve, interact with frontman and subordinate, influence and intertwine good relationship with their partner.This research aimed for knowing the difference of interpersonal skill between formal career woman and informal career woman. This quantitative research used research design of comparative descriptive research. Research subject are 200 women, taken using area random sampling from target population in this research of 131.170 women that work in Malang City. Interpersonal skill data taken using Likert scale and method. The scale reability of interpersonal skill is 0.885. Data of research result described and analyzed using independent sample t-test technique.Research result shows that: (1) formal career woman in Malang City has high interpersonal skill (2) informal career woman in Malang City has high interpersonal skill (3) from this whole research,its found the result that “there is a difference of interpersonal skill between formal career woman and informal career woman in Malang City, interpersonal skill of formal career woman is higher than interpersonal skill of informal career woman”. Keywords: interpersonal skill, woman, formal and informal career 2 Sebagai makhluk sosial, manusia hidup secara berdampingan dan saling membutuhkan satu sama lain. Dalam skema hidup berdampingan inilah muncul kebutuhan untuk memahami kebutuhan manusia lainnya, sehingga timbullah hubungan antar manusia. Keterampilan interpersonal atau yang sering pula disebut sebagai kemampuan interpersonal adalah keterampilan manusia untuk membangun dan menjaga hubungan baik dengan manusia lain. Bagaimana diri kita mampu membangun hubungan yang harmonis dengan memahami dan merespon manusia atau orang lain merupakan bagian dari keterampilan interpersonal. Keterampilan interpersonal mempengaruhi bagaimana manusia mempersepsikan diri sendiri terhadap orang lain, dan bagaimana orang lain mempersepsikan individu tersebut. Jika memiliki keterampilan interpersonal yang tinggi, hal yang akan dirasakan adalah rasa percaya diri, dan kemudian akan timbul perasaan dihargai oleh orang lain, dan pada akhirnya kita akan dapat membangun hubungan yang harmonis dengan orang lain. Dalam dunia kerja, keterampilan interpersonal sangat dibutuhkan agar orang lain merasa nyaman untuk saling berhubungan dan bekerja sama untuk mencapai tujuan yang maksimal dan menguntungkan. Pada zaman modern, sudah bukan hal yang aneh lagi jika para wanita bekerja, baik itu untuk kebutuhan hidup sehari-hari, maupun untuk menggapai cita-cita karirnya. Wanita diharapkan lebih mampu menjalin hubungan daripada laki-laki, karena kemampuannya untuk mendengarkan lawan bicaranya lebih hebat. Wanita lebih mampu mengerti bahasa tubuh, kunci suara dan nada suara dan pemicu indera lainnya (Pease,2010). Hal inilah yang membuat wanita lebih unggul dalam berkomunikasi daripada pria karena wanita mampu memahami maksud dari setiap gerak tubuh, wanita mampu menyadari kapan lawan bicaranya lelah dan kapan lawan bicaranya masih semangat untuk mendengarkannya. Wanita yang bekerja di sektor formal cenderung memiliki tingkat pendidikan dan keterampilan, akses ke lembaga keuangan, produktivitas tenaga kerja serta tingkat upah yang juga relatif lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang bekerja di sektor informal. Wanita yang bekerja di sektor informal umumnya berasal dari tingkat pendidikan dan keterampilan rendah serta sumber-sumber terbatas, antara lain industri rumah tangga, pedagang kaki lima (warung nasi, minuman atau penjual rokok) dan pada bidang jasa seperti pembantu rumah tangga, buruh cuci, pengasuh anak dan lain-lain. Mereka dapat dijumpai dipinggir-pinggir jalan dan menyediakan kebutuhan bagi golongan ekonomi menengah ke bawah. