DIRGAHAYU WANITA KATOLIK REPUBLIK INDONESIA Memantapkan Komitmen Organisasi dalam Mewujudkan Ketahanan Masyarakat Dalam Rangka Ulang Tahun Wanita Katolik RI ke-92 Sambutan Ketua Presidium DPP Wanita Katolik RI1 Dengan penuh rasa syukur dan bangga saya menyampaikan Salam Dirgahayu Wanita Katolik Republik Indonesia! kepada segenap Anggota dan jajaran Pengurus di seluruh Indonesia. Ibu-ibu segenap Anggota Wanita Katolik RI yang saya kasihi, Setiap memperingati ulang tahun organisasi, kita diingatkan pada perjuangan ibu-ibu pada zaman Belanda dulu di tahun 1924. Pada waktu itu sekelompok Ibu, yang bukan perempuan biasa tapi perempuan-perempuan alumni Sekolah Mendut, memperjuangkan harkat dan martabatnya dengan menunjukkan kepedulian dan bela rasa terhadap nasib para perempuan buruh pabrik rokok – pabrik cerutu di wilayah Yogyakarta. Zaman itu perempuan ‘priyayi’ dipingit pada usia sangat muda – tidak dapat melanjutkan sekolah ke jenjang lebih tinggi apalagi melakukan tindakantindakan di luar batas-batas kesopanan menurut zaman itu. Akan tetapi Ibu-ibu kita sudah sangat menyadari pentingnya memperjuangkan nasib para buruh (perempuan). Mereka berjuang dengan mengacu pada Rerum Novarum, Ensiklik pertama Ajaran Sosial Gereja yang diterbitkan oleh Paus Leo XIII pada 15 Mei 1891. Ensiklik ini adalah surat terbuka kepada semua uskup yang diantaranya membahas kondisi kelas pekerja dengan mendukung hak-hak buruh untuk membentuk serikat buruh, kesejahteraan umum, persaudaraan antara yang kaya dan miskin, serta tugas Gereja dalam membangun keadilan sosial. Demikianlah awal perjuangan dan terbentuknya Organisasi Wanita Katolik Republik Indonesia dengan misi yang jelas yaitu memperjuangkan harkat dan martabat manusia, persis seperti Ajaran Sosial Gereja pertama tersebut. Hari ini, pada peringatan ulang tahun Wanita Katolik RI ke-92, saya ingin mengajak kita semua mencermati kembali pesan Paus Fransiscus dalam surat “LAUDATO SI’, mi’ Signore” – “Praise be to you, my Lord”. Dengan sangat tepat, Paus Fransiscus menyebut bumi tempat tinggal kita ini sebagai our common home – rumah tempat tinggal kita bersama. “Rumah kita” ini harus dirawat bersama agar dapat menjadi tempat tinggal yang nyaman bagi semua – siapa saja yang ada di dalamnya. Saat ini kita seolah-olah sedang menyaksikan alam yang murka: dimana-mana, di seluruh dunia terjadi kenaikan air laut yang cukup tinggi dengan ombak yang tidak biasa. Hampir setiap hari dalam minggu-minggu ini kita disuguhi berita tentang rob – masuknya air laut jauh ke daratan di berbagai tempat, dan banjir yang melanda masuk ke wilayah-wilayah yang tidak biasa banjir. Atau berita tentang lelehnya gunung es di Kutub Utara dan Selatan yang luar biasa. Mengapa fenomena alam ini terjadi? Dalam Laudato Si, Paus mengingatkan bahwa jika Rumah Bersama ini hancur maka hancurlah kita semua. Dengan begitu jelas dan gamblang Paus Fransiscus mengungkapkan fakta perubahan atau kerusakan alam yang langsung berkaitan dengan perubahan seluruh eko-sistem, termasuk masalah ekonomi-sosial-politik-budaya di negara mana pun. Salah satu contoh yang mudah dilihat kaitannya adalah pembabatan dan penjarahan hutan besar-besaran oleh pihak-pihak tidak bertanggung jawab, dan dampaknya sudah dialami yaitu perubahan iklim luar biasa termasuk kekacauan alam seperti disebutkan di atas. Kekacauan lain yang secara nasional kita alami pada akhir-akhir ini adalah masalah kekerasan seksual terhadap perempuan dan anak yang semakin menyeruak. Hampir setiap hari belakangan ini kita mendengar berita anak usia sekian tahun diperkosa oleh sejumlah orang dan dibunuh atau meninggal karena penderitaan yang dialaminya. Kejadian ini tidak disebabkan oleh penyebab tunggal – kemajuan teknologi, faktor pemiskinan dan kemiskinan yang ‘menghancurkan’ tatanan keluarga dan kekerabatan, ada pula masalah politik dan budaya. Semua keputusan kebijakan dalam kaitannya untuk menyelesaikan masalah perlu betul-betul dipikirkan dengan seksama – bukan parsial karena jelas tidak ada penyebab yang tunggal dalam segala perkara kekacauan ini. Bila kita mencecapi inti persoalan yang dikemukakan oleh Paus Fransiscus dalam Laodato Si – semua hal ini bisa berhubungan karena Rumah Bersama mempunyai eko-sistem yang berkaitan-berelasi satu sama lain. 1 Dibacakan pada perayaan ulang tahun yang diselenggarakan oleh masing-masing DPD Oleh karena itu, dalam perkembangan zaman dengan segala perubahan peradabannya sebagai Organisasi Wanita Katolik RI kita perlu teguh memegang komitmen – melanjutkan visi dan misi yang sudah lama dibangun dan masih relevan sampai sekarang. Marilah kita merawat dan menjaga rumah tempat kita tinggal bersama – our common home menjadi rumah yang aman dan nyaman bagi semua tanpa kecuali, demi mewujudkan ketahanan masyarakat Gereja, Bangsa dan Negara serta Dunia. Selamat ulang tahun! Mari kita persembahkan seluruh pelayanan Organisasi Wanita Katolik RI demi kemuliaan namaNya. Semoga Tuhan yang MahaRahim senantiasa menyertai setiap rencana dan langkah kita … Jakarta, 7 Juni 2016 Presidium Wanita Katolik RI Ketua Justina Rostiawati