PAPER "Analisis Komponen Serat Kasar (Van Soest)" KELAS F DOSEN PEMBIMBING: Prof. Dr. Ir. Hartutik, MP DISUSUN OLEH: KELOMPOK 6 Dinda Rosalita Asmara 135050101111023 M. Ridwan Efendi 135050101111024 FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2014 1 Kata Pengantar Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas anugrahNya penulisan paper ini dapat terselesaikan dengan baik. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terlaksananya penulisan paper ini hingga bisa tersusun dengan baik. Paper ini kami susun untuk memenuhi tugas kuliah dari dosen peraLatan dan teknik analisis laboratorium yaitu Prof. Dr. Ir. Hartutik, MP. Paper ini disusun berdasarkan pengetahuan yang kami peroleh dari beberapa literatur dan media elektronik dengan harapan pembaca dapat memahami tentang pengertian analisis serat kasar menggunakan teknik Van Soest. Akhirnya, kami menyadari bahwa penulisan paper ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi perbaikan penerbitan paper ini di masa mendatang. Malang, 22 Mei 2014 Penyusun 2 DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL......................................................................................1 KATA PENGANTAR......................................................................................2 DAFTAR ISI....................................................................................................3 LATAR BELAKANG.....................................................................................4 TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................7 METODOLOGI..............................................................................................10 PEMBAHASAN ...........................................................................................12 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................14 DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................15 3 Latar Belakang Serat merupakan zat non gizi yang terdapat di dalam bahan pangan hasil pertanian, terdapat dua jenis macam serat yaitu serat makanan (Dietery Fiber) dan serat kasar (Crude Fiber). Peran utama dari serat dalam makanan adalah pada kemampuannya mengikat air, selulosa dan pektin. Dengan adanya serat,membantu mempercepat sisa-sisa makanan melalui saluran pencernaan untuk sisekresikan keluar, tanpa bantuan serat.Dari dua macam serat yang ada disini akan dibahas mengenai serat kasar yang terdapat dalam bahan hasil pertanian. Serat kasar adalah bagian dari pangan yang tidak dapat dihidriolisis oleh asam ataupun basa kuat, bahan-bahan kimia yangdigunakan untuk menentukan kadar serat kasar yaitu asam sulfat (H2SO4 1,25%)dan natrium hidroksida (NaOH 3,25%).Serat kasar sangat penting dalam penilaian kualitas bahan makanan karenaagka ini merupakan indeks dan menentukan nialai gizi makanan tersebut, selainitu kandungan serat kasar dapat digunakan untuk mengevaluasi suatu proses pengolahan, misalnya proses penggilingan atau proses pemisahan antara kulit dan kotiledon dengan pemisahan presentase serat dapat dipakai untuk menentukan kemurnian bahan atau efisiensi suatu proses.Serat makanan hanya terdapat dalam bahan pangan nabati dan kadarnya bervariasi menurut jenis bahan. Kadar serat dalam makanan dapat mengalami perubahan akibat pegolahan yang dilakukan terhadap bahan asalnya. Serat dapat berperan menghalangi penyerapan zat-zat gizi lain seperti lemak,karbohidrat, dan protein sehingga apabila makanan mengandung kadar serat yang rendah maka hampir semua zat-zat gizi tersebut dapat diserap oleh tubuh. Kandungan Acid Detergent Fiber (ADF) dan Neutral Detergent Fiber (NDF) yang rendah bagus bagi ternak, karena hal tersebut menandakan bahwa serat kasarnya rendah, sedang pada ternak ruminansia serat kasar diperlukan dalam sistem pencernaan dan berfungsi sebagai sumber energi. Sebaliknya, apabila kadar serat kasarnya terlalu tinggi dalam hal ini kadar ADF dan NDFnya, maka akan menyebabkan tingkat kecernaan akan menjadi rendah. Untuk itu diperlukan kandungan ADF dan NDF yang optimal agar pakan yang diberikan pada ternak ruminansia dapat bermanfaat dengan baik. Hijauan pakan tersusun dari dinding sel dan inti sel, yang terikat oleh lignin bersama – sama selulosa dan 4 hemiselulosa. Untuk mengetahui kandungan komponen dari hijauan pakan tersebut dapat dilakukan melalui sistem “Acid Detergent Fiber” (ADF) dan “Nutrient Detergent Fiber” (NDF). Analisis ADF dan NDF merupakan metode untuk mengetahui kandungan serat kasar tanaman dengan menggunakan bahan pelarut berupa detergent, yaitu Acid Detergent Fiber (ADF) dan Neutral Detergent Fiber (NDF). Analisis serat Van Soest, serat kasar didefinisikan sebagai bahan yang masih tertinggal setelah bahan pakan direbus dalam asam dan basa. serat kasar mengandung fraksi-fraksi selulosa, hemiselulosa dan lignin, yang dapat dikategorikan sebagai fraksi penyusun dinding sel tanaman. Defenisi tersebut didasrkan pada nilai nutrisi dan serat kasar yang dapat dicerna oleh enzim – enzim yang dikeluarkan oleh saluran pencernaan mamalia maupun ternak nonruminansia. Kenyataan dilapangan menunjukkan perbedaan yang signifikan terhadap nilai nutrisi dari Serat Kasar, karena adanya mikrobia yang hidup didalam saluran pencernaan yang mampu memproduksi enzim yang dapat mencerna serat kasar dijadikan sumber energinya. Mikrobia tersebut hidup di rumen ternak ruminansia dan sel pencernaan belakang (sekum) ternak tertentu. Hal tersebut menyebabkan hasil analisis serat kasar pada analisis proksimat lebih bermakna pada ternak nonruminansia dari pada ternak ruminansia. Bahan pakan asal tanaman yang berupa hijauan terdiri dari dua kelompok fraksi yaitu ; 1) fraksi penyusun isi sel dan, 2) fraksi penyusun dinding sel. Fraksi penyusun isi sel terdiri dari gula, pati, karbohidrat yang larut, pektin, nitrogen non protein, protein, lipid dan zat lain yang larut dalam air termasuk vitamin dan mineral. Fraksi penyusun isi sel ternyata larut dalam air, oleh karena itu disebut pula dengan NDS. Fraksi penyusun dinding sel terdiri dari selulosa, hemiselulosa, lignin dan silika. Fraksi ini tidak larut dalam air sehingga sukar dicerna, oleh karena itu disebut dengan NDF dan dengan demikian nutrien yang tersedia rendah. Van soest dan Moore dalam USDA menyatakan bahwa terdapat kolerasi yang baik antara kecernaan in vivo dan isi sel. Dinding sel dan lignin dengan data kecernaan in vitro. 5 Van Soest, mengembangkan analisis serat yang mendekati nilai nutrisi serat kasar untuk ruminansia dengan mempergunakan detergen yang mampu memisahkan matriks dinding sel yang tidak larut dan mengestimasikan sub komponen utamanya yaitu selulosa, hemiselulosa dan kombimasi keduanya dengan lignin. Analisis ini mempergunakan 2 macam detergen yaitu; 1) Neutral Detergent Fiber, 2) Acid Detergent Fiber. 