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keterampilan interpersonal wanita pekerja formal di Kota Malang, untuk mengetahui keterampilan interpersonal wanita 3 pekerja informal di Kota Malang,untuk mengetahui perbedaan keterampilan interpersonal pada wanita pekerja formal dan wanita pekerja informal. Johnson (2009) mendefinisikan keterampilan interpersonal sebagai kumpulan kemampuan seseorang untuk berinteraksi secara efektif dengan orang lain. Istilah kemampuan interpersonal juga termasuk kepada apa yang dikenal dengan soft skills, yaitu: kemampuan untuk mengatasi konflik, negosiasi, dan kerjasama yang penting dimiliki oleh setiap profesi dan jabatan (Goleman, 1999, Jeff Lash,2003, Kaoshi, 2001, Linden, 2002 dalam Syahniar 2006). Menurut Syahniar (2006) kemampuan interpersonal merupakan keterampilan berinteraksi dengan orang lain dalam konsteks sosial dengan cara yang spesifik, yang dapat diterima oleh masyarakat, bermanfaat bagi diri pribadi dan orang lain. Johnson (2009) menyatakan ada beberapa keterampilan dasar yang perlu dimiliki agar individu mampu berinteraksi dengan baik. Keterampilan-keterampilan tersebut adalah sebagai berikut. a. Self disclosure atau pengungkapan diri self-disclosure adalah mengungkapkan kepada orang lain bagaimana individu mempersepsikan dan bereaksi terhadap situasi yang terjadi dimasa sekarang dan memberikan informasi yang relevan tentang diri dan masa lalunya untuk mengerti persepsi dan reaksinya (Johnson,2009). Pengungkapan diri dapat diartikan sebagai pemberian informasi tentang diri sendiri kepada orang lain. Informasi yang diberikan tersebut dapat mencakup berbagai hal seperti pengalaman hidup, perasaan, emosi, pendapat, cita-cita dan lain sebagainya. Devito dalam Maulidiyah (2011) mengatakan bahwa self-disclosure merupakan kemampuan dalam memberikan informasi. b. Kepercayaan Agar dapat saling mengenal dengan baik harus ada rasa saling percaya yang kuat. Kepercayaan adalah faktor yang menentukan efektivitas hubungan karena dengan kepercayaan maka individu akan lebih banyak membuka diri. Sikap percaya merupakan dasar untuk tumbuh dan berkembangnya suatu hubungan yang baik. Kepercayaan adalah aspek dalam suatu hubungan. Kepercayaan terdiri dari dua bagian: being trusting and being trustworthy. Secara spesifik, percaya atau trusting melibatkan keterbukaan (berbagi informasi, ide-ide, pikiran, perasaaan, dan reaksi terhadap sesuatu), membuka diri, dan berbagi. Individu dipercaya atau trustworthy ketika individu tersebut mengekspresikan penerimaan, mendukung, dan bekerja sama kepada orang lain, selama individu tersebut membalas timbal balik dari keterbukaan diri orang lain. c. Keterampilan Komunikasi 4 Melalui komunikasi individu dapat mengerti satu sama lain, belajar untuk menyukai, saling mempengaruhi, percaya satu sama lain, memulai dan mengakhiri suatu hubungan, lebih mempelajari diri sendiri dan bagaimana orang lain mempersepsikan seseorang. Setiap pesan yang disampaikan melalui kata-kata disebut dengan pesan verbal. Dalam sebuah hubungan, pesan verbal sangat penting dalam perkembangan sebuah hubungan. Komunikasi verbal terkait dengan pemakaian simbol-simbol bahasa berupa kata atau rangkaian kata yang mengandung makna tertentu. Dalam komunikasi yang efektif, komunikasi non verbal juga diperlukan untuk memperkuat makna dari informasi yang ingin disampaikan. Berikut beberapa bahasa nonverbal: 1. Ekspresi wajah Ada beberapa bentuk emosi dasar seperti bahagia, sedih, marah, takut, jijik, dan terkejut yang dapat terpancar dalam ekspresi wajah yang mudah untuk dikenali. Keadaan emosi ini terungkap dalam ekspresi wajah yang sangat unik dan dapat dikenali di seluruh dunia (bersifat universal). 