Edisi April 2015 Data per tanggal 31 Maret 2015 Inflasi Maret 2015 (%) Perkembangan Ekonomi Indonesia Panen raya mundur, Maret terjadi inflasi Setelah mengalami deflasi pada dua bulan pertama 2015, bulan Maret 2015 terjadi inflasi sebesar 0,17%mom atau 6,38%yoy. Inflasi Maret 2015 terutama bersumber dari kelompok harga yang diatur pemerintah. Meski demikian, secara umum inflasi pada bulan Maret terkendali, ditopang oleh kelompok volatile food yang masih mengalami deflasi. Pendorong inflasi pada bulan Maret antara lain adalah inflasi kelompok transportasi yang tumbuh 0,77%mom didorong oleh kebijakan Pemerintah yang menaikkan harga bensin dan solar pada bulan Maret, menyesuaikan harga minyak dunia. Sementara itu inflasi kelompok makanan mengalami deflasi 0,73%mom, didorong oleh turunnya harga aneka cabai yang sedang mengalami panen di berbagai daerah, serta daging ayam ras dan telur ayam ras. Inflasi beras sedikit menurun dibandingkan bulan lalu karena mulai memasuki musim panen di berbagai daerah dengan puncak masa panen raya diperkirakan terjadi di bulan April. Secara keseluruhan, ekspektasi inflasi diperkirakan akan cenderung lebih terkendali. Sehingga inflasi pada akhir tahun 2015 akan berada di kisaran 4,5%-5,0%. Foodstuff Prepared Food Housing Clothing Medical Care Education Transportation General M-on-M changes Jan-15 Feb-15 Mar-15 0,60 -1.47 -0.73 0,65 0.45 0.61 0,80 0.41 0.29 0.85 0.52 -0.08 0,66 0.39 0.64 0,26 0.14 0.10 -4,04 -1.53 0.77 -0,24 -0.36 0.17 Foodstuff Prepared Food Housing Clothing Medical Care Education Transportation General Y-on-Y changes Feb-15 Mar-15 6.28 5.96 8.06 8.25 7.40 7.55 3.33 3.17 5.76 6.00 4.38 4.34 5.59 6.16 6.29 6.38 Jan-15 8,24 8,04 7,14 3,38 5,64 4,42 7,40 6,96 Source: Bloomberg & PermataBank Economic Research Berita Ekonomi : April 2015 Kinerja Neraca Perdagangan Indonesia Kinerja neraca perdagangan membaik USD bn 6000 Trade Balance (LHS) 5000 Kebijakan moneter Bank Indonesia tetap ketat Bank Indonesia memutuskan untuk mempertahankan BI rate sebesar 7,50% pada bulan Maret 2015. Lebih lanjut, pada Rapat Dewan Gubernur BI bulan April 2015, BI rate diperkirakan masih akan dipertahankan di level 7,50% karena tingkat suku bunga tersebut masih konsisten untuk memastikan tekanan inflasi jangka pendek terkendali serta menekan defisit transaksi berjalan ke arah yang lebih sehat. 100 Export 4000 80 Import 3000 60 2000 40 1000 20 0 0 -1000 -20 -2000 -40 -3000 -60 Jan-15 Sep-14 May-14 Jan-14 Sep-13 May-13 Jan-13 Sep-12 May-12 Jan-12 Sep-11 May-11 Jan-11 Sep-10 May-10 Jan-10 Sep-09 May-09 Jan-09 Sep-08 May-08 Jan-08 Sep-07 May-07 Jan-07 Sep-06 May-06 Jan-06 Sep-05 May-05 Jan-05 Neraca perdagangan Indonesia pada Februari 2015 kembali mencatat surplus sebesar USD 0,74 miliar, relatif stabil dibanding surplus pada Januari 2015 sebesar USD 0,75 miliar. Pencapaian tersebut ditopang oleh surplus neraca migas maupun nonmigas. Neraca perdagangan migas mencatat surplus sebesar USD 0,17 miliar, lebih baik dibanding bulan sebelumnya yang mengalami defisit sebesar USD 0,03 miliar. Surplus neraca migas disebabkan oleh penurunan impor migas sebesar 18,7%mom, yang melampaui penurunan ekspor migas sebesar 8,8% mom. Penurunan impor migas tersebut dipicu oleh turunnya impor hasil minyak dan minyak mentah. Sementara itu, ekspor migas juga mengalami penurunan, disebabkan oleh penurunan ekspor gas dan ekspor hasil minyak. Meskipun lebih rendah daripada bulan sebelumnya, neraca perdagangan nonmigas pada Februari 2015 masih mencatat surplus sebesar USD 0,57 miliar. Ekspor nonmigas tercatat