6 Tinjauan Pustaka Alderman (1980), menyatakan bahwa analisis kimia untuk menetukan nilai makanan berserat dapat dilakukan melalui sistem Acid Detergen Fiber (ADF) dan Neutral Detergent Fiber (NDF) . Acid Detergent Fiber (ADF) digunakan sebagai suatu langkah persiapan untuk mendeterminasikan lignin sehingga hemiselulosa dapat diestimasi dari perbedaan struktur dinding sel ADF (Haris, 1970). Arora (1989), menyatakan bahwa ADF mengandung 15% pentosa yang disebut micellar pentosa yang sulit dicerna dibandingkan dengan jenis karbohidrat lainnya. Pentosa adalah campuran araban dan xilan dengan zat lain dalam tanaman yang dalam hidrolisis keduanya menghasilkan arabinose dan xilose yang ditemukan dalam hemiselulosa. Anggorodi (1984), menyatakan bahwa selulosa tidak dapat dicerna dan digunakan sebagai makanan kecuali pada hewan ruminansia yang mempunyai mikroorganisme selulolitik dalam rumen. Haris (1970), menyatakan bahwa NDF merupakan metode yang cepat untuk mengetahui total serat dari dinding sel yang terdapat dalam serat makanan. ADF digunakan sebagai suatu langkah persiapan untuk mendeterminasikan lignin, sehingga hemiselulose dapat diestimasi dari perbedaan struktur dinding sel dengan ADF itu sendiri. Penurunan kadar NDF disebabkan karena meningkatnya lignin pada tanaman yang mengakibatkan menurunnya hemiselulosa. Hemiselulosa dan selulosa merupakan komponen dinding sel yang dapat dicerna oleh mikroba. Tingginya kadar lignin menyebabkan mikroba tidak mampu menguasai hemiselulosa dan selulosa secara sempurna. Semakin tinggi ADF, maka kualitas daya cerna hijauan makanan ternak semakin rendah (Crampton dan Haris, 1969). Untuk menentukan nilai gizi makanan berserat dapat dilakukan melalui analisis “Acid Detergent Fiber (ADF)” dan “Neutral Detergent Fiber (NDF)” (Alderman,1980). 7 Analisis Van Soest merupakan sistem analisa bahan pakan yang relevan bagi ternak ruminansia, khususnya sistem evaluasi nilai gizi hijauan berdasarkan kelarutan dalam detergent (Sutardi, 1980). Sistem Analisis Van Soest menggolongkan zat pakan menjadi isi sel (cell content) dan dinding sel (cell wall). NDF mewakili kandungan dinding sel yang terdiri dari lignin, selulosa, hemiselulosa, dan protein yang berikatan dengan dinding sel. Bagian yang tidak terdapat sebgai residu dikenal sebagai Neutral Detergent Soluble (NDS) yang mewakili isi sel dan mengandung lipid, gula, asam organik, non protein nitrogen, pektin, protein terlarrut dan bahan yang larut dalam air. ADF mewakili selulosa dan lignin dalam dinding sel tanaman. Analisis ADF dibutuhkan untuk evaluasi kualitas serat pakan ternak ruminansia dan herbivora lain (Suparjo, 2000). Van Soest (1982), melakukan pemisahan bagian-bagian hijauan segar potongan (forage) dengan cara penggunaan bahan-bahan pelarut/pencuci (detergent) (Gambar 2). Bahan makanan Neutral Detergent Solution NDF Isi Sel (Komponen dinding sel) Acid Detergent Solubles ADS (Acid Detergent Solubles) (hemiselulosa, dinding sel ADF (Acid Detergent Insoluble Fiber) (lignoselulosa) yang mengandung N) 8 Dicerna dengan H2SO4 72% Soluble Acid Insoluble (Selulosa) (Lignin) Lignin hilang dengan pembakaran sampai menjadi Acid Insoluble (ASH) abu tak larut dalam asam Gambar 1. Skema pemisahan bagian-bagian hijauan segar pemotongan (Forage) dengan menggunakan Detergent(Tillman, dkk., 1998). Proses pembentukan serat banyak terdapat dibagian yang mengayu pada tanaman seperti serabut kasar, akar, batang, dan daun. Kadar lignoselulosa tanaman bertambah seiring dengan bertambahnya umur tanaman, sehingga terdapat daya cerna yang makin rendah dengan bertambahnya lignifikasi (Tillman, Hartadi, dan Reksohadiprojo, 1998). 9 Metodologi Analisis ini dirancang untuk mengetahui kandungan nilai ADF dan NDF suatu bahan pakan. a. Kadar Acid Detergent Fiber (ADF) 1. Sample sebanyak 0,5 g (a gram) dimasukkan ke dalam gelas piala kemudian ditambahkan 50 ml larutan ADS dan 2 ml decalin. Dipanaskan selama 1 jam di atas penangas air. 2. Penyaringan dilakukan dengan bantuan pompa vakum, juga dengan menggunakan penyaring kaca masir yang sudah ditimbang sebagai b gram. Pencucian dilakukan dengan menggunakan hexan, aceton, dan air panas. 