2. Tatapan Mata Tatapan mata antara seseorang dengan lawan bicaranya dapat membantu menjelaskan bagaimana hubungan diantara keduanya. Pada umumnya, seseorang akan lebih banyak menatap lawan bicaranya ketika dirinya berperan sebagai pembicara. Tatapan mata dapat juga menunjukkan adanya dominasi pada orang lain. 3. Gerakan tubuh Ketika seseorang berbicara, pada umumnya akan disertai dengan gerakangerakan tubuh tertentu. Gerakan tubuh ini akan membantu seseorang untuk dapat memahami apa yang dibicarakan oleh orang lain, bahkan gerakan tubuh dapat menggantikan kata-kata yang tidak diucapkan oleh seseorang. Orang dengan status yang lebih tingi akan membentuk posisi tubuh yang terbuka dan asimetris (misalnya, dada membusung) dengan lawan bicaranya. Sebaliknya orang dengan status yang lebih rendah akan membentuk posisi tubuh yang tertutup dan simetris. 4. Sentuhan Sentuhan dapat mengungkapkan seberapa jauh kedekatan seseorang dengan orang lain. Namun sentuhan juga dapat mengisyaratkan dominasi seseorang. Ketika dua orang dengan status yang berbeda berkomunikasi, maka sentuhan akan terjadi scara satu arah, yaitu orang yang statusnya lebih tinggi akan menyentuh orang dengan status lebih rendah dan tidak sebaliknya (Devito, 2003) 5 Dalam berkomunikasi, hal penting lainnya adalah bagaimana cara individu mendengarkan dan merespon terhadap individu lainnya. Cara seseorang mendengarkan dan merespon orang lain adalah hal yang paling menentukan dalam membangun hubungan yang bermakna. d. Memecahkan konflik Kemungkinan yang akan terjadi akibat suatu hubungan adalah konflik. Agar hubungan akan tetap berlangsung maka kedua belah pihak harus memahaminya, mencari sumber permasalahan dan menetapkan alternatif pemecahannya secara bersama-sama. Konflik adalah situasi dari tindakan yang salah satu pihak berakibat menghalangi, menghambat atau mengganggu tindakan pihak lain. Salah satu cara untuk memecahkan masalah adalah dengan bernegosiasi. Johnson & Johnson (1991) menyebutkan negosiasi adalah ketika individu mencoba untuk menemukan penyelesaian dari sebuah masalah dengan teman berbagi ataupun yang memiliki pandangan yang berbeda dengan individu tersebut . Ketika bernegosiasi, individu mempertimbangkan keuntungan dan kerugian yang didapatkan dalam mencapai tujuan. Negosiasi dilakukan dengan cara melakukan perundingan sehingga tidak ada pihak yang dirugikan. Dalam pencapaian tujuan, banyak hal yang bisa dilakukan dan seringkali hubungan dengan orang lain menjadi bermasalah. Tujuan adalah suatu urusan yang kita nilai dan kita kerjakan untuk mendapatkannya. Ketika individu memiliki tujuan yang sama, maka individu tersebut berada dalam hubungan kerjasama. Namun jika tujuan individu bertentang dengan yang lain, maka individu tersebut berada dalam hubungan yang kompetitif (Johnson, 2009). Aktivitas bekerja sebenarnya dapat dilakukan oleh individu pria dan wanita. Tujuan wanita bekerja adalah untuk memenuhi kebutuhan diri dan membantu pendapatan keluarga. Menurut undang-undang no.13 tentang ketenagakerjaan , istilah ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 tahun 1997 tentang ketenagakerjan, pengertian tenaga kerja adalah setiap orang laki-laki atau perempuan yang sedang dalam dan atau akan melakukan pekerjaan , baik di dalam maupun diluar lingkungan kerja guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Bekerja adalah melakukan