FIX Penerapan IS-LM Indonesia paper

advertisement
Ekonomi Makro 1
Kebijakan Fiskal-Moneter dan Penerapan Model IS-LM dalam Pembangunan
Ekonomi di Indonesia
1. Kebijaksanaan Ekspansi dan Kebijaksanaan Kontraksi
Kebijakan moneter adalah proses mengatur persediaan uang sebuah negara
untuk mencapai tujuan tertentu seperti menahan inflasi serta lebih sejahtera dari
sebelumnya. Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan untuk
mencapai kesimbangan internal (pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga,
pemerataan pembangunan) dan keseimbangan eksternal (keseimbangan neraca
pembayaran) serta tercapainya tujuan makro yaitu menjaga stabilitas ekonomi yang
dapat diukur dengan kesempatan kerja, kestabilan harga serta neraca pembayaran
internasional yang seimbang. Apabila kestabilan ekonomi terganggu maka kebijakan
moneter dapat digunakan sebagai tindakan stabilitas. Sedangkan, kebijakan fiskal
adalah kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah dalam rangka mendapatkan dana –
dana dan kebijaksanaan yang ditempuh oleh pemerintah untuk membelanjakan dana
tersebut dalam melaksanakan pembangunan. Atau dengan katalain, kebijakan fiskal
adalah kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan penerimaan atau pengeluaran
negara.dari unsur semua APBN hanya pembelanjaan Negara atau pengeluaran Negara
dan pajak yang dapat diatur oleh pemerintah dengan kebijakan fiskal. Contoh
kebijakan fiskal adalah apabila perekonomian nasional mengalami inflasi, pemerintah
dapat mengurangi kelebihan permintaan masyarakat dengan cara memperkecil
pembelanjaan dan atau menaikkan pajak agar tercipta kestabilan lagi.
Keadaan yang ingin dicapai oleh sebuah kebijaksanaan disebut juga tujuan
kebijaksanaan. Tujuan sebuah kebijaksanaan dapat diungkapkan dalam bentuk
perubahan nilai variabel – variabel tertentu yang diingikan. Variabel – variabel yang
oleh pemerintah harapakan ini akan akan berubah sebagai hasil kebijaksanaan suatu
kebijaksanaan yang disebut variabel target. Alat untuk mecapai tujuan yang
ditetapkan dalam sebuah kebijaksanaan disebut instrument kebijaksanaan. Instrument
kebijaksanaan yang menjadi dasar pembeda untuk membedakan antara kebijakan
moneter dan fiskal adalah kebijaksanaan ekspansi dan kebijaksanaan kontraksi.
Ekonomi Makro 2
Kebijakan Fiskal-Moneter dan Penerapan Model IS-LM dalam Pembangunan
Ekonomi di Indonesia
Kebijaksanaan ekspansi bertujuan untuk memperbesar kegiatan ekonomi. Dari
kebijakan ini diharapkan dapat meningkatkan permintaan agregat, pendapatan riil dan
dapat mengurangi jumlah pengangguran. Kebijakan ini diambil pada saat dalam
perekonomian negara terdapat banyak pengangguran dan kapasitas produksi belum
optimal. Kebijaksanaan ekspansi ini dapat dilakukan dalam kebijaksanaan moneter
ataupun fiskal, yang tentunya kebijakan yang diambil harus mampu memperoleh
hasil berupa peningkatan dalam pendapatan nasional dan penurunan dalam jumlah
pengangguran. Sedangkan kebijaksanaan kontraksi adalah kebijksanaan yang
bertujuan untuk kegiatan perekonomian. Dari kebijakan ini diharapkan akan terjadi
penurunan agregat, pendapatan riil, menurunkan laju inflasi dan menurunkan defisit
neraca pembayaran.
Kebijakan kontraksi
umumnya dilakukan
pada masa
perekonomian yang sedang over-employment. Keadaan ini, permintaan agregatif
melebihi kapasitas produksi nasional. Kondisi ini biasanya ditandai dengan terjadi
inflasi yang tinggi dan defisit neraca pembayaran yang terus – menerus. Dari
pengambilan kebijaksanaan kontraksi ini, diharapakan kegiatan perekonomian
berjalan dengan kondisi tingkat inflasi dan defisit neraca pembayaran mengalami
penurunan.
2. Bekerjanya Kebijaksanaan Moneter
Tujuan akhir kebijakan moneter adalah menjaga dan memelihara kestabilan
nilai rupiah yang salah satunya tercermin dari tingkat inflasi yang rendah dan stabil.
