BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komponen kimia penyusun kayu terutama terdiri dari senyawa organik dan sejumlah kecil bahan anorganik. Komponen kimia organik penyusun kayu terdiri dari selulosa, hemiselulosa, lignin, dan ekstraktif, sedangkan senyawa anorganik antara lain kalsium, kalium, fospor, dan lainnya yang dinyatakan sebagai abu. Lignin merupakan komponen dinding sel kayu yang berdasarkan strukturnya berbeda dari selulosa dan hemiselulosa (Tsoumis 1991). Lignin merupakan fenol yang mempunyai struktur yang berbeda antar jenis kayu daun jarum dan daun lebar. Lignin terdapat di antara sel-sel yang berfungsi sebagai perekat untuk mengikat sel-sel bersama-sama, dan di dalam dinding sel yang seringkali berasosiasi dengan selulosa untuk memberikan ketegaran pada sel (Haygreen & Bowyer 1989). Kadar lignin dalam kayu berpengaruh terhadap sifat dasar dan pengolahan kayu. Lignin berperan terhadap sifat kekerasan dan kekakuan kayu, serta ketahanan kayu terhadap perusak biologis melalui mekanisme physical barrier. Dalam industri pulp dan kertas, kadar lignin mempengaruhi efisiensi proses dan mutu produk (Casey 1984, Sjostrom 1991). Metode Klason merupakan prosedur standar yang umum digunakan untuk menentukan kadar lignin. Prosedur ini memisahkan lignin sebagai material yang tidak larut selama depolimerisasi selulosa dan hemiselulosa dalam asam sulfat 72%, yang diikiuti hidrolisis asam sulfat 3% panas. Bagian dari lignin yang terlarut dalam filtrat disebut sebagai lignin terlarut asam (Yasuda et al. 2001). Kadar lignin terlarut asam seringkali diabaikan karena jumlahnya yang sangat kecil, khususnya pada jenis kayu daun jarum yang jumlahnya lebih kecil dari 1% (Akiyama et al. 2005). Akan tetapi pada jenis kayu daun lebar, kadar lignin terlarut asam merupakan parameter penting dalam pengukuran kadar lignin. Proporsi lignin terlarut asam dalam jenis kayu daun lebar relatif besar (berkisar 15%), sehingga mempengaruhi kadar lignin total. 2 Lignin terlarut asam juga diduga berkorelasi dengan reaktifitas lignin. Penelitian terhadap lignin model, mengindikasikan bahwa pembentukan lignin terlarut asam selama prosedur lignin Klason berkaitan dengan keberadaan unit lignin siringil (Yasuda et al. 2001). Sementara itu, unit siringil dalam lignin memiliki reaktifitas yang lebih tinggi dibanding unit guaiasil dalam lignin. (Matsushita et al. 2007, Tsutsumi et al. 1991). Oleh sebab itu, kadar lignin terlarut asam penting bukan hanya berkaitan dengan kadar lignin total dalam kayu tetapi juga bermanfaat untuk pendugaan reaktifitas lignin khususnya dalam reaksi delignifikasi. 1.2 Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengukur kadar lignin; lignin Klason (acidinsoluble lignin) dan lignin terlarut asam (acid-soluble lignin), pada jenis kayu daun lebar, dan korelasinya dengan nisbah siringil-guaiasil penyusun polimer lignin. 1.3 Manfaat Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai keragaman kadar lignin; lignin Klason dan terlarut asam; pada jenis kayu daun lebar dan korelasinya dengan reaktifitas lignin. Hal ini sangat diperlukan dalam upaya pemanfaatan kayu yang efisien dan menjadi dasar dalam pengembangan inovasi produk pengolahan kayu berbasis komponen kimianya.