turun 7,8%mom terutama terjadi pada ekspor perhiasan/permata, alas kaki, bahan bakar mineral, serta lemak dan minyak hewan/nabati. Di sisi lain, ekspor nonmigas untuk kendaraan dan bagiannya mengalami peningkatan. Sementara itu, impor nonmigas juga turun 6,3% mom, terutama disebabkan oleh turunnya impor mesin dan peralatan mekanik, mesin dan peralatan listrik, serta besi dan baja. Kinerja neraca perdagangan Februari 2015 tersebut akan berdampak positif terhadap transaksi berjalan pada 1Q15. Surplus neraca perdagangan pada Januari-Februari 2015 ini sesuai dengan ekspektasi defisit transaksi berjalan pada 1Q15 yang lebih rendah dari 4Q14. Defisit transaksi berjalan pada tahun 22015 diperkirakan akan mencapai 3,0% terhadap Produk Domestik Bruto. %yoy 120 Sumber: Bloomberg & PermataBank Economic Research Kontributor Deflasi bulan Maret 2015 (%) (%) 0.20 0.14 0.15 0.07 0.09 0.10 0.03 0.05 0.01 0.00 -0.01 -0.05 -0.10 -0.15 -0.20 -0.16 Foodstuffs Prepared foods Housing Clothing Medical Care Education Transportation Sumber : Bloomberg & PermataBank Economic Research BI rate dan Inflasi (%) Inflation y-y BI rate Core Inflation y-y 10.0 8.0 6.0 4.0 2.0 0.0 Mar-15 Jan-15 Nov-14 Sep-14 Jul-14 May-14 Mar-14 Jan-14 Nov-13 Sep-13 Jul-13 May-13 Mar-13 Jan-13 Nov-12 Sep-12 Jul-12 May-12 Mar-12 Jan-12 Nov-11 Sep-11 Jul-11 May-11 Mar-11 Jan-11 Nov-10 Sep-10 Jul-10 May-10 Mar-10 Jan-10 Nov-09 Sep-09 Jul-09 May-09 Mar-09 Jan-09 Sumber : Bloomberg & PermataBank Economic Research Berita Ekonomi : April 2015 Pertumbuhan ekonomi 2015 diperkirakan membaik Pertumbuhan ekonomi 2014 sebesar 5,02%, melambat dibandingkan 2013 sebesar 5,58%. Sementara pada 4Q14hanya tumbuh 5,01%. Perlambatan ini disebabkan oleh perlambatan konsumsi rumah tangga, karena inflasi tinggi akibat kenaikan harga BBM dan berkurangnya bantuan sosial karena ditiadakannya beras miskin ke13. Pada 2014 pertumbuhan konsumsi masyarakat sebesar 5,14% jauh lebih rendah dari tahun lalu 5,38%. Selain itu perlambatan ekonomi juga dikarenakan perlambatan pertumbuhan sektor konstruksi dan bangunan serta mesin kendaraan. Sementara sisi investasi hanya tumbuh 4,12% jauh lebih rendah dibandingkan pada 2013 sebesar 5,82%. Perlambatan juga terjadi karena belanja pemerintah pada 2014 terendah dalam lima tahun terakhir. Hal ini dikarenakan adanya penghematan, tingginya belanja utang, dan realisasi belanja modal pemerintah hanya 60%. Ekspor dan impor juga masih menjadi pendorong penurunan pertumbuhan ekonomi karena permintaan global yang masih melambat. Satu-satunya pendorong pertumbuhan ekonomi adalah pengeluaran konsumsi lembaga non-profit rumah tangga karena adanya pemilihan umum pada 2014. Pengeluaran Lembaga Non Profit yang Melayani Rumah Tangga tumbuh 12,43%, lebih tinggi dibandingkan 2013 sebesar 8,18%. Pertumbuhan ekonomi 1Q15 diperkirakan akan lebih rendah dibandingkan dengan 4Q14. Investasi masih melambat karena investor masih wait and see, atas janji-janji Presiden Joko Widodo, dan kestabilan hukum dan politik. Dari sisi ekonomi masih cukup stabil. Realisasi Pelayanan Terpadu Satu Pintu juga cukup baik untuk meningkatkan investasi. Konsumsi masyarakat cenderung masih stabil, apalagi harga bahan bakar minyak sudah mulai turun. Dari sisi ekspor juga belum ada peningkatan signifikan, apalagi harga minyak dunia dan komoditas masih melambat. Dari sisi belanja pemerintah pada 1Q15 belum ada perubahan signifikan. Alasannya, penyerapan anggaran baru akan dilakukan pada semester II tahun ini. Dengan kebijakan presiden yang menetapkan lelang barang dan jasa paling lambat