Kerukunan di Serambi Madinah Oleh : Frangky Paris Melo 1. Bagaimana kerukunan hidup antar umat beragama dalam masyarakat setempat? Di Provinsi Gorontalo kerukunan hidup antar umat beragama sangat terpelihara dengan baik. Penduduk dengan penganut agama Islam sebagai mayoritas yakni 95% memiliki karakter yang sangat kuat sebagai masyarakat yang ramah dan sopan terhadap kaum pendatang tanpa memandang suku, ras dan agama yang dianut. Karakter ini sudah sangat membudaya dalam diri masyarakat Gorontalo sehingga para pendatang di daerah berjulukan "Serambi Medinah" ini akan disambut dengan baik. Keadaan ini membuat setiap orang yang datang akan merasa nyaman berada di daerah ini karena situasi masyarakatnya yang rukun dan aman. Sejak daerah ini masih menjadi bagian dari wilayah Provinsi Sulawesi Utara hingga sekarang ini belum pernah terjadi keributan atau perselisihan yang bernuansa suku atau agama. Kegiatan-kegiatan keagamaan non muslim yang diselenggarakan baik di rumah pribadi maupun di tempat-tempat umum seperti di lapangan terbuka, di jalan raya atau di gedung pertemuan tidak pernah mengalami hambatan ataupun gangguan dengan dalih mayoritas minoritas atau pendatang dan pribumi sebagaimana lazim terjadi di tempat lain. 2. Bagaimana kehidupan keagamaan umat Katolik di daerah tersebut? Apakah pernah mengalami ‘gangguan’ dalam menjalankan ibadah keagamaan? Pelaksanaan kegiatan keagamaan Katolik di daerah ini tidak pernah sekalipun menghadapi tantangan dan gangguan dari luar. Umat Katolik di daerah ini pada umumnya pendatang dari berbagai daerah di Indonesia yang tersebar di tengahtengah masyarakat Gorontalo. Akan tetapi pelaksanaan ibadah di Gereja bahkan dari rumah ke rumah seperti Doa Rosario, Ibadah Wilayah Rohani/Lingkungan dsb dapat berjalan dengan aman tanpa ada gangguan sedikitpun. Umat bisa leluasa berdoa dan menyanyikan kidung pujian kendatipun tetangga sekitar umumnya beragama muslim. Pada perayaan hari besar keagamaan justru kaum remaja/pemuda masjid turut menjaga keamanan di sekitar pelaksanaan kegiatan peribadatan. Ada salah satu peristiwa besar yakni peristiwa pada hari Jumat Agung, umat Katolik di kota Gorontalo mengikuti Jalan Salib Hidup yang dilaksanakan di salah satu tanah lapang yang ada di pusat kota menuju ke gedung Gereja. Pelaksanaan Jalan Salib ini berlangsung dengan khidmat, tenang dan sangat kushuk kendati berjubel masyarakat yang datang menyaksikan apa yang sedang berlangsung. Pelaksanaan kegiatan keagamaan serupa juga terjadi di kabupaten dan hal itu terselenggara dengan baik, aman dan damai. 3. Bagaimana pula dengan kegiatan-kegiatan lintas agama di daerah tersebut, juga dalam hal bekerjasama antar umat Katolik dan non Katolik dalam sebuah kegiatan/aktivitas? Kegiatan-kegiatan lintas agama di Gorontalo lebih terorganisir pada program kegiatan FKUB (Forum Kerukunan antar Umat Beragama) baik di tingkat Provinsi maupun di tingkat Kabupaten/Kota. Syukurlah FKUB pada semua lini di Gorontalo berjalan dengan baik dan begitu aktif dengan berbagai kegiatan kerukunan. Selain itu di Kanwil Kementerian Agama Provinsi Gorontalo juga terdapat beberapa kegiatan kerukunan yang melibatkan semua unsur agama yang ada, misalnya kegiatan Kemah Pemuda Lintas Agama, Sosialisasi Hukum dan HAM untuk Pemuda Lintas Agama dsb. Kegiatan seperti ini biasanya dilanjutkan dengan kunjungan ke tempat-tempat ibadah masing-masing agama untuk berdialog di tempat itu dan saling meningkatkan keakraban dan kerukunan. Kegiatan yang secara langsung muncul sebagai inisiatif umat Katolik dalam kerja sama dengan umat non Katolik memang masih relatif kurang. Yang ada biasanya kegiatan yang lebih bersifat sosial karitatif seperti kunjungan dan bantuan kepada Panti