3. Dilakukan pengeringan dengan menggunakan hasil pernyaringan tersebut dalam oven. Setelah itu, dimasukkan lagi ke dalam desikator untuk melakukan pendinginan dan kemudian ditimbang sebagai c gram. b. Kadar Neutral Detergent Fiber (NDF). 1. Sample sebanyak 0,5 g (a gram) dimasukkan ke dalam gelas piala berukuran 500 ml, serta ditambahkan dengan 50 ml larutan NDS dan 0,5 g Na2SO3. Dipanaskan selama 1 jam. 2. Menimbang kaca masir sebagai b gram. 3. Melakukan penyaringan dengan bantuan pompa vakum, lalu dibilas dengan air panas dan aceton 4. Hasil penyaringan tersebut dikeringkan dalam oven 1050C. Setelah itu dimasukkan lagi dalam eksikator selama 1 jam, kemudian dilakukan penimbangan akhir sebagai c gram. c. Kadar Lignin dan Selulosa 1. Residu ADF (c gram) yang berada di dalam kaca masir diletakkan di atas nampan yang berisi air setinggi kira-kira 1 cm. 2. Ditambahkan H2SO4 72% setinggi ¾ bagian dari gelas kaca masir dan dibiarkan selama 3 jam sambil diaduk-aduk. 3. Penyaringan dilakukan dengan bantuan pompa vakum serta , pencucian juga dilakukan seperti analisis sebelumnya. 10 4. Pengeringan dilakukan dengan menggunakan oven 1050C, dan selanjutnya dilakukan pendinginan dengan desikator dan ditimbang sebagai berat akhir, yaitu e gram. 5. Jika dibakar dalam tanur 5000C, didinginkan dalam desikator serta disimpan kembali sebagai berat akhir, yaitu f gram. Perhitungan Kadar Acid Detergent Fiber (ADF) = Kadar Neutral Detergent Fiber (NDF) = c−b 𝑎 c−b 𝑎 𝑥 100% 𝑥 100% Kadar Selulosa = % ADF - % lignin Kadar Hemiselulosa = % NDF - % ADF Kadar Abu Tak Larut = e−f 𝑎 𝑥 100% Keterangan : a = Berat sample bahan kering b = Berat sintered glass kosong c = Berat sintered glass + residu penyaring setelah diovenkan d = Berat sampel asli e = Berat sintered glass + lignin + abu tak larut f = Berat sintered glass + abu tak larut setelah tanur 11 PEMBAHASAN ADF dapat digunakan untuk mengestimasi kecernaan bahan kering dan energi makanan ternak. ADF ditentukan dengan menggunakan larutan Detergent Acid, dimana residunya terdiri atas selulosa dan lignin. Hal ini sesuai dengan (Haris, 1970) yang menyatakan Acid Detergent Fiber (ADF) digunakan sebagai suatu langkah persiapan untuk mendeterminasikan lignin sehingga hemiselulosa dapat diestimasi dari perbedaan struktur dinding sel ADF. Sebagian besar dinding sel tumbuhan tersusun atas karbohidrat struktural kandungan serat kasar dalam dinding sel tumbuhan dapat diekstraksi dengan metode Neutral Detergent Fiber (NDF). Menurut Haris (1970), menyatakan bahwa NDF merupakan metode yang cepat untuk mengetahui total serat dari dinding sel yang terdapat dalam serat makanan. Serat kasar yang berupa lignin hanya dapat dicerna oleh ternak ruminansia dikarenakan didalam lambung ternak ruminansia terdapat bakteri hemiselulolitik dan selulolitik yang akan mendegradasi hemiselulosa dan selulosa menjadi VFA yang merupakan sumber energi bagi ternak ruminansia. Hal ini sesuai dengan (Crampton dan Haris, 1969) yang menyatakan penurunan kadar NDF disebabkan karena meningkatnya lignin pada tanaman yang mengakibatkan menurunnya hemiselulosa. Hemiselulosa dan selulosa merupakan komponen dinding sel yang dapat dicerna oleh mikroba. Tingginya kadar lignin menyebabkan mikroba tidak mampu menguasai hemiselulosa dan selulosa secara sempurna. Semakin tinggi ADF, maka kualitas daya cerna hijauan makanan ternak semakin rendah. Fungsi oven pengering dengan suhu 105oC yaitu untuk mengeringkan