Maret, maka realisasi belanja paling cepat baru mulai pada kuartal II. Meski pertumbuhan ekonomi pada 1Q15 diprediksi melambat, namun pertumbuhan sepanjang 2015 di perkirakan di kisaran 5,3%. Pasalnya, belanja pemerintah tahun ini cukup besar meski semua nya sangat tergantung pada realisasi penyerapannya. Investasi juga cenderung meningkat apalagi jika janji kampanye Presiden Joko Widodo direalisasikan dan kestabilan politik serta hukum dapat ditegakkan. Indonesia’s GDP Growth %yoy 8 GDP Growth 7 6 5 4 3 Mar-04 Jun-04 Sep-04 Dec-04 Mar-05 Jun-05 Sep-05 Dec-05 Mar-06 Jun-06 Sep-06 Dec-06 Mar-07 Jun-07 Sep-07 Dec-07 Mar-08 Jun-08 Sep-08 Dec-08 Mar-09 Jun-09 Sep-09 Dec-09 Mar-10 Jun-10 Sep-10 Dec-10 Mar-11 Jun-11 Sep-11 Dec-11 Mar-12 Jun-12 Sep-12 Dec-12 Mar-13 Jun-13 Sep-13 Dec-13 Mar-14 Jun-14 Sep-14 Dec-14 2 Sumber : BPS & PermataBank Economic Research Berita Ekonomi : April 2015 Indonesia’s Real GDP Growth and Share by Industry Sumber : BPS & PermataBank Economic Research Macro Economic Indicators Indicators Inflation (%YoY) Exchange Rate Eop (Rp/US$) Current Account (% GDP) Fiscal Balance (% GDP) Interest Rate BI Rate (%p.a) Time Deposit 3 month (%p.a) Lending rate working capital (%p.a) Credit Growth (% YoY) Deposit Growth (% YoY) NPL Commercial Banks (%) Car Sales (1000 Units) Car Sales Growth (%) Motorcycle Sales (1000 Units) Motorcycle Sales Growth (%) Government Capital Exp. (Rp tn) Unemployment Rate (%) International Reserve (US$ bn) GDP Growth (%) Sumber : PermataBank Economic Research 2010 2011 2012 2013 2014 2015F 6,96 8.991 0,70 -0,73 3,79 9.068 0,20 -1,14 4,30 9.670 -2,74 -1,77 8,38 12.189 -3,30 -2,23 8,36 12.440 -2,95 -2,15 5,50 13.000 -3,80 -1,90 6,50 7,06 12,83 6,00 6,81 12,18 5,75 5,76 11,50 7,50 7,61 12,12 7,75 8,95 12,81 7,25 8,50 12,50 22,80 18,54 2,50 765 57,33 7.373 25,99 80,3 7,14 96,2 6,22 24,59 19,07 2,17 894 16,93 8.013 8,67 117,9 6,56 110,1 6,49 23,08 15,81 1,87 1.116 24,84 7.064 -11,83 145,1 6,14 112,8 6,26 21,60 13,60 1,77 1.220 9,31 7.745 9,63 172,4 6,25 99,4 5,78 11,44 12,14 2,20 1.208 -1,78 7.867 1,59 138,3 5,94 111,9 5,02 16,00 15,00 2,50 1.150 -0,05 7.500 -4,67 275,8 5,90 116,0 5,30 Analisa Market : Februari 2015 Review dan Outlook Pasar Obligasi Indonesia Sepanjang bulan Maret 2015, pasar obligasi tampak didominasi bearish dikarenakan tekanan yang datang dari global. Pelemahan rupiah yang disebabkan oleh penguatan dollar AS serta ekspektasi kenaikan suku bunga acuan AS seiring membaiknya data ekonomi AS mendorong tertekannya pasar obligasi domestik. Kondisi tersebut mendorong rendahnya minat pelaku pasar untuk bertransaksi di pasar obligasi. Dominasi bearish yang mewarnai pergerakan pasar obligasi di bulan Maret 2015 tercermin dari negatifnya kinerja indeks utama acuan pasar obligasi yang menyebabkan bergerak turunnya capital gain dan positive return yang dihasilkan. IDMA indeks di akhir bulan Maret berada di level 103,31 atau menurun 3,06% dibandingkan akhir bulan Februari yang berada di level 106,57. Kondisi tersebut mendorong turunnya capital gain yang dihasilkan secara tahun berjalan dari +6,89%ytd di akhir Februari menjadi 3,62%ytd di akhir bulan Maret. Meningkatnya ekspektasi risiko yang terjadi sepanjang bulan Maret ternyata mendorong keluarnya dana asing di pasar obligasi domestilk. Hingga akhir bulan Maret, investor asing telah mencatatkan outflow sebesar IDR3,6triliun dibandingkan kepemilikan asing per akhir bulan Februari. Kepemilikan asing menurun dari 40,0% di akhir bulan Februari menjadi 38,6% di akhir bulan Maret. Untuk menjaga kestabilan harga