Untuk mencapai tujuan itu Bank Indonesia menetapkan suku bunga kebijakan BI
Rate sebagai instrumen kebijakan utama untuk mempengaruhi aktivitas kegiatan
perekonomian dengan tujuan akhir pencapaian inflasi. Namun jalur atau transmisi
dari keputusan BI rate sampai dengan pencapaian sasaran inflasi tersebut sangat
kompleks dan memerlukan waktu (time lag).
Mekanisme bekerjanya perubahan BI Rate sampai mempengaruhi inflasi
tersebut sering disebut sebagai mekanisme transmisi kebijakan moneter. Mekanisme
Ekonomi Makro 3
Kebijakan Fiskal-Moneter dan Penerapan Model IS-LM dalam Pembangunan
Ekonomi di Indonesia
ini menggambarkan tindakan Bank Indonesia melalui perubahan-perubahan
instrumen moneter dan target operasionalnya mempengaruhi berbagai variable
ekonomi dan keuangan sebelum akhirnya berpengaruh ke tujuan akhir inflasi.
Mekanisme tersebut terjadi melalui interaksi antara Bank Sentral, perbankan dan
sektor keuangan, serta sektor riil. Perubahan BI Rate mempengaruhi inflasi melalui
berbagai jalur, diantaranya jalur suku bunga, jalur kredit, jalur nilai tukar, jalur harga
aset, dan jalur ekspektasi.
Pada jalur suku bunga, perubahan BI Rate mempengaruhi suku bunga
deposito dan suku bunga kredit perbankan.
Apabila perekonomian sedang
mengalami kelesuan, Bank Indonesia dapat menggunakan kebijakan moneter yang
ekspansif melalui penurunan suku bunga untuk mendorong aktifitas ekonomi.
Ekonomi Makro 4
Kebijakan Fiskal-Moneter dan Penerapan Model IS-LM dalam Pembangunan
Ekonomi di Indonesia
Penurunan suku bunga BI Rate menurunkan suku bunga kredit sehingga permintaan
akan kredit dari perusahaan dan rumah tangga akan meningkat. Penurunan suku
bunga kredit juga akan menurunkan biaya modal perusahaan untuk melakukan
investasi. Ini semua akan meningkatkan aktifitas konsumsi dan investasi sehingga
aktifitas perekonomian semakin bergairah. Sebaliknya, apabila tekanan inflasi
mengalami kenaikan, Bank Indonesia merespon dengan menaikkan suku bunga BI
Rate untuk mengerem aktifitas perekonomian yang terlalu cepat sehingga mengurangi
tekanan inflasi.
Perubahan suku bunga BI Rate juga dapat mempengaruhi nilai tukar.
Mekanisme ini sering disebut jalur nilai tukar. Kenaikan BI Rate, sebagai contoh,
akan mendorong kenaikan selisih antara suku bunga di Indonesia dengan suku bunga
luar negeri. Dengan melebarnya selisih suku bunga tersebut mendorong investor
asing untuk menanamkan modal ke dalam instrument-instrumen keuangan di
Indonesia seperti SBI karena mereka akan mendapatkan tingkat pengembalian yang
lebih tinggi. Aliran modal masuk asing ini pada gilirannya akan mendorong apresiasi
nilai tukar Rupiah. Apresiasi Rupiah mengakibatkan harga barang impor lebih murah
dan barang ekspor kita di luar negeri menjadi lebih mahal atau kurang kompetitif
sehingga akan mendorong impor dan mengurangi ekspor. Turunnya net ekspor ini
akan
berdampak
pada
menurunnya
pertumbuhan
ekonomi
dan
kegiatan
perekonomian.
Perubahan suku bunga BI Rate mempengaruhi perekonomian makro melalui
perubahan harga aset. Kenaikan suku bunga akan menurunkan harga aset seperti
saham dan obligasi sehingga mengurangi kekayaan individu dan perusahaan yang
pada gilirannya mengurangi kemampuan mereka untuk melakukan kegiatan ekonomi
seperti konsumsi dan investasi.