sampel pada akhir percobaan menggunakan tekniak ADF. Hal ini sesuai dengan (hartutik,2012) yang menyatakan bahwa dikeringkan gelas penyaring dan residu didalam oven pengering pada suhu 105oC selama semalam. Dinginkan di dalam desikator selama 1 jam, ditimbang dan dihitung menggunakan rumus : Kadar Acid Detergent Fiber (ADF) = c−b 𝑎 𝑥 100% . Analisis serat Van Soest, serat kasar didefinisikan sebagai bahan yang masih tertinggal setelah bahan pakan direbus dalam asam dan basa. serat kasar 12 mengandung fraksi-fraksi selulosa, hemiselulosa dan lignin, yang dapat dikategorikan sebagai fraksi penyusun dinding sel tanaman. Hal ini sesuai dengan (Suparjo, 2000) yang memaparkan bahwa sistem Analisis Van Soest menggolongkan zat pakan menjadi isi sel (cell content) dan dinding sel (cell wall). NDF mewakili kandungan dinding sel yang terdiri dari lignin, selulosa, hemiselulosa, dan protein yang berikatan dengan dinding sel. Bagian yang tidak terdapat sebgai residu dikenal sebagai Neutral Detergent Soluble (NDS) yang mewakili isi sel dan mengandung lipid, gula, asam organik, non protein nitrogen, pektin, protein terlarrut dan bahan yang larut dalam air. ADF mewakili selulosa dan lignin dalam dinding sel tanaman. Analisis ADF dibutuhkan untuk evaluasi kualitas serat pakan ternak ruminansia dan herbivora lain. 13 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Acid Detergent Fiber (ADF) digunakan sebagai suatu langkah persiapan untuk mendeterminasikan lignin sehingga hemiselulosa dapat diestimasi dari perbedaan struktur dinding sel ADF. 2. NDF merupakan metode yang cepat untuk mengetahui total serat dari dinding sel yang terdapat dalam serat makanan. 3. Serat kasar yang berupa lignin hanya dapat dicerna oleh ternak ruminansia dikarenakan didalam lambung ternak ruminansia terdapat bakteri hemiselulolitik dan selulolitik yang akan mendegradasi hemiselulosa dan selulosa menjadi VFA yang merupakan sumber energi bagi ternak ruminansia. 4. Analisis serat Van Soest, serat kasar didefinisikan sebagai bahan yang masih tertinggal setelah bahan pakan direbus dalam asam dan basa. serat kasar mengandung fraksi-fraksi selulosa, hemiselulosa dan lignin, yang dapat dikategorikan sebagai fraksi penyusun dinding sel tanaman. 5. Kadar Acid Detergent Fiber (ADF) Kadar Neutral Detergent Fiber (NDF) = = c−b 𝑎 c−b 𝑎 𝑥 100% 𝑥 100% Saran 1. Perlu dilakukan studi literatur lebih lanjut agar pembaca memahami teknik analisis Van Soest tersebut. 2. Penyusun paper yang akan datang agar melengkapi pembahasan dari papernya supaya pembaca menjadi mengerti maksud dan tujuan dari paper tersebut. 14 DAFTAR PUSTAKA Alderman, G. 1980. Aplication of Pratical Rationing System Agri, SCI. Servis. Ministring OfAgric And Food England. Anggorodi, R. 1979. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT. Gramedia, Jakarta. Arora, S. P. 1989. Pencernaan Mikroba Pada Ruminansia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Crampton, E. W. Dan L. E. Haris. 1969. Applied Animal Nutrition E, d. 1st The Engsminger Publishing Company, California, U. S. A. Haris, L. E. 1970. Nutrition Research Technique for Domestic and Wild Animal. Animal Science Department Utah State University. Suparjo. 2000. Analisis Secara Kimiawi. Fakultas Peternakan, Jambi. Sutardi. 1980. Landasan Ilmu Nutrisi. Departemen Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan IPB. Bogor. Tillman, A. D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta. Van Soest P. J. 1976. New Chemical Methods for Analysis of Forages for The Purpose of Predicting Nutritive Value. Pref IX International Grassland Cong. 15