obligasi, pemerintah nampak melakukan intervensi yang tercermin dari meningkatnya porsi kepemilikan Bank Indonesia dari 4,2% di akhir bulan Februari menjadi 6,5% di akhir bulan Maret. Sebagai informasi, menjelang akhir bulan Maret pasar obligasi tampak semakin begerak tertekan. Pemicunya yakni adanya kenaikan harga BBM oleh pemerintah pada 28 Maret 2015. Kenaikan harga BBM merupakan akibat dari naiknya harga minyak dunia yang dipicu oleh krisis Timur Tengah. USD/IDR Pelemahan nilai tukar rupiah terus berlanjut pada bulan Maret seiring dengan penguatan dollar AS terhadap mata uang utama dan Asia. Pada bulan Maret Rupiah terdepresiasi secara rata-rata 2,40% ke level 13,071 per dollar AS dibandingkan rata-rata nilai tukar rupiah pada bulan sebelumnya di level 12,765 per dollar. Nilai tukar rupiah melemah sempat melemah ke level terendahnya yaitu 13,245 per dollar menjelang rapat FOMC yang digelar tangal 17-18 Maret yang lalu. Namun, dalam rapat tersebut gubernur bank sentral AS menyatakan masih akan memantau perkembangan data-data ekonomi AS pada kuartal II tahun ini dan tidak akan terburu-buru menaikkan suku bunga acuan pada pertengahan tahun ini. Sinyal penundaan kenaikan suku bunga AS tersebut serta data tenaga kerja AS yang lebih rendah dari perkiraan memicu pelemahan nilai tukar dollar terhadap mata uang utama dan mata uang Asia. Hal tersebut kemudian memberikan ’angin segar’ bagi rupiah dimana rupiah kembali menguat ke level 12,912 per dollar pada tanggal 24 Maret yang lalu. Namun demikian, pelaku pasar masih mewaspadai kenaikan suku bunga AS yang tinggal menunggu waktu di tahun ini. Sementara itu, pelemahan nilai tukar rupiah pada bulan Maret juga didorong permintaan dollar yang meningkat pada pasar domestik karena pembayaran hutang luar negeri swasta. Dalam upaya menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, Bank Indonesia melakukan langkah intervensi di pasar domestik dan hal tersebut terkonfirmasi dengan turunnya cadangan devisa pada bulan Maret menjadi USD 111.6 miliar dari USD 115.53 miliar pada bulan Februari. Di pasar keuangan tercatat aksi jual dana asing mencapai USD3.8 miliar sejak minggu terakhir Desember 2014. Bank Indonesia diperkirakan akan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah pada level fundamentalnya, Dengan demikian, BI diperkirakan akan mempertahankan kebijakan moneter ketat pada tahun 2015 ini supaya defisit neraca transaksi berjalan menuju ke level lebih sehat. BI rate diperkirakan akan bertahan di level 7,50% yang diharapkan dapat menahan keluarnya dana asing dari pasar keuangan Indonesia. Dengan demikian, USD/IDR diperkirakan akan berada di rentang 12,900-13,1003,100 dalam bulan April ini. Dinaikkannya kembali harga BBM oleh pemerintah menjelang akhir bulan Maret mendorong ekspektasi pasar akan terjadinya inflasi setelah selama dua bulan berturut-turut berhasil mencatatkan deflasi yakni bulan Januari deflasi 0,24%mom dan Februari deflasi 0,36%mom. USD/IDR 6,000 USD/IDR JCI 7,000 JCI 6000 5000 8,000 4000 9,000 10,000 3000 11,000 2000 12,000 1000 13,000 14,000 0 Apr-15 Jan-15 Oct-14 Jul-14 Apr-14 Jan-14 Oct-13 Jul-13 Apr-13 Jan-13 Oct-12 Jul-12 Apr-12 Jan-12 Oct-11 Jul-11 Apr-11 Jan-11 Oct-10 Jul-10 Apr-10 Jan-10 Oct-09 Jul-09 Apr-09 Jan-09 Oct-08 Jul-08 Apr-08 Jan-08 Oct-07 Jul-07 Apr-07 Jan-07 Oct-06 Jul-06 Apr-06 Jan-06 Oct-05 Jul-05 Apr-05 Jan-05 Seri benchmark obligasi pemerintah Indonesia berdenominasi rupiah bergerak tertekan. Pada akhir bulan Maret, fair price keempat seri benchmark tercatat berada di level yang lebih rendah dibandingkan