Dampak perubahan suku bunga kepada kegiatan ekonomi juga mempengaruhi
ekspektasi publik akan inflasi (jalur ekspektasi). Penurunan suku bunga yang
diperkirakan akan mendorong aktifitas ekonomi dan pada akhirnya inflasi mendorong
Ekonomi Makro 5
Kebijakan Fiskal-Moneter dan Penerapan Model IS-LM dalam Pembangunan
Ekonomi di Indonesia
pekerja untuk mengantisipasi kenaikan inflasi dengan meminta upah yang lebih
tinggi. Upah ini pada akhirnya akan dibebankan oleh produsen kepada konsumen
melalui kenaikan harga.
Mekanisme transmisi kebijakan moneter ini bekerja memerlukan waktu (time
lag). Time lag masing-masing jalur bisa berbeda dengan yang lain. Jalur nilai tukar
biasanya bekerja lebih cepat karena dampak perubahan suku bunga kepada nilai tukar
bekerja sangat cepat.
Kondisi sektor keuangan dan perbankan juga sangat
berpengaruh pada kecepatan tarnsmisi kebijakan moneter. Apabila perbankan
melihat risiko perekonomian cukup tinggi, respon perbankan terhadap penurunan
suku bunga BI rate biasanya sangat lambat. Juga, apabila perbankan sedang
melakukan konsolidasi untuk memperbaiki permodalan, penurunan suku bunga kredit
dan meningkatnya permintaan kredit belum tentu direspon dengan menaikkan
penyaluran kredit. Di sisi permintaan, penurunan suku bunga kredit perbankan juga
belum tentu direspon oleh meningkatnya permintaan kredit dari masyarakat apabila
prospek perekonomian sedang lesu. Kesimpulannya, kondisi sektor keuangan,
perbankan, dan kondisi sektor riil sangat berperan dalam menentukan efektif atau
tidaknya proses transmisi kebijakan moneter.
3. Bekerjanya Kebijaksanaan Fiskal
Dari sudut ekonomi makro maka kebijakan fiskal dapat dibedakan menjadi
dua yaitu Kebijakan Fiskal Ekspansif dan Kebijakan Fiskal Kontraktif. Kebijakan
fiskal ekspansif adalah suatu kebijakan ekonomi dalam rangka mengarahkan kondisi
perekonomian untuk menjadi lebih baik dengan jalan mengubah penerimaan dan
pengeluaran pemerintah, pada saat munculnya kontraksional gap. Konstraksional gap
adalah suatu kondisi dimana output potensial (YF) lebih tinggi dibandingkan dengan
output Actual (Y1). Pada saat terjadi kontraksional gap ini kondisi perekonomian
ditandai oleh tingginya tingkat pengangguran dimana Uactual > Ualamiah.
Ekonomi Makro 6
Kebijakan Fiskal-Moneter dan Penerapan Model IS-LM dalam Pembangunan
Ekonomi di Indonesia
Kebijakan ekspansif dilakukan dengan cara menaikkan pengeluaran
pemerintah (G) atau menurunkan pajak (T) untuk meningkatkan output (Y), adapun
mekanisme peningkatan pengeluaran pemerintah ataupun penurunan pajak (T)
terhadap output adalah sebagai berikut, pada grafik (2.1) maka dapat dijelaskan
bahwa disaat pengeluaran pemerintah (∆G) naik atau selisih pajak (∆T) turun maka
akan menggeser kurva pengeluaran agregat keatas sehingga pendapatan akan naik
dari (Y1) menjadi (Yf).
Kurva Kebijakan Fiskal Ekspansif
Kebijakan fiskal kontraktif adalah kebijakan pemerintah dengan cara
menurunkan belanja negara dan menaikkan tingkat pajak. Kebijakan ini bertujuan
untuk menurunkan daya beli masyarakat dan mengatasi inflasi. kebijakan pemerintah
untuk membuat pemasukannya lebih besar daripada pengeluarannya. Baiknya politik
anggaran surplus dilaksanakan ketika perekonomian pada kondisi yang ekspansi yang
mulai memanas (overheating) untuk menurunkan tekanan permintaan. pada saat
Ekonomi Makro 7
Kebijakan Fiskal-Moneter dan Penerapan Model IS-LM dalam Pembangunan
Ekonomi di Indonesia
munculnya ekpansionary gap. Ekspansionary gap adalah suatu kondisi dimana output
potensial (Yf) lebih kecil dibandingkan dengan output Actual (Y1). Adapun
mekanisme penurunan pengeluaran pemerintah (G) ataupun kenaikan pajak (T)
terhadap output (Y) adalah sebagai berikut, secara grafik kebijakan fiskal kontraktif
diagram sebagai berikut:
Kurva Kebijakan Fiskal Kontraktif
Pada gambar 2.2 dapat dijelaskan bahwa disaat pengeluaran pemerintah (∆G) turun
atau selisih pajak
(∆T) naik maka akan menggeser kurva pengeluaran agregat
kebawah sehingga Pendapatan akan turun dari (Y1) menjadi (Yf).