pekerjaan atau bekerja dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh penghasilan atau keuntungan selama paling sedikit satu jam secara berturut-turut (BPS, 2010) . Aktivitas dalam kerja mengandung unsur suatu kegiatan sosial, menghasilkan sesuatu dan pada akhirnya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup. 6 Menurut Triputrajaya (2011) sector formal adalah usaha yang secara sah terdaftar dan mendapat izin dari pejabat berwenang. Kegiatannya terhimpun dalam instansi pemerintah, bentuk badan usaha seperti BUMN, BUMS, dan koperasi. Sedangkan pekerjaan sektor informal adalah sebuah lapangan kegiatan usaha yang bersifat independen. Wanita yang bekerja di sektor formal cenderung memiliki tingkat pendidikan dan ketrampilan, akses ke lembaga keuangan, produktivitas tenaga kerja serta tingkat upah yang juga relatif lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang bekerja di sektor informal. Hal ini membuktikan bahwa tingkat intelektualitas wanita di sektor formal dituntut lebih karena pada dasarnya pekerjaan di sektor formal menuntut para pekerjanya untuk taat pada peraturan yang biasanya tertulis, pemberian sanksi apabila terjadi pelanggaran aturan, ada cuti yang dapat diambil, jam kerja yang jelas serta upah yang cenderung stabil atau diperoleh secara berkala (perbulan). Gilarso (1992) menyatakan bahwa sektor informal banyak terdapat di perkotaan, melainkan juga dipedesaan, kegiatannya terutama disektor perdagangan (penjual keliling, pedagang kaki lima, tukang loak, penjual buku bekas), sedang dari sektor jasa adalah tukang becak, buruh angkut, tukang gunting rambut dan sebagainya. Menurut Ahmad (2002) sektor informal disebut sebagai kegiatan ekonomi yang bersifat marjinal (kecil-kecilan) yang memperoleh beberapa ciri seperti kegiatan yang tidak teratur, tidak tersentuh peraturan, bermodal kecil dan bersifat harian, tempat tidak tetap berdiri sendiri, berlaku dikalangan masyarakat yang berpenghasilan rendah, tidak membutuhkan keahlian dan keterampilan khusus, lingkungan kecil atau keluarga serta tidak mengenal perbankan, pembukuan maupun perkreditan. Wanita yang bekerja di sektor formal dapat disebut juga dengan istilah wanita karier karena istilah wanita karier adalah wanita yang berpendidikan tinggi dan mempunyai status tinggi dalam pekerjaannya yang berhasil dalam berkarya yang dikenal sebagai wanita bekerja atau wanita berkarya (Mudzhar dkk, dalam Firdiansyah, 2009). Wanita yang bekerja di sektor formal di harapkan mempunyai keahlihan yang khusus agar mampu bekerja maksimal dalam pekerjaannya. Wanita yang bekerja di sektor formal cenderung lebih terampil dalam komunikasi, lebih percaya diri, dan menerima diri mereka dengan baik. Selain itu, pengalaman dalam menghadapi hambatan-hambatan lingkungan kerja membuat pekerja formal lebih baik dalam mengatasi konflik. Pendidikan yang didapat oleh wanita pekerja formal mempengaruhi kepercayaan diri mereka. Hal ini sangat membantu dalam proses interaksi dimanapun terutama di dilingkungan pekerjaannya. Dalam studi lebih lajut mengungkapkan bahwa tingkat 7 pendidikan yang rendah cenderung membuat individu merasa dibawah kekuasaan yang lebih pandai, sebaliknya individu yang pendidikannya lebih tinggi cenderung akan menjadi mandiri dan tidak perlu bergantung pada individu lain. Individu tersebut akan mampu memenuhi keperluan hidup dengan rasa percaya diri dan kekuatannya dengan memperhatikan situasi dari sudut kenyataan. Wanita pekerja formal cenderung memiliki tingkat keterampilan interpersonal yang lebih tinggi. Mereka mempunyai keahlian khusus dan pengalaman kerja yang lebih