akhir bulan Februari lalu. FR68 tercatat sebagai seri yang terkoreksi paling dalam yakni sebesar -493,2bps mom. Namun demikian, jika dilihat dari tekanan naik yieldnya, kenaikan yield tertinggi justru tampak dialami oleh seri FR70 yakni sebesar 53bps (harga terkoreksi 370,4bps mom). Secara keseluruhan, seri benchmark mencatatkan rata-rata penurunan harga sebesar 377,9bps mom pada keempat serinya. Sedangkan kenaikan yield yang terjadi pada keempat serinya tercatat sebesar 48,5bps mom. Sumber : Bloomberg & PermataBank Economic Research Analisa Valas : April 2015 USD Index Dollar AS terapresiasi sebesar 8,96% sejak akhir Desember 2014 dan sekitar 3,71% dibandingkan bulan Februari 2015. Penguatan nilai tukar dollar AS terhadap beberapa mata uang utama terjaga terutama menjelang rapat FOMC yang digelar pertengahan Maret lalu dimana dalam rapat tersebut bank sentral AS memtuskan untuk tidak tergesa-gesa dalam memulai normalisasi kebijakan moneter pada tahun ini. Non-Farm Payrolls AS dirilis jauh di bawah perkiraan pasar. Di bulan Februari, data produksi industri hanya tumbuh 0,1% dibandingkan bulan sebelumnya, di bawah prediksi 0,3%, data durable goods orders turun 1,4% dan data GDP kuartal pertama direvisi turun menjadi 2,2% dari pengukuran pertama 2,6%. Buruknya data-data ekonomi AS memperbesar ekspektasi pasar bahwa Bank Sentral AS akan menahan tingkat suku bunganya di level sekarang untuk waktu yang lebih lama lagi. EUR/ USD I Rilis data-data ekonomi AS yang lebih rendah dari perkiraan dalam sebulan terakhir ini mendorong penguatan Euro terhadap dollar AS. Namun demikian penguatan Euro terhadap dollar AS cenderung terbatas mengingat kawasan Zona Euro masih menghadapi tantangan deflasi yang mengindikasikan lemahnya pertumbuhan ekonomi di kawasan Eropa tersebut. Disamping itu, perkembangan negosiasi pemerintah Yunani dengan krediturnya Troika juga mempengaruhi pergerakan Euro terhadap dollar AS. Namun demikian, Euro masih berpotensi untuk kembali terdepresiasi seiring dengan stimulus yang diluncurkan Bank Sentral Eropa (ECB) hingga September 2016 yang berpotensi menekan Euro. EUR/USD diperkirakan akan bergerak di rentang 1.0650-1.1100 dalam jangka pendek hingga menengah. AUD/USD Dollar Australia juga cenderung menguat terhadap dollar AS terutama setelah bank sentral AS menunda kenaikan suku bunga acuan pada semester I tahun 2015 ini. AUD/USD terapresiasi ke level 0,788 pasca rapat FOMC bulan Maret yang lalu. Namun demikian, dollar Australia kembali tertekan terhadap dollar AS seiring dengan ekspektasi pemangkasan suku bungan acuan Australia. Aussie membukukan penurunan kuartalan ke-3 terhadap dollar AS seiring meningkatnya spekulasi bahwa bank sentral Australia berpotensi untuk memangkas suku bunga, di tengah penurunan harga komoditas dan perlambatan China. Melambatnya ekonomi China telah berkontribusi terhadap penurunan lebih dari 50% harga bijih besi, komoditas ekspor utama Australia. AUD/USD diperkirakan akan berada di rentang 0.7500-0.7800 dalam jangka pendek. GBP/USD Poundsterling cenderung terdepresiasi cukup tajam dari level tertingginya 1,55 pada akhir bulan Februari ke level 1,4744 didorong oleh melemahnya aktivitas industri manufaktur Inggris sehingga meredam optimisme data ekonomi Inggris yang positif akhir-akhir ini. Laju industrial output melemah -0.1%, lebih rendah dibanding perkiraan, sementara output manufaktur juga merosot -0.5% selama bulan Januari, secara keseluruhan data ini menimbulkan pesimisme pada momentum ekonomi Inggris yang sempat sempat bagus sejak awal tahun. GBP/USD