Ekonomi Makro 8
Kebijakan Fiskal-Moneter dan Penerapan Model IS-LM dalam Pembangunan
Ekonomi di Indonesia
4. Penerapan Kurva IS-LM
Ekuilibrium Pasar Uang Dan Pasar Barang
Kurva IS adalah kurva yang menghubungkan tingkat-tingkat pendapatan
nasional dengan berbagai tingkat bunga dimana dipenuhi syarat keseimbangan di
pasar barang. Kurva LM adalah kurva yang menghubungkan tingkat-tingkat
pendapatan nasional dengan berbagai tingkat bunga dimana dipenuhi syarat
keseimbangan di pasar uang.
Keseimbangan pasar uang dan pasar barang bisa dijelaskan secara grafis pada
Gambar berikut :
LM0 dan IS0 adalah keseimbangan pasar uang dan pasar barang. Pada suku
bunga i1 ekuibrium antara jumlah uang yang beredar dan permintaan akan uang
terjadi pada tingkat pendapatan Y1, sedangkan ekuilibrium antara permintaan dan
penawaran barang terjadi pada tingkat pendapatan Y2. Hanya ada satu suku bunga i0,
dimana pasar uang dan pasar barang berada dalam keseimbangan pada tingkat
pendapatan Y0. Suku bunga ini ditentukan oleh titik perpotongan antara kurva IS dan
LM.
Perubahan Pengeluaran Pemerintah Dan Perpajakan (Kebijakan Fiskal)
Perubahan dalam pengeluaran pemerintah atau pajak-pajak juga menyebabkan
pergeseran dalam skedul (kurva) IS . Misalnya dalam gambar, kenaikan pengeluaran
Ekonomi Makro 9
Kebijakan Fiskal-Moneter dan Penerapan Model IS-LM dalam Pembangunan
Ekonomi di Indonesia
pemerintah menggeser skedul IS ke kanan sebesar keΔG. Tetapi, perubahan tingkat
pendapatan ekuilibrium adalah kurang dari keΔG (yaitu sebesar Y0 ke Y1, bukan Y0
ke Y2). Bila tingkat pendapatan naik, jumlah permintaan uang untuk keperluan
transaksi meningkat, dan hanya tersisa sedikit untuk motif spekulasi. Hal ini akan
menaikkan suku bunga, yang selanjutnya dapat mengurangi volume investasi dan
karena itu menghilangkan sebagian pengaruh yang mendorong kenaikan pengeluaran
pemerintah.
Perubahan Jumlah Uang Beredar (Kebijakan Moneter)
Kurva LM bergeser sebagai akibat dari perubahan (1) permintaan akan uang
untuk motif transaksi, (2) permintaan akan uang untuk motif spekulasi, dan (3)
Ekonomi Makro 10
Kebijakan Fiskal-Moneter dan Penerapan Model IS-LM dalam Pembangunan
Ekonomi di Indonesia
jumlah uang. Dalam bagian ini kita melihat pergeseran kurva LM yang disebabkan
oleh adanya perubahan jumlah uang beredar. Dalam Gambar di atas, kurva LM
bergeser ke kanan sebesar ΔM(1/k) sebagai akibat dari kenaikan jumlah uang beredar.
Kenaikan tingkat pendapatan dari Y0 menjadi Y1 adalah lebih kecil dari Y2 – Y0
(yaitu pergeseran kurva LM).
A. Kurva IS Hipotetis Perekonomian Indonesia
Kurva IS untuk perekonomian tertutup tanpa kebijakan fiskal diturunkan
dengan salah satu rumus:
I (r) = S(Y) atau Y = C (Y) + I (r)
Keterangan:
I
= fungsi investasi
S
= fungsi saving
C
= fungsi konsumsi
Y
= pendapatan nasional
Kurva IS untuk perekonomian Indonesia yang terbuka diturunkan dengan
rumus:
Y= C (Y) + I (r) + G + X – Z (Y)
Keterangan:
X
= ekspor
Z
= fungsi impor
Asas pembangunan ekonomi:
Investasi
netto
Stock
Kapasitas
Nasional
Kapasitas
Produksi
Nasional
Investasi dilakukan oleh pemerintah dan terutama oleh sektor swasta.