baik dibandingkan dengan wanita pekerja informal. Hal ini juga disebabkan oleh para wanita pekerja formal bertemu dengan orang yang berbeda-beda dari berbagai kalangan dan status sosial, sehingga mereka lebih mampu dalam berkomunikasi dan tidak canggung untuk memulai suatu percakapan. Wanita yang mendapatkan pekerjaan yang bagus akan berkontribusi pada penerimaan diri mereka, status sosial dan jabatan pekerjaan akan menambah harga diri wanita pekerja formal. Sehingga mereka yang mendapatkan tempat yang lebih baik dalam dunia pekerjaan cenderung memiliki penerimaan diri yang baik, yang mana hal ini sangat membantu dalam mengembangkan efektivitas interpersonal mereka. Wanita pekerja formal lebih banyak berinteraksi dengan orang lain dan lebih kompeten dalam berkomunikasi di lingkungan pekerjaan. Oleh karena itu, tingkat keterampilan interpersonal wanita pekerja formal cenderung lebih tinggi daripada wanita pekerja informal. METODE Desain penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian kuantitatif ini adalah penelitian deskriptif komparatif. Menurut Whitney (dalam Nazir 2009), metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif mempelajari masalahmasalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena. Hal yang dideskripsikan pada penelitian ini adalah keterampilan interpersonal wanita pekerja formal dan informal di Kota Malang. Penelitian komparatif bertujuan untuk menemukan persamaan dan perbedaan tentang benda-benda, orang, kerja, ide-ide dapat dibandingkan kesamaan pandangan dan perubahan pandangan orang terhadap kasus ataupun peristiwa (Arikunto, 2010). Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah keterampilan interpersonal dan wanita pekerja sektor formal dan 8 informal. Perbedaan yang dikaji dalam penelitian ini adalah perbedaan keterampilan interpersonal antara wanita pekerja formal dan wanita pekerja informal di Kota Malang. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh wanita pekerja yang ada di Kota Malang. Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah wanita yang memiliki kriteria sebagai berikut: a. Wanita yang bekerja di Kota Malang b. Wanita bekerja usia produktif 15-64 tahun c. Wanita yang bekerja di bidang formal, yang memiliki kriteria sebagai berikut. - Pekerjaan didasarkan pada kontrak kerja yang jelas. - Pengupahan diberikan secara tetap/permanen. - Terampil dan berpendidikan. - Unit produksi digolongkan besar. - Kepemilikan berupa korporasi (buka individu). - Cenderung memiliki tingkat pendidikan dan keterampilan juga akses ke lembaga keuangan. - Produktivitas tenaga kerja dan upah lebih tinggi daripada sektor informal. - Jam kerja yang jelas/stabil. d. Wanita yang bekerja di bidang informal, yang memiliki kriteria sebagai berikut. - Kegiatannya terutama disektor perdagangan (penjual keliling, pedagang kaki lima, tukang loak, penjual buku bekas,dsb). - Pola kegiatannya tidak teratur, baik dalam arti waktu kerja, permodalan, maupun penerimaannya. - Belum tersentuh oleh peraturan pemerintah, tidak pakai ijin usaha dan karena itu sering dikatakan liar. - Modal peralatan dan perlengkapan maupun jumlah penjualannya biasanya kecil dan diusahakan atas dasar hitungan harian saja. - Umumnya tidak mempunyai tempat usaha yang permanen yang terpisah dari tempat tinggalnya. - Umumnya dilakukan oleh golongan masyarakat yang berpenghasilan rendah. - Tidak membutuhkan keahlian atau keterampilan khusus sehingga dapat menyerap tenaga kerja dengan bermacam-macam tingkat pendidikan. 