juga berada dalam tekanan menjelang pemilu Inggris pada 7 Mei nanti. Hasil polling sementara menunjukkan probabilitas kemenangan partai Konservatif yang berkuasa dengan oposisi partai Buruh masih cukup imbang, sehingga membuka peluang kebuntuan parlemen dan memicu periode ketidakpastian yang berkepanjangan. GBP/USD diperkirakan akan berada di rentang 1.4650-1.5100. USD/JPY Yen masih bergerak sideways terhadap dollar AS terutama dengan divergensi outlook kebijakan moneter bank sentral Jepang dengan AS. Yen sempat menyentuh level terendahnya terhadap dollar AS di level 121.50 menjelang rapat FOMC bulan Maret. Namun seiring meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah serta sinyal penundaan normalisasi kebijakan moneter bank sentral AS, Yen Jepang sempat menguat ke level 118.50 pada akhir bulan Maret. Di samping itu, bank sentral Jepang masih mempertahankan stimulus moneter sebesar JPY 100 triliun/tahun dalam upaya mendorong pertumbuhan ekonomi Jepang yang sempat terkoreksi pada kuartal II dan III tahun lalu. Dengan demikain, USD/JPY diperkirakan akan berada di rentang 118-122 dalam jangka pendek. This document is issued by Global Markets PT. Bank Permata, Tbk. (PermataBank) for information and private circulation purpose only. It does not constitute any offer, proposal, recommendation or solicitation to any person to enter into any transaction or adopt any hedging, trading or investment strategy, nor does it constitute any prediction of likely future movement in rates or prices or any representation that any such future movement will not exceed those shown in any illustration. All reasonable care has been taken in preparing this document, no responsibility or liability is accepted for error, omissions, negligence, and/or inaccuracy of fact or for any opinion expressed herein. Opinion, projection and estimates are subject to change without notice. PermataBank and/or its members of Board of Director and Commissioners, employees, affiliates, agents and/or its advisors disclaims any and all responsibility or liability relating to or resulting from the use of this documents whatsoever which may be brought against or suffered by any person as a result of acting in reliance upon the whole or any part of the contents of this document. You are advised to make your own independent judgment with respect to any matter contained herein, by fully aware of any consequences obtained on said judgment. Nikmati kesuksesan keluarga melalui keuntungan bertransaksi dalam berbagai mata uang bersama PermataBank Priority. Preferential rate yang menjamin nilai tukar mata uang asing melalui konfirmasi RM Anda lebih baik dibandingkan melalui teller (minimum ekuivalen US Dollar 5.000/transaksi) Ketersediaan 6 bank note mata uang asing (USD, EUR, AUD, HKD, SGD, JPY) di PermataBank Priority Center. Bebas biaya tarik tunai sampai dengan ekuivalen USD 50.000/bulan (konfirmasi 1 hari kerja sebelumnya melalui RM Anda) Tersedia tabungan PermataValas Dinamis yang memberikan kebebasan memilih hingga 11 mata uang asing dalam 1 nomor rekening Gratis biaya transaksi transfer valas sampai dengan 10 kali per bulan dari atau ke rekening Permatavalas Dinamis jika saldo rata-rata rekening sebesar Rp. 500.000.000 atau jumlah transaksi jual beli valas melalui rekening Permatavalas Dinamis sebesar Rp. 750.000.000 di bulan sebelumnya. Nilai tukar kompetitif untuk transaksi di luar negeri dengan PermataBlack World MasterCard Untuk kenyamanan Anda bertransaksi dengan Layanan Premium Valuta Asing, hubungi Relationship Manager Anda.