Pertumbuhan
Ekonomi
Ekonomi Makro 11
Kebijakan Fiskal-Moneter dan Penerapan Model IS-LM dalam Pembangunan
Ekonomi di Indonesia
Rencana APBN khusus untuk pengeluaran meliputi:
a) Pengeluaran rutin
b) Pengeluaran pembangunan
Pengaruh G dan I terhadap kurva IS adalah:
a) Harus dilakukan dengan pengeluaran pemerintah dan investasi (hanya dalam
negeri) yang meningkat menyebabkan kurva IS bergeser ke kanan atas. Komponen
G dan I yang dilakukan diluar negeri disebut kebocoran (leakage) aliran
pendapatan dan menyebabkan kurva IS kekiri.
b) Tidak perlu melakukan G dan I baik dalam negeri maupun LN. Hal ini berarti G
dan I dibiayai oleh bantuan dan atau pinjaman LN, sehingga kurva IS tidak
bergeser.
Nilai variabel G ditentukan oleh pemerintah, sehingga dianggap variabel eksogen.
Nilai I ditentukan oleh bunga, sehingga dianggap sebagai variabel terikat.
Dalam rangka meningkatkan investasi, maka pemerintah harus:
a) Penyediaan bantuan kredit yang murah
b) Pengembangan kewirausahaan dengan berbagai penyuluhan, pelatihan dan
pendidikan serta mempromosikan produk-produk UKM ke dalam negeri dan LN
Ekonomi Makro 12
Kebijakan Fiskal-Moneter dan Penerapan Model IS-LM dalam Pembangunan
Ekonomi di Indonesia
Gambar tersebut menunjukkan:
a) Kurva ID ID menunjukkan kurva I tanpa ada kredit murah
b) Tiingkat bunga kredit murah ditetapkan oleh pemerintah sebesar rm, maka
permintaan kredit murah untuk investasi bagi sektor swasta sebebsar rmC. Dalam
kenyataan pemerintah harus tetap selektif dalam memberikan kredit murah dan
untuk menghindari M yang terlalu banyak di masyarakat, sehingga sebagian
masyarakat hanya memperoleh kredit sebesar OIm dan sebagian yang lain harus
mengambil kredit dengan bunga mekanisme pasar.
Dengan asumsi distribusi tinggi rendahnya marginal efficiency of investment
(MEI) bagi sebagian masyarakat yang memperoleh kredit murah sama dengan
MEI masyarakat yang tidak memperoleh kredit murah, maka kurva permintaan
investasi menjadi ABCID
MEI adalah hubungan negatif antara investasi (I) dan tingkat bunga (r)
c) Pada tingkat bunga setinggi ID, maka tidak ada yang mengambil kredit dan
masyarakat yang berinvestasi hanya yang memperoleh kredit murah.
d) Pada tingkat bunga antara rm sampai ID, masyarakat yang memperoleh kredit
murah akan berinvestasi sebesar OIm dan masyarakat (yang tidak memperoleh
kredit murah) harus mengambil kredit dengan bunga bebas, jika ingin melakukan
investasi.
e) Jika tingkat bunga setinggi P, maka masyarakat yang tidak memperoleh kredit
murah akan mengambil kredit sebanyak RT atau QS. Dengan tingkat bunga
setinggi P, maka masyarakat akan mengambil kredit sebanyak PT
f) Jika tingkat bunga dibawah rm, maka tidak ada masyarakat yang mengambil
kredit murah dan mengabil kredit dengan tingkat bunga sebesar rm dan kurva
permintaan investasi yang berlaku adalah CID
g) Dengan demikian kurva permintaan investasi adalah ABCID
Ekonomi Makro 13
Kebijakan Fiskal-Moneter dan Penerapan Model IS-LM dalam Pembangunan
Ekonomi di Indonesia
B. Kurva LM Hipotetis Perekonomian Indonesia
LM
Bentuk kurva LM mencakup 3 bagian:
CR
a) Daerah klasik (classical range)
b) Daerah jerat likuiditas (Liquidity trap range)
c) Daerah tengah (Intermediate range)
IR
LTR
Masyarakat Indonesia masih belum berbudaya untuk menyimpan uangnya dalam
bentuk surat-surat berharga, sehingga permintaan uang untuk spekulasi masih kecil
(kurva L2 berimpit dengan sumbu r ) dan sebagian besar untuk transaksi dan berjagajaga.
r
r
L2
M
M
M2
M2
M1
M1
L1
L2
M
LM1
LM2
Y
Y1 Y2
L1
Y
Jika uang yang beredar OM1, maka kurva LM adalah Y1 LM1 dan OM2, maka kurva
LM adalah Y2LM2.