9 - Umumnya tiap-tiap satuan usaha hanya mempekerjakan tenaga yang sedikit dari lingkungan keluarga atau berasal dari daerah yang sama. - Belum banyak mengenal perkreditan dan perbankan. Populasi penelitian Kecamatan Jumlah wanita yang bekerja Kedungkandang 29.170 Sukun 29.125 Klojen 19.259 Blimbing 27.851 Lowokwaru 25.765 Kota Malang 131.170 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Malang Pengambilan sampel menggunakan teknik area random sampling. Sampel penelitian yang digunakan pada penelitian ini berjumlah 200 orang, yaitu 100 orang wanita pekerja formal dan 100 orang wanita pekerja informal yang ada di Kelurahan Lowokwaru dan Kelurahan Dinoyo di Kecamatan Lowokwaru, dan Kelurahan Bareng dan Kelurahan Gading Kasri di Kecamatan Klojen. Jumlah dan sebaran sampel penelitian tergambarkan pada tabel berikut. Tabel Sampel Penelitian Kecamatan Kelurahan Lowokwaru Klojen Jumlah Jumlah wanita Pekerja Formal Informal Lowokwaru 25 25 Dinoyo 25 25 Bareng 25 25 Gading Kasri 25 25 100 100 10 Instrumen Penelitian Data yang diperlukan dikumpulkan dengan menggunakan skala keterampilan interpersonal dengan metode Likert. Contoh: No Pernyataan 12 Saya mengerti kemauan diri sendiri 14 Saya tidak bisa membawa diri kepada orang-orang baru 35 Saya mendengarkan dengan seksama ketika orang lain STS TS S SS bercerita Instrumen penelitian ini menggunakan validitas isi dan validitas konstrak. Validitas isi dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan teori pada variabel yang akan diteliti, pertanyaan atau pernyataan yang telah dijabarkan dari indikator (Sugiyono,2010). Validitas konstrak dilakukan dengan mengkontruksikan aspek-aspek yang akan diukur dengan landasan teori tertentu kemudian dilanjutkan dengan jastifikasi dosen pembimbing. Uji coba instrument kemudian dilanjutkan dengan bantuan dengan program SPSS versi 16,00 dan mendapatkan 38 aitem yang valid. Hasil perhitungan uji reliabilitas dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach dengan menggunakan SPSS 16. Adapun hasil reliabilitas pada skala keterampilan interpersonal sebesar 0,885. Analisis Data Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis analisis yaitu analisis statistik deskriptif dan analisis komparatif menggunakan teknik independent sample t-test dengan bantuan program SPSS. HASIL 1. Dari analisis deskriptif dapat diketahui bahwa wanita yang bekerja di sektor formal dengan tingkat keterampilan interpersonal tinggi ada 100 orang (100%), tidak ada wanita dengan tingkat keterampilan interpersonal agak tinggi (0%), tidak ada wanita dengan tingkat keterampilan interpersonal agak rendah (0%), dan tidak ada wanita dengan tingkat keterampilan rendah (0%). Sehingga dapat disimpulkan bahwa keterampilan interpersonal wanita pekerja formal tinggi. 2. Dari analisis deskriptif dapat diketahui bahwa wanita yang bekerja di sektor informal dengan tingkat keterampilan interpersonal tinggi ada 86 orang (86%), wanita pekerja 11 informal dengan tingkat keterampilan interpersonal agak tinggi sebanyak 14 orang (14%), tidak ada wanita pekerja informal dengan tingkat keterampilan interpersonal agak rendah (0%), dan tidak ada wanita pekerja informal dengan tingkat keterampilan interpersonal rendah (0%) . Jadi, dapat disimpulkan bahwa keterampilan interpersonal wanita pekerja informal adalah tinggi. 3. Pada data „wanita pekerja formal‟ signifikansi lebih dari 0,05 (0,200 > 0,05). Oleh karena itu, data tersebut berdistribusi normal. Sebaran data „wanita pekerja informal‟ signifikansinya lebih dari 0,05 (0,161 > 0,05), sehingga dapat dikatakan bahwa data tersebut terdistribusi secara normal. 