Asuhan dan Panti Jompo milik non Katolik, pengobatan gratis, donor darah, bantuan untuk korban bencana alam. 4. Bagaimana hubungan antar Pemerintah dan Gereja? Ada kebiasaan baik yang sudah berlangsung lebih dari 30 tahun yakni Pemerintah Provinsi dan seluruh jajarannya serta Pemerintah Kota mendatangi pimpinan umat Katolik (Pastor Paroki) di rumah kediaman pastor untuk memberi ucapan selamat pada setiap hari Natal. Biasanya setiap tanggal 25 Desember sekitar pkl 18.30 tokoh-tokoh umat, pimpinan Dewan Pastoral bersama Pastor paroki sudah siap di pastoran untuk menyambut kedatangan rombongan pemerintah yang datang secara terpisah. Acara berlangsung tidak resmi melainkan lebih bersifat kekeluargaan. Mereka tiba langsung jabat tangan ucapan selamat hari natal dan tuan rumah mempersilahkan menikmati hidangan yang sudah disiapkan. Sambil makan Gubernur langsung mengadakan pembicaraan dalam pertemuan khusus dengan Pastor paroki dan Dewan Pastoral Paroki. sementara rombongan lainnya menikamati hidangan. Ada juga yang ikut mengungkapkan kegembiraan dengan menyumbangkan lagu natal sambil diiringi musik keyboard. Begitu pula suasana sukacita natal yang terjadi saat rombongan Walikota serta jajarannya memasuki area pastoran; kebetulan rumah dinas Walikota hanya berbatasan tembok pagar dengan rumah kediaman pastor. Pada saat Hari Raya Idul Fitri giliran pimpinan umat Katolik mendatangi pemerintah Provinsi dan Kota untuk memberi ucapan selamat. Biasanya kunjungan hanya terbatas pada Gubernur, Wakil Gubernur, Sekretaris Daerah, Kakanwil Kementerian Agama, Walikota Gorontalo, Wakil Walikota, Sekretaris Kota, dan Kakankemenag Kota. Kebiasaan saling mengunjungi ini terjadi juga di beberapa tempat di kabupaten. Perhatian pemerintah tidak hanya terbatas pada pemberian ucapan selamat pada hari raya keagamaan. Pemerintah sangat menunjang kegiatan-kegiatan lain seperti penggunaan sarana umum untuk melangsungkan kegiatan keagamaan seperti lapangan dan alun-alun kota untuk ibadah jalan salib, rally rosario dsb. Bahkan pemerintah memberikan dana untuk pelaksanaan Pertemuan Berkala MUDIKA tingkat keuskupan dan Pertemuan Kaum Bapak Katolik tingkat Keuskupan. Selain itu pemerintah meminjamkan sejumlah mobil dinas untuk digunakan dalam kegiatankegiatan tersebut. Di beberapa kabupaten juga perhatian pemerintah sangat nyata yakni pemerintah setempat menyumbangkan sejumlah dana untuk pelaksanaan hari raya Natal dan Paskah bagi masyarakatnya. Beberapa hal di atas bisa dijadikan gambaran umum betapa harmonisnya hubungan antara pemerintah dan Gereja. Ada harapan semoga relasi yang sudah sangat baik ini dipelihara terus dan dikembangkan untuk lebih merekatkan tali persaudaraan dan persatuan pro ecclesia et patria. 5. Adakah program-program Bimas Katolik yang pernah diadakan di Provinsi Gorontalo dalam upaya membangun kerukunan? Mohon dijabarkan! Untuk program serupa belum pernah ada, kecuali kerukunan intern umat Katolik. Mungkin perlu dicatat di sini adalah salah satu terobosan yang pernah dilakukan oleh Pembimas Katolik yakni melakukan konsultasi dan koordinasi dengan pemerintah kabupaten/kota supaya bisa mengangkat tenaga Guru Agama Katolik. Memang selama Kanwil Kementerian Agama berdiri di Gorontalo belum pernah ada pengangkatan khusus Guru Agama Katolik kendatipun sudah berulang kali setiap tahun diusulkan adanya pengangkatan untuk itu. Sejak beberapa tahun terakhir ini pengangkatan guru agama tidak lagi melalui Kementerian Agama, maka terobosan itu yang ditempuh. Alhasil, di Kota Gorontalo sudah terangkat satu Guru Agama Katolik PNS, sedangkan di salah satu kabupaten sudah ada 2 orang bergelar sarjana agama diangkat sebagai Guru Agama Katolik dengan status honor daerah.