Ekonomi Makro 14
Kebijakan Fiskal-Moneter dan Penerapan Model IS-LM dalam Pembangunan
Ekonomi di Indonesia
Permintaan uang untuk transaksi dan berjaga-jaga dipengaruhi oleh pendapatan
nasional dan tingkat bunga.
L1 = kY dan k = f (r). Semakin tinggi tingkat bunga, maka semakin kecil k dan
sebaliknya.
C. Penawaran Agregatif
Hubungan antara investasi dan kapasitas produksi nasional dapat dijelaskan
sebagai berikut.
H
Y
K
Y1 Y2
COR
K2
K1
Y=Q
Qm1 Qm2
Ekonomi Makro 15
Kebijakan Fiskal-Moneter dan Penerapan Model IS-LM dalam Pembangunan
Ekonomi di Indonesia
Sumbu horisontal menunjukkan kapasitas produksi nasional dan sumbu
vertical menunjukkan stok kapasitas nasional.

Pada periode 1, besarnya stok kapasitas nasional sebesar k1 dan kapasitas
produksi nasional Qm1

Investasi neto sebesar k1k2, maka jumlah stok kapasitas nasional sebesar k2,
sehingga kapasitas produksi nasional meningkat menjadi Qm2.
Dengan memperhatikan:

Jumlah penduduk terus meningkat (angkatan kerja meningkat)

Stok capital perkapita rendah (sumber daya modal masih rendah), sehingga
jumlah TK lebih besar dari stok capital

Tingkat harga terus menaik maka variable agregat perekonomian kita adalah
kapasitas produksi nasional (OQm).
D. Pendekatan IS-LM untuk Pembangunan Indonesia
Ekonomi Makro 16
Kebijakan Fiskal-Moneter dan Penerapan Model IS-LM dalam Pembangunan
Ekonomi di Indonesia
Penjelasan gambar tersebut sebagai berikut:
a) Jika pemerintah akan meningkatkan kapasitas produksi nasional dari tahun Y1
sebesar OY1 menjadi tahun Y2 sebesar OY2, maka pemerintah harus berhasil
melakukan investasi neto sebesar K1K2 yang dapat berbentuk penggalakan
investasi oleh sektor swasta dan pengeluaran pembangunan pemerintah, sehingga
kurva IS bergeser ke kanan. Jika dalam perekonomian tidak terjadi pergeseran IS,
maka terjadi deflationary gap (recessionary gap) yaitu situasi dimana pendapatan
nasional aktual lebih kecil dari pendapatan potensial.
b) Permintaan agregatif (OY1) dengan Y ekilibrium yang ditunjukkan dengan
perpotongan antara kurva IS-LM
c) Deflationary gap berarti kepasitas produksi nasional tidak dimanfaatkan secara
maksimal, sehingga dikatakan sebagai pemborosan (potensi pertumbuhan tidak
dimanfaatkan secara maksimal)
d) Pergeseran IS yang terlalu kekanan juga berdampak negatif yakni menimbulkan
inflasi dengan segala pengaruhnya baik positif maupun negatif.
e) Kurva LM yang inelastis menunjukkan meningkatnya penawaran agregatif harus
disertai dengan peningkatan M. Semakin tidak elastik kurva LM, maka semakin
besar M yang dibutuhkan
f) Peningkatan penawaran agregatif juga menimbulkan peningkatan permintaan
agregatif, sehingga kurva IS dan LM bergeser kekanan.
g) Jika peningkatan permintaan agregatif hanya dilakukan dengan menggeser IS
kekanan tanpa dibarengi pergeseran kurva LM kekanan, maka tingkat bunga akan
naik, sehingga mengurangi investasi sektor swasta.
Ekonomi Makro 17
Kebijakan Fiskal-Moneter dan Penerapan Model IS-LM dalam Pembangunan
Ekonomi di Indonesia
DAFATAR PUSTAKA
Soediyono. 1997. Analisa IS-LM dan Permintaan Agregatif. Liberty : Yogyakarta.
Download