4. Berdasarkan hasil uji homogenitas keterampilan interpersonal menggunakan levene’s test for equality of varian diperoleh nilai signifikansi 0,153. Karena nilai signifikansi > 0,05 (0,153 > 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa kelompok data skor nilai wanita pekerja formal dan wanita pekerja informal memiliki varian yang sama atau homogen. 5. Berdasarkan hasil uji hipotesis dengan menggunakan teknik independent sample t-test dapat dilihat bahwa nilai signifikansi kurang dari 0,05 (0,000 < 0,05), maka hipotesis diterima. Sehingga dapat diartikan “ada perbedaan keterampilan interpersonal pada wanita pekerja formal dan wanita pekerja informal di Kota Malang”. DISKUSI Dari hasil analisis data ditemukan bahwa tingkat keterampilan interpersonal pada wanita pekerja formal tinggi yang berarti mereka mempunyai kemampuan untuk berinteraksi atau berhubungan secara efektif dengan orang lain (Johnson, 2009). Wanita yang bekerja di bidang formal, sistem, waktu, upah dan jabatan cenderung lebih baik daripada wanita yang bekerja di sektor informal. Status sosial dalam pekerjaan membuat wanita menjadi puas dan bergairah. Memahami kedudukan sosial dalam masyarakat merupakan indikator dari selfdisclosure dalam salah satu aspek dari keterampilan interpersonal. Para wanita pekerja formal melakukan aktualisasi dirinya dengan bekerja dan mendapatkan jabatan pada pekerjaannya, sehingga menambah kepercayaan diri dan penerimaan diri yang positif bagi wanita pekerja formal. Hal ini bermanfaat dalam meningkatkan efektivitas keterampilan interpersonal mereka. Pernyataan ini didukung oleh Rasuly (2012) dalam penelitiannya mengenai hubungan antara tingkat kepercayaan diri dan penerimaan diri dengan keterampilan interpersonal siswa kelas XI SMK Negeri Sekota Pamekasan, menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara kepercayaan diri dan penerimaan diri dengan keterampilan komunikasi interpersonal. Individu yang memiliki 12 kepercayaan diri yang tinggi dan penerimaan diri yang bagus tidak akan kesulitan untuk memulai interaksi dengan orang yang baru. Wanita pekerja informal juga memiliki keterampilan interpersonal yang tinggi dikarenakan kebanyakan dari mereka bangga sudah bisa memberikan sumbangan ekonomi kepada rumah tangga walaupun mereka bekerja di sektor informal, sehingga penerimaan diri mereka baik dan merasa lebih dihargai. Selain itu, para wanita pekerja informal menjadi mudah berinteraksi secara interpersonal dengan sesama pekerja lainnya dikarenakan kesamaan profesi dan status sosial. Menurut Ahmad (2002) sektor informal disebut sebagai kegiatan ekonomi yang bersifat marjinal (kecil-kecilan) yang memperoleh beberapa ciri seperti kegiatan yang tidak teratur, tidak tersentuh peraturan, bermodal kecil dan bersifat harian, tempat tidak tetap berdiri sendiri, berlaku dikalangan masyarakat yang berpenghasilan rendah, tidak membutuhkan keahlian dan keterampilan khusus, liengkungan keil atau keluarga serta tidak mengenal perbankan, pembukuan maupun perkreditan. Kegiatan sektor informal terutama ada pada sektor perdagangan seperti penjual nasi, penjaga toko, pedagang kaki lima, penjual barang-barang bekas, pada sektor jasa seperti pembantu rumah tangga, pengasuh anak, buruh cuci, dll. Lingkungan kerja para pedagang misalnya, mengharuskan mereka untuk lebih memikirkan strategi konflik untuk mencapai tujuan dan untuk mendapatkan uang dari para pesaingnya, yang mana hal ini merupakan salah satu hal yang bisa meningkatkan keterampilan interpersonal. Wanita pekerja formal mempunyai persentase tingkat keterampilan interpersonal tinggi lebih banyak daripada wanita pekerja informal yaitu 100% untuk wanita pekerja formal dan 86 % untuk wanita pekerja informal. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan wanita pekerja formal untuk bisa memahami dan berkomunikasi dengan orang lain, melihat perbedaan dalam mood; temperamen, motivasi dan menjaga hubungan, serta mengetahui berbagai peranan yang terdapat dalam suatu kelompok, jauh lebih baik daripada wanita pekerja informal (Campbell dalam Syahniar, 2006) Wanita yang bekerja di sektor formal berkesempatan untuk bertemu dengan orang – orang yang ahli dibidangnya, bertemu dan berkumpul dengan orang-orang yang lebih senior, berinteraksi dengan orang yang bervariasi/ berbeda. Hal ini menyebabkan penerimaan diri dan kesadaran diri pada wanita yang bekerja di sektor formal lebih besar daripada wanita yang bekerja di sektor informal. Pernyataan ini didukung oleh Linandar (2009), banyak wanita karir yang merasa keberhasilan mereka sebagai suatu keberuntungan karena berada 13 ditempat yang tepat dan bertemu dengan orng-orang yang tepat, dimana hal tersebut sangat penting untuk memulai suatu pekerjaan Syahniar (2006) menyebutkan kemampuan interpersonal merupakan keterampilan berinteraksi dengan orang lain dalam konsteks social dengan cara yang spesifik, yang dapat diterima oleh masyarakat, bermanfaat bagi diri pribadi dan orang lain. Johnson (2009) menjelaskan keterampilan interpersonal adalah merupakan keseluruhan kemampuan seseorang yang digunakan untuk berinteraksi atau berhubungan secara efektif dengan orang lain. Sehingga dapat dikatakan bahwa wanita pekerja formal memiliki keterampilan berinteraksi dan berhubungan antarpribadi lebih baik daripada wanita pekerja informal. 14 DAFTAR RUJUKAN Ahmad, A. 2002. Redesain Jakarta 2020. Jakarta: Kota Press Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: RinekaCipta DeVito, J. A. 2003. Human Communication Ninth Edition: The Basic Course USA: Pearson Education Inc Firdiansyah, M. 2009. Pengaruh Motivasi Bekerja Perempuan di Sektor Informal Terhadap Pembagian Kerja dan Pengambilan Keputusan dalam Keluarga. Skripsi : Bogor : Fakultas Ekologi Manusia, IPB Gilarso, T. 1992. Pengantar Ilmu Ekonomi Bagian Makro. Yogyakarta: Kanisius Johnshon, David. 2009. Reaching Out: Interpersonal Effectiveness and Self-Actualization Tenth Edition. University of Minnesota: Pearson Johnson & Johnson. 1991. Joining Together: Group Theory and Group Skills Fourth Edition. US: Allyn and Bacon Linandar, Tidar Naffitri. 2009. Faktor-faktor yang mempengaruhi karier wanita (studi kasus: badan pemberdayaan masyarakat dan keluarga berencana kota bogor). Skripsi. Bogor: IPB. Maulidiyah, Linda. 2011. Pengembangan Paket Bimbingan Keterampilan Interpersonal dalam Membina Hubungan dengan Teman Sebaya. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Bimbingan dan Konseling UM Nazir, Moh. 2009. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia Pease, Allan & Barbara. 2010. Why Men Don’t Listen and Women Cant Read Maps. Jakarta: PT Tamaprint Indonesia Rasuly, Maulidir. 2012. Hubungan antara Tingkat Kepercayaan Diri dan Penerimaan Diri dengan Keterampilan Komunikasi Interpersonal Siswa Kelas XI SMK Negeri Sekota Pamekasan. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Bimbingan Konseling UM Sugiyono. 2010. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Penerbit Alfabeta Syahniar. 2006. Tindak pembelajaran yang berkontribusi terhadap peningkatan kemampuan interpersonal siswa sekolah dasar (studi etnografi di min malang 1) . Disertasi tidak diterbitkan. Malang: Psikologi Pendidikan UM Triputrajaya, Ihsan. 2011. Preferensi pekerja dalam memilih pekerjaan sektor formal. Jurnal ILTEK Volume 6 No.12